Karakteristik morfologi kualitatif Analisis Koefisien Inbreeding

5.3.2 Karakteristik morfologi kualitatif

Penelaahan karakteristik morfologi yang bersifat kualitatif yang telah dilakukan pada jalak bali di penangkaran MBOF. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh suatu gambaran umum dari ke-5 pasang jalak bali yang dijadikan contoh secara keseluruhan pola bulu ekor pada jalak bali memiliki karaktersitik yang sama yaitu semua ujung ekor jalak bali terdapat bagian yang berwarna hitam sekitar 1 – 2 cm. Menurut Masy’ud 1992 pada semua ujung ekor selalu terdapat warna hitam dengan ukuran sekitar 2 – 3 cm. Bulu sayap jalak bali berwarna putih akan tetapi pada bagian ujung bulu sayap jalak bali terdapat warna hitam sekitar 2 – 3 cm. Berikut gambar sayap jalak bali di MBOF Gambar 29. Gambar 29 Rentang sayap jalak bali di MBOF. Beberapa karakteristik lainnya yang telah ditelaah pada penelitian ini yaitu warna bulu, warna paruh, warna kaki, warna mata, dan warna daerah sekitar mata semua individu jalak bali menujukan pola warna yang sama dan tidak ditemukan adanya perbedaaan. Paruh berwarna coklat kekuningan dan agak sedikit kehitaman pada ujungnya, bagian kaki berwarna kuning sedangkan pada jalak bali yang baru berusia tiga bulan warna bulu sayap putih agak kotor kehitaman pada bagian tubuhnya, warna mata hitam, dan daerah sekitar mata berwarna biru. Menurut Masy ’ud 1992, paruh berwarna coklat kehitaman dengan warna kuning pada ujungnya, kaki dan kulit berwarna kuning, dan warna sekitar mata adalah biru kecoklatan dan hasil dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Masy ’ud 1992.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknik penangkaran di MBOF Mega Bird and Orchid Farm yang terdiri dari sejarah penangkaran, populasi jalak bali, perkandangan, manajemen pakan, perawatan kesehatan, dan teknik reproduksi sudah cukup baik. 2. Tingkat keberhasilan jalak bali di MBOF dapat dikatakan berhasil karena persentase tingkat perkembangbiakan induk jalak bali cukup tinggi pada tahun 2011 yaitu 83,33 dan pada tiga tahun terakhir 66,66, sedangkan daya tetas telur selama tiga tahun terakhir sebanyak 66,66 dan tingkat kematian anak jalak bali dalam tiga tahun terakhir cukup rendah yaitu sebesar 33,33. Faktor penentu keberhasilan jalak bali di MBOF yaitu kandang, pakan, dan bibit jalak bali, serta teknik perkembangbiakan. 3. Pada silsilah jalak bali, tidak ditemui adanya jalak bali yang inbreeding dengan nilai koefisien 0 nol. Namun, terdapat kemngkinan adanya perkawinan saudara tiri dimana jantan indukan sering dilakukan kawin acak dengan indukan betina yang lain sehingga memungkinkan adanya perkawinan saudara tiri dengan nilai koefisien inbreeding sebesar 0,125. Hasil dari penelaahan morfologi dengan membandingkan antara jenis kelamin menggunakan uji t-student diperoleh hasil tidak berbeda nyata. 4. Berdasarkan hasil perbandingan morfologi kuantitaif ukuran jalak bali pada saat penelitian dengan hasil penelitian Mas y’ud 1992 tidak jauh berbeda sehingga dapat dikatakan tidak terjadi adanya tekanan inbreeding pada jalak bali di MBOF.