Bioekologi Dan Bioprospeksi Rhizanthes Deceptor Sebagai Stimulus Konservasinya Di Hutan Pendidikan Dan Penelitian Biologi Universitas Andalas Padang.

BIOEKOLOGI DAN BIOPROSPEKSI Rhizanthes deceptor
SEBAGAI STIMULUS KONSERVASINYA DI HPPB
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG SUMATERA BARAT

ZUHRATUS SALEH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul ”Bioekologi dan Bioprospeksi
Rhizanthes deceptor Sebagai Stimulus Konservasinya di Hutan Pendidikan dan
Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas Padang“ adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Zuhratus Saleh
NIM E351120151

RINGKASAN
ZUHRATUS SALEH. Bioekologi dan Bioprospeksi Rhizanthes deceptor Sebagai
Stimulus Konservasinya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi Universitas
Andalas Padang. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan RITA KARTIKA
SARI.
R. deceptor adalah salah satu spesies dari famili Rafflesiaceae yang
ditemukan keberadaannya di Sumatera Barat. Keberadaan R. deceptor kurang
populer dibandingkan dengan anggota Rafflesiaceae yang terkenal seperti
Rafflesia. Pengetahuan mengenai konservasi R. deceptor sangat kurang bahkan
juga pengetahuan tradisional tentangnya. Beberapa buku teks memasukkan R.
deceptor sebagai tumbuhan obat, namun belum ada informasi yang valid

mengenai hal tersebut. R. deceptor sejauh ini hanya ditemukan di Pulau Sumatera
namun belum ada informasi yang jelas mengenai pemanfaatan R. deceptor oleh
masyarakat tradisional. Kondisi ini membuat R. deceptor menarik untuk diteliti
potensi bioprospeksinya.
Penelitian terhadap konservasi dan bioprospeksi R. deceptor dilakukan
untuk memunculkan stimulus alamiah dan stimulus manfaat yang akan
memunculkan sikap konservasi. Tujuan dari penelitian ini adalah : i) Menganalisis
kondisi bioekologi R. deceptor melalui analisis populasi dan karakteristik
habitatnya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas
Andalas, ii) Mengungkapkan dan menganalisis potensi bioprospeksi R. deceptor
dan tumbuhan inangnya melalui uji bioaktivitas yaitu uji fitokimia, antioksidan
dan toksisitas dan iii) Membuat sintesis rencana aksi konservasi R. deceptor di
HPPB berdasarkan kondisi biokologi dan bioprospeksinya sesuai dengan konsep
Tri Stimulus AMAR pro konservasi.
R. deceptor merupakan tumbuhan endofit parasit yang berada di HPPB serta
dapat ditemukan pada rentang ketinggian 250-350 mdpl. R. deceptor tumbuh pada
temperatur udara berkisar antara 22-29 0C, kelembaban udara relatif sekitar 74-96
% dan kemiringan 0-33%. R. deceptor ditemukan sebanyak lebih dari 200
individu melalui eksplorasi yang dilakukan pada 5 plot berukuran 0,1 ha yang
ditempatkan secara purposif. T. papillosum merupakan inang yang ditemukan

pada penelitan ini dimana R. deceptor hanya ditemukan pada bagian akar dari
inang tersebut.
Analisis vetegasi yang dilakukan pada habitat R. deceptor menunjukkan
HPPB termasuk dalam kondisi hutan sekunder. Pada tingkat pohon terdapat 24
famili dan 42 spesies dengan Vitex pubescens sebagai tumbuhan dominan dengan
INP 24,8%. Pada tingkat pancang terdapat 13 famili dan 19 spesies dengan
Macaranga triloba dan Simplocos cochinchinensis sebagai tumbuhan dominan
dengan INP 18,8%. Pada tingkat anakan dan tumbuhan bawah terdapat 13 famili
dan 16 spesies dengan Selaginella sp. sebagai tumbuhan dominan dengan INP
35,1%. R. deceptor dapat hidup dan bertahan pada hutan sekunder selama
keberadaan tumbuhan inangnya dan tegakan hutan sebagai penyokong selalu
terjaga.
Uji bioaktivitas yang dilakukan menunjukkan adanya potensi bioprospeksi
dari R. deceptor dan tumbuhan inangnya. Ekstraksi knop R. deceptor dan akar dan

batang T. papillosum dengan etanol menghasilkan nilai rendemen yang tinggi
yaitu 30,58 %, 12,19 % dan 11,51 %. Uji fitokimia kualitatif menunjukkan bahwa
semua ekstrak etanol yang diuji mengandung berbagai metabolit sekunder.
Alkaloid, fenolik dan flavonoid ditemukan pada semua jenis ekstrak. Terpenoid
terdeteksi pada ekstrak knop R. deceptor dan akar T. papillosum sedangkan

saponin terdeteksi pada ekstrak akar dan batang T. papillosum sementara steroid
hanya terdeteksi pada ekstrak batang T. papillosum. Uji kandungan fenol total
menunjukkan semua ekstrak mengandung kadar fenol total yang tinggi yaitu
431,52 mg EAG/g, 323,93 mg EAG/g dan 271,38 mg EAG/g dari ekstrak etanol
knop R. deceptor serta akar dan batang T. papillosum.
Keberadaan berbagai senyawa metabolit sekunder memengaruhi toksisitas
dan aktivitas antioksidan dari semua ekstrak. Semua ekstrak yang diuji bersifat
toksik walaupun lemah dengan nilai LC50 sebesar 283,21±9,68 µg/mL,
719,95±13,91 µg/mL dan 277,65±10,71 µg/mL dari ekstrak etanol knop R.
deceptor, akar dan batang T. papillosum. Semua ekstrak juga mempunyai aktivitas
antioksidan yang tinggi ditunjukkan dengan nilai IC50 sebesar 31,97 µg/mL,
21,71 µg/mL and 35,23 µg/mL dari ekstrak etanol knop R. deceptor, akar dan
batang T. papillosum. Hasil uji ini juga menunjukkan bahwa R. deceptor dan
tumbuhan inangnya T. papillosum berpotensi sebagai sumber alami dari
antioksidan.
Pengetahuan mengenai bioekologi sebagai stimulus alamiah dan
bioprospeksi R. deceptor sebagai stimulus manfaat dalam konsep Tri Stimulus
AMAR pro konservasi harus disampaikan kepada pelaku konservasi terutama
yang terlibat langsung yaitu pengelola HPPB dan masyarakat sekitar habitat R.
deceptor sehingga dapat memunculkan stimulus ketiga yaitu stimulus

religius/rela. Tri Stimulus AMAR pro konservasi yang dijalankan dengan baik
dapat menjadikan usaha konservasi berjalan dengan semestinya dan
mendatangkan manfaat secara berkelanjutan bagi keberlangsungan R. deceptor
sebagai objek konservasi dan pihak pengelola serta masyarakat sekitar HPPB
sebagai pelaku konservasi.
Kata kunci : Bioprospeksi, konservasi, Rhizanthes deceptor, bioaktivitas

SUMMARY
ZUHRATUS SALEH. Bioecology and Bioprospecting of Rhizanthes deceptor as
Its Conservation Stimulus in HPPB Andalas University West Sumatera.
Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and RITA KARTIKA SARI.
R. deceptor belongs to a parasitic plant, Rafflesiaceae. Unlikely the famous
member of Rafflesiaceae, Rafflesia, R. deceptor found less populer. The
knowledge about R. deceptor is extremely poor, even traditional knowledge.
Some books considered R. deceptor as medicinal plant, but no information about
what exactly R. deceptor utilize for. Traditional people often utilize the plant as
medicinal plant but its not happen to R. deceptor. Although this flower have found
only in Sumatera, no information so far about utilization of this flower in
Sumatera. This condition make R. deceptor need more interest to increase
knowledge about this species.

Research conducted on bioecology and bioprospecting as a natural stimulus
and benefit stimulus of R. deceptor to grow a willingly stimulus to do
conservation attitudes and actions. This study aimed to: i) Analyze bioecologycal
condition from population study of R. deceptor and its habitat characteristics in
HPPB Andalas University, ii) Analyze potential bioprospecting from R. deceptor
and its host by phytochemical analysis, toxicity test and antioxydant test and iii)
Syntesize conservation planning for R. deceptor in HPPB base on Tri Stimulus
AMAR concept.
R. deceptor in HPPB is an endophyt parasite plant that can be found in
range of elevation between 250-350 mdpl. R. deceptor grow at air temperature
between 22-29 0C, relatives humidity between 74-96% and slopes 0-33%.
Exploration that conducted on 5 sampling plots found over 200 individuals of R.
deceptor with 168 buds and 7 flowers alive. Tetrastigma papillosum is the only
host can be found in this site. R. deceptor only found in root part of its host and
never float above ground.
Vegetation analysis of R. deceptor habitat in HPPB showed that HPPB
forest is secondary forest type. Tree stages of this vegetation consist from 24
families and 42 species with Vitex pubescens as dominant spesies by INP value
24.8%. Sapling stages consist from 13 families and 19 species with Macaranga
triloba and Simplocos cochisinensis by INP values 18.8%. Seedling and floor

vegetation stages consist from 13 families and 16 species with Selaginella sp. by
INP value 35.1%. R. deceptor can survive in conditions of secondary forest as
long as the presence of host plants Tetrastigma spp. always available and that
forest still have more trees to support the growth of Tetrastigma.
The qualitative phytochemical analysis showed that all of the ethanolic
extract contain various kind of secondary metabolites tested. All of the extract
from buds of R. deceptor and root and stem of T. papillosum detected positively
contain alkaloids, phenolics and flavonoids. Terpenoids detected in bud and root
extract while saponin detected in root and stem extract. Steroids only detected in
stem extract. Total phenolic content compounds of all the ethanolic extract of R.
deceptor and T. papillosum was expressed as mg of Gallic Acid Equivalent
(GAE) per gram of dry weight extract. The result showed high level of total

phenolic content from all the extract with their value are 431.52 mg GAE/g,
323.93 mg GAE/g and 271.38 mg GAE/g from bud extract of R. deceptor, root
and stem of T. papillosum respectively.
The existence from various kind of secondary metabolites affect the toxicity
level and antioxydant activity of all ethanolic extract. All the extract found to be
toxic with LC50 values from bud, root and stem are 283.21±9.68 µg/mL,
719.95±13.91 µg/mL and 277.65±10.71 µg/mL respectively. All the extract also

showed high level of antioxydant activity with IC50 values are 31.97 µg/mL,
21.71 µg/mL and 35.23 µg/mL respectively. This research showed that R.
deceptor and its host are potential as natural source of antioxydant.
Knowledge of bioecology as a natural stimulus and bioprospecting of R.
deceptor as benefits stimulus in the Tri Stimulus AMAR concept must be
delivered to the main actors that involved directly in conservation of R. deceptor
in HPPB. That actors are HPPB management and communities that surrounding
R. deceptor habitat. The third stimulus, stimulus religious / willingly , can
showed after the understanding of two stimulus before. Tri Stimulus AMAR pro
conservation can make conservation efforts take its course and bring sustainable
benefits for the sustainability of R. deceptor as the object of conservation and the
manager as well as the surrounding community HPPB as conservationists.
Keywords: Bioprospecting, conservation, Rhizanthes deceptor, bioactivity

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

BIOEKOLOGI DAN BIOPROSPEKSI Rhizanthes deceptor
SEBAGAI STIMULUS KONSERVASINYA DI HPPB
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG SUMATERA BARAT

ZUHRATUS SALEH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Penguji luar komisi pembimbing: Dr.Ir. Iwan Hilwan, MS

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis berjudul “Bioekologi dan Bioprospeksi
Rhizanthes deceptor Sebagai Stimulus Konservasinya di Hutan Pendidikan dan
Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas Padang” ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS dan Dr Ir
Rita Kartika Sari, MSi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, pertimbangan dan saran selama masa penelitian sampai
tersusunnya tesis ini. Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis sampaikan
juga kepada berbagai pihak, di antaranya:
1. Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku penguji luar komisi dalam ujian tesis
yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam
penyempurnaan tesis ini.
2. Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku ketua Program Studi Konservasi

Biodiversitas Tropika serta segenap dosen atas ilmu, pengetahuan dan
pengalaman yang telah diberikan.
3. Sekretariat Pascasarjana Program Studi Konservasi Biodiversitas
Tropika atas bantuan dan dukungan administratif yang telah diberikan
4. Dr Nurainas MSi serta kawan-kawan di Herbarium Unand atas diskusi
dan bantuan yang diberikan.
5. Prof Dr Dayar Arbain, MS, Nova Syafni, M.Farm.Apt, Widia
Rahmawati, Nofrizal dan Ulet Putri di Laboratorium Biota Sumatera
Unand atas segala bantuan yang diberikan.
6. Bapak Supriatin di Laboratorium Kimia Hasil Hutan FAHUTAN IPB
dan Ibu Nunung di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA IPB atas
bantuannya dalam beberapa analisis data.
7. Sahabat Rijal Satria serta adik-adik; Dedi, Ari, Leo, Panjul, Hadi dan
Kevin atas bantuan dan kerja kerasnya selama di lapangan serta bantuan
lain yang tak terhitung.
8. Sahabat dan rekan seperjuangan di KVT dan MEJ angkatan 2012 atas
diskusi yang bermanfaat serta sharing ilmunya.
9. Papa Drs Zuarlis Saleh, SH dan Ibu Asmiarti atas kasih sayang dan
dukungan tanpa syarat yang selalu diberikan.
10. Semua pihak yang membantu dalam penelitian dan tesis ini yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga karya ini bermanfaat hendaknya.

Bogor, September 2015

Zuhratus Saleh

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

DAFTAR SINGKATAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Rhizanthes
Deskripsi R. deceptor
Konservasi dan Bioprospeksi
Bioprospeksi Rafflesiaceae dan Tetrastigma
Uji Fitokimia
Uji Toksisitas Larva Udang
Uji Aktivitas Antioksidan

6
6
7
8
9
9
10
11

3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Iklim dan Curah Hujan
Kondisi Keanekaragaman Hayati dan Vegetasi

11
12
12

4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Pengambilan Data
Analisis Data

13
13
13
14
19

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Populasi R. deceptor
Karakter Abiotik Habitat R. deceptor di HPPB
Karakter Biotik Habitat R. deceptor di HPPB
Bioprospeksi R. deceptor dan Tumbuhan Inangnya
Sintesis Tri Stimulus AMAR Konservasi R. deceptor di HPPB

21
21
26
29
33
37

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

43
43
44

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

50

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Diagram alir Tri Stimulus AMAR pro konservasi
Kerangka Pikir Penelitian
Gambar lokasi HPPB Unand
Ilustrasi pengukuran diameter knop R. deceptor dan diameter
inangnya
5 Skema plot pengamatan R.deceptor
6 Sebaran diameter kuncup R.deceptor pada plot pengamatan
7 Populasi kecil R.deceptor
8 Sebaran jumlah individu R. deceptor berdasarkan kelas
diameter inangnya
9 Contoh kuncup yang rusak
10 R.deceptor pada berbagai fase
11 Curah hujan kota Padang sepanjang tahun 2014
12 Bukti aktivitas manusia pada habitat R.deceptor di HPPB

4
6
12
14
15
22
22 `
23
24
25
27
31

DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang akan diukur dalam penelitian karaktarestik
habitat R.deceptor
2 Keadaan populasi R.deceptor di HPPB
3 Spesies tumbuhan yang dipanjati Tetrastigma di HPPB
4 Suhu dan kelembaban relatif pada habitat mikro R. deceptor di HPPB
5 Kondisi ketinggian dan kemiringan pada plot penelitian R.deceptor
di HPPB
6 Karakteristik habitat abiotik mikro R.deceptor di HPPB
7 Jenis fauna/satwa dan aktivitasnya pada plot penelitian
8 Sepuluh spesies tumbuhan tingkat pohon dengan INP tertinggi
9 Sepuluh spesies tumbuhan tingkat pancang dengan INP tertinggi
10 Sepuluh spesies tumbuhan tingkat semai dan vegetasi dasar
dengan INP tertinggi
11 Rendemen dan wujud fisik ekstrak etanol kuncup R.deceptor (RHZ),
akar (AKR) dan batang (BT1) T.papillosum
12 Mortalitas dan LC50 ekstrak etanol kuncup R.deceptor (RHZ),
akar (AKR) dan batang (BT1) T.papillosum.
13 Persen inhibisi dan nilai IC50 dari ekstrak etanol kuncup
R.deceptor (RHZ), akar (AKR) dan batang (BT1) T.papillosum
14 Hasil uji fitokimia kualitatif terhadap kuncup R.deceptor (RHZ),
akar (AKR) dan batang (BT1) T.papillosum
15 Kandungan Fenolik Total dari ekstrak etanol kuncup
R.deceptor (RHZ), akar (AKR) dan batang (BT1) T.papillosum

16
21
25
26
28
28
30
31
32
32
33
34
34
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Dominansi Relatif
dan Indeks Nilai Penting Berbagai Tingkat Tumbuhan dari
Habitat R. deceptor di HPPB UNAND.

50

DAFTAR SINGKATAN

AMAR
BSLT
FAHUTAN
FMIPA
HPPB
IPB
IUCN
mdpl
PDAM
Unand

= Alamiah, manfaat dan religius (dalam Tri Stimulus AMAR)
= Brine Shrimp Lethality Test (Uji Toksisitas Larva Udang)
= Fakultas Kehutanan
= Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
= Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi
= Institut Pertanian Bogor
= International Union for Conservation of Nature
= meter dari permukaan laut
= Perusahaan Daerah Air Minum
= Universitas Andalas

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rhizanthes deceptor Banziger et Hansen adalah salah satu spesies dari
famili Rafflesiaceae yang ditemukan keberadaannya di Sumatera Barat. Banziger
dan Hansen (2000) menyebutkan bahwa terdapat 4 spesies Rhizanthes di seluruh
dunia yaitu R. zippelii , R. lowii, R. infanticida dan R. deceptor. Susatya (2003)
menyatakan bahwa Rhizanthes yang terdapat di Pulau Sumatera yaitu R.
infanticida, R. deceptor, dan R. lowii.
Konservasi R. deceptor sebagai salah satu spesies dari famili Rafflesiaceae
sama sekali belum menjadi prioritas. Pada famili Rafflesiaceae, hanya Rafflesia
spp. yang masuk dalam redlist IUCN (Nais 2001). Hal ini mengindikasikan
kurangnya pengetahuan terhadap R. deceptor padahal usaha menjaga dan
melindungi habitatnya sangat penting karena tumbuhan dari famili Rafflesiaceae
yang sangat tergantung sepenuhnya dengan tumbuhan inangnya dalam
memperoleh makanan (holoparasit) (Barkman et al. 2004).
Penelusuran pustaka menunjukkan penelitian mengenai R. deceptor
terbatas. Saat ini penelitian pada tahap genus difokuskan kepada ekologi dan
reproduksi R. infanticida dan R. deceptor (Banziger et al. 2007). Patino et al.
(2000) mempelajari tentang thermogenesis pada R. lowii yang uniseksual.
Banziger (2004) mengindikasikan telah menemukan metode polinasi manual dari
R. infanticida. Aspek konservasi yang digunakan terhadap Rafflesia bisa dipakai
juga untuk Rhizanthes, sebagaimana dilakukan Ismail et al. (1988), Nais dan
Wilcock (1998). Susatya (2003) sudah melakukan pendataan populasi dan siklus
hidup R lowii di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Katenong sedangkan
untuk R. deceptor yang juga ditemukan di Sumatera belum ada data yang cukup
tentang populasi dan ekologinya. Oleh karena itu, penelitian mengenai populasi
dan ekologi R. deceptor perlu dilakukan, apalagi karena bentuknya yang unik dan
penyebarannya yang terbatas.
Kurangnya pengetahuan terhadap sifat biologi dan ekologi dari suatu spesies
dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam upaya konservasinya. Untuk
melakukan konservasi yang menyeluruh terhadap suatu spesies diperlukan data
yang cukup. Dari beberapa informasi dan penelitian yang dilakukan di Sumatera
Barat, R. deceptor ditemukan di 2 lokasi yaitu Ulu Gadut dan Hutan Pendidikan
dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas (Unand) (Banziger dan
Hansen 2000, Andhina 2011). Manfaat riil R. deceptor untuk masyarakat saat ini
belum diketahui secara pasti. Saat ini belum ada data yang menyebutkan
pemanfaatan spesies ini oleh masyarakat lokal. Hal ini menjadikan konservasi R.
deceptor menjadi terabaikan. Ketidaktahuan masyarakat dan pemerintah terhadap
potensi R. deceptor membuat aksi konservasi menjadi tidak terprogram dengan
baik (Zuhud 2007). Penelitian terhadap bioprospeksi R. deceptor dapat menjadi
salah satu usaha untuk memunculkan stimulus alamiah dan manfaat dalam aksi
konservasi spesies ini.
Andhina (2011) telah melakukan karakterisasi morfologi terhadap R.
deceptor di HPPB Unand. Namun, penelitian mengenai populasi maupun ekologi
R. deceptor di lokasi ini belum dilakukan padahal lokasi populasi R. deceptor di

2

HPPB sangat rentan dengan kerusakan akibat perambahan hutan dan
pembangunan yang dilakukan di sekitar lokasi populasinya (Andhina 2011). Ini
membuat penelitian terhadap populasi dan ekologi R. deceptor di HPPB harus
dilakukan dengan segera agar dapat diperjelas status konservasinya sehingga
muncul strategi konservasi untuk spesies ini terutama untuk populasi R. deceptor
di HPPB Unand.
Penelusuran pustaka menunjukkan pemanfaatan R. deceptor belum
dilakukan baik secara tradisional maupun modern. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui potensi pemanfaatan dari R. deceptor terutama untuk mendukung
konservasinya. Dalam penelitian ini istilah bioprospeksi digunakan sebagai
pengganti istilah potensi pemanfaatan. Bioprospeksi dapat diartikan sebagai
proses menemukan nilai tambah manfaat dari suatu sumber daya hayati
(biodiversitas) (Kissinger 2013).
Penelitian terhadap bioprospeksi R. deceptor dapat menjadi salah satu usaha
untuk memunculkan stimulus alamiah dan manfaat dalam aksi konservasi spesies
ini. Salah satu dari bioprospeksinya adalah potensi sebagai obat. Namun,
penelitian mengenai potensi obat dari R. deceptor dan tumbuhan inangnya belum
ada. Penelitian mengenai potensi obat melalui uji potensi bioaktifnya perlu
dilakukan. Potensi bioaktifnya dapat diuji menggunakan uji brine shrimp lethality
test (BSLT) dan antioksidan. Ghisalberti (1993) menyatakan bahwa hasil uji
BSLT dapat mengindikasikan potensi ekstrak sebagai anti kanker ataupun anti
hama. Antioksidan berfungsi meredam radikal bebas pemicu kanker, penuaan
kulit, dan penyakit degeneratif lainnya.
Penelitian mengenai bioprospeksi pada famili Rafflesiaceae telah banyak
dilakukan. Bioprospeksi Rafflesia yang cukup banyak dibahas adalah mengenai
kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidannya yang juga menyebutkan bahwa
Rafflesia memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami karena memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat (Puttipan dan Okonogi 2014, Zulkffle et al. 2014).
Hasil tersebut membuat aktivitas antioksidan R. deceptor perlu diteliti sebagai
bagian dari usaha bioprospeksinya.
Perumusan Masalah
R. deceptor merupakan tumbuhan yang menarik tetapi belum mendapat
perhatian dalam upaya konservasi. Kurangnya perhatian bahkan dari para
ilmuwan membuat pengetahuan mengenai spesies ini sangat terbatas. Pendataan
populasi R. deceptor perlu dilakukan untuk menetapkan status dan strategi
konservasi bagi spesies ini. Silvertown (1982) menyatakan bahwa ada dua hal
utama yang harus dilakukan dalam setiap kajian populasi, yaitu mengetahui
jumlah atau ukuran dari populasi serta proses yang mengakibatkan terjadinya
perubahan terhadap ukuran populasi.
Pertanyaan yang sering muncul dalam penelitian Rafflesia adalah mengapa
Rafflesia selalu memilih Tetrastigma spp. sebagai inangnya (Zuhud et al. 1998).
Pertanyaan ini juga terjadi dalam penelitian Rhizanthes spp. Salah satu cara
menjawab pertanyaan ini adalah dengan melihat kandungan senyawa yang
dimiliki jenis tersebut. Kandungan senyawa kimia yang dimiliki oleh R. deceptor
dan inangnya juga dapat memunculkan potensi bioprospeksi. Potensi bioprospeksi

3

diketahui dapat membantu usaha konservasi jenis ini sebagaimana rumusan Tri
Stimulus AMAR pro konservasi (Zuhud 2007).
Rincian permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi bioekologi R. deceptor ditinjau dari populasi dan
karakteristik habitatnya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB)
Universitas Andalas Padang?
2. Bagaimana potensi bioprospeksi pada R. deceptor dan tumbuhan inangnya
serta bagaimana memunculkannya untuk membantu konservasinya?
3. Bagaimana strategi konservasi R. deceptor di HPPB Unand berdasarkan
kondisi bioekologi dan bioprospeksinya?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kondisi bioekologi R. deceptor ditinjau dari populasi dan
karakteristik habitatnya di HPPB Universitas Andalas Padang.
2. Menganalisis potensi bioprospeksi R. deceptor dan tumbuhan inangnya melalui
uji bioaktivitas yang meliputi uji fitokimia, toksisitas dan antioksidan.
3. Membuat sintesis strategi konservasi R. deceptor di HPPB Unand berdasarkan
hasil penelitian kondisi bioekologi dan bioprospeksinya.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan potensi dari R.
deceptor sehingga bisa lebih dikenal oleh masyarakat. Hasil penelitian juga
diharapkan dapat menjadi acuan untuk menetapkan status konservasi R. deceptor
serta mampu memunculkan stimulus pro konservasi dari pengelola HPPB dan
masyarakat lokal dalam rangka konservasi R. deceptor.

Kerangka Pemikiran
Paradigma baru dalam konservasi adalah bagaimana menemukan
pengungkit sikap dan aksi konservasi melalui stimulus manfaat suatu sumberdaya
atau kawasan. Bila manfaat itu memiliki nilai yang besar bagi masyarakat maka
dengan sendirinya masyarakat akan berusaha melindungi dan memelihara
kawasan. Nilai manfaat sumberdaya atau kawasan diharapkan dapat menjadi
stimulus manfaat yang menginisiasi sikap dan aksi konservasi (Zuhud 2007).
Stimulus yang terbentuk dalam memperlakukan sumberdaya hutan dapat
dikategorikan menjadi tiga (tri-stimulus AMAR), yaitu: stimulus alamiah (nilai
dan karakter bio-ekologi), stimulus manfaat (nilai dan karakter sosial ekonomi
seperti manfaat obat), dan stimulus religius atau rela (nilai dan karakteristik
keagamaan dan budaya). Pemahaman mendalam akan nilai-nilai tersebut menjadi
tri-stimulus AMAR yang mendorong kerelaan untuk bersikap dan berperilaku
konservasi. Masyarakat tradisional menjadikan kondisi bioekologi sumberdaya

4

hutan sebagai nilai kebenaran yang menjadi stimulus alamiah yang tertanam dalam
setiap individu. Stimulus manfaat muncul dari nilai-nilai kepentingan untuk
individu atau masyarakat, di antaranya seperti manfaat ekonomi, pangan, obat,
energi, jasa lingkungan, terhindar dari hukuman, sanksi, denda, bencana. Stimulus
religius muncul dari nilai-nilai religius, kebaikan, ganjaran dari Pencipta, nilai
spiritual, nilai agama yang universal, moral, kepuasan batin, kearifan budaya dan
lain-lain (Zuhud 2007). Gambar 1 menampilkan bagan alir konsep Tri Stimulus
AMAR pro konservasi.
Tri-Stimulus Amar
Stimulus Alamiah :
Nilai-nilai kebenaran dari
alam, kebutuhan dan
prasyarat keberlanjutan
sumberdaya hayati sesuai
dengan karakteristk
bioekologi
Stimulus Manfaat :
Nilai-nilai kepentingan
untuk manusia, manfaat
ekonomi, sosial, ekologis
dan lainnya.
Stimulus Rela (Religius) :
Nilai-nilai ganjaran
kebaikan dari Sang Pencipta
Alam: pahala, kebahagiaan
spritual, kepuasan batin,
damai, adanya jaminan
akses legal, dll

Sikap Pro
Konservasi
Cognitive
(pengalaman,
pengetahuan,
kesadaran,
pandangan,
keyakinan)
Affection
(emosi, senangtidak senang,
sayang, cinta,
dll)

Perilaku
Konservasi

Terwujudnya
Konservasi di
Dunia Nyata

Overt action
(kecenderungan
bertindak)

Gambar 1 Diagram alir “Tri Stimulus AMAR pro konservasi”: Stimulus, sikap
dan perilaku aksi konservasi (Zuhud 2007).
Menurut Kissinger (2013), penelitian mengenai bioprospeksi dapat
membantu memunculkan stimulus manfaat dari suatu jenis dalam usaha
konservasinya Bioprospeksi merupakan isu yang relatif baru dan hangat dalam
pengelolaan sumber daya hayati. Cakupan bioprospeksi meliputi beberapa bidang,
seperti kehutanan, pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, dan bidang lain
yang berkaitan dengan organisme. Bioprospeksi dapat diartikan sebagai kegiatan
mengeksplorasi, mengoleksi, meneliti, dan memanfaatkan sumber daya genetik dan
biologi secara sistematis guna mendapatkan sumber-sumber baru senyawa kimia,

5

gen, organisme, dan produk alami lainnya yang memiliki nilai ilmiah dan/atau
komersial (Lohan dan Johnston 2003, Gepts 2004). Kissinger (2013)
mendefinisikan bioprospeksi sebagai suatu proses menemukan manfaat atau nilai
tambah manfaat baik berupa materi atau jasa dari sumberdaya alam biologi
(biodiversitas).
Potensi suatu jenis dapat dilihat dari kandungan senyawa kimia dan
pengujian bahan bioaktif yang terkandung di dalamnya. Kandungan senyawa
kimia terutama metabolit sekunder yang berpeluang mengandung bahan bioaktif
dapat dilakukan dengan uji fitokimia. Uji fitokimia adalah proses untuk melihat
kandungan kimia tumbuhan dan senyawa bioaktif terutama metabolit sekundernya
(Sirait 2007). Untuk melihat peluang bioprospeksi dapat dilihat dengan menguji
bioaktivitas dari suatu jenis. Pengujian bioaktivitas yang sering dilakukan antara
lain adalah uji toksisitas dan uji antioksidan.
Aksi konservasi dapat berjalan dengan baik jika pelaku konservasi
memahami dengan baik objek konservasinya. Jika mengacu pada konsep Tri
Stimulus AMAR maka untuk pengelola HPPB dan masyarakat sekitar HPPB
setidaknya harus mengetahui kondisi bioekologi R. deceptor (regenerasi,
penyebaran, populasi, habitat pendukung, dll) sebagai stimulus alamiah dan
potensi manfaat dan bioprospeksi R. deceptor sebagai stimulus manfaat.
Kemunculan dua stimulus ini diharapkan mampu mengarah kepada stimulus
ketiga yaitu stimulus religius/rela sehingga aksi konservasi yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik dan memberi manfaat kepada R. deceptor sebagai objek
konservasi serta pengelola dan masyarakat sekitar HPPB sebagai pelaku
konservasi. Skema kerangka pikir penelitian ditampilkan pada Gambar 2.

6

Rhizanthes
deceptor

Belum dikenal
masyarakat

Sebaran dan
populasi terbatas

Bioprospeksi
R. deceptor

Analisis populasi
dan karakteristik
habitat

Uji
Fitokimia

Uji BSLT + Uji
Antioksidan

Stimulus
Religius/Rela

Stimulus
Manfaat

Stimulus
Alamiah

Sikap Pro Konservasi

Aksi Konservasi

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Rhizanthes
Revisi taksonomi Genus Rhizanthes pertama kali secara komprehensif
dilakukan Meijer dan Veldkamp (1988), sedangkan penelitian tentang biologi dan
ekologinya termasuk polinasi dilakukan oleh Banziger (1995, 1996). Sebelum
tahun 2000, genus Rhizanthes hanya memiliki dua spesies yaitu R. lowii dan R.
zippelii. Revisi taksonomi yang dilakukan Banziger dan Hansen (2000)
menambah dua spesies lagi yaitu R. infanticida dan R. deceptor.

7

Klasifikasi Rhizanthes secara taksonomi adalah sebagai berikut :
Filum
Divisi
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dichotyledonae
: Aristolochiales
: Rafflesiaceae
: Rhizanthes
: R. lowii, R. zippelii, R. infanticida, R. deceptor

Secara umum, Rhizanthes adalah tumbuhan uniseksual. Pengecualian
terdapat pada R. lowii yang merupakan tumbuhan uniseksual dan biseksual.
Tumbuhan uniseksual berarti bahwa tumbuhan tersebut dapat dibedakan dengan
jelas antara jantan betina sedangkan tumbuhan biseksual berarti pada satu individu
tumbuhan tersebut terdapat ciri kelamin jantan dan betina sehingga tidak dapat
dibedakan jenis kelaminnya (Banziger et al. 2007). Rhizanthes adalah tumbuhan
endofit holoparasit sebagaimana anggota Rafflesiaceae lainnya. Ini berarti bahwa
sumber makanan dan nutrisi yang dibutuhkan Rhizanthes sepenuhnya berasal dari
inang Rhizanthes yaitu Tetrastigma spp. (Vitaceae) (Barkman et al. 2004).
Sifat biologi dari spesies pada famili Rafflesiaceae menyebabkan
terganggunya spesies tersebut untuk menjaga tingkat populasi yang aman dari
kepunahan. Kondisi ini juga diiringi dengan fragmentasi dan perusakan habitat
oleh manusia. Sifat biologi yang menghambat antara lain bahwa secara umum
jenis Rafflesiaceae bersifat dioceous (berumah dua). Untuk bereproduksi idealnya
diperlukan bunga jantan dan bungan betina yang mekar bersamaan (sinkronisasi)
dan adanya agen penyerbuk yang membantu agar terjadi proses penyerbukan
(Susatya 2003). Sinkronisasi merupakan peristiwa yang cukup jarang terjadi, yang
kalaupun ada dua individu mekar bersamaan, biasanya hanya berkelamin jantan
atau betina saja (Hidayati et al. 2000).
Deskripsi Rhizanthes deceptor
R. deceptor pertama kali dideskripsikan oleh diidentifikasi sebagai
R.zippelii oleh Meijer dan Veldkamp (1988). Banziger dan Hansen (2000)
melakukan revisi dan deskripsi ulang terhadap spesies tersebut sehingga
menghasilkan nama ilmiah R. deceptor. R. deceptor memiliki bunga berwarna
putih dengan garis kecoklatan serta ujung tepal yang berwarna coklat. Bunga R.
deceptor mekar ketika knop mencapai diameter 2-4 cm. Knop merekah pada
tengah malam sampai sebelum fajar. Braktea berjumlah 12 lembar. R. deceptor
jantan memiliki bulu yang menutupi permukaan atas perigone yaitu bulu yang
kaku jarang (Bristel Hair) dengan ramenta yang bercabang. Perbedaan R.
deceptor jantan dan betina terdapat pada bagian globular head yaitu pada jantan
terdapat anther yang tersusun melingkar pada globular head sedang pada yang
betina terdapat globular yang berfungsi sebagai stigma (Banziger dan Hansen
2000, Andhina 2011).
R. deceptor ditemukan dengan habitat hutan hujan tropis pada ketinggian
500-700 mdpl. Tumbuhan inangnya antara lain T. pedunculare dan T. papillosum.

8

Serangga yang berperan sebagai polinator R. deceptor antara lain adalah lalat
dengan jenis Chrysomya defixa, Lucilia porphyrina dan Hypopygiopsis
fumipennis (Banziger dan Hansen 2000). R. deceptor merupakan spesies endemik
Sumatera dimana keberadaan R. deceptor di Pulau Sumatera sejauh ini ditemukan
di Provinsi Sumatera Barat yaitu di Padang (Ulu Gadut dan HPPB Unand) dan
Gunung Sago Kabupaten Tanah Datar serta pada Provinsi Bengkulu (Banziger
dan Hansen 2000, Andhina 2011). R. zippelli ditemukan di Pulau Jawa sedangkan
R. infanticida dan R. lowii ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung
Malaya.
Masyarakat lokal di sekitar HPPB UNAND tidak terlalu mengenal
tumbuhan ini sehingga belum diketahui nama lokalnya. Kurator herbarium
Universitas Andalas menyebut R. deceptor dengan nama bintang tanah untuk
nama lokalnya (Andhina 2011).
Konservasi dan Bioprospeksi
Konservasi adalah upaya untuk mengelola sumberdaya alam hayati secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya berdasarkan
UU No 5 Tahun 1990 (Setkab 1990). Dalam UU No 5 Tahun 1990 juga
dinyatakan bahwa tujuan koservasi adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian
sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia. Dari tujuan tersebut dapat dipahami bahwa konservasi hendaknya
diarahkan untuk kesejahteraan manusia, terutama masyarakat lokal. Fisher (1995)
mengatakan bahwa jika masyarakat lokal memperoleh akses pada produk hutan
dan memperoleh pendapatan, mereka akan berkontribusi pada konservasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat konservasi
mendapat tantangan dalam hal pemanfaatan secara berkelanjutan. Pengetahuan
dari masyarakat tradisional mengenai pemanfaatan sumberdaya hayati menjadi
sumber dalam penelitian modern untuk mendapatkan hasil yang dapat diterima
dalam skala industri. Pemanfaatan tumbuhan terutama untuk kebutuhan obat telah
dilakukan sejak dahulu kala. Schippmann et al. (2002) menyatakan bahwa lebih
dari 50.000 spesies tumbuhan saat ini telah diketahui potensinya dan
dimanfaatkan sebagai bahan dari obat-obatan modern. Kebutuhan terhadap obatobatan yang berasal dari alam terus meningkat baik di negara maju dan negara
berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan dan akibat yang
ditimbulkan oleh obat-obatan kimia sintetis. Hal ini menjadikan sumberdaya
hayati terancam mengalami ekploitasi berlebihan. Eksploitasi berlebihan ditambah
dengan degradasi lahan dan kerusakan hutan merupakan hal yang perlu
diwaspadai jika menginginkan pemanfaatan secara berkelanjutan dari sumberdaya
hayati (Hawkins 2008).
Bioprospeksi Rafflesiaceae dan Tetrastigma
Secara umum pengetahuan tentang bioprospeksi Rafflesiaceae adalah pada
pemanfaatan genus Rafflesia. Ra. zollingeriana digunakan masyarakat lokal di
Taman Nasional Meru Betiri sebagai bahan jamu serta mengobati berbagai

9

penyakit kewanitaan seperti keputihan serta pengobatan pasca melahirkan (Lestari
2013). Kandungan kimia serta bioaktivitas beberapa jenis Rafflesia telah diteliti di
dalam dan luar negeri. Meijer (1997) menyatakan bahwa famili Rafflesiaceae
kaya akan golongan tanin. Penelitian mengenai aktivitas antimikroba Ra. hasseltii
telah dilakukan Wiart et al. (2004) serta Sofiyanti et al. (2008) yang meneliti
kandungan alkaloid dan fenolik pada kelopak bunga Ra. hasseltii di Riau.
Kanchanapoom et al. (2007) mendeteksi empat senyawa golongan tanin pada Ra.
kerri di Thailand. Menurut Sofiyanti et al. (2008), baru tiga jenis dari Rafflesia
yang telah diketahui kandungan senyawa kimianya.
Tetrastigma telah lama digunakan sebagai bahan obat tadisional di Cina. T.
hemsleyanum dan T. hypoglaucum telah diteliti manfaatnya oleh Liu et al.
(2002,2003). Ekstrak T.hemsleyanum diketahui bermanfaat sebagai anti inflamasi,
penahan sakit dan meningkatkan sirkulasi darah, sedangkan ekstrak T.
hypoglaucum bermanfaat sebagai obat patah tulang dan penahan sakit. Kandungan
kimia T. hypoglaucum diisolasi oleh Liu et al.(2003), sedangkan kandungan
kimia T. hemsleyanum oleh Liu et al.(2002). Studi fitokimia yang dilakukan Din
et al.(2002) terhadap lima jenis Tetrastigma di Sabah, menunjukkan bahwa
ekstrak batang T. dubium, T. hookeri dan T. pedunculare terdeteksi mengandung
saponin sedangkan T. diepenhorstii dan T. glabratum tidak mengandung saponin.
Kelima jenis tersebut tidak terdeteksi mengandung alkaloid dan steroid. Sofiyanti
et al. (2008) menyebutkan bahwa ekstrak akar dan kulit batang T. leucostaphylum
mengandung dua macam senyawa alkaloid yaitu nikotin dan kafein serta tiga
macam senyawa fenolik yaitu katekin, proantosianidin dan asam fenolik, dimana
keseluruhan senyawa kimia tersebut juga dimilki oleh R. hasseltii dengan T.
leucostaphylum sebagai inangnya.
Masyarakat lokal di Indonesia diketahui biasa memanfaatkan Tetrastigma
untuk obat batuk, obat cacingan dan obat penyegar (Lianah 2013) serta bisa
menjadi sumber air darurat dalam hutan (Lestari 2013). Penelitian Lianah (2013)
terhadap T. glabratum menunjukkan bahwa daunnya mengandung flavonoid,
fenol, terpenoid dan steroid, tetapi negatif terhadap nikotin dan kafein, sedangkan
eksudatnya mengandung fenol dan flavonoid.
Uji Fitokimia
Fitokimia merupakan senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan dan
dapat memberikan kesehatan pada tubuh manusia (Hasler 1998). Senyawa
bioaktif tersebut terdapat pada tumbuhan dalam jumlah kecil yang biasa disebut
metabolit sekunder. Uji fitokimia adalah proses untuk melihat kandungan kimia
tumbuhan dan senyawa bioaktif terutama metabolit sekundernya (Sirait 2007).
Beberapa metabolit sekunder yang biasa diuji keberadaannya pada tumbuhan
adalah alkaloid,fenolik, saponin, terpenoid, flavonoid dan steroid.
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik (Harborne
1987). Alkaloid memiliki kegunaan dalam bidang medis, antara lain sebagai
analgetika dan narkotika, mengubah kerja jantung, penurun tekanan darah, obat
asma, sebagai antimalaria, stimulan uterus, dan anastesi lokal (Sirait 2007).

10

Fenol merupakan jenis metabolit sekunder yang mempunyai ciri khas cincin
aromatik dengan satu atau lebih kelompok hidroksil. Saat ini telah diketahui lebih
dari 8000 jenis struktur fenolik yang tersebar pada sebagian besar tumbuhan
(Strack 1997). Fenol terdiri dari fenol sederhana sampai yang kompleks. Secara
umum senyawa fenolik dibagi menjadi dua yaitu kelompok flavonoid dan nonflavonoid. Diantara anggota fenolik antara lain asam fenol, flavonoid dan tanin
(Crozier et al 2006).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa mulai dari komponen
minyak atsiri, diterpenoid, giberelin, triterpenoid, steroid dan karotenoid.
Terpenoid larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan.
Terpenoid memiliki beberapa nilai kegunaan bagi manusia, antara lain minyak
atsiri sebagai dasar wewangian, rempah-rempah, serta sebagai cita rasa dalam
industri makanan, monoterpen merupakan senyawa yang dapat mencegah kanker
dan bersifat sebagai antioksidan sedangkan karotenoid yang banyak terdapat pada
sayur-sayuran berwarna kuning dan jingga dapat mencegah kanker, sebagai
antioksidan, dan meningkatkan sistem imun tubuh (Sirait 2007).
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan
gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Flavonoid terdapat
pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari, dan akar.
Flavonoid berperan terhadap warna dalam organ tumbuhan seperti bunga, buah,
daun, atau warna pada pigmen. Flavonoid pada tumbuhan berguna untuk menarik
serangga dan binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran
biji (Sirait 2007). Flavonoid juga berperan dalam melindungi tumbuhan dari efek
buruk sinar UV. Pada manusia flavonoid berguna sebagai stimulan pada jantung,
diuretik, antioksidan pada lemak, menurunkan kadar gula darah, anti jamur, dan
anti-HIV (Zabri et al.. 2008).
Saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika
dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel
darah merah. Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya,
pada epitel hidung, bronkus, ginjal, dan sebagainya. Stimulasi pada ginjal
diperkirakan menimbulkan efek diuretika. Sifat menurunkan tegangan muka yang
ditimbulkan oleh saponin dapat dihubungkan dengan daya ekspektoransia, dengan
sifat ini lendir akan dilunakkan atau dicairkan. Saponin bisa juga sebagai
prekursor hormon steroid (Sirait 2007).
Uji Toksisitas Larva Udang (Brine Shrimp Lethality Test /BSLT)
Uji BSLT adalah salah satu uji pendahuluan dalan mendeteksi dan
mengamati
efek farmakologi dari suatu senyawa. Uji BSLT kemudian
berkembang menjadi metode bioassay konvensional yang umum digunakan dalam
menguji kandungan komponen aktif tumbuhan. Uji BSLT dapat menjadi skrining
awal untuk mendeteksi kemungkinan adanya senyawa anti kanker karena adanya
korelasi positif antara toksisitas menggunakan BSLT dengan efek proliferasi pada
kultur sel kanker (Meyer et al. 1982).
Penggunaan larva udang sebagai bahan penguji studi bioaktivitas telah
dilakukan sejak tahun 1956 dan terus berkembang sebagai uji bioaktivitas,
toksisitas serta studi lingkungan. Kelebihan penggunaan larva udang antara lain
cepat, murah, sederhana, tidak memerlukan teknik aseptik, hasilnya dapat

11

dipercaya dan memiliki spektrum farmakologi yang luas. Hasil uji BSLT
dinyatakan dengan LC50. Nilai LC50 adalah kemampuan ekstrak untuk mematikan
50 % populasi larva udang yang diuji. Semakin kecil nilai LC50 maka semakin
tinggi nilai toksisitasnya. Jika nilai LC50 di bawah 1000 µg/mL maka suatu
senyawa atau ekstrak aktif dari suatu sampel memiliki potensi bioaktif (Meyer et
al. 1982).
Uji Aktivitas Antioksidan
Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu
bahan adalah menggunakan radikal bebas diphenyl picryl hydrazyl (DPPH).
Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan
cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut
tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini
ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang dapat dikarakterisasi
pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 520 nm
(Molyneux 2004).
Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan
prinsip spektrofotometri. Senyawa DPPH (dalam metanol) berwarna ungu tua
terdeteksi pada panjang gelombang sinar tampak sekitar 517 nm. Suatu senyawa
dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu
mendonorkan atom hidrogennya untuk berikatan dengan DPPH membentuk
DPPH tereduksi, ditandai dengan semakin hilangnya warna ungu (menjadi kuning
pucat) (Molyneux 2004).

3 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
HPPB pada awalnya adalah daerah bekas perladangan masyarakat yang
didominasi oleh tanaman bernilai ekonomis seperti durian, petai dan jengkol. Pada
awal tahun 1980, dalam perencanaan awal pembangunan kampus Universitas
Andalas telah dialokasikan lahan seluas ±150 ha untuk lokasi penelitian
mahasiswa yang kemudian dikenal dengan nama HPPB Universitas Andalas.
HPPB secara administratif termasuk ke dalam Kelurahan Limau Manis Atas,
Kecamatan Pauh, Kota Padang. Pada tahun 2004 berdasarkan Surat Keputusan
Rektor Unand, HPPB termasuk kedalam Kebun Raya Universitas Andalas
bersama arboretum dan kebun tanaman obat (Sari 2011). Saat ini pengelolaan
HPPB berada di bawah UPT Sumber Daya Hayati Universitas Andalas.
Hutan ini terletak di sebelah timur kota padang dan berjarak ±12 km dari
pusat kota. Kawasan hutan ini di sebelah selatan berbatasan dengan sungai kecil
Air Naras, sebelah utara dengan Air Sekayan, sebelah timur bersambungan
dengan hutan milik penduduk dan sebelah barat bersambungan dengan lokasi
kampus. Topografi HPPB adalah berbukit-bukit dengan kemiringan 10-30%,
terletak pada ketinggian 200-500 m dari permukaan laut. Gambar 3 menampilkan
gambar/peta lokasi HPPB Unand.

12

Gambar 3 Peta lokasi HPPB Unand

Iklim dan Curah Hujan
Suhu udara di HPPB berkisar antara 24-29 0C dan kelembaban relatif 6890% (Rahman et al. 1994). HPPB menurut Schmidt dan Ferguson untuk tipe iklim
tergolong pada Tipe A (sangat basah) dengan curah hujan tahun 1980 sampai
tahun 1984 rata-rata tahunan Kuranji 5.546 mm/tahun, dan terakhir curah hujan
tahun 1992 sampai dengan 2002 rata-rata sebesar 3.723,9 mm/tahun. HPPB juga
memiliki kesuburan tanah yang tergolong cukup tinggi (Yasin et al. 2010).
Kondisi Keanekaragaman Hayati dan Vegetasi
Kawasan HPPB memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
Dalam HPPB terdapat ± 174 jenis pohon, 96 jenis herba, 76 jenis perdu, 16 jenis
liana dan 18 jenis epifit. Selain itu, HPPB juga mempunyai keanekaragaman
satwa yang tinggi yaitu sekitar 149 jenis kupu-kupu, amphibia khususnya ordo
anura 23 jenis, ular 19 jenis, burung 89 jenis, dan primata 5 jenis (Rahman et al.
1994).
Vegetasi di kawasan HPPB dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu :
1. Semak belukar yang didominasi oleh paku rasam (Glichenia linearis), alangalang (Imperata cylindrica), karamuntiang (Rhodomyrtus tomentosa) dan
sikaduduak (Melastoma malabathricum). Pada vegetasi ini juga ditemukan
beberapa jenis Nepenthes spp.

13

2. Daerah bekas perladangan yang didominasi oleh tanaman bernilai ekonomis
seperti durian (Durio zibethinus), petai (Parkia speciosa) dan manggis
(Garcinia mangostana).
3. Daerah hutan, dimana dijumpai pohon-pohon yang cukup besar dari famili
Fagaceae, Diptericarpaceae, Moraceae, dan sebagainya. Sebagian kawasan
HPPB juga termasuk dalam kawasan hutan lindung (Sari 2011).
Daerah bekas perladangan yang berada di HPPB masih dikunjungi oleh
masyarakat sekitar kampus.Masyarakat menganggap daerah tersebut masih milik
mereka sehingga masih sering terjadi penebangan kayu secara liar. Pada
musimnya, buah-buahan ekonomis yang berada di HPPB akan ditunggui dan
dijaga oleh masyarakat sekitar.
Sekarang ini kawasan HPPB telah banyak dialihfungsikan, diantaranya
sebagai kawasan perkebunan dan tempat penambangan batu sungai. Di HPPB
juga terdapat bak penampungan air PDAM yang dilengkapi pipa-pipa air di
sepanjang jalur HPPB. Pengawasan yang minim dari pihak pengelola HPPB serta
kurangnya kesadaran diri pengguna HPPB turut menjadi penyebab terjadinya
banyak gangguan pada kawasan ini. Gangguan yang cukup berbahaya antara lain
illegal logging dan pembakaran lahan (Sari 2011).

4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian berlangsung selama 8 bulan dari April-Desember 2014 mulai dari
survey pendahuluan sampai selesainya identifikasi spesimen herbarium, analisis
kandungan senyawa kimia dan analisis bioaktivitas. Penelitian dan pengambilan
sampel dilakukan di HPPB Unand Padang. Studi koleksi herbarium dan foto
tumbuhan dilakukan di Herbarium Unand sedangkan analisis senyawa kimia dan
uji bioaktivitas dilakukan Laboratorium Biota Sumatera Unand, Laboratorium
Kimia Hasil Hutan FAHUTAN IPB dan Laboratorium Kimia Analitik FMIPA
IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System
(GPS), meteran, kompas, tali, perlengkapan koleksi herbarium, alat pengukur
faktor lingkungan (soil tester, sling psikometer), kamera, peralatan ekstraksi,
timbangan dan perangkat gelas (erlenmayer, tabung reaksi, cawan petri,
volumetrik, dll). Bahan yang digunakan adalah sampel R. deceptor dan T.
papillosum, telur udang A. salina, air laut, pelarut (air, etanol dan kloroform) serta
zat kimia yang diperlukan dalam uji fitokimia, uji BSLT dan uji aktivitas
antioksidan.

Metode Pengambilan Data

14

Bioekologi R. deceptor
Analisis Populasi dan Karakteristik Habitat
Data yang dikumpulkan meliputi data biotik dan abiotik pada lokasi
penelitian. Data faktor biotik meliputi komposisi vegetasi, pencatatan individu R.
deceptor untuk data struktur populasi dan spesies agen dispersalnya. Data abiotik
yang dicatat meliputi karakteristik habitat berupa faktor edafik, topografi dan
iklim mikro.
Pengumpulan data populasi dan kondisi habitat dilakukan dengan membuat
5 plot tunggal berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 ha yang ditempatkan secara
purposive, dimana plot dibuat dan ditempatkan sesuai dengan keberadaan R.
deceptor di lapangan. Data yang dikumpulkan adalah titik koordinat plot, ketinggian,
keberadaan inang (jumlah inang, pohon penyokong) dan keberadaan R. deceptor
(jumlah, ukuran dan kondisi) mulai dari knop sampai individu yang mekar serta
posisi tumbuh pada inangnya. Ilustrasi pengukuran diameter knop