Perilaku merokok pada remaja

Tar ialah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam dan digunakan untuk mengaspal jalan raya. Tar terdapat dalam rokok. Zat ini bersifat lengket dan mudah menempel pada paru-paru. Apabila zat tersebut sihisap maka akan mengakibatkan kanker pau-paru. 8. Metanol Metanol ialah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

2.4. Perilaku merokok pada remaja

2.4.1. Definisi Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoadmojo, 2003 dalam Tanjung, 2006 2.4.2. Perilaku merokok Mu’tadin 2002, dalam Tanjung, 2006 mengkategorikan perilaku merokok individu atas ringan, sedang, berat dan sangat betar, yaitu: 1. Perokok ringan bila menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. 2. Perokok sedang, bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Universitas Sumatera Utara 3. Perokok berat, bila merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit setelah bangun pagi. 4. Perokok sangat berat, bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokok lima menit setelah bangun pagi. Menurut Silvan Tomkins dalam Tanjung, 2006 ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : 1. Pertama, tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini, dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut: a. Meningkatkan kenikmatan, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok sesuda minum kopi atau makan. b. Menyenangkan perasaan, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangka perasaan. c. Kenikmatan saat memegang rokok, yaitu perilaku untuk mendapatka kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Perilaku merokok ini biasanya terjadi pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau, sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Selain itu ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan Universitas Sumatera Utara rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia menyalakan rokok tersebt dengan api. 2. Kedua, tipe perokok yang yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tiak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3. Ketiga, tipe perokok yanga adiktif. Oleh Green dalam Pychological Factor in smoking, 1978 dalam Tanjung, 2006 disebut pcychological addction. Mereka yang sudah adiksi Kn menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. 4. Keempat, tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Merokok menjadi perilaku yang otomatis terjadi, yang seringkali tanpa dipikirkan dan tidak disadari karena tubuh telah terkondisi. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif, menurut Green dalam dalam Pychological Factor in smoking,1978 dalam Tanjung, 2006 menambahkan ada tiga subtype, yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, pleasure of handling the cigarette. Universitas Sumatera Utara − Pertama, pleasure relaxation perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. − Kedua, stimulation to pick them up,yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. − Ketiga, pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Tipe ini sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari- jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api. 2.4.3. Merokok untuk pertumbuhan remaja memang memiliki segudang bahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi pelajar yang paling ditakutkan adalah dalam hal kesehatan jasmani. Kita semua tahu ada ribuan zat beracun yang terkandung dari dalam rokok. Dari semua bahan berbaya tersebut, kita pasti bisa terkena penyakit apa saja. seperti kanker, gangguan pernafasan kronis, stroke, penyakit jantung, gangguan fungsi seksual, bronchitis, batuk dan masih banyak lagi penyakit yang diakibatkan karena merokok Atkinson, 2009. Dampak Merokok Pada Remaja Efek penyakit yang ditimbulkan oleh perokok aktif memang tidak langsung dirasakan pada saat itu juga, tapi biasanya penyakit akibat merokok dirasakan kerika sudah dewasa atau tua. Bagi pelajar wanita yang nekat merokok, Universitas Sumatera Utara jangan heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami keguguran bahkan melahirkan bayi cacat. Adapun dampak merokok terhadapat sosial dan kejiwaan seorang perokok. Walau banyak remaja yang selalu beranggapan bahwa merokok adalah tindakan yang keren, gaul banyak pula yang memandang sinis terhadap para perokok. Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman karena kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan mempengaruhi kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak percaya diri, merasa dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah dan pemberontak. Seorang perokok juga mempunyai masalah pada keuangan mereka dengan adanya kebiasaan remaja merokok, banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan uang agar tetap bisa merokok. salah satu diantaranya adalah membohongi orangtua untuk mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah. Rokok hanyalah sebagaian kecil dari problematika remaja zaman sekarang, mungkin ada baiknya orangtua dan keluarga yang lebih memperhatikan setiap tingkah laku dan kegelisahan hati remaja ini, jangan sampai mereka menjadi hancur dan terjerumus ke hal yang merugikan masa depannya Santrock, 2007. 2.4.4. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja Saktyowati 2010 mengatakan bahwa usia paling rawan seseorang untuk memulai merokok adalah usia remaja 10-19 tahun. Hal itu disebabkan usia remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini, umumnya remaja suka mencoba-coba hal yang baru, meskipun belum tahu akibatnya. Adapun hal-hal yang dapat menyabakan seseorang merokok adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Pengaruh Orang tua Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke duniawi, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di duniawi dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan remaja dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian dapat terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidup remaja. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan remaja. Sejak seorang remaja lahir, orang tuanyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu remaja meniru perangai orang tuanya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental remaja terletak pada peranan orang tuanya Komalasari, 2006 Mulyadi 2007 menyatakan hal yang paling kuat pengaruhnya adalah jika orang tua sendiri menjadi contoh, yaitu sebagai perokok berat maka anak-anaknya sangat memungkinkan untuk mencontohnya. Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok jika ibu atau ayah sebagai perokok berat. Saktyowati 2010 mengatakan salah satu temuannya tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak Universitas Sumatera Utara bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua single parent. 2. Pengaruh teman. Teman adalah tempat memperoleh informasi yang tidak terdapat didalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan temapat kedua setelah keluarga yang mengarahkan dirinya menuju perilaku yang baik serta memberikan masukan koreksi terhadap kekurangan yang dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak positif bagi remaja yang bersangkutan. Remaja memilki kecenderungan bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang dewasa, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar berbagi rasa, bersikap sportif, belajar, menerima dan melaksanakan tanggung jawab. Belajar berperilaku sosial yang baik dan belajar bekerjasama Santrock, 2007. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87 mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja nonperokok Saktyowati, 2010. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Kepribadian Saktyowati 2010 mengatakan orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan termasuk rokok ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. 4.Pengaruh iklan Melihat iklan di media massa elektronik yang menampilkangambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour kemewahan, membuat remaja serong terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Penelitian WHO juga menyebutkan bahwa iklan rokok secara tidak langsung mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba rokok. WHO juga menyatakan sudah terbukti bahwa larangan menyeluruh terhadap iklan produk tembakau mengurangi konsumsi tembakau Saktyowati, 2010. Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat terhadap suatu produk dan iklan memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat terhadap produk rokok dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media massa, remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang Universitas Sumatera Utara dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun. Iklan, promosi, ataupun sponsor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempermudah produsen rokok dalam mempengaruhi remaja dan anak-anak. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja. Terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, karena remaja belum mengerti benar mengenai bahaya yang disebabkan oleh rokok ataupun penyakit yang dapat timbul karena rokok, sehingga orang tua dapat memberi pemahaman terhadap anak-anaknya tentang merokok Arini, 2011. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok Tandra, 2003. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak orang, bahkan telah menjadi sebuah kebutuhan. Di negara berkembang seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk menjanjikan cita rasa dan harga tersendiri. Sasaran dari produk itu mencakup semua lapisan masyarakat baik lapisan masyarakat atas maupun lapisan masyarakat bawah. Konsumen rokok tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan Mulyadi Uyun, 2007. Universitas Sumatera Utara Merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Bahkan banyak dijumpai di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul anak-anak tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di sekolah menengah, kebanyakan para siswa laki-laki di sekolah melakukan kegiatan merokok karena merokok merupakan sesuatu yang menjadi kegiatan sosialnya, para siswa mengatakan bahwa merokok merupakan salah satu lambang pergaulan bagi mereka. Perilaku merokok dikalangan remaja perlu mendapatkan perhatian lebih, karena dalam rokok terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok. Sehingga perlu adanya upaya pencegahan perilaku merokok pada remaja, khususnya peserta didik di sekolah agar tidak menjadi pecandu rokok karena merokok dipandang sebagai pintu gerbang menuju penggunaan obat-obatan dan perilaku kenakalan remaja yang lain seperti penggunaan alkohol, narkoba, absen di sekolah, tawuran dan kemungkinan putus sekolah Soegeng , 2007 . Semua orang tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, tetapi perilaku merokok tidak pernah hilang. Hal yang paling memprihatinkan saat ini adalah usia mulai merokok yang semakin muda, jika orang pada jaman dahulu merokok pada usia SMP maka sekarang anak SD juga sudah mulai merokok walau secara diam-diam. Latar belakang seseorang merokok beraneka ragam, dikalangan remaja dan pria dewasa perilaku merokok ini dapat terjadi karena gengsi dan agar disebut jagoan, adapun dikalangan orang tua perilaku merokok dipengauhi orang-orang di sekitarnya lingkungan. Alasan-alsan inilah yang Universitas Sumatera Utara mengalahkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain meskipun orang tersebut mengetahui bahaya merokok tersebut Saktyowati, 2010. Riskesdas 2010 menyatakan penduduk Indonesia kelompok umur 15 tahun ke atas yang dianalisis sebanyak 177.926 responden, dengan rincian laki- laki 86.493 responden 48,6 dan perempuan sebanyak 91.433 responden 51,4, di daerah perkotaan sebanyak 91.057 responden 51,2 dan pedesaan sebanyak 86.869 responden 48,8. Prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2. Prevalensi merokok tiap hari pada lima provinsi tertinggi ditemukan di provinsi Kalimantan Tengah 36, Kepulauan Riau 33,4, Sumatera Barat 33,1, NTT 33, dan Bengkulu juga 33, sedangkan untuk Sumatera Utara sendiri sebesar 29,7 yang merupakan urutan kesepuluh. Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan tahun 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15-19 tahun yang merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7 dan tahun 2004 menjadi 17,3 Kompas, 2009. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey GYTS 2006, sekitar 37,3 pelajar pernah merokok dan 30,9 merokok pertamakali di bawah usia 10 tahun. Prevalensi perokok aktif pada pelajar laki- laki adalah 24,5 dan pada perempuan 2,3 Tukiran, dkk, 2010. Prevalensi merokok saat ini lebih tinggi 16 kali pada pria 65,9 dibandingkan pada perempuan 4,2. Jika ditinjau dari tempat tinggal penduduk yang tinggal dipedesaan prevalensi merokoknya lebih tinggi yaitu 30,8 Universitas Sumatera Utara dibandingkan diperkotaan yang hanya 25,9, dan yang lebih mencengangkan lagi prevalensi pertama kali merokok atau menggunakan tembakau pada umur 15- 19 tahun 43,3, diikuti pada umur 10-14 tahun 17,5 dan 20-24 tahun 17,5 dan ada juga yang mulai merokok pertama kali umur 5-9 tahun 2,2 Riskesdas, 2010. Penelitian Zahro 2006 mengatakan pengaruh teman sebaya terhadap praktik merokok sebesar 36,3 . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja mempunyai teman yang mendukung perilaku merokok, sehingga memungkinkan responden untuk tetap merokok. Kebiasaan merokok orang tua remaja sebesar 52 , kebiasaan merokok orang tua merupakan faktor penguat reinforcingfactor. Sehingga kebiasaan orang tua merupakan faktor penguat responden untuk merokok. Iklan rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok di kalangan remaja. Remaja berpendapat iklan rokok memiliki pengaruh yang besar untuk mulai merokok, 29 remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok, remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri dan merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok sebanyak 37 remaja perokok Ginting, 2011. Kepribadian memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok remaja sebanyak 40,9. Hal ini memberikan gambaran bahwa merokok bagi seorang remaja dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Remaja meyakini dengan merokok akan mendatangkan efek-efek yang menyenangkan Komalasari, 2006. Universitas Sumatera Utara Dari latar belakang diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku merokok sudah dimulai dari seseorang memasuki usia remaja dimana usia remaja adalah masa dimana seseorang mulai mencari jati dirinya. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Tujuan Penelitian