Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (Technical Efficiency Of Planting Successful In Industrial Timber Plantation)

45
EFISIENSI TEKNIS KEBERHASILAN PENANAMAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
(TECHNICAL EFFICIENCY OF PLANTING SUCCESSFUL IN INDUSTRIAL TIMBER PLANTATION)

Nur Arifatul Ulya
Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu, Palembang

Abstract
The continuously decreasing share of forestry sector in national economics needs to follow by increasing of forest production and productivity. The limited forest production area forces the use of efficient management to guarantee sustained yield without endangering forest conservation area. Existence of efficiency principle in forest management will drive to a sustainable production in such a limited concessionaire of production forest. The research was conducted to identify some factors that affect the production level of industrial timber plantation and identify the level of technical efficiency of industrial timber plantation’s management. An econometric approach based on Cobb-Douglas production function used to identify the aim of the research. The size of planting realization that become output of production activity estimated affected by the size of planting target, seedling, fertilizer, herbicide and labor both employee and daily worker. The results show that production factors that statistically significant affect the production are the size of plantation area, herbicide and labor (employee). Seedling, labor (daily worker) and fertilizer become production factors that statistically not significant to affect the production of plantation forest. The production factors (inputs) combination to produce production (output) have not meet technically efficient category, because this combination have decreasing returns to scale. Keywords: Cobb-Douglas, industrial timber plantation, technical efficiency
Abstrak
Penurunan peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional secara terus menerus perlu ditindaklanjuti dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Terbatasnya kawasan hutan produksi mendorong perlunya pengelolaan yang efisien agar kelestarian hasil tercapai tanpa harus mengancam kawasan konservasi. Diharapkan dengan adanya efisiensi dalam pengelolaan HTI maka luas areal konsesi yang terbatas HTI dapat berproduksi secara lestari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan tingkat efisiensi teknis HTI. Pendekatan ekonometrika yang berangkat dari fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan sebagai kerangka analisis. Output (luas realisasi penanaman) diduga dipengaruhi oleh luas target penanaman, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja baik yang karyawan maupun buruh. Hasil estimasi menunjukkan faktor produksi yang secara statistik berpengaruh terhadap produksi HTI PT. Musi Hutan Persada adalah luas areal yang harus ditanami, herbisida dan tenaga kerja yang berupa karyawan. Faktor produksi yang berupa jumlah bibit, tenaga kerja yang berupa buruh dan pupuk tidak signifikan mempengaruhi produksi. Kombinasi penggunaan input (faktor produksi) dalam berproduksi berada pada kondisi belum efisien secara teknis karena berada pada posisi decreasing returns to scale. Kata kunci: Cobb-Douglas, efisiensi teknis, hutan tanaman industri

PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa hutan produksi merupakan salah satu fungsi hutan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam tata

guna hutan di Indonesia. Salah satu hasil hutan yang masih merupakan produk utama dari hutan adalah kayu. Kayu merupakan bahan baku bagi industri kehutanan yang sampai saat ini masih mampu menghasilkan devisa bagi Indonesia, meskipun peranannya semakin menurun jika

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

46 Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…


dibandingkan tahun 1970-an. Bersamaan dengan itu, kemampuan hutan alam produksi yang dikelola dalam bentuk konsesi HPH untuk memasok bahan baku bagi industri kehutanan semakin menurun. Hal ini mendorong pemerintah untuk menggalakkan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). HTI dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur intensif. Sasaran utama pembangunan hutan tanaman industri adalah merehabilitasi kawasan hutan produksi yang rusak dan tidak produktif, dan kayu hasil rehabilitasi harus diproses oleh pabrik (proses nilai tambah) dan barang akhir hasil proses produksi pabrik harus dapat menghasilkan devisa.
Dari kegiatan pembangunan HTI, dari standing stock yang ada kemampuan HTI menghasilkan kayu adalah hanya 1/3 dari kebutuhan industri (Hartono, 2002). Disisi lain, jika diamati kondisi saat ini, HTI yang masih mampu bertahan adalah HTI “besar” yang didukung oleh pemodal kuat dan luas arealnya mencapai ratusan ribu hektar yang masih terus berusaha melakukan ekspansi luas. Ekspansi luas areal konsesi secara terus menerus pada suatu saat akan dihadapkan pada kendala berupa terbatasnya luas kawasan hutan produksi. Hal ini akhirnya bisa berdampak pada terjadinya konversi kawasan hutan konservasi menjadi kawasan hutan produksi yang bisa merupakan ancaman bagi kelestarian hutan.
Kondisi ini menuntut suatu pengelolaan HTI yang mempertimbangkan efisiensi. Dengan terbatasnya kawasan hutan produksi maka diperlukan pengelolaan yang efisien agar dalam jangka panjang kelestarian hasil tercapai tanpa harus mengancam kawasan konservasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi yang telah dicapai HTI dan tingkat efisiensi teknis dari HTI. Pembatasan penelitian pada efisiensi teknis dilakukan karena output yang digunakan dalam penelitian ini merupakan luas realisasi penanaman yang tidak dapat dirupiahkan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian dilakukan di PT.
Musi Hutan Persada (MHP) yang berlokasi di Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni tahun 2005.
Data yang digunakan untuk keperluan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Rencana

Operasional, Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), Standar Prosedur Operasi dan data sekunder yang bersumber dari manajemen PT. MHP. Data yang diperlukan untuk melakukan analisis terdiri dari data luas target dan realisasi dari kegiatan penanaman, jumlah tenaga kerja, penggunaan bibit, pupuk dan herbisida.
Analisis Data Secara umum dalam penelitian
pertanian yang menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas membagi Peubah bebas yang dianggap berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam tiga kelompok utama, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Soekartawi, 2002). Schmidt (1986) dan Wu (1994) seperti dikutip Hartono (2002) menyatakan bahwa skala usaha, jenis perusahaan (seperti swasta vs pemerintah, lokal vs asing) lokasi, dan lain-lain merupakan Peubah-Peubah yang secara luas diketahui mempunyai efek signifikan terhadap tingkatan efisiensi di sektor pertanian.
Dalam penelitian ini, Peubah yang diduga berpengaruh terhadap produksi adalah tanah, tenaga kerja (karyawan dan buruh), bibit, jumlah pupuk dan herbisida. Alasan pemilihan Peubah adalah sebagai berikut:
1) Produksi Untuk tanaman tahunan seperti
tanaman perkebunan, produksi dapat juga dinyatakan dalam luas penanaman (Mukani, 1986). Battese dan Coelli (1995), Battese et al. (1996) dan Ngweya et al. seperti yang dikutip Hartono (2002) menyatakan bahwa salah satu ukuran output yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi teknis adalah luas penanaman. Dalam penelitian ini produksi diwakili oleh luas areal yang dapat ditanami atau dengan kata lain adalah luas realisasi penanaman yang dinyatakan dalam hektar.
2) Tanah Faktor produksi tanah dapat dinyatakan
dalam luas areal tanam dan ada pula yang menggunakan luas areal panen dengan satuan hektar (Bungi, 2003). Tanah atau lahan dalam penelitian ini diwakili oleh luas areal tanam dalam satuan hektar, atau dengan kata lain adalah target penanaman yang dinyatakan dalam hektar. Target penanaman dalam hal ini merupakan total luas penanaman yang harus ditanami berdasarkan rencana jangka panjang perusahaan yang disetujui oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan (Hartono, 2002).

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara


Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…

47

Peubah ini dipilih karena berkaitan erat dengan output yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu luas realisasi penanaman. Selain itu, luas areal yang harus ditanami erat kaitannya dengan skala usaha HTI (luas areal konsesi HTI) dan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
3) Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dimaksud dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu buruh harian dan karyawan perusahaan. Pembagian tenaga kerja ini dilakukan karena rangkaian pekerjaan dalam kegiatan penanaman mulai dari pembibitan sampai penanaman sebagian besar diborongkan kepada buruh harian dan diasumsikan terdapat perbedaan keterampilan dan jenis pekerjaan di lapangan antara tenaga kerja yang berupa buruh harian dan karyawan perusahaan. Karena berbagai keterbatasan, dalam penelitian ini satuan yang digunakan adalah jumlah orang.
4) Modal Untuk pertanian, modal yang digunakan
dalam berproduksi adalah pupuk, bibit, peralatan pertanian (bajak, cangkul, traktor) dan lain-lain, baik dalam bentuk unit maupun konversinya dalam bentuk uang (Soekartawi, 2002). Dalam penelitian ini, modal yang digunakan dalam berproduksi adalah jumlah bibit, jumlah pupuk dan herbisida. Sedangkan peralatan yang digunakan tidak diperhitungkan karena untuk kasus PT. MHP, pekerjaan penanaman diborongkan pada tenaga buruh dengan alat sederhana berupa cangkul, parang dan alat angkut bibit seperti kendaraan bak terbuka.
Faktor Produksi yang Berpengaruh terhadap Produksi HTI
Penentuan faktor yang berpengaruh terhadap produksi HTI dilakukan dengan menggunakan analisis regresi, tepatnya menggunakan regresi linier sederhana (ordinary least square/OLS). Kriteria yang digunakan untuk menganalisis meliputi: 1) Kriteria ekonomi
Menganalisis kesesuaian koefisien regresi dalam hal tanda dan besaran dengan teori ekonomi 2) Kriteria statistika Dalam kriteria statistika, yang dilakukan adalah melihat daya menjelaskan dari kriteria ekonomi. Meliputi pengujian pengaruh koefisien regresi secara parsial, pengujian pengaruh koefisien regresi secara bersamaan atau pengujuan model

secara keseluruhan (uji F) dan kemampuan model menjelaskan variabilitas dari Peubah terikat (R2 adjusted). 3) Kriteria ekonometri Untuk kriteria ekonometrika, evaluasi yang dilakukan meliputi estimasi hubungan ekonomi dari data sampel, pengujian hipotesis tentang bagaimana PeubahPeubah ekonomi berhubungan, dan besaran (magnitude) hubungan antar Peubah terikat dengan Peubah bebas. Uji yang dilakukan meliputi pelepasan dari masalah-masalah penyimpangan asumsi regresi yaitu masalah heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi (Gujarati, 2003).
Penyusunan model dalam rangka menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produksi HTI dilakukan berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, di mana hubungan fisik antara realisasi penanaman dengan beberapa Peubah penting yang diduga mempengaruhi adalah sebagai berikut: PROD = β0 AREAβ1 BBTβ2 PPKβ3 HERBβ4 TKBβ5
TKKβ6 eε Di mana: PROD = Peubah terikat, berupa luas realisasi
penanaman (ha) AREA = Peubah bebas luas areal yang harus
ditanami (ha) BBT = Peubah bebas jumlah bibit yang
digunakan (batang) PPK = Peubah bebas jumlah pupuk yang
digunakan (kg) HERB = Peubah bebas jumlah herbisida yang

digunakan (liter) TKB = Peubah bebas tenaga kerja/buruh
(orang) TKK = Peubah bebas tenaga kerja/karyawan
perusahaan (orang)
Perhitungan Tingkatan Efisiensi Teknis Pada kajian dengan pendekatan
probabilistik, efisiensi teknis penggunaan input (returns-to-scale) diperoleh dengan menjumlahkan semua koefisien elastisitas produksi dari Peubah bebas yang signifikan kecuali Peubah dummy. Adapun Returns-to-scale merupakan gambaran perbandingan antara faktor produksi (input) yang digunakan dalam berproduksi dengan output yang dihasilkan. Jika penjumlahan koefisien regresi yang merupakan elastisitas sama dengan satu, maka penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan output (Soekartawi, 2002; Salvatore, 2001; Gasperz (2003). Sementara itu, Salvatore (2001) juga

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

48 Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…

menyatakan bahwa pada fungsi produksi CobbDouglas yang dilinierkan dengan double log, jika penjumlahan koefisien regresi sama dengan satu, maka terjadi constant returns to scale yang menunjukkan kondisi efisien secara teknis dicapai.
Efisiensi teknis merupakan gambaran dari kapasitas suatu satuan ekonomi untuk menghasilkan output sebesar mungkin dengan input yang ada. Dengan diketahuinya tingkatan efisiensi teknis, maka perusahaan dapat mengetahui kapasitas penggunaan masingmasing input dalam menghasilkan output, sehingga apabila belum optimal dapat ditentukan strategi untuk mencapai kondisi optimal (Siahaan, 2000). Selain itu, dengan diketahuinya tingkatan efisiensi teknis dapat ditentukan perencanaan penggunaan input dalam menghadapi perubahan permintaan terhadap output (Gaspersz, 2003).
Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis, fungsi (1) dilinierkan dengan double log sehingga koefisen regresi merupakan elastisitas masing-masing faktor produksi. Sehingga dihasilkan model sebagai berikut:
ln PROD = β0 + β1 ln AREA + β2 ln BBT+ β3 ln PPK + β4 ln HERB + β5 ln TKB + β6 ln TKK + ε
di mana: PROD= Peubah terikat, berupa luas realisasi penanaman (ha); AREA = Peubah bebas luas areal yang harus ditanami (ha); BBT = Peubah bebas jumlah bibit yang digunakan (batang); PPK = Peubah bebas jumlah pupuk yang digunakan (kg); HERB = Peubah bebas jumlah herbisida yang digunakan (liter); TKB = Peubah bebas tenaga kerja/buruh(orang); TKK = Peubah bebas tenaga kerja/karyawan perusahaan (orang)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Faktor Produksi yang Berpengaruh terhadap Produksi Konstruksi model
Berdasarkan pertimbangan ekonomi dan teknis, maka untuk konstruksi model awal digunakan fungsi (2), yaitu: ln PROD = β0 + β1 ln AREA + β2 ln BBT+ β3 ln
PPK + β4 ln HERB + β5 ln TKB + β6 ln TKK + ε

Dimana hipotesis tanda dari setiap koefisien parameter adalah: β1>0; β2>0; β3>0; β3>0; β5>0; β6>0. Artinya adalah jika faktor produksi(AREA, BBT, PPK, HERB, TKB, dan TKK) naik/turun 1 persen maka luas realisasi penanaman (PROD) naik/turun sebesar persentase koefisien regresi.
Penentuan Faktor Produksi yang Berpengaruh terhadap Produksi
Model yang efisien dan mempunyai ketepatan tinggi diperoleh dengan melakukan estimasi yang mengkombinasikan penggunaan faktor produksi (Peubah bebas). Hasil estimasi terbaik dengan menggunakan Peubah-Peubah bebas selanjutnya disebut Model 1 yang disajikan pada Tabel 1.
Dari hasil estimasi Model 1 diketahui bahwa tanda koefisien regresi untuk Peubah jumlah areal yang harus ditanami (ln AREA) tidak sesuai dengan hipotesis (teori ekonomi). Hasil pengujian koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa Peubah ln BBT dan ln PPK signifikan mempengaruhi luas realisasi penanaman pada taraf nyata 5%. Secara keseluruhan, Model signifikan menjelaskan perilaku luas realisasi penanaman dengan nilai R2 adjusted 80.60%.

Tabel 1. Hasil estimasi model 1

Peubah Bebas

Koefisien Regresi

Konstanta

-0,077999

ln (AREA)

-0,305425

ln (BBT)


0,633539 **

ln (PPK)

0,208690 **

R2 adjusted

0,805953

F-statistic

49,45628 ***

Keterangan:

PROD = Peubah terikat, berupa luas realisasi penanaman (ha)

AREA = Peubah bebas luas areal yang harus ditanami (ha)


BBT = Peubah bebas jumlah bibit yang digunakan (batang)

PPK = Peubah bebas jumlah pupuk yang digunakan (kg)

*** = signifikan pada α=1%

** = signifikan pada α=5%

p-value

0,9392
0,1374 0,0073 0,0019

0,0000

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…


49

Masalah multikolinearitas terjadi dalam Model 1 dengan adanya tanda koefisien regresi yang tidak sesuai hipotesis, hasil uji koefisien regresi secara parsial yang tidak signifikan sementara uji F signifikan dan nilai R2 adjusted yang cukup tinggi. Masalah heteroskedastisitas tidak terjadi di dalam Model 1 sedangkan autokorelasi terjadi dalam Model 1 karena nilai
Durbin-Watson statistic berada di daerah di mana tidak dapat diambil kesimpulan.
Pada Model 1, Peubah AREA mempunyai tanda koefisien regresi yang tidak sesuai dengan hipotesis tanda. Hal ini bertentangan dengan teori ekonomi, karena seharusnya semakin luas areal yang harus ditanami, maka produksi akan semakin meningkat. Sesungguhnya hasil regresi antara produksi (PROD) dengan luas areal yang harus ditanami (AREA) mempunyai tanda koefisien regresi yang positif, sesuai prediksi teori ekonomi. Selain itu, matriks korelasi dari keseluruhan Peubah menunjukkan bahwa Peubah BBT dan AREA mempunyai korelasi yang tinggi, yaitu 0.97. Dengan demikian diduga bahwa sebenarnya terdapat gejala multikolinearitas yang cukup kuat yang tidak tertangkap dalam estimasi yang dilakukan dengan menggunakan ln AREA (luas areal yang harus ditanami) sebagai Peubah bebas. Selain itu, Peubah BBT juga mempunyai korelasi yang tinggi dengan TKK yaitu sebesar 0.97.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam estimasi selanjutnya, Peubah jumlah bibit yang digunakan adalah BBT2 yang merupakan jumlah bibit yang digunakan (BBT) yang sudah ”dibersihkan” dari pengaruh Peubah luas areal yang harus ditanami (AREA) dan jumlah tenaga kerja yang berupa karyawan (TKK). Peubah baru ini adalah residu dari regresi BBT terhadap AREA dan TKK. Secara teknis, hal ini juga sesuai dengan kenyataan bahwa

pengadaan bibit untuk kegiatan penanaman akan berkaitan erat dengan luas areal yang harus ditanami (target penanaman) dan tenaga kerja yang digunakan.
Selain itu, Peubah TKK juga mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan AREA dimana korelasinya sebesar 0.89. Hal ini kemungkinan terjadi karena jumlah tenaga kerja akan berhubungan erat dengan ukuran konsesi perusahaan yang dalam hal ini dicerminkan oleh faktor produksi tanah atau Peubah AREA. Sehingga dalam estimasi selanjutnya Peubah TKK yang digunakan adalah TKK2 yang merupakan TKK yang sudah ”dibersihkan” dari pengaruh AREA.
Hasil estimasi terbaik dengan menggunakan Peubah bebas berupa luas areal yang harus ditanami (ln AREA), jumlah bibit yang digunakan (ln BBT2), jumlah pupuk yang digunakan (ln PPK), jumlah herbisida yang digunakan (ln HERB) dan jumlah tenaga kerja yang berupa karyawan (ln TKK2) selanjutnya disebut Model 2 disajikan pada Tabel 2.
Pada Model 2 semua Peubah bebas (ln AREA, ln HERB dan ln TKK2) mempunyai tanda koefisien regresi yang sesuai dengan hipotesis tanda, yaitu positif atau lebih besar dari nol. Selain itu, hasil pengujian koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa Peubah ln AREA, ln HERB dan ln TKK2 signifikan mempengaruhi luas realisasi penanaman (ln PROD) berturut-turut pada taraf nyata 1%, 5% dan 1%. Secara keseluruhan model signifikan mempengaruhi perilaku luas realisasi penanaman pada taraf nyata 1% dengan nilai R2 adjusted yang cukup tinggi (85.06%). Pada Model 2 tidak terjadi masalah multikolinearitas. Demikian juga dengan masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Tabel 2. Hasil estimasi model 2

Peubah Bebas

Koefisien Regresi

Konstanta
ln (AREA) ln (HERB) ln (TKK2)


0,571601
0,570297 0,120470 0,130473

*** ** ***

R2 adjusted F-statistic

0,850603 40,85509 ***

Keterangan:

PROD = Peubah terikat, berupa luas realisasi penanaman (ha)

AREA = Peubah bebas luas areal yang harus ditanami (ha)

HERB = Peubah bebas jumlah herbisida yang digunakan (liter)

TKK2
*** ** *


= Peubah bebas tenaga kerja, dalam hal ini karyawan perusahaan (orang) = signifikan pada α=1% = signifikan pada α=5% = signifikan pada α=10%

p-value

0,4294
0,0000 0,0235 0,0001

0,0000

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

50 Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…

Dengan demikian, maka Model 2

digunakan sebagai dasar untuk menentukan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luas


realisasi penanaman. Dasar yang digunakan

adalah: (1) kriteria ekonomi yaitu kesesuaian

tanda koefisien regresi dengan teori ekonomi;

(2)kriteria statistik yang meliputi pengujian

koefisien regresi secara parsial, pengujian

koefisien regresi secara bersama-sama dan

kebaikan suai model; serta (3) kriteria ekonometri

(pelanggaran

asumsi

multikolinearitas,


heteroskedastisitas dan autokorelasi). Selain itu,

secara teknis Peubah luas areal yang harus

ditanami atau luas target penanaman (ln AREA),

jumlah herbisida yang digunakan (ln HERB) dan

jumlah tenaga kerja yang berupa karyawan (ln

TKK) lebih sesuai digunakan dalam menentukan

luas realisasi penanaman, karena realisasi

penanaman tidak dapat dilepaskan dari luas

target penanaman, persiapan lahan yang dalam

hal ini diwakili oleh jumlah herbisida yang

digunakan dan tenaga kerja yang digunakan

karena kegiatan penanaman lebih padat karya

daripada padat modal.

Faktor Produksi yang Mempengaruhi Luas Realisasi Penanaman
Pertimbangan dalam menentukan faktor produksi yang berpengaruh terhadap perilaku luas realisasi penanaman tidak hanya didasarkan pada kriteria statistik saja, melainkan juga harus mempertimbangkan kriteria ekonomi dan ekonometri. Selain itu, faktor teknis harus juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, dapat diketahui hanya faktor luas areal yang harus ditanami (ln AREA), bibit (ln BBT) dan herbisida (ln HERB) yang secara signifikan berpengaruh terhadap luas realisasi penanaman. Sedangkan Peubah pupuk, tenaga kerja (buruh) dan tenaga kerja (karyawan) tidak signifikan mempengaruhi luas realisasi penanaman.

1) Luas areal yang harus ditanami Berdasarkan Model 2, luas areal yang
harus ditanami mempunyai tanda koefisien regresi yang sesuai dengan hipotesis tanda. Nilai koefisien regresi yang sekaligus merupakan nilai elastisitas dari Peubah ln AREA adalah 0.57. Artinya, jika jumlah areal yang harus ditanami bertambah 1 persen, maka akan meningkatkan luas realisasi penanaman sebesar 0.57 persen (faktor lain dianggap tetap). Sehingga bisa dikatakan bahwa peningkatan luas areal yang harus ditanami masih akan mampu meningkatkan luas realisasi penanaman.

Implikasi dari kondisi ini adalah perusahaan harus mempunyai perencanaan kegiatan yang matang berdasarkan data historis maupun hasil penelitian, karena ternyata luas areal yang harus ditanami (target penanaman) turut memberikan sumbangan dalam peningkatan output yang berupa luas realisasi penanaman. Bagi pemerintah, hal ini mengindikasikan bahwa luas areal konsesi HTI turut menentukan kemampuan luas realisasi penanaman. Sehingga sebaiknya pertimbanganpertimbangan ekonomi untuk masa yang akan datang semakin menjadi pertimbangan dalam penentuan luas areal konsesi HTI tanpa mengesampingkan pertimbangan ekologis.
2) Herbisida Jumlah herbisida yang digunakan
mempunyai tanda koefisien regresi positif. Artinya jika jumlah herbisida yang digunakan bertambah 1 persen akan meningkatkan luas realisasi penanaman sebesar 0.12 persen (faktor lain dianggap tetap).
Penggunaan herbisida dalam kegiatan penanaman erat kaitannya dengan kegiatan penyiapan lahan (land preparation) yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan penanaman. Herbisida terutama untuk pembersihan areal yang akan ditanami (land clearing) secara kimiawi pada areal dengan kerapatan tumbuhan bawah yang sangat tinggi. Sehingga dengan meningkatnya penggunaan herbisida yang dalam hal ini mewakili kegiatan persiapan lahan, maka juga akan terjadi peningkatan luas realisasi penanaman.
Besaran (magnitude) koefisien regresi ln HERB yang tidak begitu besar diduga terjadi karena penggunaan herbisida tidak mutlak dalam kegiatan land clearing. Herbisida hanya digunakan pada areal dengan kerapatan tumbuhan bawah yang tinggi. Untuk kasus PT. MHP, persiapan lahan secara kimiawi rata-rata mencapai 30% dari keseluruhan cara persiapan lahan. Pada areal yang kerapatan tumbuhan bawahnya rendah, persiapan lahan dilakukan dengan membuat jalur penanaman dengan alat sederhana berupa parang yang dikenal secara manual.
Dengan demikian perusahaan harus meningkatkan kemampuan persiapan lahan yang dalam hal ini dicerminkan oleh jumlah herbisida yang digunakan, agar luas realisasi penanaman semakin dapat ditingkatkan.
3) Tenaga Kerja (karyawan) Jumlah tenaga kerja berupa karyawan
yang digunakan mempunyai tanda koefisien regresi positif. Berarti jika jumlah tenaga kerja

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…

51

berupa karyawan yang digunakan bertambah 1 persen akan meningkatkan luas realisasi penanaman sebesar 0.13 persen (faktor lain dianggap tetap).
Hal ini diduga berkaitan erat dengan kegiatan penanaman di PT. MHP yang merupakan kegiatan yang lebih padat karya daripada modal. Sehingga peran karyawan perusahaan yang merupakan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi (jika dibandingkan dengan buruh harian) memegang peranan penting dalam keberhasilan kegiatan produksi yang dicerminkan oleh luas realisasi penanaman. Bahkan pada kasus ini bisa dinyatakan bahwa faktor produksi yang berupa tenaga kerja memiliki peran yang krusial melebihi faktor lain yang juga penting dalam kegiatan penanaman, seperti jumlah bibit yang digunakan. Dengan demikian bagi perusahaan adalah krusial memiliki manajemen tenaga kerja yang dapat mendukung kinerja. Selain itu perlu adanya usaha-usaha peningkatan kemampuan tenaga kerja berupa karyawan dalam rangka peningkatan output.
Hasil uji statistik terhadap Peubah jumlah bibit yang digunakan (ln BBT2), jumlah tenaga kerja yang berupa buruh harian (ln TKB) dan jumlah pupuk yang digunakan (ln PPK) menunjukkan bahwa ketiganya tidak signifikan mempengaruhi luas realisasi penanaman. Adapau hal ini diduga terjadi karena:
1) Bibit Tidak terpilihnya Peubah jumlah bibit
yang digunakan diduga terjadi karena dalam kajian fungsi produksi akan terjadi trade-off antara faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap output dalam menentukan variasi output. Peubah yang digunakan adalah yang mampu berperan dalam memberikan penambahan output secara signifikan dan lebih tinggi.
Diduga telah terjadi trade-off antara Peubah bibit dan tenaga kerja yang berupa karyawan. Karena kegiatan penanaman di PT. MHP merupakan kegiatan yang padat karya

sehingga tenaga kerja berupa karyawan memegang peran yang lebih krusial jika dibandingkan bibit. Hal ini antara lain dapat dilihat dari korelasi antara ln TKK2 dengan ln PROD yang lebih tinggi jika dibandingkan korelasi antara ln BBT2 dengan ln PROD.
2). Tenaga Kerja (Buruh) Peubah tenaga kerja yang berupa
karyawan (ln TKK) berkorelasi sempurna dengan Peubah jumlah tenaga kerja yang berupa buruh (ln TKB). Sehingga ln TKK dipilih untuk mewakili karena dianggap lebih tepat digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan. Sehingga ln TKB tidak digunakan untuk melakukan estimasi.
3). Pupuk Pupuk diduga tidak signifikan
mempengaruhi produksi yang dicerminkan oleh luas realisasi penanaman karena pupuk mewakili kegiatan persiapan lahan yang di dalamnya juga terdapat herbisida. Jika dilihat pada matriks korelasi seluruh Peubah, maka pupuk hanya mempunyai korelasi -0.02 dengan produksi, sedangkan herbisida mempunyai korelasi dengan produksi sebesar 0.98. Dengan demikian herbisida lebih dapat mewakili kegiatan persiapan lahan bila dibandingkan dengan pupuk.
Analisis Tingkat Efisiensi Teknis Faktor Produksi
Tingkat efisiensi teknis dari penggunaan faktor produksi secara bersamasama merupakan gambaran skala produksi jangka panjang dari pengelolaan hutan tanaman industri. Tingkat efisiensi dapat diketahui dari nilai returns-to-scale, yang diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai koefisien regresi (elastisitas faktor produksi) dari faktor yang mempengaruhi produksi. Penjumlahan dari nilai elastisitas faktor produksi dalam kegiatan produksi yang diwakili oleh kegiatan penanaman di PT. MHP disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai elastisitas faktor produksi dalam pengelolaan HTI PT. Musi Hutan Persada

No. Faktor Produksi 1. Tanah (luas areal yang harus ditanami) 2. Herbisida 3. Tenaga kerja (karyawan)
Jumlah
Sumber: Hasil pengolahan data (Model 2)

Elastisitas Faktor Produksi

0,57 0,12 0,13 0,82

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara

52 Efisiensi Teknis Keberhasilan Penanaman dalam Pembangunan…

Hasil penjumlahan elastisitas faktor produksi yang mempengaruhi luas realisasi penanaman adalah 0,82. Dengan demikian, dalam skala produksi dari pengelolaan HTI dengan output berupa luas realisasi penanaman di PT. Musi Hutan Persada berada dalam kondisi decreasing returns to scale. Berarti penggunaan faktor produksi dalam kegiatan penanaman HTI di PT. Musi Hutan Persada secara teknis dalam kondisi belum efisien karena persentase pertambahan produksi (luas realisasi penanaman) yang diperoleh lebih kecil dari persentase pertambahan faktor produksi yang digunakan (tanah, herbisida dan tenaga kerja berupa karyawan).
Pyndick dan Rubinfeld (2005) menyatakan bahwa kerumitan organisasi dan mengelola operasional skala besar dapat menyebabkan penurunan produktivitas dari faktor produksi yang berakibat pada terjadinya decreasing returns to scale. Kondisi ini kemungkinan juga terjadi pada PT. MHP merupakan salah suatu perusahaan yang beroperasi dengan skala besar. Besarnya skala operasional PT. MHP ditunjukkan oleh luas areal konsesi yang melebihi 100.000 hektar (Hartono, 2002).

KESIMPULAN

Faktor produksi yang secara statistik berpengaruh terhadap produksi hutan tanaman industri PT. MHP yang diwakili oleh luas realisasi penanaman sebagai cerminan dari kelestarian hasil adalah luas areal yang harus ditanami, herbisida yang digunakan dalam kegiatan penanaman dan tenaga kerja yang berupa karyawan.
Tingkat kombinasi penggunaan input (faktor produksi) dalam kegiatan produksi berada pada kondisi belum efisien secara teknis karena berada pada posisi decreasing returns to scale yang berarti persentase pertambahan produksi yang diperoleh lebih kecil dari persentase pertambahan faktor produksi yang digunakan, sedangkan proses produksi masih berada pada berada pada daerah yang rasional untuk berproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Bungi,

S. 2003. Efisiensi Penggunaan Faktor

Produksi dalam Usahatani Padi di

Kabupaten

Sidenreng

Rappang

(Pendekatan Ekonometri). Tesis Program

Magister Perencanaan dan Kebijakan

Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia. (Tidak diterbitkan).

Gaspersz. V. 2003. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Hartono, B.T. 2002. Can Forest Plantations Alleviate Pressure on Natural Forests?: An Efficiency Analysis in Indonesia. EEPSEA Research Reports ASSN 1608-5434; 220RR1). Singapore: Economy and Environment Program for South East Asia.
Henderson, J.M. and R.E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. 3rd Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Mukani. 1986. Luas Usaha dan Efisiensi Ekonomi Relatif (Studi Kasus Usahatani Tembakau Pipa di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang). Tesis Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. (Tidak diterbitkan).
Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld. 2005. Microeconomics. 6th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.
PT. Musi Hutan Persada. 2003. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RPAK) Tahun 2003. Jakarta: PT. Musi Hutan Persada.
Salvatore, D. 2001. Managerial Economics dalam Perekonomian Global Jilid I. (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siahaan, O.P. 2000. Efisiensi Teknik Unit Usaha BUMN: Analisa Data Panel Usaha Industri Indonesia 1981 – 1991. Disertasi Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Peronema Forestry Science Journal Vol.2, No.2, September 2006, ISSN 1829 6343 Universitas Sumatera Utara