sekedar main gitar masih mereka lakukan, tetapi untuk turun ke jalan dan mengamen di jalanan sudah tidak lagi mereka kerjakan.
31
Dalam hal mendidik dan mengajarkan anak-anak jalanan , seluruh anggota pendidik dan pengurus sering menggunakan metode kisah dan
memberi nasihat.
Namanya anak-anak
pasti senang
jika mendengarkan cerita atau dongeng. Maka dari itu, pendidik sering
sekali bercerita tentang kisah-kisah Nabi atau cerita Rakyat terdahulu dan mengambil hikamh dan keteladanan dari kisah Nabi tersebut.
Pendidik disini tidak terlalu mengekang atau memaksa anak untuk berbuat seperti ini atau seperti itu. Pendidik lebih mengajarkan kepada
pengalaman saja. Misalnya jika anak disuruh mencuci tangan sebelum makan tetapi anak tersebut membantah dan langsung makan tanpa
mencuci tangannya dan kemudian pada akhirnya anak tersebut sakit perut, nah dari situ lah pendidik menasehati anak itu dan anak itu tidak
akan mengulangi perbuatannya lagi. Biasanya anak-anak baru mau mendengarkan nasehat setelah dia merasakan akibatnya sendiri setelah
membantah. Lalu pendidik juga menggunakan metode pembiasaan dalam menerapkan sesuatu yang baik dalam kegiatan sehari-hari.
Contohnya shalat berjama’ah, bergotong royong dalam kerja bakti, saling tolong menolong semua itu dibiasakan agar anak-anak mau
bekerja sama dalam hal apapun yang bermanfaat.
32
Setelah mengalami peningkatan pada akhlak anak-anak jalanan ini, satu persatu dari mereka pun kembali ke keluarga masing-masing
jika yang masih mempunyai keluarga. Anak-anak jalanan ini dibekali pendidikan tentang agama dan cara bersikap yang baik kepada semua
orang. Mereka pulang kembali kerumah masing-masing, bukan berarti pihak rumah singgah lepas tangan dan sudah tidak mau bertanggung
jawab atas mereka. Pihak rumah singgah masih membiayai sekolah
31
Ibid.
32
Observasi di Yayasan Rumah Singgah Al-Abror Palmerah
bagi mereka yang mengikuti sekolah formal, lalu masih diberikan bantuan setiap bulan berupa sembako, dan diberikan uang saku juga.
Ada juga anak yang sudah lulus sekolah disalurkan oleh ketua yayasan untuk bekerja sesuai bidang keahliannya. Anak-anak ini walaupun
sudah pulang kerumah mereka, namun anak-anak masih mengikuti kegiatan yang ada di yayasan rumah singgah. Seperti pengajian kitab
ta’lim, latihan hadroh, sekolah paket B dan C yang dilaksanakan pada malam hari setiap malam Selasa, malam Rabu dan malam Kamis. Dan
juga setiap bulannya kumpul untuk makan bersama dan acara pemberian bantuan.
33
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pada saat ini anak-anak jalanan masuk pada kategori ketiga, yaitu sudah tidak turun kejalan,
masih sekolah, dan sudah kembali kerumah masing-masing. Jadi, kegiatan anak-anak jalanan tidak lagi seperti dahulu. Tidak 24 jam
berada di rumah singgah. Dalam seminggu hanya beberapa hari saja mereka bermain dan kumpul di rumah singgah. Di antara mereka yang
sudah besar dan sudah lulus sekolah sekarang sudah bekerja bahkan dari mereka ada yang ikut menjadi donatur untuk rumah singgah. Ini
membuktikan bahwa anak-anak jalanan yang dulu arogan dan kasar, sekarang sudah mengalami perubahan yang besar dan peningkatan
akhlak yang baik.
34
Kegiatan sekarang yang dilaksanakan di rumah singgah Al-Abror tidak lagi full seperti dahulu. Kegiatan-kegiatan yang masih mereka
lakukan, di antaranya: 1
Pengajian rutin kitab ta’lim yang dilaksanakan pada malam Sabtu 2
Shalat Maghrib berjama’ah yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yasin dan tahlil yang dilaksanakan pada malam Jum’at
3 Latihan hadrohmarawis yang dilaksanakan seminggu 2x
33
Ibid.
34
Ibid.
4 Pemberian santunan untuk anak yatim dan anak jalanan yang
dilaksanakan satu bulan sekali, biasanya pertemuan ini pada akhir bulan
5 Makan bersama atau kumpul-kumpul di aula rumah singgah,
kegiatan ini dilaksanakan tergantung ketua yayasan mengundang atau ada panggilan dari pihak rumah singgah
6 Latihan bulu tangkis setiap satu bulan 2x
7 Dan lain sebagainya.
35
Hampir semua anak-anak sudah kembali pulang ke rumah keluarganya masing-masing. Hanya 2 anak saja yang masih menetap
tinggal di yayasan rumah singgah dikarenakan rumah mereka jauh di daerah tangerang selatan. Berhubung yayasan rumah singgah sedang
ada renovasi pembangunan, jadi 2 anak ini tidurnya di mushola Al- Abror. Pendidik dan pengurus rumah singgah juga tidak tinggal di
rumah singgah. Setiap harinya pendidik dan pengurus pulang ke rumah masing-masing. Namun setiap hari mereka datang untuk menengok
keadaan anak-anak yang masih menetap di rumah singgah. Interaksi antara pendidik, pengurus dengan anak-anak terjalin dengan baik dan
lancar. Bagi anak-anak ini menganggap pendidik dan pengurus bagaikan orang tua atau saudara mereka sendiri.
36
Untuk masalah biaya atau anggaran yang dikeluarkan pihak rumah singgah untuk anak-anak jalanan ini mereka tidak terlalu
khawatir. Karena ada donatur tetap dari Pemda DKI melalui Dinas Sosial ataupun donatur tidak tetap dari masyarakat sekitar, bahkan ada
mantan anak jalanan yang sudah bekerja dan berpenghasilan ikut menyumbang sedikit rezekinya kepada yayasan rumah singgah. Ada
yang menyumbang berupa uang dan ada yang menyumbang berupa makanan pokok sembako. Melihat ada alumni rumah singgah yang
35
Arsip dokumentasi Yayasan Rumah Singgah Al-Abror Palmerah
36
Observasi di Yayasan Rumah Singgah Al-Abror Palmerah
ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan di rumah singgah ini membuktikan bahwa peningkatan akhlak mereka semakin membaik.
37
Dapat disimpulkan Peran Rumah Singgah Dalam Upaya Peningkatan Pendidikan Akhlak Anak Jalanan cukup efektif dan
mempunyai prestasi dalam mendidik akhlak anak-anak tersebut. Pihak rumah singgah juga bangga kepada anak-anak ini yang sekarang
mempunyai bekal agama dan akhlak mulia yang akan bermanfaat di kehidupan anak-anak itu sendiri.
37
Wawancara dengan Bapak. H. Matropi Musa, S. Sos. Ketua Yayasan Rumah Singgah Al- Abror Palmerah, 18 januari 2015, 14.00 WIB
64
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Anak jalanan adalah sebuah fenomena kehidupan di kota besar dan
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah. Kegiatan sehari-hari mereka bekerja tanpa mengenal waktu. Ada yang mengamen dilampu merah, ada
yang menjadi tukang parkir disebuah minimarket, ada yang menjadi pedagang asongan, ada yang menjual koran, dan ada yang bekerja dipasar
menjadi pesuruh. Diantara mereka ada yang masih sekolah, ada yang sekolah tetapi kebutuhan mereka tidak mendukung, dan bahkan ada yang tidak
sekolah lagi karena faktor ekonomi. Dengan pakaian yang kusam, rambut berantakan, badan yang lesu, tetapi anak-anak ini tetap semangat menjalani
aktifitas itu. Mereka tidak sendiri, banyak anak-anak lain yang membuat mereka ceria dalam bekerja walaupun ada kalanya mereka jenuh menjalani
itu semua. Semua itu mereka lakukan demi mencukupi kebutuhan hidup. 2.
Setelah mengenal Rumah Singgah Al-Abror, banyak kegiatan yang mereka lakukan. Anak-anak jalanan ini juga mempunyai banyak teman. Interaksi
sosial anak-anak jalanan dirumah singgah ini pun berjalan dengan baik. Komunikasi mereka terjalin sangat baik. Dirumah singgah Al-Abror ini anak-
anak bermain bersama, bekumpul, bersuka cita, bercerita tentang pengalaman masing-masing. Dan mereka juga saling membantu, saling menolong, dan
bergotong royong. Anak-anak jalanan di rumah singgah Al-Abror ini sudah seperti keluarga sendiri. Jadi, mereka tidak merasa kesepian dan sedih lagi
karena mereka mempunyai keluarga kedua disini. 3.
Peran rumah singgah Al-Abror dalam upaya peningkatan pendidikan akhlak anak jalanan dapat dilihat dari program kegiatan yayasan rumah singgah Al-
Abror. Banyak kegiatan yang dilakukan anak-anak ini dirumah singgah Al-
Abror, seperti pengajian rutin setiap satu Minggu sekali, shalat berjama’ah, latihan hadroh, makan bersama, atau hanya sekedar kumpul untuk bercerita-
cerita pengalaman, dan lain sebagainya. Kegiatan dirumah singgah Al-Abror terbagi menjadi dua, yaitu ada program kegiatan jangka pendek dan jangka
panjang. Karena program kegiatan terlaksana dengan baik dan lancar, maka dikatakan pula peran Rumah Singgah Al-Abror cukup berhasil untuk
membantu mendidik akhlak anak-anak jalanan. 4.
Sejauh ini, semenjak berdirinya Yayasan Rumah Singgah Al-Abror, setiap tahun selalu ada pencapaian keberhasilan. Keberhasilan Yayasan Rumah
Singgah Al-Abror dapat dilihat dari akhlak anak-anak, akhlak anak-anak dapat dilihat dari setiap kegiatan mereka. Dan setiap kegiatan yang berjalan
sudah dapat dikatakan berjalan dengan efektif. Maka dari itu, keberhasilan peran Rumah Singgah Al-Abror karena keefektifan kegiatan yang
berlangsung.
B. Saran
Melihat besarnya peran rumah singgah dalam meningkatkan pendidikan akhlak anak jalanan, maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai
berikut: 1.
Pihak yayasan rumah singgah hendaknya menambahkan sarana dan prasarana yang belum memadai yang mana dibutuhkan anak-anak jalanan. Karena
sarana dan prasarana adalah salah satu hal yang membantu pelaksanaan kegiatan anak-anak jalanan.
2. Perlunya tambahan tenaga pendidik untuk membantu mengurus anak-anak
jalanan, karena penulis melihat kurangnya tenaga pendidik untuk jumlah anak yang puluhan itu. Dan dapat membantu pendidik juga agar tidak terlalu
keletihan dalam mengurus anak-anak jalanan. 3.
Pihak yayasan hendaknya tetap terus memantau anak-anak jalanan yang sudah kembali kerumah keluargnya, dikhawatirkan anak yang sudah kembali
kekeluarganya menjadi bebas melakukan kegiatan yang tidak diinginkan dan dikhawatirkan kembali ke jalanan lagi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ababil, Jufri Bulian. Menjaga Anak Indonesia: Refleksi 10 Tahun Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA. Medan: Pusat Kajian Perlindungan Anak.
2006.
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an. Jakarta: Amzah.
2007.
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.
Al-Musawi, Khalil. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta: PT Lentera Basritama. 1999.
Amin, Ahmad. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: PT Bulan Bintang. 1998. Anak Jalanan. Wawancara. Jakarta: 30 November 2014.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press. 1995.
Arsip Dokumentasi Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.
AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994. Creswell, John. Research Design, Qualitative, Quantitative and Mixed Methods
Approaches. London: Sage Publications. 2003. Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
Ruhama. 1993. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2006. Ihsan, Hamdani, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
2001. Izzan,
Ahmad. Tafsir
Pendidikan Studi
Ayat-ayat Berdimensi
Pendidikan.Tanggerang: Pustaka Aufa Media. 2012. Ketua Yayasan Rumah Singgah Al-Abror. Wawancara. Jakarta: 11 Januari 2015.
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada median Group. -------, dkk. Ulumul Hadits. Jakarta: PSW UIN Jakarta. 2005.
67
Mahfud, Rois. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011. Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2001.
Observasi di Yayasan Rumah Singgah Al-Abror Palmerah Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI. 1999.
Poerwanto, Hari. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.
Purwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1976.
RI, Departemen Sosial. Hasil Penelitian tentang Anak Jalanan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.
2009. -------. Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. 2007.
-------. Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah.Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI. 2002. Salim, Peter dan Yeni Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English. 1991. Sarjadi, Soegeng. Kaum Pinggiran Kelas Menengah Quo Vadis?. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 1994. Saroni, Muhammad. Pendidikan untuk Orang Miskin. Yogyakarta: Ar-Ruuz
Media. 2013. Shihab, M. Quraish. Membumikan al-
Qur’an. Bandung: Mizan. 1997. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana. 2010.
Syahidin. Metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Misaka Galiza. 1999.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya. 2000.
68
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.
Tim Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003. Umar, Bukhari. Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta:
Bumi Aksara. 2012. Undang-undang tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004.
Jakarta: CV Tamita Utama. 2004. Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: Hidakarya Agung.
1992.