2. Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi ini, diharapkan mahasiswa dapat memiliki
kompetensi sebagai berikut:
2.1. Memahami hakikat manusia dalam kehidupannya; 2.2. Memahami hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia;
2.3. Memahami hubungan antara pendidikan dan kebudayaan; 2.4. Memahami pendidikan sebagai suatu sistem;
2.5. Memahami hak azasi manusia dalam memperoleh pendidikan; 2.6. Memahami pilar-pilar pendidikan;
2.7. Memahami teori nativisme; 2.8. Memahami teori empirisme;
2.9. Memahami teori konvergensi; 2.10. Memahami kondisi sosial budaya dan teknologi sebagai lingkungan
pendidikan; 2.11.Memahami nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat;
2.12. Memahami teknologi sebagai salah satu faset kebudayaan.
3. Tujuan Pembelajaran
3.1. Menjelaskan makna pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia; 3.2. Menjelaskan makna pendidikan sebagai proses kehidupan manusia;
3.3. Menjelaskan hubungan antara pendidikan dengan kebudayaan; 3.4. Menjelaskan pendidikan sebagai suatu sistem;
3.5. Menjelaskan hak azasi manusia untuk memperoleh pendidikan; 3.6. Menjelaskan pilar-pilar pendidikan;
3.7. Menyebutkan tiga teori pendidikan; 3.8. Menjelaskan tokoh, pengertian, dan implikasi dari ketiga teori pendidikan;
3.9. Menyebutkan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat; 3.10. Menjelaskan pengaruh norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam
masyarakat terhadap proses pendidikan; 3.11.Menjelaskan teknologi sebagai faset kebudayaan.
4. Kegiatan Pembelajaran
4.1. Rincian Materi Pembelajaran
Mata kuliah ini disampaikan kepada mahasiswa dalam 16 kali pertemuan dengan rindian materi pembelajaran, termasuk dua kali pertemuan untuk Ujian Tengah
Semester UTS dan Ujian Akhir Semester UAS sebagai berikut:
Pertemuan Materi pembelajaran
I Informasi Mata Kuliah dan Kontrak Perkuliahan
II Hakikat Manusia dan Kehidupannya
III Hakikat Pendidikan dan Kehidupan Manusia
4
IV Pendidikan dan Kebudayaan
V Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
VI Hak Azasi Memperoleh Pendidikan
VII Pilar-pilar Pendidikan
VIII UTS
IX Teori Pendidikan: Nativisme
X Teori Pendidikan: Empirisme
XII Teori Pendidikan: Konvergensi
XII Lingkungan Pendidikan
XIII Nilai-nilai Sosial Budaya
XIV Kebudayaan dan Teknologi
XV Kritik Terhadap Pendidikan
XVI UAS dan Tugas Mandiri
4.2. Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh
Pertemuan I: Informasi Mata Kuliah dan Kontrak Perkuliahan
Dalam pertemuan pertama ini mahasiswa akan menerima fotokopi silabus mata kuliah, agar secara dini mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang akan dipelajari
selama satu semester. Bahkan akan lebih baik jika mahasiswa menerima modul yang dapat dipelajari secara mandiri. Bagi mahasiswa tugas belajar, sebagai misal,
mudul akan menjadi bahan ajar yang akan sangat membantu mahasiswa untuk dapat menguasai kompetensi yang diharapkan.
Di samping itu, mahasiswa diminta untuk paling tidak memiliki satu buku referensi yang ada di dalam modul atau silabus mata kuliah. Mahasiswa harus melaporkan
dan menunjukkan buku referensi apa yang dimiliki.
Pertamuan pertama ini dilakukan dengan cara dialog. Kemudian antara dosen dan mahasiswa dapat melakukan kontrak perkuliahan, misalnya tingkat kehadiran
mahasiswa 80, kurang dari 80 mahasiswa tidak dapat mengikuti UTS dan UAS, dan sebagainya.
Pertemuan II: Hakikat Manusia dan Kehidupannya
Tuhan Yang Maha Esa adalah maha pencipta khalik. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa makhluk. Manusia adalah mahluk yang tertinggi
derajatnya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ketinggian derajat tersebut ditentukan oleh tingkat ketakwaannya kepada sang khalik-Nya, karena Khalik-Nya
telah memberikan otak kepada manusia. Namun manusia dapat menjadi serendah- rendahnya derajat tersebut jika manusia tidak menggunakan akal dengan sebaik-
baiknya.
Namun manusia akan menjadi manusia seutuhnya jika ia hidup dan diasuh oleh manusia dengan cara manusia. Contoh: cerita Kama dan Kamala, tentang mahluk
manusia serigala. Ceritanya begini. Ada anak kembar yang baru dilahirkan di
5
negeri antah berantah. Kedua bayi ini dibuang ke hutan, karena orangtuanya merasa malu kepada masyarakat, lantaran bayi itu telah lahir dari hubungan zinah.
Kedua bayi itu dipelihara oleh serigala. Maka jadilah anak serigala. Dengan instinknya, serigala memelihara kedua bayi itu, dan jadilah keduanya menjadi
manusia serigala.
Manusia dapat disebut sebagai mahluk pembelajar. Dengan otaknya, manusia menyesuaikan dan mengembangkan peradaban manusia sesuai dengan
perkembangan zaman. Hasil karya manusia selalu berubah dan berkembang dari zaman ke zaman. Bedakan sarang burung dan rumah manusia. Sarang burung tidak
mengalami perubahan. Bandingkan antara tangga rumah panggung di Kalimantan dengan eskalator atau lift di gedung bertingkat di kota-kota besar.
Manusia sama sekali berbeda dengan binatang dalam kehidupannya. Manusia dapat dan harus dididik karena memiliki akal. Sedang binatang hidup karena
instinknya. Oleh karena itu jika manusia dapat dan harus dididik, maka binatang tidak dapat dididik. Manusia hanya dapat dilatih dengan instink tersebut.
Pertemuan III: Hakikat Pendidikan dan Kehidupan Manusia
Materi yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pendidikan itu, baik dari segi etimologis maupun
terminologis.
Dari segi etimologis asal usul kata, pedagogy or paedagogy is the art
or science
of being a teacher
. The term generally refers to strategies of instruction, or a style of instruction wikipedia.com. Pendidikan adalah seni atau ilmu tentang bagimana
menjadi seorang guru. Istilah itu pada umumnya merujuk pada beberapa strategi pengajaran atau gaya mengajar. Secara etimologis paedagogy berasal dari akar kata
Bahasa Latin “pais” artinya anak, dan “gogos” artinya membimbing. Dengan demikian, pendidikan artinya membimbing anak. Paedagogy dalam Bahasa Inggris
dikenal dengan “education” yang juga berasal dari akan kata Bahasa Latim “educare” yang artinya membawa keluar yang tersimpan di dalam jiwa anak, untuk
dituntun agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya.
Untuk memberikan wawasan tentang hakikat pendidikan, berikut ini disebutkan beberapa definisi pendidikan dari beberapa ahli dalam tabel berikut.
Tabel III.1: Beberapa Definisi Pendidikan
No. Ahli Pendidikan
Definisi Pendidikan 1
Brubacher Education should thought os as the process of man’s
reciprocal adjustment to nature, to his fellows, and to the ultimates nature of the cosmos. Pendidikan
haru dipikirkan sebagai proses penyesuaian timbal balik antara manusia dengan alam, dengan manusia
lain, dan dengan semesta alam.
6
2 M.J. Langeveld
Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada anak yang belum dewasa dalam
pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat bertanggung jawab atas segala tindakannya
menurut pilihannya sendiri.
3 Hoogveld
Mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas
tanggungan sendiri
4 Sis Heyster
Mendidikadalah membantu manusia dalam pertumbuhannya agar ia kelas mendapat kebahagiaan
batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain
5 John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan- kecakapan yang fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia.
6 Ki Hajar
Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti kekuatan batin, pikiran intelek dan jasmani anak-anak, agar mereka dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya
dan masyarakatnya.
7. D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
8 Sumantri
Brojonogoro Pendidikan adalah memberi tuntutan kepada manusia
yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara
singkat pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhnan manusia mulai lahir sampai
tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rohaniah.
9 M. Noor Syam
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi pribadinya, yaitu rohani pikir, cipta, karsa, rasa dan budi nurani dan jasmani penginderaan
serta keterampilan-keterampilan.
10 UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
7
Pendidikan Nasional
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Sumber: Madyo Ekosusilo, 1987: 13 – 15. Selain definisi tersbut, cobalah berusaha untuk memahami pandangan John Dewey
tentang pendidikan dalam tulisannya sebagai berikut: “In sum, I believe that the individual who is to be educated is a social individual and that society is an
organic union of individuals. If we eliminate the social factor from the child we are left only with an abstraction; if we eliminate the individual factor from society, we
are left only with an inert and lifeless mass. Education, therefore, must begin with a psychological insight into the childs capacities, interests, and habits. It must be
controlled at every point by reference to these same considerations. These powers, interests, and habits must be continually interpreted--we must know what they
mean. They must be translated into terms of their social equivalents--into terms of what they are capable of in the way of social service”.
Menurut John Dewey, pendidikan merupakan proses sosial. Individu yang akan memperoleh pendidikan --- mulai sejak bayi yang dilahirkan --- berada dalam
kehidupan sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan individu tersebut. Individu tersebut disebut sebagai ”social individual” atau individu yang dalam kehidupan
sosial. Sedang masyarakat adalah satu kesatuan organik dari individual-individual. Jika akan memisahkan faktor sosial dari individu, maka yang tertinggal adalah
hanyalah sebuah abstraksi. Sebaliknya, jika akan memisahkan faktor indovidu dari masyarakat, maka yang tersisa adalah masyarakat tanpa kehidupan.
Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses pendidikan yang sebenarnya the true educational process. Education is not preparation for life; education is life itself.
Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.
Proses pendidikan telah membentuk manusia secara individual. Proses pendidikan pulalah yang telah membentuk manusia sebagai komunitas, atau bahkan sebagai
bangsa dan negara. Kita dapat belajar dari sejarah kehidupan suatu bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang melatarbelakangi bagaimana bangsa Jepang telah
mendidik bangsanya menjadi negara dan bangsa yang maju di dunia. Ketika Jepang mengalami kehancuran karena kalah dalam Perang Dunia II, kaisar Jepang
menanyakan ”berapa guru yang masih tersisa”. Beliau tidak menanyakan berapa tentara yang masih ada. Bukan pula kekayaan alam yang masih ada. Tetapi dengan
guru yang masih tersisa, bangsa Jepang mulai membangun bangsanya. Ternyata, kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya,
tetapi oleh kegigihan bangsa itu dalam perjuangan hidupnya.
Kehidupan manusia sejak penciptaan yang pertama sampai dengan saat ini dapat diklasifikasikan dalam empat zaman atau era:
8
1. Food Gathering
2. Green Revolution
3. Industrial Revolution
4. Teknologi Informasi
Dalam era food gathering, manusia hidup dalam pola mengumpulkan bahan makanan yang tersedia di alam. Kehidupannya masih nomaden atau berpindah-
pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain, susuai dengan kondisi bahan makanan yang tersedia. Mereka hidup dalam gua-gua. Di samping mengumpulkan
bahan makanan, mereka juga hidup dengan berburu.
Dalam era green revolution, manusia sudah hidup menetap sedenter dan telah dapat membuka lahan untuk menghasilkan bahan makanan. Bahkan merka juga
telah membuka hutan untuk dikonversi menjadi sawah dan perkebunan untuk dapat menghasilkan bahan makanan yang dibutuhkan. Ketika tanahnya sudah tidak subur
lagi untuk dapat menghasilkan bahan makanan, manusia juga telah berhasil dalam melakukan program intensifikasi pertanian.
Dalam era industrial revolution, manusia telah menemukan berbagai mesin. Sistem produksi tidak lagi dikerjakan dengan tangan atau memanfaatkan hewan, tetapi
telah menggunakan mesin. Berkat penggunaan mesin tersebut lahirlah jenis pekerjaan yang dikenal dengan industri, yakni usaha untuk mengolah bahan
mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Tingkat produktitas menjadi melimpah over production, dan oleh karena itu memerlukan perluasan pasar.
Pada era inilah lahir usaha negara produsen untuk menjual barangnya ke negara lain. Mula-mula mereka mengadakan perdagangan dengan negara-negara itu.
Lama-kelamaan muncul gagasan untuk menguasai daerah tersebut sebagai daerah jajahan. Maka lahirlah masa imperalisme, dengan membawa slogan 3 G’s, yaitu
1 gold, 2 glory, dan 3 gospel. Gold dimaknai sebagai kekayaan, glory dimaknai sebagai kejayaan, dan gospel dimaknai sebagai penyebaran agama dan
keyakinan.
Sejarah kehidupan manusia harus dapat menjadi bahan pelajaran bagi manusia. Panggung sejarah manusia menunjukkan bahwa kehidupan manusia saat ini
merupakan gambaran dari usaha untuk menjadikan dirinya sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya agar manusia dapat menjadi khalifah di dunia ini.
Manusia memang unik. Manusia yang berhasil karena tempaan kesulitan hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup yang
menderanya. Mereka yang tahan terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan membentuk diri manusia yang sesungguhnya. Ada beberapa contoh bahwa
kehidupan sebagai proses pendidikan. Bacalah biografi beberapa orang penting. Misalnya ”who’s who”, biografi para presiden, biografi para tokoh, biografi pada
penemu, dan sebagainya. Tuliskan kembali apa yang telah Anda baca. Silahkan membuka lampiran 1: power point tentang refleksi dan tindakan.
Pertemuan IV: Pendidikan dan Kebudayaan
9
Pendidikan adalah pembudayaan. Demikian Fuad Hassan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia
Indonesia, 2004: 52 – 87 menjelaskan tentang hubungan antara pendidikan dan kebudayaan. Dengan kata lain, pendidikan merupakan proses transformasi budaya.
Pendidikan merupakan proses pewarisan budaya, dan sekaligus pengembangan budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai produk masyarakat, maka pendidikan
adalah prosesnya. Jika kebudayaan sebagai“that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society” atau kebudayaan merupakan satu keseluruhan yang kompleks, termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, kebiasaan, seni, teknologi, dan banyak kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki manusia sebagai warga masyarakat, maka pendidikan
adalah keseluruhan proses yang kompleks untuk menghasilkan semua itu. Proses apa yang membentuk pengetahuan dalam masyarakat? Prose situ adalah
pendidikan. Proses apa yang membentuk kepercayaan dalam masyarakat? Sudah tentu masyarakat pula yang membangunnya. Demikian seni, moral, hukum,
kebiasaan, dan kemampuan lain dalam masyarakat. Semuanya merupakan produk dari satu proses yang dinamakan pendidikan. Singkat kata, “education enables
people and societies to be what they can be” Pendidikan menjadikan manusia dan masyarakat mampu menghasilkan apa yang dapat mereka inginkan. Demikian Bill
Richardson menjelaskan peran pendidikan dalam melahirkan kemampuan tertentu dalam masyarakat.
Untuk mewariskan budaya tersebut, proses pendidikan dilakukan melalui tiga proses yang saling kait mengait yang tidak terpisahkan, yaitu: 1 pembiasaan
habit formation, 2 pengajaran dan pembelajaran teaching and learning process, dan 3 peneladanan role model. Dengan demikian pengertian
pendidikan jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian pengejaran. Pendidikan adalah pembudayaan. Dengan kata lain, pendidikan adalah proses pembentukan,
pelestarian, dan pengembangan budaya dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses yang dirancang dan dilaksanakan agar masyarakat dapat menghasilkan
produk beruba budaya.
Immanuel Kant menyebutkan bahwa manusia merupakan animal educancum dan animal educandus, mahluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Oleh karena
itu, maka sama sekali tidak benar jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa “anak itu tidak dapat dididik”. Tidak Proses dan metode yang digunakanlah yang
kemungkan tidak tepat digunakan. Justru anak manusia akan menjadi manusia jika melalui proses pendidikan, oleh manusia, dan dengan cara yang manusiawi,
melalui ketiga proses tersebut. Pemaknaan pendidikan ini menolak penyempitan makna pendidikan sebagai peyekolahan, atau juga pendidikan sebagai pengajaran.
Proses pendidikan adalah proses kehidupan itu sendiri. Manusia terlibat dalam keseluruhan proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun
terhadap dirinya sendiri Fuad Hassan, 2004: 53. Dalam pengertian inilah maka UNESCO United Nation for Educational, Scientific, and Cultural Organization
menyatakan bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat lifelong education. Konsep ini persis sama dengan konsep “belajar sepanjang hayat” atau “tholabul
ilmi faridhotun alal muslimin walmuslimat” atau “menuntut ilmu kewajiban bagi muslimin dan muslimat”. Konsep ini juga persis sama bahwa “pendidikan
10
berlangsung sejak lahir bahkan ketika masih dalam kandungan sampai ke liang lahat” from the cradle to the grave.
Pendidikan sebagai proses pembentukan kebiasaan terutama terjadi dalam pendidikan keluarga. Keluarga adalam lembaga pendidikan utama dan pertama.
Namun demikian, pembentukan kebiasaan juga dapat dikembangkan secara sistematis di lingkungan sekolah. Dalam model sekolah berasrama, peserta didik
akan dituntut untuk mengikuti pola-pola perilaku yang akan dibentuk oleh lembaga pendidikan itu. Tetapi perlu disadari bahwa pola-pola pembiasaan yang terjadi
dalam keluarga akan lebih kuat dibandingkan pola-pola yang dibentuk di luar pendidikan keluarga. Ada pepatah yang mengingatkan bahwa “pendidikan di waktu
kecil ibarat mengukir di atas batu, pendidikan di waktu besar ibarat mengukir di atas air”. Artinya, proses pembentukan kebiasaan di waktu kecil akan sudah
dilakukan, tetapi hasilnya juga akan sudah diubah. Sementara pembentukan kebiasaan di waktu besar akan lebih mudah dibentuk tetapi akan lebih mudah pula
berubah. Cobalah baca berbagai artikel pilihan yang terlampir dalam modul ini.
Proses pengajaran dan pembelajaran sebagian besar berlangsung dalam jalur pendidikan formal atau dalam lembaga pendidikan sekolah. Proses ini memang
lebih bersifat formal, dalam arti dengan menggunakan pola-pola yang sudah tersistem, baik dari aspek struktur persekolahannya, kurikulum, pendidik, tenaga
kependidikan, media, metode, dan alat peraga atau alat bantu pembelajaran yang digunakan, serta sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan.
Manusia adalah pengemban budaya culture bearer, dan manusia yang hidup dalam tatanan masyarakatnya akan mewariskan kebudayaannya tersebut kepada
keturunannya. Proses pendidikan tidak lain merupakan proses transformasi budaya, yakni proses untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda.
Pengertian pendidikan jauh lebih luas dari pengertian pengajaran. Proses pendidikan bukan hanya sebagai pengalihan pengetahuan dan keterampilan kepada
peserta didik transfer of knowledge and skills tetapi juga pengalihan nilai-nilai sosial dan budaya transmission of social and culture values and norms. Untuk
memperdalam pemahaman Anda tentang hal ini, cobalah buat tabel yang membedakan antara keduanya. Baca buku referensi, dan cari materi yang terkait
dengan perbedaan pendidikan dan pengajaran.
Pertemuan V: Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jagad raya dan seisinya sebagai suatu sistem. Sistem Tata Surya diciptakan sebagai suatu sistem. Ada matahari, ada planet-planet
dengan bulan-bulannya. Salah satu planet tersebut adalah bumi dan bulan yang selalu menyinari bumi di malam hari. Di dalam dan permukaan bumi terdapat
mahluk hidup, termasuk di dalamnya adalah manusia.
Manusia juga sebagai suatu sistem karena dibangun dari berbagai unsur yang saling kait mengait tidak dapat dipisahkan. Dalam kehidupannya, manusia
membangun sistem sosial, ekonomi, politik, ideologi, dan sebagainya, termasuk
11
pendidikan. Kehidupan sosial manusia juga sebagai suatu sistem. Kehidupan ekonomi juga sebagai suatu sistem. Kehidupan politik, budaya, ideologi, dan
semua aspek kehidupan manusia tercipta sebagai suatu sistem.
Dari kacamata kehidupan manusia sebagai sistem, aspek-aspek kehidupan manusia itu menjadi susbsistemnya. Subsistem sebagai entitas dapat menjadi suatu sistem,
karena dia dibangun dari komponen-komponen yang saling kait-mengait. Sampai ke suatu subsistem yang terkecil sekalipun ia dapat menjadi sistem tersendiri
sebagai suatu entitas. Katakanlah misalnya, mikroorganisme sebagai suatu sistem, pembelajaran sebagai suatu sistem, penilaian sebagai suatu sistem, dan seterusnya.
Dengan demikian, apa yang terdapat dalam jagat raya ini merupakan suatu sistem. Termasuk di dalamnya pendidikan di suatu negara, atau pendidikan nasional.
Pasal 1 butir 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pengertian pendidikan nasional sebagai suatu sistem sebagai berikut:
“Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional”.
Pendidikan juga sebagai sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling kait mengait tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: EFA Global Monitoring Report 2005, UNESCO, hal. 36.
Enabling inputs
Teaching and learning materials Physical infrastructur and facilities
Human resources: teachers, principles, inspectors, supervisors, administrators
School governance
Outcomes
Literacy, numeracy and life skills
Creative and emotional skills
Values Social benefits
Learner Characteristics
Aptitude Perseverance
School readiness Prior knowledge
Barriers to learning Teaching and learning
Learning time Teaching methods
Assessment, feedback, incentives Class size
12
Context
o Economic and labour market conditions in the
community o Educational knowledge
and support infrastructure o Public resources available
o Philosophical standpoint of teacher and learner
o Peer effects o National standards
o Public expectation o Labour market demands
o Socio-cultural and rreligious factors
for education o Competitiveness of the
o Parental support o Time available for
o Globalization o Aid strategies
teaching profession on the labour market
Schooling and homework o National governance and
management strategies
Berdasarkan bagan tersebut, mutu pendidikan menyangkut banyak variabel, dimensi, dan komponen yang saling kait-mengait dan pengaruh-mempengaruhi.
Peserta Didik learners. Peserta didik memiliki karakteristik yang amat beragam dari satu tempat ke tempat lain, sesuai dengan kondisi alam, sosial-ekonomi-
budaya pendukungnya. Secara spesifik, karakteristik yang mempengaruhi mutu pendidikan antara lain adalah a kondisi sosial ekonomi keluarga, b kondisi
sosial-budaya keluarga, c keterpencilan peserta didik karena faktor geografis, d kemampuan peserta didik dari aspek akademis dan nonakademisnya, dan e
karakteristik lain yang menyangkut gender, disabilitas, ras dan etnisitas, dan sebagainya.
Dengan alasan mutu pendidikan, banyak sekolah yang menerapkan tes masuk yang ketat sebagai alat untuk menyeleksi peserta didik yang akan diterima di
sekolahnya. Ada dua karakteristik yang pada ujungnya digunakan untuk menilai mereka. Pertama, kemampuan akademis peserta didik untuk jenjang pendidikan
menengah. Misalnya sekolah menerapkan peringkat hasil ujian akhir untuk menerima siswa baru. Kedua, selain itu sekolah juga melihat kemampuan orang tua
siswa secara sosial ekonominya.
Sekolah yang telah sangat selektif dalam penerimaan siswa baru sebenarnya telah berbuat terlalu egois, karena berfikir dan bertindak hanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya sendiri. Dengan seleksi seperti itu, maka sesungguhnya sekolah memang akan menjadi sangat dimudahkan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di sekolahnya. Karena peserta didik yang masuk di sekolah itu memang peserta didik pilihan. Sebaliknya, sekolah yang
menerima sisanya atau siswa dengan syarat yang lebih rendah, sekolah harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Mengingat kondisi
seperti itu, sekolah yang bermutu pada hakikatnya yang menerima siswa dalam kategori kemampuan yang rendah, tetapi dapat meningkatkan mutunya setara atau
lebih baik dari sekolah yang telah mengadakan seleksi dengan kategori lebih tinggi tersebut.
Masukan input. Yang termasuk dalam kategori atau dimensi ini adalah sumber daya manusia human resources: kepala sekolah, pendidik atau guru, pengawas
sekolah, pegawai Dinas Pendidikan, pegawai tata usaha sekolah, penjaga sekolah, pengembang kurikulum, teknisi sumber belajar, dan sebagainya. Dimensi kedua
adalah sumber daya material material resources seperti buku pelajaran textbooks, bahan ajar learning materials, ruang kelas classrooms,
perpustakaan library, fasilitas sekolah school facilities. Dimensi lainnya adalah lingkungan sekolah, antara lain adalah kepedulian pemerintah dan pemerintah
daerah, keterlibatan orangtua dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Semua kategori masukan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya material, sesungguhnya akan menjadi sekedar penunjang, karena tanpa dikelola
dengan baik school-level governance, semua masukan itu akan sia-sia. Guru yang telah dilatih berkali-kali, para pegawai tata usaha yang juga telah diikutkan
inhouse-training, gedung sekolah yang mentereng, buku-buku pelajaran yang telah
13
dikirim dari pusat, dan sebagainya, hanya akan bermakna besar untuk meningkatkan mutu pendidikan jika dikelola dengan kepemimpinan yang kuat,
dengan manajemen yang transparan dan akuntabel. Dengan kata lain, dimensi masukan instrumental instrumental input dan masukan lingkungan
environmental input akan tergantung pada dimensi yang lain, yakni dimensi proses.
Proses processes. Dimensi yang dimaksud di sini adalah proses penyelenggaraan pendidikan, terutama adalah proses belajar mengajar di dalam kelas. Dimensi ini
meliputi: a waktu yang benar-benar digunakan dalam proses pembelajaran time on task, b metode mengajar yang digunakan, c media yang dipakai, d
penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran, dan e besarnya siswa dalam setiap kelas class size.
Konteks context. Dimensi ini sesungguhnya lebih banyak berasal dari masukan instrumental, yang berasal dari faktor-faktor ekstern sekolah. Masuk dalam dimensi
ini misalnya adalah a kondisi sosial-ekonomi masyarakat, b faktor sosial- budaya dan keagamaan, c infrastruktur dan sumber daya yang tersedia dalam
masyarakat, d persaingan profesi guru dalam bursa tenaga kerja, e tata kelola pemerintahan, dan strategi manajemen pemerintahan, f semangat dan nilai-nilai
filosofi yang dianut guru dan siswa, g efek dari pertemanan sebaya, h dukungan orangtua siwa dan masyarakat, h standar nasional yang ditetapkan, i harapan
masyarakat, j permintaan pasar tenaga kerja, dan k globalisasi.
Hasil pendidikan outcomes. Hasil pendidikan terkait dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan
filosofi pendidikan yang telah ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945. Hasil pendidikan harus diukur dari tujuan tersebut, yang bukan hanya kecerdasan
intelektual semata-mata, tetapi kecerdasan komprehensif. Dalam hal ini, hasil pendidikan terutama meliputi kemampuan baca-tulis-hitung literacy, numeracy
dan kecakapan hidup life skills untuk jenjang pendidikan dasar. Selain itu, pada jenjang pendidikan menengah, yang hasil pendidikan adalah kemampuan
akademis, sikap, nilai-nilai, kecerdasan emosional, sosial, dan seni, serta kesiapan untuk terjun dalam pasar kerja amat diperlukan pada semua jenis dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan menengah kejuruan.
Pertemuan VI: Hak Azasi Manusia Untuk Memperoleh Pendidikan
Hak azasi manusia merupakan hak yang melekat pada setiap individu manusia. Hak azasi itu meliputi hak azasi dalam berbagai bidang, politik, ekonomi, budaya,
dan sosial, termasuk di dalamnya adalah hak azasi dalam bidang pendidikan.
”Everyone has the right to education ... Education shall be directed to the full development of human personality and to strengthening of respect for
human rights and fundamental freedoms. It shall promote understanding, tolerance and friendship among all nations, racial or religious groups, and
shall further the activities of the United Nations for the maintenance of peace” art. 26 – Universal Declaration of Human Rights
14
Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan diarahkan menuju pengembangan personalitas kemanusiaan secara penuh dan memperkuat
penghargaan terhadap kebebasan fundamental dan hak azasi manusia. Pendidikan juga harus meningkatkan pemahaman, toleransi dan persahabatan antara semua
bangsa, kelompok agama dan ras, dan mendorong berbagai kegiatan PBB untuk memelihara perdamaian Pasal 26 Deklarasi Umum Hak Azasi Manusia.
Berdasarkan Deklarasi Umum Hak Azasi Manusia tersebut, setiap orang, baik laki- laki maupun wanita, harus memiliki akses untuk memperoleh pendidikan. Oleh
karena itu, dalam pendidikan tidak boleh terjadi adanya bias gender. Dengan kata lain pemerataan pendidikan dasar yang bermutu merupakan hak azasi setiap orang.
Tidak boleh ada diskriminasi untuk memperoleh mutu layanan pendidikan bagi semua warga negara.
Di dalam Konvensi Hak Anak KHA yang telah diratifikasi Pemerintah Indoensia berdasarkan Keppres Nomor 26 Tahun 1990, ada empat hak anak yang harus
diberikan kepada anak, yaitu:
1. Hak untuk bertahan hidup right for survival; 2.
Hak perlindungan right for protection; 3.
Hak berpartisipasi right for participation; dan 4.
Hak tumbuh kembang right for development Dalam dokumen tentang visi, misi, dan program yang harus diserahkan sebagai
calon presiden dan wakil presiden tahun 2004 – 2009, Susilo Bambang Yudoyono dan M. Jusuf Kalla menyebutkan sepuluh hak dasar rakyat yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan;
2. Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum;
3. Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman;
4. Hak rakyat untuk memiliki akses atas kebutuhan hidup sandang, pangan, dan
papan yang terjangkau;
5. Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan;