Perbandingan Penakar Hujan di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan dan Ukuran Diameter Mulut Penampang

!

" #

$% &
) *

+
(! ' $%+

$' '
*

(" # ! "

$ ( ("(!

. Perbandingan Penakar Hujan di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan dan
Ukuran Diameter Mulut Penampang. Dibimbing oleh
.
Saat ini di berbagai wilayah di dunia dalam mengukur curah hujan digunakan alat yang

menggunakan standar internasional (WMO) dimana ukuran diameter dan posisi pemasangan
ditentukan oleh WMO. Sedangkan dengan menggunakan alat$alat yang memakai standar WMO
memerlukan biaya yang mahal. Di Indonesia data curah hujan sangat diperlukan dalam segala
bidang. Bila menggunakan alat$alat tersebut kita tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan data
curah hujan dikarenakan biaya yang mahal, sedangkan bila digunakan alat$alat sederhana kita
dapat menggunakan dimana saja dengan syarat curah hujan yang terukur tidak terganggu. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah membuat alat$alat sederhana dalam mengukur curah hujan
dan mendapatkan data yang akurat dengan membandingkan beberapa penakar hujan dengan
ukuran diameter mulut penakar dan ketinggian posisi pemasangan dari permukaan. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa percobaan yaitu empat ukuran diameter yang berbeda
sebagai kontrolnya yaitu tipe
dengan ukuran diameter 11.3 cm dan posisi pemasangan pada
ketinggian 1.2 m dan percobaan kedua dengan tiga ketinggian posisi pemasangan sebagai
kontrolnya tipe
. Dimana tipe
merupakan penakar hujan yang sering digunakan oleh
berbagai negara yang merupakan standar internasional.

Judul


: PERBANDINGAN PENAKAR HUJAN DI BERBAGAI KETINGGIAN POSISI
PEMASANGAN DAN UKURAN DIAMETER MULUT PENAMPANG

Nama

: FITRI YASMIN

NRP

: G24104023

Menyetujui,
Pembimbing

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl
NIP. 132 089 516

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP. 131 578 806

Tanggal disetujui : 18 September 2008

,

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 10 Juni 1986 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara dai pasangan Bpk. Djamaludin dan Ibu Diana Kusumastuti.
Tahun 1998 penulis lulus dari SDN Bumi Bekasi Baru III, tahun 2001 penulis lulus dari
SLTPN 16 Bekasi, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMAN 2 Bekasi. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
pada program studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada masa menjalani kuliah di Departemen Geofisika dan Meteorologi penulis aktif
sebagai pengurus di organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa (HIMAGRETO). Awal tahun 2008
penulis mulai aktif di unit

Instrumentasi Meteorologi. Penulis melaksanakan praktik
lapang di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat Jakarta.pada bulan Juli – Agustus 2007.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan nilmat$Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “-% # %) * +
!
$ *!! * (
' *! * + *
% *
' $
%"%$ *
%) *”.
Tulisan ini selesai tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang ikut memegang peranan
yang cukup besar, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan kepada :
1.

Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Ibu Rini Hidayati sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi
dukungan dan nasehat.

3. Kedua orang tua dan adikku yang saya cintai dan sayangi beserta keluarga besar
yang telah memberi semangat baik moril maupun materi.
4. Staff dan crew workshop instrumentasi Pak Khaerun, Kak Hesti (Alfa), Kak
Wiranto, Kak Rohmat dan Kak Yuni yang telah memberikan semangat dan juga
ide$ide.
5. Ranger sebagai tim selama berjuang di Markas Workshop Insmet Oki (Yellow),
Fahdil (Red), Bayu (Monster), Wenny (Black), Tia (Pink) dan juga sahabatku
Titi yang telah memberi semangat dan hari$hari yang penuh warna.
6. Teman$teman angkatan 41 dan semua civitas GFM.
7. Keluarga besar saung ivon Mbak Yuyun, Uni Reren, Mbak Muti, Mbak Dewi,
Mbak Ruri, Umah, Dewi, Susi, Triya, Eka yang telah memberi semangat dan
ide$ide.
8. Sahabatku WYPI Club
9. Untuk seseorang yang ada di hatiku yang selalu memberi semangat dan doa.
10. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun. Penulis berharap
semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi pembaca. Penulis
mengajak semua pihak untuk selalu memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain.


Bogor, Agustus 2008

Penulis

Tulisan ini Semoga Menjadi Kado Terindah untuk Ibundaku Tercinta...

Beserta Ayahanda dan Adikku yang kusayangi...

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs. Alam Nasyrah : 5 – 6)

Halaman

.............................................................................................................../
................................................................................................./
....................................................................................................../
.............................................................................................. 0
.
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 1
.
2.1. Presipitasi ........................................................................................................ 1
2.2. Persyaratan Penakar Hujan ............................................................................. 1
2.2.1 Alat$alat Pengukur Presipitasi ................................................................. 2
2.3. Berbagai Model Penakar Hujan ...................................................................... 3

.
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................... 6
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................................ 6
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................ 6
3.3.1 Persiapan Perancangan dan Pembuatan Penakar Hujan ......................... 6
3.3.2 Pengamatan Curah Hujan

6

3.3.3 Pengolahan Data ..................................................................................... 6

1.
4.1. Lokasi Penempatan Alat Penakar Hujan ......................................................... 7

4.2. Hasil Dari Alat Penakar Hujan ....................................................................... 7
4.3. Curah Hujan di Daerah Bogor ........................................................................ 15
4.3. Pengujian dan Pengolahan Data ..................................................................... 16

1.

....................................................................................................... 18
......................................................................................... ........ 18
.................................................................................................. .............. 20

" ' *
1. Lokasi Fakultas MIPA IPB Darmaga .................................................................. 7
2. Lokasi Penempatan Alat Penakar Hujan ... ............................................................... 7
3. Ilustrasi Jatuhnya Hujan ...................................................................................... 7
4. Penakar hujan dengan diameter 7.8 cm dan 10.3 cm ........................................... 8
5. Penakar hujan dengan diameter 24 cm dan 19 cm ............................................... 8
6. Berbagai Ukuran Diameter Pada Mulut Penakar (a) 7.8, (b)11.3, (c) 19, (d) 24... 8
7. Penakar hujan di permukaan dengan diameter 11.3 cm dan 14 cm .................... 9
8. Penakar hujan pada ketinggian 1.2 m dengan diameter 24 cm, 14 cm, 11.3 cm . 9
9. Penakar hujan pada ketinggian 5 m dengan diameter 24 cm, 14 cm, 11.3 cm .... 9

10. Beberapa Ketinggian Posisi Pemasangan Dalam Penempatan Penakar Hujan ... 10
11. Kurva CH dengan Perbedaan Ukuran Diameter.................................................... 11
12. Total CH di Berbagai Ukuran Diameter dengan Tipe
13. Perbandingan Hujan Harian Tipe

................................... 12

dengan Berbagai Ukuran Diameter .......... 12

14. Kurva CH dengan Berbagai Ketinggian............................................................... 13
15. Total CH di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Alat ................................. 13
16. Perbandingan di Berbagai Posisi Pemasangan dengan Tipe

......................... 14

17. Kriteria Hujan ...................................................................................................... 15
18. Keragaman Hujan di Wilayah Bogor .................................................................. 16

" ' *
1. Kriteria Hujan Standar Internasional (WMO) ..................................................... 1

2. Tinggi Penakar Hujan .. ...................................................................................... 2
3. Tipe$tipe Penakar Hujan ..................................................................................... 5
4. Rangkuman F$hitung Pada Perlakuan Ukuran Diameter ...................................... 16
5. Rangkuman F$hitung Pada Perlakuan Ketinggian ................................................ 17

" ' *
1. Simpangan Pada Data CH Harian di Berbagai Ukuran Diameter Mulut Penakar .. 20
2. Simpangan Pada Data CH Harian di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Penakar
Hujan ................................................................................................................. 22

!

" #

$% &
) *

+
(! ' $%+


$' '
*

(" # ! "

$ ( ("(!

. Perbandingan Penakar Hujan di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan dan
Ukuran Diameter Mulut Penampang. Dibimbing oleh
.
Saat ini di berbagai wilayah di dunia dalam mengukur curah hujan digunakan alat yang
menggunakan standar internasional (WMO) dimana ukuran diameter dan posisi pemasangan
ditentukan oleh WMO. Sedangkan dengan menggunakan alat$alat yang memakai standar WMO
memerlukan biaya yang mahal. Di Indonesia data curah hujan sangat diperlukan dalam segala
bidang. Bila menggunakan alat$alat tersebut kita tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan data
curah hujan dikarenakan biaya yang mahal, sedangkan bila digunakan alat$alat sederhana kita
dapat menggunakan dimana saja dengan syarat curah hujan yang terukur tidak terganggu. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah membuat alat$alat sederhana dalam mengukur curah hujan
dan mendapatkan data yang akurat dengan membandingkan beberapa penakar hujan dengan
ukuran diameter mulut penakar dan ketinggian posisi pemasangan dari permukaan. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa percobaan yaitu empat ukuran diameter yang berbeda
sebagai kontrolnya yaitu tipe
dengan ukuran diameter 11.3 cm dan posisi pemasangan pada
ketinggian 1.2 m dan percobaan kedua dengan tiga ketinggian posisi pemasangan sebagai
kontrolnya tipe
. Dimana tipe
merupakan penakar hujan yang sering digunakan oleh
berbagai negara yang merupakan standar internasional.

Judul

: PERBANDINGAN PENAKAR HUJAN DI BERBAGAI KETINGGIAN POSISI
PEMASANGAN DAN UKURAN DIAMETER MULUT PENAMPANG

Nama

: FITRI YASMIN

NRP

: G24104023

Menyetujui,
Pembimbing

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl
NIP. 132 089 516

Mengetahui,

Dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP. 131 578 806

Tanggal disetujui : 18 September 2008

,

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 10 Juni 1986 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara dai pasangan Bpk. Djamaludin dan Ibu Diana Kusumastuti.
Tahun 1998 penulis lulus dari SDN Bumi Bekasi Baru III, tahun 2001 penulis lulus dari
SLTPN 16 Bekasi, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMAN 2 Bekasi. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
pada program studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada masa menjalani kuliah di Departemen Geofisika dan Meteorologi penulis aktif
sebagai pengurus di organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa (HIMAGRETO). Awal tahun 2008
penulis mulai aktif di unit
Instrumentasi Meteorologi. Penulis melaksanakan praktik
lapang di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat Jakarta.pada bulan Juli – Agustus 2007.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan nilmat$Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “-% # %) * +
!
$ *!! * (
' *! * + *
% *
' $
%"%$ *
%) *”.
Tulisan ini selesai tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang ikut memegang peranan
yang cukup besar, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan kepada :
1.

Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Ibu Rini Hidayati sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi
dukungan dan nasehat.
3. Kedua orang tua dan adikku yang saya cintai dan sayangi beserta keluarga besar
yang telah memberi semangat baik moril maupun materi.
4. Staff dan crew workshop instrumentasi Pak Khaerun, Kak Hesti (Alfa), Kak
Wiranto, Kak Rohmat dan Kak Yuni yang telah memberikan semangat dan juga
ide$ide.
5. Ranger sebagai tim selama berjuang di Markas Workshop Insmet Oki (Yellow),
Fahdil (Red), Bayu (Monster), Wenny (Black), Tia (Pink) dan juga sahabatku
Titi yang telah memberi semangat dan hari$hari yang penuh warna.
6. Teman$teman angkatan 41 dan semua civitas GFM.
7. Keluarga besar saung ivon Mbak Yuyun, Uni Reren, Mbak Muti, Mbak Dewi,
Mbak Ruri, Umah, Dewi, Susi, Triya, Eka yang telah memberi semangat dan
ide$ide.
8. Sahabatku WYPI Club
9. Untuk seseorang yang ada di hatiku yang selalu memberi semangat dan doa.
10. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun. Penulis berharap
semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi pembaca. Penulis
mengajak semua pihak untuk selalu memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

Tulisan ini Semoga Menjadi Kado Terindah untuk Ibundaku Tercinta...

Beserta Ayahanda dan Adikku yang kusayangi...

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs. Alam Nasyrah : 5 – 6)

Halaman

.............................................................................................................../
................................................................................................./
....................................................................................................../
.............................................................................................. 0
.
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 1
.
2.1. Presipitasi ........................................................................................................ 1
2.2. Persyaratan Penakar Hujan ............................................................................. 1
2.2.1 Alat$alat Pengukur Presipitasi ................................................................. 2
2.3. Berbagai Model Penakar Hujan ...................................................................... 3

.
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................... 6
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................................ 6
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................ 6
3.3.1 Persiapan Perancangan dan Pembuatan Penakar Hujan ......................... 6
3.3.2 Pengamatan Curah Hujan

6

3.3.3 Pengolahan Data ..................................................................................... 6

1.
4.1. Lokasi Penempatan Alat Penakar Hujan ......................................................... 7
4.2. Hasil Dari Alat Penakar Hujan ....................................................................... 7
4.3. Curah Hujan di Daerah Bogor ........................................................................ 15
4.3. Pengujian dan Pengolahan Data ..................................................................... 16

1.

....................................................................................................... 18
......................................................................................... ........ 18
.................................................................................................. .............. 20

" ' *
1. Lokasi Fakultas MIPA IPB Darmaga .................................................................. 7
2. Lokasi Penempatan Alat Penakar Hujan ... ............................................................... 7
3. Ilustrasi Jatuhnya Hujan ...................................................................................... 7
4. Penakar hujan dengan diameter 7.8 cm dan 10.3 cm ........................................... 8
5. Penakar hujan dengan diameter 24 cm dan 19 cm ............................................... 8
6. Berbagai Ukuran Diameter Pada Mulut Penakar (a) 7.8, (b)11.3, (c) 19, (d) 24... 8
7. Penakar hujan di permukaan dengan diameter 11.3 cm dan 14 cm .................... 9
8. Penakar hujan pada ketinggian 1.2 m dengan diameter 24 cm, 14 cm, 11.3 cm . 9
9. Penakar hujan pada ketinggian 5 m dengan diameter 24 cm, 14 cm, 11.3 cm .... 9
10. Beberapa Ketinggian Posisi Pemasangan Dalam Penempatan Penakar Hujan ... 10
11. Kurva CH dengan Perbedaan Ukuran Diameter.................................................... 11
12. Total CH di Berbagai Ukuran Diameter dengan Tipe
13. Perbandingan Hujan Harian Tipe

................................... 12

dengan Berbagai Ukuran Diameter .......... 12

14. Kurva CH dengan Berbagai Ketinggian............................................................... 13
15. Total CH di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Alat ................................. 13
16. Perbandingan di Berbagai Posisi Pemasangan dengan Tipe

......................... 14

17. Kriteria Hujan ...................................................................................................... 15
18. Keragaman Hujan di Wilayah Bogor .................................................................. 16

" ' *
1. Kriteria Hujan Standar Internasional (WMO) ..................................................... 1
2. Tinggi Penakar Hujan .. ...................................................................................... 2
3. Tipe$tipe Penakar Hujan ..................................................................................... 5
4. Rangkuman F$hitung Pada Perlakuan Ukuran Diameter ...................................... 16
5. Rangkuman F$hitung Pada Perlakuan Ketinggian ................................................ 17

" ' *
1. Simpangan Pada Data CH Harian di Berbagai Ukuran Diameter Mulut Penakar .. 20
2. Simpangan Pada Data CH Harian di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Penakar
Hujan ................................................................................................................. 22

.

2.2

"
*!
Hujan merupakan salah satu bentuk
presipitasi, yang memainkan peranan
penting dalam siklus hidrologi. Jumlah air
hujan diukur menggunakan pengukur hujan,
yang dinyatakan sebagai hujan yaitu butir
hujan dengan diameter > 0.5 mm.
WMO (
) mengatur arahan cara
pengukuran curah hujan dengan melakukan
keragaman teknik beserta alat$alat. Pada
umumnya pengukuran curah hujan sendiri
sebenarnya sangat mudah dilakukan, yaitu
dengan menggunakan alat$alat yang
sederhana kita sudah bisa mendapatkan data
curah hujan. Standar pengukuran curah
hujan yang telah ada berfungsi untuk
mempermudah pengukuran yang dilakukan
dan agar terhindar dari berbagai ganguan.
Sebenarnya pemasangan penakar hujan
hanya dapat dilakukan di daerah yang tidak
menghalangi hujan, sehingga curah hujan
yang terukur dapat mewakili wilayah yang
luas.
Pada umumnya ada 2 jenis alat
yang digunakan untuk pengamatan, yakni
jenis
dan jenis
. Alat ukur
yang
sering
digunakan
yaitu
tipe
( ) atau sering disebut
merupakan jenis manual.
(WMO)
mempunyai standarisasi untuk alat tipe
ini dengan diameter mulut
penakar sebesar 11.3 cm atau 5 inchi dan
dipasang dengan ketinggian mulut penakar
1.2 dari permukaan tanah.
pada umumnya juga mengikuti
standar dari WMO dengan diameter lebih
besar.
Dalam pengukuran curah hujan
dapat dilakukan dengan berbagai alat yang
berbeda seperti diameter, ketinggian dan
luas penakar hujan, hanya saja alat$alat
pengukur tersebut harus diletakkan pada
daerah yang terbuka dan tidak ada
penghalang yang akan mempengaruhinya,
sehingga curah hujan yang terukur dapat
mewakili wilayah yang luas.
2.

$

%)% * * " $ *
Membandingkan beberapa penakar
hujan dengan ukuran diameter mulut
penakar dan ketinggian posisi pemasangan
dari permukaan.

.

.2

$
Presipitasi adalah nama umum dari
uap yang mengkondensasi dan jatuh ke
tanah dalam rangkaian proses siklus
hidrologi.
Jumlah
presipitasi
selalu
dinyatakan dengan dalamnya presipitasi
(mm) seperti hujan (Sosrodarsono, 2006).
Ruang dan waktu merupakan dua
dimensi yang lazim menjadi perhatian para
ahli hidrologi dalam mengkaji presipitasi.
Dalam menentukan jumlah rata$rata
presipitasi pada beberapa bagian permukaan
bumi,
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi presipitasi seperti sirkulasi
uap air, arah angin dan kecepatan angin serta
ketinggian tempat adalah penting dalam
mengendalikan keragaman ruang presipitasi
(Eagleson dalam Seyhan, 1977) :
Untuk intensitas hujan, mengacu
pada standar internasional (WMO) adalah
sebagai berikut :
Tabel
1.
Kriteria
Hujan
Standar
Internasional (WMO)
$

%) *

Sangat Ringan
Ringan
Sedang / Normal
Lebat
Sangat Lebat

*$ * $

< 0.1 mm
0.1 – 5.0 mm
5.0 – 10 mm
10 – 20 mm
> 20 mm

'

*$ * $

#

< 5.0 mm
5.0 – 20 mm
20 – 50 mm
50 – 100 mm
> 100 mm

Sumber : WMO
.

& $ * *
%) *
Tujuan utama setiap metode
pengukuran presipitasi adalah untuk
mendapatkan contoh yang benar$benar
mewakili curah hujan di seluruh kawasan
tempat
pengukuran
WMO
(
) 1970. Karena itu di
dalam memasang suatu penakar presipitasi
haruslah dijamin bahwa :
1. Percikan tetesan hujan ke dalam dan ke
luar penampungan harus dicegah
2. Kehilangan air dari reservoir oleh
penguapan haruslah seminimal mungkin
Persyaratan
dalam
menempatkan
penakar hujan adalah sangat penting untuk
pengukuran yang benar$benar mewakili.
Beberapa persyaratan disajikan di bawah ini:
1.

Untuk memperkecil pengaruh turbulensi
angin (Larson dan Peck dalam Seyhan,
1977),
tinggi
penakar
harus

1

dipertahankan seminimal mungkin.
Untuk suatu luas lubang 4 dm2, angka$
angka berikut diukur :
Tabel 2. Tinggi Penakar Hujan
Tinggi Penakar (m)
% tangkapan
0 (di atas tanah)
100
0.4
93 – 97
84 $ 96
1.5
Sumber : (Seyhan, 1977)
Sebaliknya, penakar hujan harus
diletakkan cukup tinggi. Penakar hujan
setinggi tanah harus dilindungi dari
ganguan hewan. Untuk perbandingan
pengukuran, semua penakar hujan
dalam
suatu
jaringan
haruslah
ditempatkan pada tinggi yang sama.
2. Untuk mulut penakar haruslah paralel
dengan permukaan tanah. Pada daerah
yang berbukit, di mana penakar kerap
kali harus ditempatkan di atas bukit,
ketelitian tangkapan penakar yang baku
dapat
ditingkatkan
dengan
memiringkannya tegak lurus permukaan
tanah (Storey dan Hamilton dalam
Seyhan, 1977). Namun, lokasi pada
suatu kemiringan lereng umumnya
harus dihindari.
Pemilihan suatu tipe penakar hujan
tertentu dan lokasinya di suatu tempat
bergantung beberapa faktor. Di antaranya
disebutkan di bawah ini (Volker dalam
Seyhan, 1977) :
1. Dapat dipercaya (ketelitian pengukuran)
2. Tipe data yang diperlukan (menit,
harian, dan lain$lain)
3. Tipe presipitasi yang akan diukur
(adanya salju, tebalnya salju)
4. Dapat diperbandingkan dengan penakar
hujan lain yang ada
5. Biaya instalansi dan perawatannya
6. Mudahnya pengamatan
7. Gangguan oleh hewan dan manusia.
. .2 " $3 " $ *!% %
$
Tipe alat$alat pengukur presipitasi
dapat didasarkan atas apakah alat$alat itu
merupakan tipe pencatat atau bukan.
Penakar hujan pencatat secara otomatis
mengumpulkan datanya pada suatu grafik,
pita pelubang, pita magnetik atau secara
elektronik mengirim data ke penerima
(komputer, satelit, dan lain$lain). Penakar
hujan bukan pencatat harus dibaca secara
berkala (sekali sehari, sekali seminggu, 15
hari, atau sebulan). Penakar ini tidak
mencatat data dengan cara apapun.
Klasifikasi menurut Seyhan didasarkan
atas suatu kombinasi dua pendekatan, yaitu :

1.

Penakar hujan bukan pencatat
Penakar$penakar hujan bukan pencatat
yang disebutkan di bawah ini semuanya
diletakkan di tanah.
a. Penakar hujan baku (standar) : Diameter
lubang (juga tingginya) berbagai di
berbagai negara (3.57 inci di Kanada, 5
inci di Inggris, 8 atau 12 inci di AS).
Suatu luasan 2 hingga 5 dm2 (spesifikasi
WMO) ternyata paling sesuai untuk
besarnya lubang. Tinggi penakar hujan
beragam sekitar 40 cm. Botol$botol
penampung harus dikosongkan dan
diukur secara berkala (harian, mingguan
maupun bulanan).
b. Penakar hujan penyimpan (penjumlah) :
Penakar ini merupakan penakar hujan
baku dengan kapasitas lebih besar dan
digunakan untuk menyimpan presipitasi
musiman di kawasan yang jauh.
Pengukuran penakar (lebih disukai
karena ketelitiannya) maupun dengan
mengukur kedalaman (jeluk) air dalam
reservoir.
c. Penakar hujan searas tanah : Tipe$tipe
penakar hujan searas tanah meskipun
lebih mahal dibandingkan dengan
penakar hujan yang baku, mempunyai
persentase tangkapan curah hujan yang
tertinggi.
d. Penakar hujan acuan internasional
(
) : karena berbagai negara
mempunyai standar stasiun pengamat
hujan yang berlainan, maka WMO telah
mengembangkan suatu penakar acuan
yang disebut IRPG. Penakar ini
diusulkan sebagai suatu penakar hujan
baku yang dapat digunakan sebagai
pembanding bagi penakar hujan lainnya
yang digunakan di berbagai negara.
Penakar ini diambil dari tipe British
Snowdon dengan luas lubang 128 cm2
dan 1 meter di atas tanah serta
ditempatkan di dalam perisai angin tipe
Alter.
2. Penakar Hujan Otomatik (pencatat)
Semua penakar hujan otomatik akan
mencatat data (dalam hal ini jumlah
hujan) secara kontinu (interval 1 menit,
5 menit, 10 menit, dan lain$lain)
maupun secara berkala pada beberapa
macam grafik, pita pelubang, pita
magnit, film, sinyal$sinyal listrik, dan
lain$lain.
a. Pemantauan hujan di tanah
1) Penakar
hujan
otomatik
tipe
penimbangan : peralatan ini serupa

2

dengan penakar hujan tipe pelampung.
Secara kontinu, berat panci penampung
ditambah hujan yang jatuh sejak
pencatatan mulai dicatat. Reservoir di
mana
presipitasi
dikumpulkan,
dikosongkan dengan suatu sifon (serupa
dengan penakar hujan tipe pelampung)
setelah kedalaman curah hujan sebesar 5
mm atau 10 mm, tergantung pada lebar
grafik. Jumlah hujan yang terakumulasi
diplotkan pada suatu grafik yang
diletakkan di sekitar drum yang
berputar. Karena itu, hasilnya adalah
suatu kurva massa curah hujan.
2) Penakar hujan otomatik tipe pelampung
: Alat ini menampung presipitasi ke
dalam penerima dan membawanya
kepada suatu ruangan pelampung
dimana pelampung akan naik bila tinggi
muka air juga naik. Gerakan vertikal
pelampung ini dipindahkan melalui
suatu tongkat pelampung dan pena ke
suatu grafik yang diletakkan di sekitar
drum yang berputar. Air yang
terakumulasi dalam ruangan pelampung
disedot ke luar secara manual atau
otomatis.
3) Penakar hujan otomatis tipe ember$
tumpah (
) : Alat ini juga
dikenal sebagai
, air
presipitasi mengalir dari penerima ke
dalam suatu ember yang terdiri atas dua
bagian yang berbentuk segitiga dan
dineracakan dalam keseimbangan yang
tidak stabil pada suatu ujung pisau.
Pembalikkan ember dikalibrasikan agar
terjadi setelah jumlah air presipitasi
yang terakumulasi dalam suatu bagian
adalah sebesar 0.2 mm (spesifikasi
WMO minimum). Pencatatan secara
bertahap dan tidak kontinu (bukan suatu
plot garis pada tipe$tipe timbangan dan
pelampung). Kerugian penakar hujan ini
adalah : (1) selama pembalikan, air
dapat hilang jika curah hujan
berintensitas tinggi, (2) kehilangan
evaporasi dari bagian ruangan dapat
cukup besar di kawasan$kawasan yang
panas, (3) berhubung pencatatan yang
bertahap maka alat ini tidak berguna
untuk curah hujan yang sangat sedikit,
(4) saat awal dan akhir tidak dapat
diketahui secara tepat. Sebaliknya, tipe
penakar ini tahan lama, sederhana dan
memungkinkan pencatatan ditampung
melalui pulsa listrik pada pita magnetik.
4) Pengindera jauh : Walaupun penakar
hujan tersebut merupakan tahap

b.
1)

2)

3)

4)

percobaan, penelitian sedang dilakukan
bagi penggunaan tipe pengideraan jauh
yang berbeda di dalam pemantauan
presipitasi (Seyhan, 1972).
Pemantauan presipitasi dari udara
(pengindera jauh)
Kamera
:Kamera$kamera
metrik,
pemandangan, gelombang banyak dan
ultraviolet sedang digunakan di dalam
mengkaji presiptasi.
Penyaring
gambar
(
)
:
Percobaan$percobaan sedang dilakukan
dengan penyaring$penyaring gambar
multi$spektral dan IRLS (
!
"
– Penyaring Gambar Garis
Infra Merah) untuk menentukan
esensinya dalam pengkajian$pengkajian
presipitasi. Keluaran yang tercatat
adalah pita magnetik atau film.
Radar : Penggunaan pencaran radar
(radar scatterometer) dan SLAR sedang
dikaji. Keluaran yang tercatat adalah
pita magnetik atau film.
Radiometer gelombang mikri yang
spektrometer gelombang mikro juga
sedang dikaji. Keluaran yang tercatat
adalah pita magnetik.

.4

!
(+ " *
%) *
Di dunia banyak sekali tipe$tipe
penakar hujan (
) dengan berbagai
bentuk dan ukurannya. Tipe$tipe penakar
hujan dengan berbagai bentuk dan model
dibuat sesuai dengan kondisi suatu daerah
tersebut. Misal pada daerah tropic biasanya
bentuk penakar hujan (
) di buat
besar karena curah hujan yang terjadi pada
daerah tersebut lebih besar. Sedangkan
untuk daerah subtropic alat yang dibuat
lebih kecil karena daerah tersebut
mempunyai curah hujan yang lebih kecil.
Di bawah ini akan diperlihatkan
beberapa model penakar hujan dengan
berbagai ukuran.

3

Tabel 3. Tipe$tipe Penakar Hujan
Tipe
Perusahaan
Luas
Penampang
Model
Scientific
200 cm2
52202
Sales Inc,
Amerika

Model
2500

HydroLynx,
Amerika

314 cm2

Tipping
Bucket

GEOCIS
(Geophysica
l Consulting
and
Instrument
Services),
Indonesia

ECRN$
50
(PLVE
M5$50)

ECRN$
50
(PLVE
M5$
100)
(PLVE
M50$
100)
TB5

Resolusi

Bahan

Sensor

Gambar

0.1 mm
#

0.25 mm,
0.5 mm,
atau 0.1
mm

$

200 cm2

0.2 mm$
1 mm

Aluminium

ICT
International
, Australia

100 cm2

1 mm

' !
$(
)

ICT
International
, Australia

158.3 cm2

0.25 mm

' !
$(
)

*

ICT
International
, Australia

154 cm2

0.2 mm,
0.5 mm,
atau 0.1
mm

#

*
#

#

#

!

%

&

!

!

+ $(

4

Rain O
Matic

DWC
International
sales,
Denmark

200 cm2

0.2 mm,
0.25 mm,
atau 0.5
mm

TB3
(PLV2)

ICT
International
, Australia

154 cm2

0.2 mm,
0.5 mm,
atau 0.1
mm

Unidata Pty

323.5 cm2

Model
6506A

$

*
#

#
+

0.2 mm

+
+

#

+

&
))

Model
5050P

HydroLynx,
Amerika

200 cm2

1 mm

'
#

Texas
Electronics,
Amerika

471 cm2

Model
HD201
3

Delta Ohm,
Amerika

452 cm2

Model
2149

American
Sigma,
Amerika

Model
TE525

0.1 mm
#

330 cm2

0.1 mm,
0.2 mm
atau
0.5mm

0.02 mm

#

Epoxy coated
aluminum and
anodized
aluminum

#

5

.
4.2 ,

$% + * ' $ * " $ *
Penelitian ini dilaksanakan di
Kampus IPB Darmaga, Fakultas Matematika
dan IPA, Bogor mulai Februari 2008 hingga
Agustus 2008.
4.

4.

# *+ * " $
Bahan$bahan yang digunakan :
Corong dengan ukuran diameter :
a. 25 cm sebanyak 3 buah
b. 20 cm sebanyak 1 buah
c. 14 cm sebanyak 3 buah
d. 12 cm sebnayak 3 buah
e. 8 cm sebanyak 1 buah
Penampung curah hujan dengan
kapasitas 1500 ml 10 buah
Penampung curah hujan
dengan
kapasitas 600 ml 2 buah
Pipa

1.

Alat yang digunakan :
Gelas ukur

1.

2.
3.

4.4
$(+
* "$ *
4.4.2
*
*5 *! *
+ *
' % $ * *
%) *
Dilakukan
penipisan
terhadap
corong ukuran 25 cm, 20 cm, 12 cm, 8 cm
menjadi 24 cm, 19 cm, 11.3 cm, 7.8 cm agar
air hujan dapat masuk ke dalam penampang
tanpa terhalangi. Diameter corong ini
digunakan
untuk
menentukan
luas
penampang penakar hujan tersebut dan luas
penampang digunakan dalam menentukan
curah hujan seperti perhitungan diatas.
Kemudian penakar hujan tersebut diletakan
di lapangan. Dalam pengamatan ulangan
yang digunakan merupakan hari kejadian
hujan.
Penelitian ini selain menguji
berdasarkan diameter penampangnya juga
menguji dari pemasangan alat berdasarkan
ketinggian. Ketinggian yang dipakai untuk
membandingkan dengan standar WMO.
Ketinggian yang digunakan yaitu di
permukaan, 120 cm, dan 500 cm. Dan
penakar hujan yang digunakan dalam
pemasangannya
juga
mempergunakan
diameter yang berbeda, yaitu menggunakan
tiga penakar hujan untuk setiap ketinggian.
Masing$masing diameter tersebut adalah 24
cm, 14 cm, dan 11.3 cm.

4.4.

*! ' $ * -% # %) *
Curah hujan dinyatakan dari hasil
volume yang tertampung dibagi dengan luas
penampang penakar hujan. Oleh karena itu,
biasanya banyak curah hujan dinyatakan
dengan satuan milimeter (mm). Berikut
adalah perhitungan curah hujan :
CH = V/A
V = volume hujan (ml)
A = luas penampang penakar hujan (cm)

4.4.4

*!(" # * $
Pengujian statistik untuk data curah
hujan yang diperoleh dari hasil pengamatan
menggunakan rancangan acak lengkap dan
uji beda nyata. Variabel yang di uji yaitu
diameter penakar hujan dan ketinggian
tempat.
Tahapan
pengujian
dengan
rancangan acak lengkap dan uji beda nyata.
Pengujian Hipotesis :
Statistik uji Fhitung mengikuti sebaran F
dengan derajat bebas pembilang sebesar t$1
dan derajat bebas penyebut sebesar t (r$1).
Dengan demikian jika nilai Fhitung lebih besar
dari Fα,db1,db2 maka hipotesis nol ditolak dan
berlaku
sebaliknya.
Pengujian
ini
menggunakan dua hipotesis yaitu :
Hipotesis pertama :
Ho : p = pengukuran CH dengan berbagai
ukuran diameter mulut penakar akan
menimbulkan perbedaan.
H1 : p = pengukuran CH dengan berbagai
ukuran diameter mulut penakar tidak akan
menimbulkan perbedaan.
Hipotesis Kedua :
Ho : p = pengukuran CH dengan berbagai
ketinggian
posisi
pemasangan
akan
menimbulkan perbedaan.
H1 : p = pengukuran CH dengan berbagai
ketinggian posisi pemasangan tidak akan
menimbulkan perbedaan
Penolakan hipotesis nol berimplikasi bahwa
perlakuan yang diberikan terhadap unit$unit
percobaan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap respon percobaan yang diamati.

6

1.
Hujan di setiap wilayah selalu sama
jumlah curah hujannya dalam pengukuran.
Dalam
melakukan
pengukuran
dan
pengamatan curah hujan digunakan alat
yang disebut penakar hujan seperti pada
kebanyakkan literatur yang menyatakan
bahwa untuk mengukur curah hujan haruslah
menggunakan alat yang sesuai dengan
ketentuan baku dan curah hujan harus
dilakukan pada daerah yang masih alamiah.
Untuk alat yang sesuai dengan ketentuan
baku seperti berapa diameter penakar hujan
yang sering digunakan di berbagai negara,
diletakkan pada ketinggian berapa agar
curah hujan yang diukur dan diamati tidak
terganggu.
Metode dalam pengukuran curah
hujan dapat digunakan dengan metode yang
paling sederhana bahkan yang paling tua
sekalipun. Misal dengan hanya memakai
corong atau botol susu. Teknik ini masih
dapat menghasilkan data curah hujan secara
statistik dengan data harian maupun
bulanan. Teknik sederhana ini juga harus
presisi dan akurat serta keahlian dari
pengamat agar mendapatkan data yang
diinginkan (Graham, 1988).
6.2 (
%) *

* '

$ *

" $

genteng pada bangunan ini dibuat dengan
kemiringan 30o, sedangkan peletakkan alat
bersudut tidak lebih dari 45o dari tajuk pada
plot penelitian.

Penakar Hujan

Gambar 2. Lokasi Penempatan Alat Penakar
Hujan
Hujan yang jatuh, tidak selalu lurus
kemungkinan bisa terjadi kemiringan hingga
45o karena dipengaruhi oleh angin. Di
bawah ini adalah gambar ilustrasi penakar
hujan.

*

Lokasi penempatan penakar hujan
pada penelitian yaitu di Fakultas MIPA
kampus IPB Darmaga, seperti pada gambar
di bawah ini.
Gambar 3. Ilustrasi Jatuhnya Hujan
Lokasi

Gambar 1. Lokasi Fakultas MIPA IPB
Darmaga
Penakar hujan pada penelitian ini
ditempatkan pada daerah yang terbuka
disekitar gedung bukan di daerah yang
lapang dan dalam pengukuran curah hujan
pada kondisi ini tidak mempengaruhi
besarnya curah hujan. Karena kondisi

6.

"

" $ *
%) *
Alat – alat yang telah dibuat
dengan menggunakan peralatan sederhana
ternyata dapat dipergunakan dengan baik
dan dapat memberikan data yang diinginkan.
Pengamatan pertama dilakukan
untuk menguji ukuran diameter penampang.
Ukuran diameter yang diuji ada empat yaitu
sebesar 7.8 cm, 11.3 cm dan sebagai
pembandingnya
menggunakan
standar
WMO (
)
yaitu 19 cm dan 24 cm.

7

7 8

7 8

7 8
7 8

Gambar 4. Penakar hujan dengan diameter
(a) 7.8 cm dan (b) 11.3 cm

Gambar 5. Penakar hujan dengan diameter
(a) 24 cm dan (b) 19 cm

Berikut adalah ilustrasi gambar berbagai diameter pada mulut penakar hujan
.

Berbagai Diameter Pada Mulut Penakar Hujan

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6. Berbagai Ukuran Diameter Pada Mulut Penakar (a) 7.8 cm, (b) 11.3 cm, (c) 19 cm dan
(d) 24 cm
Gambar ilustrasi tentang berbagai
diameter
tersebut
digunakan
untuk
membandingkan ukuran diameter suatu
penakar yang dibuat. Jika dilihat dari ukuran
semakin kecil ukuran suatu diameter mulut
penakar berarti semakin kecil juga jumlah
curah hujan yang tertampung, hal itu
dikarenakan daerah tangkapan hujan untuk
penakar tersebut kecil. Sebaliknya semakin
besar diameter mulut penakar jumlah curah
hujan yang tertampung maka semakin besar
pula jumlah curah hujan yang tertampung
ini, di karenakan daerah tangkapan hujan di
sekitar area mulut penakar tersebut besar.

Di berbagai negara dapat dijumpai
tipe penakar hujan yang berbeda$beda untuk
ukuran diameter mulut penakar, hal tersebut
menunjukkan
bahwa
ukuran
tidak
mempengaruhi besar jumlah curah hujan.
Besarnya jumlah curah hujan yang sesuai di
dapatkan dari cara pengukuran yang benar
dan teliti. Jadi setiap volume hujan yang
tertampung pada penakar hujan akan dibagi
dengan luas penampang penakar hujan
sehingga di dapatkan curah hujan.

8

Pengamatan
selanjutnya
uji
ketinggian untuk penakar hujan. Seperti
yang telah dikatakan diatas bahwa
ketinggian
sangat
mempengaruhi
penangkapan curah hujan pada alat penakar
hujan karena semakin tinggi letak penakar
maka makin besar juga kemungkinan
terjadinya turbulensi angin disekitar funnel.
Pengujian ketinggian ini dilakukan di tiga
ketinggian yaitu di 40 cm, 120 cm atau 1.2
m
yang
merupakan
standar
tipe
(Handoko, 1995), dan pada
ketinggian 500 cm atau 5 m dari permukaan.

cm, yang pada ketinggian ini merupakan
standar dari WMO. Sama seperti gambar 7
bahwa pada ketinggian ini terdapat tiga
penakar hujan yaitu 24 cm, 14, dan 11.3 cm.
Pada penempatan terakhir yaitu
pada ketinggian 500 cm atau 5 m dari
permukaan. Pada ketinggian ini merupakan
penempatan yang sangat jarang sekali
dilakukan oleh peneliti lain, dikarenakan
tingginya yang mencapai 5 m yang
dikhawatirkan adanya gangguan oleh angin
yang dapat mengakibatkan turbulensi pada
& . Penempatan ini juga terdapat tiga
penakar hujan seperti pada dua ketinggian
lainnya yaitu 24 cm, 14, dan 11.3 cm.

(b)

(a)

758

Gambar 7. Penakar hujan pada
ketinggian 40 cm dengan diameter (a) 11.3
cm dan (b) 14 cm

7 8

7 8

9'

Gambar diatas merupakan penakar
hujan yang ditempatkan pada ketinggian
dipermukaan. Penakar hujan di permukaan
ini juga memakai tiga ukuran diameter
penakar yang berbeda yaitu 24 cm, 14 cm
dan 11.3 cm. Gambar diatas hanya dua
dikarenakan untuk 24 cm memakai penakar
hujan yang sama pada gambar 6.

7 8

Gambar 9. Penakar hujan pada ketinggian 5
m dengan diameter (a) 24 cm, (b) 14 cm dan
(c) 11.3 cm
(b)

(c)
Dari Gambar 7, 8, dan 9 diatas
yang merupakan perbedaan ketinggian
dalam penempatan penakar hujan akan
dibuat gambar ilustrasi seperti pada gambar
di bawah ini.

Gambar 8. Penakar hujan pada ketinggian
1.2 m dengan diameter (a) 24 cm, (b) 14 cm
dan (c) 11.3 cm
Pada gambar 8 penakar hujan
ditempatkan pada ketinggian 1.2 m atau 120

9

Beberapa Perbedaan Ketinggian Penempatan Penakar Hujan

500 cm

120 cm
(a)

(b)

40 cm

(c)

Gambar 10. Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Dalam Penempatan Penakar Hujan
Ilustrasi pada Gambar 10 sama
halnya dengan ilustrasi pada berbagai
ukuran diameter penakar hujan yaitu guna
untuk membandingkan data curah hujan
pada setiap perbedaan ketinggian dalam
penempatan penakar hujan.
Di Indonesia standar untuk
penempatan suatu penakar hujan pada
ketinggian 120 cm atau 1.2 m dari
permukaan. Dalam gambar ilustrasi tersebut
dibuat penakar hujan pada ketinggian 5 m,
1.2 m dan di permukaan, hal ini dilakukan
untuk mengetahui bahwa semakin tinggi
penempatan penakar hujan tidak akan
mempengaruhi pengukuran curah hujan.
Menurut para ahli dari beberapa
negara semakin tinggi penempatan penakar
hujan akan dipengaruhi oleh angin sehingga
hujan yang akan tertampung akan terganggu,
sedangkan bila semakin tinggi penempatan
penakar hujan kemungkinan gangguan$
gangguan yang akan mempengaruhinya akan
semakin
kecil
pula.
Karena
pada
penempatan penakar sesuai standar yakni 1.2
m, hal ini dilakukan bila penakar diletakkan
di permukaan agar terhindar dari percikan

air hujan dari permukaan yang akan masuk
ke dalam penakar dan juga akan terhindar
dari gangguan angin bila penakar tersebut di
tempatkan pada suatu ketinggian tertentu
misal 5 m.
Setiap kejadian hujan akan di
dapatkan data hujan per harinya dari setiap
pengukuran seperti pada empat diameter
yang berbeda dan pada tiga ketinggian. Data
hasil pengukuran tersebut yang didapatkan
masih berupa volume hujan dengan satuan
ml sehingga perlu di konversi menjadi curah
hujan yang satuannya merupakan mm.
Setelah di dapatkan curah hujan maka kita
mempunyai data yang dapat dibandingkan.
Tapi hal itu belum bisa membuktikan bahwa
semua
perlakuan
tersebut
tidak
mempengaruhi jumlah tangkapan hujan pada
penakar hujan tersebut.
Gambar di bawah ini menunjukkan
bahwa data yang digunakan bukan lah data
kontinue tapi merupakan data diskret. Data
diskret merupakan bila suatu percobaan
mengandung jumlah titik data yang
terhingga dan merupakan data hasil
membilang atau menghitung. Sedangkan

10

data kontinue merupakan bila suatu
percobaan
mengandung
takhingga
banyaknya titik data yang sama dengan
banyaknya titik pada sebuah garis dan
merupakan data hasil mengukur (Walpole,
1988).

27 Feb 20 08

Gambar 11. Kurva CH dengan Perbedaan Ukuran Diameter
Gambar 11 diatas merupakan grafik
variasi tangkapan hujan dengan perbedaan
mulut diameter penakar. Dari grafik tersebut
dapat di tarik garis
yang
menunjukkan bahwa data tersebut berupa
garis lurus yang membuktikan data tidak
berbeda. Tetapi seperti yang telah dikatakan
bahwa itu saja belum cukup untuk
membuktikan bahwa ukuran suatu diameter
penampang tidak mempengaruhi tangkapan
curah hujan. Untuk percobaan ini data yang
diambil
dilakukan
dengan
ulangan
berdasarkan banyaknya hari, jadi banyak
hari merupakan ulangan bagi beberapa
perlakuan perbedaan diameter penampang
ini.
Garis$garis pada grafik diatas
bukan merupakan grafik garis tapi garis$
garis itu menunjukan trendline untuk setiap
perlakuan dan ulangan percobaan yang
dilakukan.
Semakin
garis
trendline
menyerupai garis lurus atau mendatar, hal
ini menunjukan bahwa data yang di
dapatkan hampir sama. Setelah dilakukan

penghitungan secara statistik semua data
pada pengukuran curah hujan dengan
berbagai diameter mulut penakar didapatkan
rata$rata simpangan sebesar 0.63 dapat
dilihat pada lampiran 1, berdasarkan hasil
hitung simpangan yang nilainya kecil
sehingga dapat dikatakan bahwa data ini
menunjukkan keragaman yang kecil.
Pada Gambar 11 terdapat garis
yang miring terjadi pada tanggal
27 Februari 2008, data tersebut mempunyai
simpangan sebesar 2.83. Hal ini dikarenakan
ada beberapa kesalahan teknis dalam
pengampilan data seperti corong miring atau
jatuh karena kurang rekat. Untuk itu harus
dilakukan pembuatan penakar hujan yang
efisien.

11

Pada percobaan di berbagai ukuran
diameter mulut penakar dibuat grafik batang
dengan total curah hujan pada semua
kejadian hari hujan yang diamati. Sebagai
kontrol digunakan tipe
dengan ukuran
11.3 cm, ukuran ini akan dibandingkan
dengan empat ukuran lainnya yaitu 7.8 cm,
11.3 cm, 19cm dan 24 cm. Dari total curah
hujan data hampir tidak berbeda, karena
masing$masing ukuran hanya mempunyai
beda dengan ukuran tipe
sebesar 3.9%
untuk ukuran 7.8 cm, 1.6% untuk ukuran
11.3 cm, 0.6% untuk ukuran 19 cm, serta
2.2% untuk ukuran 24 cm.

Gambar 12. Total CH di Berbagai Ukuran
Diameter dengan Tipe Obs

B erb ag ai Uk u ran D iam eter Mu lu t P en ak ar

80

y = 0.9949x
R 2 = 0.9835

y = 1.0038x
R 2 = 0.9899

70
60
50

y = 1.0365x
R 2 = 0.9913

40
30
y = 1.0122x
R 2 = 0.9942

20
10
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

K ontrol (T ipe Obs)

Gambar 13. Perbandingan Hujan Harian Tipe Obs dengan Berbagai Ukuran Diameter
Dari keseluruhan data harian curah
hujan bila dibandingkan dengan Tipe
yang diamati hasil grafik menunjukkan rata$
rata slope mencapai angka 1 dengan rata$rata
nilai korelasi sebesar 99%. Dengan hasil

tersebut maka data ini dinyatakan tidak
berbeda. Karena data yang berbeda hanya
1%.

12

Gambar 14. Kurva CH dengan Berbagai Ketinggian
ketinggian dapat dikatakan bahwa data ini
belum tentu dipengaruhi oleh angin tetapi
dalam pengukuran atau alat yang kurang
efisien sehingga terdapat keragaman pada
data tersebut.
400
350
300

C H (m m )

Hal yang sama juga terjadi pada
Gambar 14 grafik perbedaan ketinggian
yaitu di 40 cm, 120 cm dan 500 cm, bahwa
yang dibuat membentuk garis lurus
walaupun data yang digunakan masih sedikit
dibandingkan dengan data perbedaan
diameter penampang, tapi bisa dilihat bahwa
perbedaan ketinggian juga tidak berbeda
satu sama lain. Dikarenakan garis
trendlinenya hampir membentuk garis lurus.
Ulangan pada percobaan ini juga
menggunakan banyaknya hari terjadinya
hujan.
Seperti pada Gambar 14, dari
beberapa garis
ada garis
miring ke bawah. Berdasarkan dari hasil
perhitungan statistik didapatkan simpangan
sebesar 3.87 dapat dilihat pada lampiran 2,
hal itu dikarenakan pada saat pengamatan
terjadi hujan yang deras disertai angin
kencang sehingga tangkapan curah hujan
untuk ketinggian 5 m lebih sedikit
dibandingkan dengan dua ketinggian di
bawahnya
sehingga
data
tersebut
mempunyai
simpangan
yang
besar.
Sedangkan dari keseluruhan data pada
pengukuran curah hujan di berbagai
ketinggian mempunyai simpangan sebesar
2.34 dapat dilihat pada lampiran 2.
Simpangan tersebut bila dibandingkan
dengan data pada berbagai diameter mulut
penakar data ini menunjukkan keragaman
yang lebih kecil. Dari keragaman yang lebih
besar pada data curah hujan di berbagai

250
200
150
100
50
0
Di Permukaan

120

500

Kontrol

K eting g ia n (cm)

Gambar 15. Total CH di Berbagai
Ketinggian Posisi Pemasangan Alat
Di beberapa ketinggian posisi
pemasangan alat terlihat juga data dari total
curah hujan harian hampir tidak berbeda.
Sebagai acuan dibuat penakar yang
ditempatkan pada ketinggian 120 cm atau
1.2 m seperti pada tipe
. Setiap posisi
hanya mempunyai beda yang sangat kecil
bila dibandingkan dengan tipe
sebagai
kontrol yaitu sebesar 1.1% pada posisi di
permukaan, 1.5% pada posisi 120 cm dan
4.7% pada posisi 500 cm atau 5 m.

13

80
y = 0.9837x
R 2 = 0.9896

y = 0.9823x
R 2 = 0.9917

D i P erm u kaan

60
y = 0.9821x
R 2 = 0.992
40

20

0
0

20

40

60

80

K ontrol (tipe Obs)

(a)
80

y = 0.9879x
R 2 = 0.9955

y = 0.9625x
R 2 = 0.977

P ada 1.2 m

60

y= x
R2 = 1

40

20

0
0

20

40

60

80

kontrol

(b)
80
y = 0.9936x
R 2 = 0.9562

y = 0.9771x
R 2 = 0.992
P ad a 5 m

60

y = 0.9233x
R 2 = 0.9569

40

20

0
0

20

40

60

80

K ontrol

(c)
Gambar 16. Perbandingan di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan dengan Kontrol (Tipe
(a) di 40 cm, (b) pada 120 cm, (c) pada 500 cm

).

14

(c)
300

C H (m m)

250
200
150
100
50
0
7.8

10.3

19

24

Dia me te r (c m)

(d)
140
120
100

C H (m m)

Di berbagai ketinggian posisi
pemasangan
alat
juga
dilakukan
perbandingan dengan kontrol (Tipe
)
dengan hasil seperti pada Gambar 16 bahwa
data pada berbagai ketinggian posisi
pemasangan
tidak
berbeda
karena
mempunyai nilai rata$rata slope sebesar 0.99
dengan nilai korelasinya sebesar 98%.
Berarti data tersebut hanya memiliki beda
sebesar 2%.
Pada suatu penelitian di Jepang
bahwa kecepatan angin mempengaruhi
kehilangan hujan pada suatu pengamatan
hujan. Dimana pada saat pengamatan,
penakar hujan diletakkan pada ketinggian 6
m. Berdasarkan penelitian di Jepang dengan
kecepatan
rata$rata
2
m/s
akan
mengakibatkan kehilangan tangkapan curah
hujan sebesar 4% dan kecepatan angin rata$
rata sebesar 10 m/s akan mengakibatkan
kehilangan tangkapan curah hujan sebesar
17 m/s. Hasil dari penelitian ini, bahwa
semakin cepat kecepatan angin semakin
berkurang juga tangkapan cura hujan (Hsu
ZY, 2005).
Hasil penelitian Jepang tidak dapat
dipakai pada kondisi ini. Bahwa data pada
percobaan ini tidak semuanya menunjukkan
data yang didapatkan hampir sama. Bila
pada kondisi pengamatan disaat hujan deras
di ikuti dengan angin yang kencang
mungkin akan mempengaruhi tangkapan
curah hujan suatu penakar hujan, tapi dalam
kondisi ini berkurangnya curah hujan yang
diukur dikarenakan
kesalahan dalam
pengukuran atau penempatan alat (kondisi
alat yang miring).

80
60
40
20
0
7.8

10.3

19

24

Dia me te r (c m)

(e)
Gambar 17. Kriteria Hujan (a) sangat ringan,
(b) ringan, (c) normal, (d) lebat, (e) sangat
lebat
Keseluruhan data curah hujan
harian pada berbagai ukuran diameter mulut
penakar dapat dikriteriakan menjadi hujan
sangat ringan dengan intensitas < 5 mm/hari,
hujan ringan dengan intensitas 5 – 20
mm/hari, hujan sedang dengan intensitas 20