Kajian dan rencana pengembangan terminal akap mayang terurai di kota Pekanbaru Propinsi Riau

P
gggg
9222
p p p

' Q s s
2 5* -* 53 0
Q Q S

ABSTRAK

*I

Z s s u i A

s...=sfi
3
s Q
a:s ?

3


Q Q

C 3 .

go

."2$g
QP.as n

9

~

~

gS=QF!.

fJSc


3, cgs
P g z g a
SCQ
S 9
s s =

9 1 . a a'?
K Q m o c

8
: 2s
,Q Z Q
IDS

0-0

Q

- 0


E L s

$ ~ . 9 "
Q
7

a , a.
g

m

*

2 p' 3
s. E X
p
5

9 3


5
J8
r LS

2

J.

e

eg

= 89
"
-.
2.
rr

Q


g

I

a n
$ 3

3. 3

=
.o m
5
,g

P

35

Q


Z E

5r e g
X ;g
% gs

SURYA DINATA, Kajian dan Rencana Pengembangan Terminal AKAP
Terurai di Kota Pekanbaru Propinsi Riau dibimbing oleh DR. Ir.
~ Mayang
Ma'mum Sanna, MS,Mec sebagai ketua komisi pembimbing dan DR. Drs.
4Endriatmo
5
Soetarto, MA, sebagai anggota komisi pembimbing.
Kota Pekanbaru sebagai ibukota propinsi Riau sekaligus merupakan pusat
@
wdagangan sarat akan kegiatan perekonomian yang secara operasional
&itikberatkan di terminal antar kota antar propinsi (AKAP) Mayang Terurai.
qrminal AKAP Mayang Terurai satu-satunya di kota Pekanbaru yang sangat
@tensid dalam memacu pembangunan daerah. Di lokasi ini terdapat pula pasar
~ diidisional, pertokoan dan supermaket. Terminal AKAP Mayang Terurai berada di

&am kota yang terletak di antara pertokoan dan pasar tradisional dengan arus
lgu lintas sekitar terminal yang terlalu padat dan rawan kemacetan, ditarnbah lagi
e$ngan kondisi jalan yang kurang memadai serta kapasitas daya tampung terminal
&dah tidak mampu mendukung kebutuhan. Hampir separoh dari jumlah
$rusahaan-perusaham yang bergerak dalam bidang jasa angkutan baik AKAP
e u p u n antar kota dalam propinsi (AKDP), tidak memanfaatkan terminal secara
&simal sebagai terminal AKAP karena fasilitas utama dan fasilitas penunjang
grminal Mayang Terurai tidak lagi mendukung operasional terminal. Perusahaan&rusahaan angkutan tersebut mendiikan pool-pool tersendiri yang tersebar di
gpanjang jalan menuju terminal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi dan menganalisis fasilitas
yang ada di terminal Mayang Terurai kota Pekanbaru dalam memenuhi kebutuhan
operasional terminal AKAP, menghitung potensi peranan Terminal Mayang
Terurai pada saat ini dan untuk saat mendatang yang dapat disumbangkan sebagai
salah satu upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan guna
menempuh berbagai kebijakan yang dapat diambil serta menyusun relevansi
rencana pengembangan terminal AKAP di Propinsi Riau yang memenuhi
persyaratan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan alat
pengumpul data berupa angket, wawancara, dan pengamatan. Data sekunder
eroleh dari Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Pemda Pekanbaru, BPS kota
kanbaru.

Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan terminal Mayang Terurai tidak lagi
(a
aemadai sebagai sebuah terminal AKAP. Hal ini terlihat dari minimnya fasilitasTsilitas yang ada dibandingkan dengan syarat standar terminal tipe A yang
tetapkan Dirjen Perhubungan Darat. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain jalur
smberangkatan dan kedatangan kendaraan yang menyatu, fasilitas parkir
&ndaraan yang kurang memenuhi kebutuhan, loket karcis yang tidak permanen
Srta
lalu lintas di sekitar terminal yang sudah sangat padat ditarnbah lagi lokasi
&
mrrninal berada di antara pusat pertokoan dan pasar tradisional. Untuk
sngembangan atau perluasan area terminal tidak memungkinkan lagi karena
keterbatasan area pengembangan. Hal ini berdampak terhadap jurnlah retribusi
a terminal. Data hasil perhitungan alokasi bis yang terdaftar di Dinas
erhubungan kota Pekanbaru menghasilkan jumlah retribusi Rp. 55.296.000,-

d

&

F

<

P
gggg
9222
p p p

' Q s s
2 5* -* 53 0
Q Q S

ABSTRAK

*I

Z s s u i A

s...=sfi
3
s Q

a:s ?

3

Q Q

C 3 .

go

."2$g
QP.as n

9

~

~

gS=QF!.


fJSc

3, cgs
P g z g a
SCQ
S 9
s s =

9 1 . a a'?
K Q m o c

8
: 2s
,Q Z Q
IDS

0-0

Q

- 0

E L s

$ ~ . 9 "
Q
7

a , a.
g

m

*

2 p' 3
s. E X
p
5

9 3

5
J8
r LS

2

J.

e

eg

= 89
"
-.
2.
rr

Q

g

I

a n
$ 3

3. 3

=
.o m
5
,g

P

35

Q

Z E

5r e g
X ;g
% gs

SURYA DINATA, Kajian dan Rencana Pengembangan Terminal AKAP
Terurai di Kota Pekanbaru Propinsi Riau dibimbing oleh DR. Ir.
~ Mayang
Ma'mum Sanna, MS,Mec sebagai ketua komisi pembimbing dan DR. Drs.
4Endriatmo
5
Soetarto, MA, sebagai anggota komisi pembimbing.
Kota Pekanbaru sebagai ibukota propinsi Riau sekaligus merupakan pusat
@
wdagangan sarat akan kegiatan perekonomian yang secara operasional
&itikberatkan di terminal antar kota antar propinsi (AKAP) Mayang Terurai.
qrminal AKAP Mayang Terurai satu-satunya di kota Pekanbaru yang sangat
@tensid dalam memacu pembangunan daerah. Di lokasi ini terdapat pula pasar
~ diidisional, pertokoan dan supermaket. Terminal AKAP Mayang Terurai berada di
&am kota yang terletak di antara pertokoan dan pasar tradisional dengan arus
lgu lintas sekitar terminal yang terlalu padat dan rawan kemacetan, ditarnbah lagi
e$ngan kondisi jalan yang kurang memadai serta kapasitas daya tampung terminal
&dah tidak mampu mendukung kebutuhan. Hampir separoh dari jumlah
$rusahaan-perusaham yang bergerak dalam bidang jasa angkutan baik AKAP
e u p u n antar kota dalam propinsi (AKDP), tidak memanfaatkan terminal secara
&simal sebagai terminal AKAP karena fasilitas utama dan fasilitas penunjang
grminal Mayang Terurai tidak lagi mendukung operasional terminal. Perusahaan&rusahaan angkutan tersebut mendiikan pool-pool tersendiri yang tersebar di
gpanjang jalan menuju terminal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi dan menganalisis fasilitas
yang ada di terminal Mayang Terurai kota Pekanbaru dalam memenuhi kebutuhan
operasional terminal AKAP, menghitung potensi peranan Terminal Mayang
Terurai pada saat ini dan untuk saat mendatang yang dapat disumbangkan sebagai
salah satu upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan guna
menempuh berbagai kebijakan yang dapat diambil serta menyusun relevansi
rencana pengembangan terminal AKAP di Propinsi Riau yang memenuhi
persyaratan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan alat
pengumpul data berupa angket, wawancara, dan pengamatan. Data sekunder
eroleh dari Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Pemda Pekanbaru, BPS kota
kanbaru.
Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan terminal Mayang Terurai tidak lagi
(a
aemadai sebagai sebuah terminal AKAP. Hal ini terlihat dari minimnya fasilitasTsilitas yang ada dibandingkan dengan syarat standar terminal tipe A yang
tetapkan Dirjen Perhubungan Darat. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain jalur
smberangkatan dan kedatangan kendaraan yang menyatu, fasilitas parkir
&ndaraan yang kurang memenuhi kebutuhan, loket karcis yang tidak permanen
Srta
lalu lintas di sekitar terminal yang sudah sangat padat ditarnbah lagi lokasi
&
mrrninal berada di antara pusat pertokoan dan pasar tradisional. Untuk
sngembangan atau perluasan area terminal tidak memungkinkan lagi karena
keterbatasan area pengembangan. Hal ini berdampak terhadap jurnlah retribusi
a terminal. Data hasil perhitungan alokasi bis yang terdaftar di Dinas
erhubungan kota Pekanbaru menghasilkan jumlah retribusi Rp. 55.296.000,-

d

&

F
<

3@/s2/&
KAJIAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN TERMINAL
AKAP MAYANG TERURAI DI KOTA PEKANBARU
PROPINSI RIAU

SURYA DINATA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

BAB I
PENDAHULUAN

1 .I. Latar Belakang Masatah.

Tingkat kemajuan pembangunan suatu daerah salah satunya sangat
dipengaruhi oleh adanya sarana dan prasarana perhubungan. Pengembangan pada
sektor perhubungan ini harus dilandasi dengan perencanaan yang matang dan
mantap sehingga arah yang dituju dapat mencapai sasaran secara efisien dan
efektif, terutama sekali pembangunan yang menyentuh langsung sendi kehidupan
masyarakat banyak. Setiap perubahan yang ditimbuikan sebagai akibat
pelaksanaan suatu rencana atau program kebijakan pemerintah dengan sendirinya
akan rnempengaruhi pola kehidupan masyarakat setempt baik cepat ataupun
lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan merupakan suatu sistem yang
saiing berkaitan atau safng ketergantungan dengan sistem-sistem lainnya yang
terdapat di dalam tnasyarakat seperti budaya, pendidikan, ekonomi. keamanan,
dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan pe~nbangunansarana dan prasarana
terminal angkutan.
Terminal angkutan merupakan titik tolak kemajuan dari sarana perhubungan
suatu daerah. Pesatnya pembangunan di berbagai bidang memberikan dampak
pada pertambahan penduduk dan arus mobilitas barang sehingga harus
mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang serius. Pernbangunan sarana
perhubungan dalam ha1 ini terminal angkutan dimaksudkan untuk memperlancar
arus penumpang maupun barang, meningkatkan mobilitas manusia ke seluruh
wilayah di tanah air, terutama daerah pedesaan, daerah perbatasan dan daerah-

daerah terpencil, serta daerah perkotaan. Dengan adanya kelancaran arus
perhubungan tersebut akan sangat menunjang sasaran-sasaran lainnya dalam
pembangunan suatu daerah, khususnya pada sektor perdagangan dan sektor
industri serta perkembangan perekonomian daerah tersebut secara keseluruhan.
Penanganan masalah terminal angkutan perlu perencanaan yang baik dan harus
memahami dasar-dasar pemikiran bahwa perencanaan perlu adanya pertimbangan
tentang kegiatan ekonomi yang akan mempengaruhi banyak aspek antara lain
aspek budaya, aspek jumlah penduduk dan sebagainya.
Kota Pekanbaru sebagai ibukota propinsi Riau merupakan daerah lintasan
yang menghubungkan daerah lainnya, seperti ke Sumatera bagian Utara, Sumatera
bagian Barat, Surnatera bagian Selatan bahkan sampai ke daerah Jawa dan Bali.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran kota Pekanbaru dalam sistem
transportasi regional, nasional, dan internasional. Kebutuhan akan tersedianya
sarana dan prasarana transportasi begitu dirasakan sangat penting di kota
Pekanbaru dengan letak geografis daerah yang sangat mendukung terutama sektor
perdagangan dan industri. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut pemerintah kota
Pekanbaru berupaya menggalakkan layanan yang maksimal di sektor
perhubungan terutama pada jasa terminal angkutan penurnpang antar kota antar
propinsi (AKAP) yang dimiliki yaitu terminal Mayang Terurai. Sasaran utarna
pendirian terminal ini adalah memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam
bidang perhubungan darat, memperlancar mobilitas orang dan barang.
Pelayanan jasa terminal AKAP Mayang Terurai di kota Pekanbaru
memerlukan keterpaduan dari yang berkepentingan yaitu pemerintah, pengusaha
(pengguna) dan masyarakat. Bilamana ha1 ini dapat terbina dan terpadu dengan
sebaik-baiknya, maka kontinuitas pengoperasian jasa terminal Mayang Terurai

dapat terjamin dan terpenuhi dengan baik, sehingga dapat memberikan pelayanan
secara teratur dan stabil di dalam berbagai kegiatan usaha masyarakat.

Dari beberapa perrnasalahan perkotaan, penanganan pengelolaan terminal
angkutan menjadi masalah yang cukup serius dirasakan mengingat jumlah
kendaraan yang semakin meningkat atau bertambah sementara kemampuan
terminal sangat terbatas. Hal ini berkaitan dengan laju pertumbuhan penduduk
yang terus bertambah dari waktu ke waktu serta aktivitasnya yang menyebabkan
meningkatnya arus lalu lintas dari dan menuju ke terminal. Permasalahan ini
sangat dirasakan sekali di terminal Mayang Terurai kota Pekanbaru dengan
jurnlah kendaraan bus umum yang semakin meningkat setiap tahunnya. Dari hasil
kajian survei yang telah dilakukan, tahun 1998 jumlah kendaraan yang memasuki
terminal sebanyak 259 kendaraan tiap harinya, sampai tahun 2003 sebanyak 28 1
kendaraan angkutan setiap harinya. Kenaikan jumlah kendaraan diiringi dengan
kenaikan jumlah penumpang. Survey tahun 1998 menyatakan jurnlah penumpang
yang menggunakan jasa terminal sebanyak 2950 orang dan sampai tahun 2003
jumlah penumpang sebanyak 3098 orang (BPS Kota Pekanbaru, 2004).
Dengan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, kemungkinan akan
memunculkan permasalahan dalarn mengelola terminal Mayang Terurai bagi

Pemerintah Kota Pekanbaru terutama sekali Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru
sebagai pengelola terminal. Dengan menyadari bahwa terminal yang aman dan
stabil sebagaimana fungsinya dapat menopang serta mendorong pertumbuhan
ekonomi di kota Pekanbaru, maka diperlukan analisa peranan terminal Mayang
Terurai di Kota Pekanbaru dalam menunjang mobilitas penyediaan jasa
transporbsi yang lebih efisien dan efektif. Berdasarkan uraian pemikiran tersebut,

dilakukan penelitian yaitu : "Kajian dan Rencana Pengembangan Terminal AKAP
Mayang Terurai di Kota Pekanbaru Propinsi Riau".

1.2. Perurnusan Masalah.
Kota Pekanbaru sebagai ibukota propinsi Riau sekaligus merupakan pusat
perdagangan sarat akan kegiatan perekonomian yang secara operasional
dititikberatkan di terminal AKAP Mayang Terurai. Terminal Mayang Terurai
merupakan terminal M A P satu-satunya di kota Pekanbaru yang sangat potensial
dalam memacu pembangunan daerah. Di lokasi ini terdapat pula pasar tradisional,
pertokoan dan supermaket. Terminal AKAP Mayang Temai berada di dalam kota
yang terletak di antara pertokoan dan pasar tradisional dengan arus lalu lintas
sekitar terminal yang terlalu padat dan rawan kemacetan, ditambah lagi dengan
kondisi jalan yang kurang memadai serta kapasitas daya tarnpung terminal sudah
tidak mampu mendukung kebutuhan.
Perkembangan jurnlah bus umum dan perusaham bus AKAP, AKDP di
Kota Pekanbaru yang menggunakan jasa terminal sesuai dengan jenis dan
ukurannya dari tahun ke tahun semakin meningkat seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Bus Umum dan Perusahaan Bus Antar Kota di Pekanbaru

Tahun
1996

Jumlah Bus Umum
Bus Besar

Bus Kecil

Jumlah

185

415

600

Perusahaan Bus

200 1
245
60 1
846
Surnber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru (Bappeda dan BPS, 2002).

62

120

Pada Tabel 1 terlihat bahwa dari tahun 1996 sampai tahun 2001 terjadi
pertambahan jumlah perusahaan bus setiap tahunnya sehingga secara tidak
langsung akan meningkatkan jumlah angkutan baik bus besar maupun bus kecil.
Hal ini menyebabkan terjadinya kepadatan pada terminal Mayang Terurai
sehingga h g s i dan peranan terminal tersebut sebagai tempat transit sudah tidak
lagi efisien. Sebagai contoh banyak sarana angkutan (bus) yang menggunakan
jalan sebagai sarana untuk menarik para penumpang sehingga mengganggu
kelancaran lalu-lintas.
Secara urnum di dalam operasional terminal, hampir separuh dari jumlah
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan baik AKAP
maupun AKDP, tidak memanfaatkan terminal secara maksimal sebagai tempat
pemberangkatan dan kedatangan kendaraan karena fasilitas utama dan fasilitas
penunjang terminal Mayang Terurai tidak lagi mendukung operasional terminal.
Perusahaan-perusahaan angkutan tersebut mendirikan pool-pool tersendiri yang
tersebar di sepanjang jalan dari dan menuju terminal. Keberadaan pool-pool bis
yang berada di luar terminal sangat mempengaruhi penerimaan PAD kota
Pekanbaru dari segi restribusi terminal. Hal ini dikarenakan jumlah restribusi yang
didapat dari terminal bergantung banyaknya kendaraan angkutan yang
memanfaatkan jasa terminal. Berkurangnya pemasukan dari jasa restribusi karena
bus-bus yang akan berangkat maupun yang datang tidak lagi memasuki terminal
tetapi langsung memarkir kendaraannya di depan pool-pool angkutan masingmasing. Menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan jumlah
kendaraan angkutan bis AKAP yang berada di luar terminal sebanyak 34
perusahaan, sedangkan yang berada di dalam terminal sebanyak 60 perusahaan
angkutan. Untuk jenis angkutan AKDP jumlah perusahaan angkutan yang berada

di luar terminal sebanyak 14 perusahaan angkutan, sedangkan yang berada di
dalam terminal sebanyak 7 perusahaan angkutan. Jumlah kendaraan angkutan
yang berada di luar terminal yang cukup besar dalam artian kendaraan masingmasing perusahaan angkutan tersebut menggunakan jalan sebagai lokasi tempat
parkir kendaraan tentulah menimbulkan penyempitan jalan di sekitar terminal.
Belurn lagi ditambah arus lalu lintas dari dan ke terminal seperti angkutan kota
sebanyak 4 trayek dengan jumlah kendaraan yang beroperasi sebanyak 134
kendaraan, 6 perusahaan taxi yang mengoperasikan 125 kendaraan per harinya
serta kendaraan pribadi lainnya akan menimbulkan kemacetan.
Dilihat dari operasional terminal mayang Terurai Pekanbaru, kondisi yang
sangat mempengaruhi adalah lokasi terminal berada di dalam kota, terletak di
antara pertokoan dan pasar, kondisi jalan tidak mendukung, arus lalu lintas sekitar
terminal terlalu padat dan macet, dan kapasitas terminal tidak mampu menampung
kebutuhan serta berbagai fasilitas penunjang operasional terminal tidak berfungsi

bahkan tidak ada sama sekali. Pendukung lainnya adalah suasana aman dan
nyaman di terminal Mayang Terurai sebagai pelayanan jasa transportasi terhadap
masyarakat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah jasa angkutan dan arus
penurnpang yang menggunakan jasa terminal. Kondisi ini juga mempengaruhi
pencapaian pendapatan masyarakat pedagang di sekitar terminal dan pemasukan
bagi perusahaan termasuk pendapatan bagi daerah dari segi restribusi. Hal ini
menimbulkan permasalahan bagi pemerintah kota Pekanbaru karena kwang
maksimalnya pelayanan sarana publik terminal AKAP Mayang Terurai secara
efisien dan efektif sebagai sarana tempat transit maupun sebagai tempat
mendapatkan informasi untuk menemskan perjalanan ke berbagai tujuan aktifitas
masyarakat baik yang akan datang maupun yang akan keluar Kota Pekanbaru.

3. Menyusun relevansi rencana pengembangan terminal AKAP di Propinsi Riau

yang memenuhi persyaratan.

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut :

I. Sebagai infomasi bagi pernerintah kota Pekanbaru te~utamauntuk Dinas
Perhubungan dalam mengambil berbagai kebijakan terhadap pengemhgan
dan pengeldaan terminal AKAP Mayang Terurai dalam memenuhi kebutuhan
perekonomian masyarakat.
2. Sebagai bahan kajian bagi pemerintah kota Pekanbam dalam rencarta
pengembangan terminal Mayang Terurai.

3. Memperkaya wawasan dan pengetahuan serta informasi, bagi yang benninat
rnengembangkan pengetahuannya daiam bidang sarana dan prasarana
transportasi khuswya rnengenai terminal angkutan.

BAB I1

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terminal
2.1.1. Definisi Terminal

Soefaat (1999) mendefinisikan bahwa terminal merupakan tempat tujuanakhir atau tujuan-antara perjalanan dapat berupa bangunan dengan tempat parkir.
Sedangkan Morlok (1988) mendefenisikan bahwa terminal merupakan lokasi atau
tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk maupun keluar dari suatu
sistem yang merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem transportasi.
Selanjutnya Warpani (2002) menyatakan bahwa untuk menunjang kelancaran
mobilitas orang maupun arus barang dan untuk terlaksananya keterpaduan intra
dan antarmoda secara lancar dan tertib, di tempat-tempat tertentu dapat dibangun
dan diselenggarakan terminal. Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam
sistem jaringan perangkutan jalan yang terdiri atas terminal penumpang dan
terminal barang. Dari ketiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
terminal merupakan lokasi atau tempat tujuan akhir atau tujuan antara-perjalanan
bagi para penumpang atau barang untuk menunjang kelancaran mobilitas orang
maupun barang dalam sistem transportasi.
Terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang
berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu, terminal juga merupakan tempat
pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian sistem lalu lintas dan
angkutan umum. Dengan kata lain, terminal merupakan prasarana angkutan yang
merupakan bagi dari sistem transportasi untuk melancarkan a s pengguna jasa

angkutan pada umurnnya. Dan diharapkan terminal sebagai unsur tata ruang yang
mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan kota.

2.1.2. Fungsi Terminal dan Wilayah Pelayanan
Jika ditinjau dari fungsinya, terminal mempunyai fungsi-fimgsi sebagai
berikut (Pemko Pekanbaru, 200 1) :
1. Fungsi terminal bagi pengguna jasa transportasi adalah untuk kenyamanan
menunggu, kenyarnanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda
kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan tempat parkir
kendaraan umum.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah adalah sebagai sarana penataan lalu lintas
dan angkutan, surnber pendapatanlrestribusi serta sebagai tempat pengendalian
operasi kendaraan umum.

3. Fungsi terminal bagi operatorlpengusaha adalah untuk pengaturan operasi
kendaraan, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi
awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan umum.
Berdasarkan wilayah pelayanannya menurut Peraturan Pemerintah No.43
Tahun 1993 tentang prasarana dan lalu-lintas jalan, terminal dikelompokkan ke

dalam beberapa tipe, yaitu :
1. Tipe A, berfungsi melayani kendaraan m u m untuk angkutan lintas batas

negara, angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Tipe B, berfimgsi melayani kendaraan umum angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

3. Tipe C, berfimgsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan
angkutan pedesaan.
Lokasi terminal tipe A, B, dan C ditetapkan dengan memperhatikan :
(a) rencana urnurn tata ruang, (b) kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di
sekitar terminal, (c) keterpaduan jenis angkutan baik intra maupun antar jenis,
(d) kondisi topografi lokasi terminal, dan (e) kelestarian lingkungan (Warpani,
2002).
Menurut Adler (1982) sebelum menjadi sebuah proyek, terminal harus dapat
dievaluasi sebagaimana mestinya. Ada dua langkah pendahuluan yang sangat
diperlukan dan biasanya merupakan esensial agar berbagai alternatif bagi proyek
tersebut harus dipertimbangkan. Langkah pertama adalah suatu tinjauan umurn
mengenai perekonomian negara yang bersangkutan. Tinjauan umum seperti ini
mempunyai dua fimgsi pokok. Pertama, menentukan kebutuhan jasa terminal
secara keseluruhan, dengan cara menjajaki, umpamanya laju pertumbuhan
ekonomi dan perluasan areal terminal yang diakibatkannya. Kedua, sebagai
landasan untuk menilai kebutuhan-kebutuhan akan jasa terminal tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan daripada sektor-sektor lainnya.
Langkah kedua haruslah berupa suatu survei yang terperinci mengenai terminal di

daerah yang bersangkutan untuk menentukan berbagai prioritas di dalam sektor
tersebut. Survei seperti itu, supaya dapat bermanfaat secara maksimum, tidak saja
harus menentukan kerangka m u m prioritas bagi masing-masing sarana
pengangkutan, misalnya penyusunan daftar berbagai kebutuhan terminal menurut
uutan kepentingannya, tetapi harus juga menunjukkan peranan yang tepat bagi
tiap sarana dan prioritas di antara mereka.

Selanjutnya Sukirno (1985) mengemukakan bahwa,

seluruh kehidupan

perusahaan erat hubungannya dengan pemasaran produk, maka perlu dipersiapkan
strategi pemasarannya, konsep pemasaran yang maju menghendaki pemikiran,
perencanaan, pengaturan dan pengendalian kegiatan pemasaran. Strategi dilihat
dari 4-0 yaitu : Object, Objective, Organization dan Operation. Sehubungan
dengan ha1 tersebut maka jasa terminal AKAP harus senantiasa berorientasi pada
perencanaan, pengaturan dan pengendalian kegiatan dalam suatu proses program
yang terpadu, sehingga peranan sektor terminal dapat dirasakan oleh masyarakat.
Proses kegiatan jasa terminal merupakan ruang lingkup organisasi
pemerintah dalam suatu jalinan kerja sama. Hal ini merupakan sistem tingkah laku
yang terdiri dari proses yang biasa juga disebut fungsi atau kelompok kegiatan.
Fungsi ini menggerakkan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Hal ini
dinyatakan oleh Woodward (1982) bahwa sasaran pertama dari manajemen suatu
jasa terminal ialah memperkecil tambahan pengeluaran dengan memakai suatu
keahlian dalam usaha di dalam pengadaan sarana yang tepat dan mengetahui
jenisnya, merupakan salah satu tugas tertentu yang harus bisa dilaksanakan.
Berdasarkan fungsi dan pelayanan, terminal dikelompokkan ke dalam
(Warpani, 2002) :
\

1) Terminal utama, adalah terminal yang melayani angkutan utama, angkutan

pengumpul/penyebaran antarpusat kegiatan nasional, dari pusat kegiatan
wilayah ke pusat kegiatan nasional serta perpindahan antar jenis angkutan
khususnya jenis angkutan angkutan laut dan udara. terminal utama dapat
dilengkapi dengan fungsi sekunder, yakni pelayanan angkutan lokal sebagai
mata rantai akhir sistem perangkutan.

2) Terminal

pengumpan,

adalah

terminal

yang

melayani

angkutan

pengumpullpenyebar antarpusat kegiatan wilayah, dari pusat kegiatan lokal ke
pusat kegiatan wilayah. Terminal jenis ini dilengkapi dengan pelayanan
angkutan setempat.

3) Terminal lokal, melayani penyebaran antarpusat kegiatan lokal.
Fungsi terminal ternyata tidak hanya sebagai pelengkap prasarana
perangkutan yaitu tempat menaikkan dan m e n d a n penumpang serta tempat
mengatur pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umurn. Fungsi lainnya
adalah sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha perdagangan dan rekreasi
yang merupakan kegiatan penunjang terminal. Dengan perkataan lain, terminal
juga menyandang fungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Selain itu, di luar fungsi perangkutan, terminal juga menyandang fungsi
kewilayahan yakni sebagai pusat pengembangan wilayah. Apabila dilihat dari
ukwan lahan saja, luasnya merupakan bagian yang layak diperhitungkan dalam
tata ruang wilayah, apalagi terminal itu adalah pelabuhan atau bandar udara
(bandara) yang mencakup puluhan bahkan ratusan hektar. Mengingat fungsi dan
fasilitas yang tersedia hams menyatu dengan terminal, maka tuntutan luas lahan
bagi sebuah terminal adalah konsekuensi logis dari fungsinya. Dalam rencana

urnum tata ruang, keberadaan terminal dan penentuan lokasi hams dilakukan
secara hati-hati d m cermat, dengan memperhatikan berbagai aspek terkait,
mengingat fungsi ganda yang disandang oleh sebuah terminal. Persyaratan letak
dan luas sebuah terminal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persyaratan Letak dan Luas Sebuah Terminal
Tipe C
Tipe B
Tipe A
1. Dalam jaringan
1. Dalam jaringan 1. Dalam
Lokasi
trayek
jaringan trayek
hrryek antarkota
Terminal
perdesaan
antarkota
antarpropinsi
(Keputusan
dalampropinsi
dadatau
Menteri
angkutan lintas
No.31 tahun
batas negara
1995 pasal 1I,
2. Terletak di
2. Terletak di jalan 2. Terletak di
12, dan 13
jalan kolektor
jalan arteri
arteri dengan
atau lokal
atau kolektor
kelas sekurangdengan kelas
dengan kelas
kurangnya 1II.A
minimal 1II.A
minimal 1II.B
3. Jarak antar dua 3. 15 km dipulau
Jawa dan 30
terminal
km di pulau
penurnpang tipe
lain
A sekurangkurangnya 20
km di pulau
Jawa, 30 km di
pulau Sumatera,
dan 50 km di
pulau lainnya
1. Sesuai dengan
1. Luas lahan yang 1. Luas lahan 3
1 Luas lahan
permintaan
ha di pulau
tersedia
minimal (Ha)
Sumatera dan
akan angkutan
sekurangpulau Jawa,
kurangnya 5 ha
dan 2 ha di
di pulau
pulau lain
Sumatera dan
pulau Jawa, dan
3 ha di pulau
lain
1. Mempunyai
1.
Mempunyai
2. Sesuai dengan
Jarak minimal
akses jalan
akses jalan
kebutuhan
akses jalan
masuk
50
m
di
mas&
atau
untuk
masuk/keluar
pulau Jawa
keluar ke dan
kelancaran
keldari
dan
30
m
di
dari
terminal
lalulintas di
terminal (m)
pulau lain
dengan jarak
sekitar terminal
dihitung dari
sekurangjalan ke pintu
kurangnya 100
keluar atau
m di pulau Jawa
masuk
dan 50 m di
terminal
pulau lain
Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan RI No.3 1 Tahun 1995 (dalam Warpani, 2002)

Mengingat fungsi terminal adalah juga tempat perpindahan moda angkutan,
maka pada umurnnya sebuab terminal adalah gabungan dari terminal dua atau
lebih jenis angkutan, misalnya : (1) bandara, terminal taksi, terminal bus, dan
terminal kereta api berada dalam satu kesatuan terpadu, (2) pelabuhan, terminal
kereta api, dan terminal bus serta taksi merupakan satu keterpaduan terminal
besar, (3) perhentian bus berdampingan dengan pangkalan becak (Warpani, 2002).

2.1.3. Terminal Penumpang
Terminal penumpang adalah prasarana perangkutan jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikan penumpang dan atau barang, perpindahan intra dan
antar jenis angkutan, serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum. Terminal barang adalah prasarana perangkutan jalan untuk keperluan

membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan antar jenis angkutan

(UU-RI NO.14 Th. 1992).
Berdasarkan Keputusan Menteri No.31 Th. 1995 (dalam Warpani, 2002)
fasilitas terminal penumpang hams dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang
terdiri dari :
1. Fasilitas Utarna :

a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum
b. Jalur kedatangan kendaraan umum
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum
(tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C).
d. Bangunan kantor terminal
e. Tempat tunggu penumpang atau pengantar

f. Menara pengawas (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C)

g. Loket penjualan karcis (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C)
h. Rambu-rambu clan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan.
i. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi (tidak diisyaratkan bagi
terminal tipe C).

2. Fasilitas Penunjang :
a. Karnar kecil / toilet
b. Musholla

c. Kioslkantin
d. Ruang pengobatan
e. Ruang informasi d m pengaduan
f. Telepon umum
g. Tempat penitipan barang
h. Taman

Terminal adalah simpul jaringan perangkutan dengan berbagai fimgsi.
Fungsi inilah yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan yang
memanfaatkan akses dan fungsi terminal. Pada setiap terminal dapat
diselenggarakan kegiatan antara lain usaha perdagangan dan jasa pelayanan
masyarakat lainnya. Keragaman kegiatan penunjang bergantung pada kelas serta
lokasi terminal yang bersangkutan. Pada terminal utama bahkan dapat saja
dilengkapi dengan fasilitas hotel transit.

2.1.4. Daerah Kewenangan Terminal

Berdasarkan Keputusan Menteri No. 31 Tahun 1995 pasal 8 (dalarn
Warpani, 2002) diatur pula daerah kewenangan terminal, sebagai berikut :
1) Daerah kewenangan terminal penumpang terdiri dari :
Daerah lingkungan kerja terminal (DLKT), merupakan daerah yang
diperuntukan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal.
Daerah pengawasan terminal (DPT) merupakan daerah di luar daerah
lingkungan kerja terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk
kelancaran arus lalulintas di sekitar terminal.
2) Daerah lingkungan kerja terminal harus memiliki batas-batas yang jelas dan
diberi hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah pengawasan terminal sebagai mana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan keputusan direktur jenderal.
Daerah pengawasan terminal terletak di luar daerah lingkungan kerja
terminal yang lahannya tidak perlu dimiliki oleh terminal, tetapi penggunaan dan
peruntukannya diawasi dan harus mendapat rekomendasi pihak pengelola terminal
agar tidak menganggu kegiatan operasional terminal, arus lalulintas di sekitar
terminal, keluar masuk kendaraan, serta arus lalulintas di jaringan jalan yang
menghubungkan terminal.

2.2. Angkutan Umum
Angkutan urnum dapat dibedakan dalam tiga kategori utama yakni angkutan
antar kota, angkutan perkotaan, dan angkutan pedesaan. Angkutan antar-kota

dibagi dua yakni AKAP, angkutan antarkota yang melampaui batas wilayah
administrasi propinsi, dan angkutan AKDP, pelayanan jasa angkutan antarkota
dalam satu wilayah administrasi propinsi (Warpani, 2002).
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah ~nemberikanpelayanan yang
aman, ,-?pat, nqzaman, dan 13arah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin
meningkat. Teknik pengoperasian sngkutar, umum d m ~raktekkomersialisasi
sangat bervariasi bergantung pada jenis angkuta~i d m llingkur~gan.Meskipun
dernikirnc, pads k;tl;chstnq.a tctrrp sans yakni operator hari~smemahami pole
kebutuhan dan harus manpu rnengcrahlian sedi~snui?uk mcnenuhi kebutuhan
secara ekonornis. Jadi ada beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi, yakni
(Warpani, 2002) :
Sarana operasi atau jenis angkutan dengan kapasitas tertcntu.
Biaya opensi yaitu biaqa yang dikeluarkan untuk nlengerakkan operasi
pelayanan sesuai dengan sifat tekqis jenis angkutan y a ~ bersangkutan.
g
Prasarana yakni jslan dan terminal yang merupakan simpril jasa pelayanan
angkutan
Staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.
Tugas pengelola sistem peranglcutan adalah menzpertemukan keinginan
pengguna jasa rfengan lictcrscdimn Qenis angltutan dengan segala atribut
pelayanannya agar tercapai sistern perangkiitsr, yang efektif dlin efisicn dan dalam
batas biaya yang wajar agar mamp5 herperan secara andal sebagai urat nadi

kehidupan pcrefasmmian, cosial-budaja, politik dan hankam. Batasan efisiensi
dan efektif adalah sebagai bcrllirrt (R'c;rpani, 2002) :

(1) Efektif mengandung pengertian :
Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
Terpadu, antar jenis angkutan dan sesama jenis angkutan dalam jaringan
pelayanan.
Tertib, menyelenggarakan angkutan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang ada, sesuai
dengan jadwal.
Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu
singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus per satuan waktu.
Aman dan lancar, dalam arti selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari
gangguan eksternal, tenvujud ketenangan dan kenikmatan dalam
perjalanan.
(2) Efisien mengandung arti :

Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat
daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan
kelangsungan hidup pengusaha pelayanan jasa angkutan.
Beban publik rendah, pengorbanan yang hams ditanggung oleh
masyarakat sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan hams
minimal.
Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem
perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan
penurnpang maupun barang, tingkat penggunaan prasarana dan sarana.

Beberapa cara dapat ditempuh dalam meningkatkan kapasitas layanan
angkutan, yakni :
Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada.
Menawarkan pilihan jenis angkutan yang menyangkut alternatif lintasan.
Mengatur pembagian waktu pelayanan.
Mengurangi permintaan misalnya dengan biaya tinggi.
Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan termasuk
mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan m e n d a n
biayanya, dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan
meningkatkan biaya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan
Jalan, trayek pelayanan jasa angkutan umum dibagi dalam 4 kelompok, yakni :
(I) Trayek AKAP, dengan ciri-ciri pelayanan :
Mempunyai jadwal tetap.
Pelayanan cepat.
Dilayani oleh bis urnurn
Tersedianya terminal tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan,

dan terminal tujuan.
(2) Trayek AKDP, dengan ciri-ciri pelayanan :

Mempunyai jadwal tetap.
Pelayanan cepat dan lambat.
Dilayani oleh bis umum
Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal
pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan.

(3) Trayek kota, terdiri dari :

a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri :
Mempunyai jadwal tetap.
Melayani angkutan antar kawasan, antara kawasan utama dan kawasan
pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara tetap
dengan pengangkutan yang bersifat massal.
Dilayani oleh mobil bis umum.
Pelayanan cepat dan lambat.
Jarak pendek.
Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri :
Mempunyai jadwal tetap.
Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan
pendukung dan kawasan pemukiman.
Dilayani bus umum.
Pelayanan cepat dan larnbat.
Jarak pendek.
c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri :
Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman.
Dilayani dengan mobil bus m u m atau mobil penumpang m u m .
Pelayanan lambat.

Jarak pendek.

Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaikan dan
menurunkan penumpang.
d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-ciri :
Mempunyai jadwal tetap.
Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal
dan langsung.
Dilayani bus umum.
Pelayanan cepat.
Jarak pendek.
Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikan dan
m e n d a n penumpang.
(4) Trayek pedesaan, dengan ciri-ciri pelayanan :
Mempunyai jadwal tetap atau tidak berjadwal.
Pelayanan lambat.
Dilayani oleh bus umum atau mobil penurnpang umum.
Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C pada
pemberangkatan dan terminal tujuan.
Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.

2.2.1. Angkutan Antarkota
Angkutan antarkota adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota
dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi
(antarkota dalam propinsi) maupun yang berada di propinsi lain (antarkota antar

propinsi) yang berarti angkutan antar daerah. Sistem AKAP dan AKDP dapat
mengandung arti (Warpani, 2002) :

1) Angkutan antar kota dalam suatu wilayah administrasi propinsi dan angkutan
daerah kota raya.

2) Angkutan perkotaan yang tidak sama dengan angkutan kota

2.2.2. Angkutan Perkotaan

Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antarkota yang berada
dalarn daerah kota raya sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah
administrasi kota.

2.2.3. Angkutan Pedesaan

Angkutan pedesaan adalah pelayanan angkutan penurnpang yang ditetapkan
melayani tayek dari dan ke terminal tipe C. Ciri utarna lain yang membedakan
angkutan perdesaan dengan lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak
pelayanan tidak ditentukan.

2.3. Jaringan Jalan

Jalan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga ada hierarki
yang membentuk sistem pelayanan yang tak terpisahkan dengan pola tata ruang
kegiatan. Hierarki jaringan jalan akan menuntun pada susunan sistem pelayanan
jasa angkutan yang kemudian menjadi sistem lalu lintas di jalan.
Guna memperlancar arus lalu lintas kendaraan, jalur jalan dapat ditetapkan
menjadi jalur searah atau jalur dua arah yang masing-masing dapat dibagi dalam
beberapa jalur sesuai dengan lebar badan jalan.

Sesuai dengan daya dukungnya, jalan diatur dalam berbagai kelas sebagai
berikut (Warpani, 2002):
Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton.
Jalan kelas 11, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 10 ton.
Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 8 ton.
Jalan kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan berrnotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

Jalan kelas IIIC, yaitu jalan lokasi yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

Berdasarkan fungsinya, jalan dipilah-pilah sebagai berikut (Warpani, 2002):
Arteri primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang
terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
j enjang kedua.
Arteri sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
Kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua lainnya atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang
kedua atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga.
Lokal primer yaitu jalan yang menghubungkan antara persil dengan kota pada
semua jenjang.
Lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan pemukiman dengan semua
kawasan sekunder.
Berdasarkan pengelolaannya, jalan dibedakan dalarn (Warpani, 2002):
Jalan negara, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah pusat.
Jalan propinsi yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah daerah propinsi.
Jalan kabupaten yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah kabupaten atau kota.
Jalan desa yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah desa.

2.4. Gambaran Master Plan Rencana Pengembangan Terminal AKAP

Mayang Terurai Kota Pekanbaru
2.4.1. Konseptual Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai Kota

Pekanbaru.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di terminal AKAP
dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan terminal
Mayang Terurai. Lokasi pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai untuk
AKAP, AKDP, dan DK direncanakan di kawasan Segitiga Mas. Kawasan
Segitiga Mas dikelilingi oleh jalan arteri primer J1. Siak I1 atau J1. Air Hitam, J1.
Rajawali Sakti dan J1. Nangka ujung. Jalan tersebut merupakan jalan lintas
Sumatera. Terminal AKAP terdekat adalah kota Bangkinang dengan jarak 64 km.
Luas Iahan yang dibebaskan adalah 17 ha. Untuk kawasan terminal perencanaan
awal dialokasikan luas lahan 5,s ha dengan jarak dari jalan arteri

+ 100 m. Lokasi

lahan direncanakan untuk terminal tipe A ini telah memenuhi Keputusan Menteri
No. 3 1 th. 1995 pasal 1 1, 12, dan 13, yaitu :
Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan angkutan lintas
negara
Terletak di jalan arteri dengan kelas sekurang-kurangnya kelas IIIA
Jarak antar dua terminal penurnpang tipe A sekurang-kurangnya 30 km di
pulau Sumatera.
Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 50 m di pulau Sumatera.

Rencana pengembangan terminal bus tersebut terdiri dari :
Terminal bus untuk menampung kegiatan AKAP, AKDP, dan kendaraankendaraan pribadi serta taksi.
Kantor pengelola pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai.
Kantor kepolisian.
Apabila pembangunan pusat pengembangan terminal AKAP Mayang
Terurai yang dibangun secara bertahap selesai, diperkirakan terminal ini dapat
menampung 467 unit kendaraan penumpang yang diprioritaskan untuk
mendapatkan lokasi parkir yang ada di dalam lingkungan terminal ini.
Konsep pembangunan pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai
diharapkan terbangunnya tempat usaha bersama baik untuk pengusaha ekonomi
lemah, ekonomi menengah, maupun ekonomi kuat. Areal terminal ini menjadi
areal terminal yang bersifat one stop area, dimana semua kebutuhan masyarakat
dapat terlayani di kawasan terminal ini. Dengan menempatkan pengusahapengusaha angkutan yang berada di jalan-jalan kota Pekanbaru ke sebuah pusat
pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai nantinya diharapkan dapat
menunjang fungsi kota Pekanbaru yaitu sebuah kota budaya dan wisata.
Upaya pemerintah kota Pekanbaru dalam menyediakan fasilitas bagi
pengusaha angkutan seperti pembangunan pengembangan terminal AKAP
Mayang Terurai ini pada dasarnya adalah sebuah upaya penyediaan barang publik
yang dapat dipergunakan sebagai modal terpasang oleh masyarakat sekitar.
Dengan tersedianya modal terpasang bagi masyarakat (social offer head capital)
diharapkan pengusaha angkutan dapat meningkatkan kapasitas ekonominya

hingga pada gilirannya dapat memberikan konstribusi pada kekuatan ekonomi
lokal.

2.4.2. Fungsi Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai Kota

Pekanbaru.
Pengembangan akan dilaksanakan secara bertahap merupakan prioritas utama
untuk mendukung desain rencana maupun pelaksanaan pembangunan terminal
bus. Perencanaan terminal bus ini memiliki fungsi-hngsi sebagai berikut :
Fungsi terminal bagi pengguna jasa transportasi adalah untuk kenyamanan
menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu kendaraan atau kendaraan lain,
tempat fasilitas-fasilitas informasi dan tempat parkir kendaraan pribadi.
Fungsi terminal bagi pemerintah, sebagai sarana penataan lalu lintas dan
angkutan, sumber pendapatan atau restribusi serta sebagai tempat
pengendalian operasi kendaraan umum.
Fungsi terminal bagi operator atau pengusaha, untuk mengatur operasi
kendaraan, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi
awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan
angkutan umum.
Agar pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai dapat beroperasi

sebagaimana yang diharapkan, maka pusat bangunan utilitas juga dibangun
sehingga terminal
direncanakan.

yang dimaksud dapat berfungsi

sebagaimana yang

2.4.3. Fasilitas Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai

Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas
pendukung. Fasilitas utama terdiri dari :
a. Jalur kedatangan penumpang
Pada jalur kedatangan kendaraan AKAP dan AKDP disediakan masingmasing 2 peron untuk menurunkan penumpang pada waktu yang bersamaan
kemudian bis tersebut segera berpindah ke tempat parkir pembersihan. Setelah
dibersihkan, bis tersebut menuju parkir istirahat atau parkir standby untuk
diberangkatkan pada gilirannya. Jalur kedatangan DK disediakan 4 peron untuk
menurunkan penumpang pada waktu yang bersamaan dan kemudian segera
pindah ke tempat parkir istirahat atau langsung ke jalur keluar meninggalkan
terminal tanpa mengangkut penumpang.

b. Jalur pemberangkatan penumpang
Pada jalur keberangkatan disediakan dua kali lebih banyak dari peron
kedatangan mengingat waktu keberangkatan telah terjadwal, termasuk waktu muat
dan waktu tunggunya, baik pada waktu sibuk maupun tidak sibuk. Untuk AKAP
dan AKDP disediakan 4 peron dan untuk DK disediakan 8 peron keberangkatan.

c. Tempat tunggu kendaraan umum.
Areal terminal ditata sedemikian rupa dengan cara memisah-misahkan
kebutuhan kendaraan. Masing-masing jenis angkutan memiliki tempat tersendiri
dan tidak berbaur dengan jenis angkutan lain. Pada pengembangan terminal
AKAP Mayang Terurai, terdapat tempat-tempat khusus untuk AKAP, AKDP,
DK, dan tempat untuk kendaraan pengantarltaksi.

Tempat tunggutparkir kendaraan di dalam terminal dikelompokkan sesuai
dengan :
Jenis pelayanannya : AKAP, AKDP, DK, taksikendaraan pribadi
Fungsi parkir : parkir standby atau parkir istirahat
Waktu pelayanannya : bus malam atau siang hari
Dimensi kendaraan :
Bis standar (>32 tempat duduk, ukuran 2,5 x 12 x 2,9 m)
Bis sedang (23 - 28 tempat duduk, ukuran 2,4 x 8 x 2,8 m)
Bis kecil (16 - 18 tempat duduk, ukuran 2,2 x 6 x 2,7 m)
Bis mini (10 - 12 tempat duduk, ukuran 1,8 x 4 x 1,9 m)
Tempat parkir kendaraan AKAP diharapkan mampu menampung 46
kendaraan standby, kendaraan AKDP mampu menampung 8 1 kendaraan standby,
kendaraan DK mampu menampung 84 kendaraan standby.

d. Tempat lintas angkutan umum.
Sistem sirkulasi lalu lintas di dalam terminal diatur searah dan terpisah antara
AKAP, AKDP, DK, kendaraan pengantarltaksi, dan juga pintu masuk terpisah

dengan pintu keluar sehingga tidak ada gerakan memotong diantara kendaraan
yang datang dan berangkat. Sistem sirkulasi lalu lintas yang searah ini juga
dikembangkan di jaringan jalan kawasan segitiga mas sehingga pada jaringan
jalan arteri juga tidak terjadi arus perpotongan.
Jalur kedatangan dan keberangkatan kendaraan dipisahkan satu sama lain.
Masing-masing jenis angkutan memiliki jalur kedatangan dan keberangkatan
tersendiri, sehingga sirkulasi lalu lintas kendaraan direncanakan untuk tidak saling

berpotongan. Pada jakur kedatangan dan keberangkatan masing-masing jenis
angkutan disediakan peron-peron untuk kedatangan dan keberangkatan. Untuk
kendaraan AKAP dan AKDP masing-masing disediakan 2 peron untuk
rnenurunkan penurnpang dan 4 peron untuk keberangkatan. Sedangkan pada DK
disediakan 4 peron untuk menurunkan penurnpang dan 8 peron untuk
keberangkatan dalam waktu yang bersamaan.

e. Tempat istirahat sementara kendaraan umum.
Tempat istirahat kendaraan umurn jenis AKAP diharapkan menampung 28
kendaraan, AKDP mampu menampung 36 kendaraan, DK mampu menampung 42
kendaraan.

f. Ruang tunggu penurnpang.
Ruang tunggu pengguna jasa angkutan berada di lantai satu bangunan utama
dengan luas 440 m2. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan toilet pria dan wanita
dengan luas masing-masing 44 m2, ruang klinik, dan mushola.

g. Bangunan kantor terminal.
Bangunan terminal terdiri dari bangunan utama berlantai empat, AKAP,
AKDP, Menara Pengawas, DK, kendaraan pengantarkaksi, bangunan untuk
perawatan dan operasional kendaraan. Bangunan utama terminal terdiri dari 4
lantai. Lantai pertama dengan luas 1.396 m2 berfungsi untuk melayani
kepentingan pengguna jasa angkutan. di dalamnya terdapat toilet, kantor
managemen, klinik, musholla, counter, wartel, kantor perwakilan P.0, informasi,
bank, security, dan jasa raharja. Lantai dua dengan luas 672,90 m2 berfungsi untuk

penyediaan kebutuhan pengguna jasa angkutan berupa : toko, restoran, dan
musholla. Lantai tiga dengan luas 192,5 m2 seluruhnya dipergunakan untuk kantor
pengelola terminal berupa : kantor kepala terminal, ruang rapat, administrasi,
gudang, toilet, musholla dan ruang tunggu. Lantai empat dipergunakan untuk
pengamat serta pengatur lalu lintas kendaraan.

h. Menara pengawas.
Menara pengawas dipergunakan untuk mengatur lalu lintas kendaraan di
terminal dengan luas 130 m2 untuk ruang pengamat.

Fasilitas pendukung terdiri dari :
a. Kios
Kios-kios berlokasi di lantai dua bangunan utama berjumlah 12 buah
dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar dengan luas 72m2 sebanyak 4 kios, luas
66 m2 sebanyak 6 kios, dan luas 40 m2 sebanyak 2 kios.

b. Pelataran parkir kendaraan pengantar 1 taxi
Pelataran parkir kendaraan pengantar/taksi mampu menampung 20 buah
kendaraan pribadi, 25 buah kendaraan taksi, dan 97 buah kendaraan sepeda motor.

c. Peron

Peron untuk kendaraan AKAP berjumlah 2 buah dengan luas 156 m2, untuk
kendaraan AKDP sebanyak 2 buah dengan luas 156 m2, dan untuk kendaraan DK
sebanyak 4 buah dengan luas 3 12 m2.

d. Tarnan
Taman difbngsikan untuk mengu