PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO

TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA

KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN

HAND HYGIENE

DI KLINIK HEMODIALISIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

YULLYTIA FRANIKA MARYATI 20130310024

JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO

TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA

KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN

HAND HYGIENE

DI KLINIK HEMODIALISIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

YULLYTIA FRANIKA MARYATI 20130310024

JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO

TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA

KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

Disusun oleh:

YULLYTIA FRANIKA MARYATI 20130310024

Telah disetujui dan diseminarkan

Dosen Pembimbing

Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes., AAK NIK : 173060


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yullytia Franika Maryati

NIM : 20130310024

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 26 Oktober 2016 Yang membuat pertanyaan,


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.

Proposal yang berjudul “Pengaruh edukasi Media Video Terhadap

Peningkatan Kepatuhan Tenaga Kesehatan Dalam Melaksanakan Hand Hygiene

Di Klinik Hemodialisis” ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna

memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua penulis, Ibu Hj. Sri Mujiati dan Bapak H. Sumarya . yang telah memberikan doa, restu dan dukungannnya. Serta seluruh pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terimakasih diberikan kepada:

1. Bapak dr. Ardi Pramono, Sp. An, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. dr. Arlina Dewi M.Kes, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

v

3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikannya.

4. Seluruh keluarga besar TBM ALERT yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikannya.

5. Sahabat-sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan juga mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran. Terimakasih.

Yogyakarta, 26 Oktober 2016


(7)

vi

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Media Video ... 9

2. Kepatuhan ... 10

3. Hand Hygiene ... 20

4. Hemodialisis ... 26

B. Kerangka Teori... 30

C. Kerangka Konsep ... 31

D. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Populasi Dan Sampel ... 33

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional... 37

F. Instrumen Penelitian... 38

G. Jalannya Penelitian ... 39

I. Uji Validitas dan Reabilitas ... 39

J. Analisis Data ... 40

K. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil ... 40


(8)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 7

Tabel 2. Waktu Penelitian ... 36

Tabel 3. Check List ... 63

Tabel 4.Frekuensi Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran ... 40

Tabel 5. Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum Diberikan Perlakuan ... 40

Tabel 6.Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sesudah Diberikan Perlakuan ... 41

Tabel 7.Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 44

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test ... 44


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Five moments Hand Hygiene menurut WHO (2009) ... 22 Gambar 2.Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan ... 42 Gambar 3. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Terhadap 5 Moments Hand Hygiene Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 42


(11)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori ... 30 Bagan 2. Kerangka Konsep ... 31


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1. Surat Permintaan Menjadi Responden ... 61

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 62

Lampiran 3. Uji Statistik Paired Samples T Test ... 65

Lampiran 4. Uji Statistik Independent T Test ... 66

Lampiran 5. Prosentase Tenaga Kesehatan Sebelum Dan Sesudah Perlakuan ... 68

Lampiran 6. Prosentase Dokter Sebelum Dan Sesudah Perlakuan ... 69

Lampiran 7. Prosentase Perawat Sebelum Dan Sesudah Perlakuan ... 70


(13)

xii

Abstract

Background : Health-care associated infections is common in the world with the most cases happen in poor country and developed country because the infectious disease is the main cause. One of prevention HAIs is by handwash using five moments hand hygiene. Altough hand hygiene is the important action to prevent HAIs but the compliance of the healthworkers still low. The purpose of the research is to know the impact of video media education of the compliance enchancement of healthworkers when doing hand hygiene in hemodialisis clinic.

Metode : This study is analytic quantitative study that use quasi-eksperiment pre test dan post test design. Sampling method using total sampling. 11 healthworkers have been enrolled to this study started from August 8th until August 18th in Nitipuran Hemodialysis Clinic. Healthworker’s compliance assessment using five moments hand hygiene checklist provided by World Health . This video media education use healthworkers as role model in video and it is played for three days.

Result : From 203 moment of hand hygiene before patient empowerment and 247

moment after patient empowerment, healthworker’s compliance on hand hygiene

increase 17.89 %, which is physician increase 14.50 % whereas nurse 19.84%. Based on measurement in statistic use the paired sample t test with the p value 0.004 (<0.05) which mean there is an enhancement impact of video media education to the compliance of healthworkers and use satistic independent t test the p value is 0.000 (<0.05) is enchancement compliance especially in the moment after touching patient sorrounding.

Conclusion : video media has an impact in the enhancement of healthworker’s

compliance when doing hand hygiene.


(14)

xiii INTISARI

Latar Belakang : Health-care associated infections banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Salah satu pencegahan Health-care associated infections (HAIs) yaitu dengan cuci tangan menggunakan five moments hand hygiene. Meskipun hand hygiene

merupakan tindakan untuk pencegahan HAIs yang penting tetapi kepatuhan tenaga kesehatan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi media video terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di klinik Hemodialisis.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperiment pre test dan post test design.

Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan total sampling. 11 tenaga kesehatan di teliti mulai dari tanggal 8 Agustus 2016 sampai dengan 18 Agustus 2016 di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Penilaian kepatuhan petugas kesehatan menggunakan Checklist 5 Moment Hand Hygiene World Health Organization. Edukasi media video ini menggunakan tenaga kesehatan sebagai role model dalam video dan diputar selama 3 hari.

Hasil : Didapatkan 203 momen hand hygiene sebelum perlakuan. Sedangkan momen hand hygiene yang dilakukan setelah perlakuan berjumlah 247 momen. Kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 17.89 %, dokter mengalami peningkatan 14.50 % sedangkan perawat mengalami peningkatan 19.84 %. Berdasarkan perhitungan secara statistik menggunakan paired sample t test nilai p 0.004 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat peningkatan pengaruh edukasi media video terhadap kepatuhan tenaga kesehatan dan dilakukan uji statistik menggunakan

independent t test dengan nilai p 0.000 (<0.05) yaitu terdapat peningkatan kepatuhan khususnya pada momen setelah menyentuh benda di lingkungan sekitar pasien.

Kesimpulan : Media video memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene.


(15)

(16)

xii

Abstract

Background : Health-care associated infections is common in the world with the most cases happen in poor country and developed country because the infectious disease is the main cause. One of prevention HAIs is by handwash using five moments hand hygiene. Altough hand hygiene is the important action to prevent HAIs but the compliance of the healthworkers still low. The purpose of the research is to know the impact of video media education of the compliance enchancement of healthworkers when doing hand hygiene in hemodialisis clinic.

Metode : This study is analytic quantitative study that use quasi-eksperiment pre test dan post test design. Sampling method using total sampling. 11 healthworkers have been enrolled to this study started from August 8th until August 18th in Nitipuran Hemodialysis Clinic. Healthworker’s compliance assessment using five moments hand hygiene checklist provided by World Health . This video media education use healthworkers as role model in video and it is played for three days.

Result : From 203 moment of hand hygiene before patient empowerment and 247

moment after patient empowerment, healthworker’s compliance on hand hygiene

increase 17.89 %, which is physician increase 14.50 % whereas nurse 19.84%. Based on measurement in statistic use the paired sample t test with the p value 0.004 (<0.05) which mean there is an enhancement impact of video media education to the compliance of healthworkers and use satistic independent t test the p value is 0.000 (<0.05) is enchancement compliance especially in the moment after touching patient sorrounding.

Conclusion : video media has an impact in the enhancement of healthworker’s

compliance when doing hand hygiene.


(17)

xiii INTISARI

Latar Belakang : Health-care associated infections banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Salah satu pencegahan Health-care associated infections (HAIs) yaitu dengan cuci tangan menggunakan five moments hand hygiene. Meskipun hand hygiene

merupakan tindakan untuk pencegahan HAIs yang penting tetapi kepatuhan tenaga kesehatan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi media video terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di klinik Hemodialisis.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperiment pre test dan post test design.

Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan total sampling. 11 tenaga kesehatan di teliti mulai dari tanggal 8 Agustus 2016 sampai dengan 18 Agustus 2016 di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Penilaian kepatuhan petugas kesehatan menggunakan Checklist 5 Moment Hand Hygiene World Health Organization. Edukasi media video ini menggunakan tenaga kesehatan sebagai role model dalam video dan diputar selama 3 hari.

Hasil : Didapatkan 203 momen hand hygiene sebelum perlakuan. Sedangkan momen hand hygiene yang dilakukan setelah perlakuan berjumlah 247 momen. Kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 17.89 %, dokter mengalami peningkatan 14.50 % sedangkan perawat mengalami peningkatan 19.84 %. Berdasarkan perhitungan secara statistik menggunakan paired sample t test nilai p 0.004 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat peningkatan pengaruh edukasi media video terhadap kepatuhan tenaga kesehatan dan dilakukan uji statistik menggunakan

independent t test dengan nilai p 0.000 (<0.05) yaitu terdapat peningkatan kepatuhan khususnya pada momen setelah menyentuh benda di lingkungan sekitar pasien.

Kesimpulan : Media video memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene.


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Health-care associated infection (HAIs) adalah infeksi yang didapat setelah pasien berada di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya (McCarter, 2008). Kejadian Health-care associated infections

banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. (Laura MW, et al., 2014).

Health-care associated infections saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian (morbidity) dan angka kematian

(mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Angka kejadian

Health-care associated infections juga telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit (Darmadi,2008).

Prevalensi Health-care associated infections diperkirakan 1,4 juta di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan 50.000 kematian dan 2 juta morbiditas disebabkan oleh Health-care associated infections di negara-negara maju setiap tahunnya, serta menghasilkan tambahan 14 hari tinggal di rumah sakit dan tambahan biaya tahunan kesehatan (Ananingsih dan Rosa, 2016).


(19)

Angka kejadian Health-care associated infections di negara berpendapatan tinggi bervariasi antara 3,5-12%. Prevalensi kejadian HAIs

di negara Eropa sekitar 7,1% dan di Amerika angka kejadian Health-care associated infections sekitar 4,5% pada tahun 2002. Sedangkan pada negara berpendapatan rendah, angka kejadian Health-care associated infections lebih tinggi dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi berkisar antara 5,7-19,1%. Prevalensi Health-care associated infections di Indonesia yang termasuk ke dalam negara berpendapatan menengah sekitar 7,1% (WHO,2011).

Di Indonesia, berdasarkan data yang diambil pada tahun 2011-2012 di RS Pertamina Jakarta 99 dari 897 pasien mendapatkan kasus Health-care associated infections dengan prosentase sebagai berikut: Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) 42,43 %, Bloodstream Infection (BSI) 33,33 %, Urinary Tract Infection (UTI) 21,21 %, dan Surgical Site Infection

(SSI) 3,03 % (Sugiarto, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan kejadian Health-care associated infections dari tahun 2010-2011 dari 0,37% menjadi 1,48% kasus. Prevalensi kejadian Health-care associated infections di RSUD Setjonegoro dari bulan Juli 2009 – Desember 2011, kejadian infeksi saluran kemih (ISK) sebesar 0,33 per 1000 pasien rawat inap, infeksi luka operasi (ILO) sebesar l,21 per 1000 pasien rawat inap, pneumonia sebesar 0 per 1000 pasien rawat inap, sepsis sebesar 0,12 per 1000 pasien rawat


(20)

3

inap, hemodialisis sebesar 1,12 per 1000 pasien rawat inap, dan phlebitis sebesar 5,02 per 1000 pasien rawat inap (Ratna,et al., 2012).

Menurut Friedman, et al.,(2002) menyatakan bahwa Health-care associated infections terjadi 48 jam setelah pasien menjalani perawatan seperti terapi intravena dan perawatan luka atau setelah pasien masuk di rumah sakit atau klinik Hemodialisis 30 hari sebelum infeksi terjadi.

Pada pasien di Unit Hemodialisis bisa terjadi kemungkinan kecelakaan kerja yaitu tertusuk jarum dan terinfeksi hepatitis. Risiko tertular Hepatitis C Virus (HCV) adalah tertinggi di antara pasien hemodialisis atau mereka yang dirawat karena keganasan hematologi. Karena HCV ini paling sering ditularkan melalui rute parenteral, transfusi darah, cairan infus, injeksi, dan intervensi medis. Bedah invasif yang menggunakan spesimen dan peralatan terkontaminasi merupakan sumber utama infeksi di rumah sakit. Menurut Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC) pasien penyakit ginjal kronik (PGK) dengan hemodialisis sangat rentan terhadap perkembangan infeksi kesehatan terkait karena beberapa faktor termasuk paparan perangkat invasif, imunosupresi, komorbiditas pasien, kurangnya hambatan fisik antara pasien dalam lingkungan hemodialisis rawat jalan, dan sering kontak dengan petugas layanan kesehatan dalam prosedur dan perawatan (APIC, 2010).

WHO mencanangkan program Global Patient Safety Challenge


(21)

global dalam upaya menurunkan angka Health-care associated infections.

Pada tahun 2009 WHO Patient Safety kembali mencanangkan Save Lives: Clean Your Hands sebagai program lanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan focus pelaksanaan hand hygiene pada pelayanan kesehatan di seluruh dunia, dimana dicetuskan tentang five moments hand hygiene, yaitumelakukan cuci tangan sebelumbersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien (WHO,2009)

Perintah mengenai menjaga kebersihan telah diperintah Allah yang tertuang dalam surat At-Taubah ayat 108. Dalam ayat tersebut, tertulis bahwa :

Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Berdasarkan hasil observasi dengan petugas tenaga kesehatan saat mengunjungi klinik Hemodialisis Nitipuran Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 2016, terdapat hasil masih rendahnya kepatuhan five moments hand hygiene. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang evaluasi


(22)

5

kepatuhan terhadap five moments Hand Hygiene menggunakan edukasi media video kepada tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh edukasi media video terhadap peningkatan kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan Hand Hygiene di Klinik Hemodialisis Nitipuran

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh edukasi media video terhadap peningkatan kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan Hand Hygiene di Klinik Hemodialisis Nitipuran.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan terhadap pentingnya Hand Hygiene dalam melakukan tindakan perawatan di klinik Hemodialisis Nitipuran

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Managemen Klinik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi di Klinik Hemodialisis Nitipuran untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien.


(23)

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Tenaga Kesehatan terhadap hand hygiene dengan mengutamakan


(24)

7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian NO.

PENELITI TAHUN

JUDUL SUBJEK METODE HASIL PERBEDAAN

Nurmarani. FKIK UMY, 2009. Pengaruh Edukasi tentang Hand Hygiene terhadap sikap dan tindakan petugas medis di Rumah Sakit Nur Hidayah

Yogyakarta

Petugas Medis RS Nur Hidayah Yogyakarta

Quasy-Eksperimental dengan rancangan non equvalent pretest and postest non control design

Hasil dari selisih

perbedaan nilai yang besar pada non perawat

menunjukan bahwa penyuluhan (edukasi) tentang Hand Hygiene , sikap, dan tindakan non perawat. Hal sebaliknya terjadi pada perawat , yaitu ternyata edukasi tentang Hand Hygiene tidak memberikan pengaruh pada Hand Hygiene , sikap dan tindakan perawat

Perbedaan terdapat pada Subjek penelitian untuk peneliti menggunakan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat sedangkan pada penulis menggunakan perawat dan non perawat.

Riwidikdo. FKIK UMY,2010 Efektivitas Sosialisasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Petugas Pelayanan pendukung di Rumah Sakit PKU Menggunakan Eksperimen dengan one group pre and posttest design

Dalam penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan antara saat pretest dan saat postest yang diperoleh dari

Perbedaan nya dari variabel yang digunakan, si penulis menggunakan sosialisasi menggunakan (K3) sedangkan si peniliti menggunakan


(25)

(K3) terhadap pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas pelayanan pendukung di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

masing-masing variabel lebih kecil 0,05. Dari data tersebut terlihat bahwa ini menjadi bukti nyata bahwa sosialisasi program kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) benar-benar efektif dalam meningkatkan

pengetahuan dan kepatuhan petugas pelayanan pendukung di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

edukasi menggunakan video untuk menilai kepatuhan terhadap Hand Hygiene

Sugiharto. FKIK UMY,2010. Pengaruh Pelatihan Hand Hygiene dalam meningkatkan Kepatuhan Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter di RSUD panembahan senopati Bantul Yogyakarta Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Desain penelitian menggunakan metode penelitia eksperimen yaitu menggunakan quasy eksperimental dengan pre test dan post test control group design

Rata-rata tingkat pengetahuan responden meningkat signifikan p<0,05, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan rata-rata tingkat pengetahuan yang signifikan

dikarenakan p>0,05.

Pada instrumen penelitian, menggunakan kuesionar dan check list. Tetapi penulis hanya menggunakan checklist untuk mengukur kepatuhan.


(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Media Video

Media Video merupakan Strategi promosi kesehatan yang memerlukan strategi dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan sektor terkait. Dan bisa melalui alat bantu pendidikan yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam proses pendidikan dan pengajaran. Dan berfungsi sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan. Video merupakan audio visual yang semakin popular dalam masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional (Soekidjo,2007)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video merupakan rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi, atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan) dapat melihat. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media audio visual adalah media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Media audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak.


(27)

Video merupakan gambar-gambar dalam frame, dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap (Azhar,2011)

Menurut Daryanto (2011: 79), mengemukakan beberapa kelebihan penggunaan media video, antara lain :

a. Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan gambar bergerak kepada audience disamping suara yang menyertainya.

b. Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara nyata.

2. Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah perilaku positif yang dilakukan oleh pasien untuk mencapai tujuan terapeutik yang ditentukan bersama-sama antara pasien dan petugas kesehatan (Carpenito, 2009). Kepatuhan adalah ketaatan seseorang pada tujuan yang telah ditentukan.


(28)

11

Kepatuhan merupakan suatu permasalahan bagi semua disiplin kesehatan, salah satunya pelayanan perawatan di rumah sakit. (Niven, 2008).

Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah ditentukan. Kepatuhan sebagai akhir dari tujuan itu sendiri. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dapat langsung diukur (Bastable, 2002)

Kepatuhan mengacu pada program-program yang mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan program-program yang berkaitan dengan promosi kesehatan, yang sebagian besar ditentukan oleh penyelenggara. Bastable (2002) menyatakan kepatuhan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai perspektif teoritis antara lain :

1) Biomedis

Mencakup demografi pasien, keseriusan penyakit, dan kompleksitas program pengobatan.

2) Teori perilaku / pembelajaran sosial

Menggunakan pendekatan behavioristik dalam hal reward, petunjuk, kontrak, dan dukungan sosial

3) Perputaran umpan balik komunikasi

Berkaitan dengan mengirim, menerima, memahami, menyimpan, dan penerimaan


(29)

4) Teori keyakinan rasional

Berhubungan dengan manfaat pengobatan dan risiko penyakit melalui penggunaan logika cost-benefit

5) Sistem pengaturan diri

Pasien dilihat sebagai pemecah masalah yang mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit, keterampilan kognitif, dan pengalaman masa lalu yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat rencana dan mengatasi penyakit

b. Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur melalui sejumlah tolak ukur atau ambang batas yang digunakan sebagai standar derajat kepatuhan (Al-Assaf, 2009). Salah satu indikator kepatuhan penderita adalah datang atau tidaknya penderita setelah mendapat anjuran kembali untuk kontrol (Khoiriyah, 2005).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain (Carpenito, 2009):


(30)

13

2) Persepsi tentang kerentangan, keyakinan terhadap upaya pengontrolan, dan pencegahan penyakit

3) Variabel lingkungan

4) Kualitas instruksi kesehatan

5) Kemampuan mengakses sumber yang ada (keterjangkauan biaya). d. Faktor- Faktor Yang Menghambat Kepatuhan

Faktor-faktor yang menghambat kepatuhan antara lain (Carpenito, 2009):

1) Penjelasan yang tidak adekuat

2) Perbedaan pendapat antara pasien dan tenaga kesehatan 3) Terapi jangka panjang

4) Tingginya kompleksitas atau biaya pengobatan

5) Tingginya jumlah dan tingkat keparahan efek samping e. Kriteria Kepatuhan

Perubahan Perilaku positif yang dapat mempengaruhi kepatuhan antara lain (Carpenito, 2009) :

1) Rasa percaya yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan profesional

2) Penguatan dari orang dekat

3) Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit 4) Persepsi bahwa penyakit yang diderita serius

5) Bukti bahwa kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit


(31)

6) Efek samping yang bisa ditoleransi

7) Tidak terlalu mengganggu aktivitas keseharian individu atau orang terdekat lainnya

8) Terapi lebih banyak memberikan keuntungan daripada kerugian 9) Rasa positif terhadap diri sendiri.

Perilaku pada hakekatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) dan sifat aktif yaitu tindakan nyata (practice). Sedangkan stimulus terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Niven (2002) membuat perbedaan diantara tiga macam perilaku kesehatan yaitu:

a. Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimptmatik.

b. Perlaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

c. Perilaku peran sakit adalah aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan


(32)

15

diri mereka sendiri sakit. Hal ini mencakup seluruh rentang perilaku mandiri dan menimbulkan beberapa derajat penyimpangan terhadap tugas kebiasaan seseorang

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). (Soekidjo,2007). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia.

Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budayayang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green(1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO(1984)

1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :


(33)

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors), yang terwujud dalam pengetahuan,sikap, kepercayaaan,keyakinan,nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Dimana :

B = behaviour

PF = predisposing factors EF = enabling factors RF = reinforcing factors

F = fungsi

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap,


(34)

17

dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors)

atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors).

Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).

2. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention)

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak


(35)

Uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

B = behaviour

F = fungsi

BI = behaviour intention SS = social support

AI = Accessebility of information PA = personal autonomy

AS = Action situation

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilaku/bertindak, atau tidak berperilaku/tidak bertindak. 3. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.


(36)

19

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan,persepsis,sikap,kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek kesehatam.

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua,kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseornag terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi e. Sumber-sumber daya

f. Perilaku normal

Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berperilaku.


(37)

Dimana :

B = behaviour

f = fungsi

TF = toughts and feeling PR = personal reference R = resources

C = culture

3. Hand Hygiene

a. Pengertian Hand Hygiene

Hand Hygiene adalah menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit (Depkes dan Perdalin, 2011).

b. Tujuan Hand Hygiene

Meningkatkan layanan kesehatan tangan kebersihan dan mengurangi risiko terkait terjadinya infeksi dirumah sakit. (White , et al., 2015) c. Indikasi Hand Hygiene

WHO menyatakan indikasi mencuci tangan sebagai berikut :

1) Mencuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor atau terpapar darah atau cairan tubuh lain atau setelah menggunakan toilet.

2) Jika terbukti terpapar pada potensial pathogen, termasuk infeksi oleh Costridium difficile, mencuci tangan dengan sabun dan air terbukti lebih ampuh.


(38)

21

3) Gunakan alcohol-based handrub secara rutin untuk antiseptik tangan. Apabila tidak terdapat alcohol-based handrub, cuci tanganlah menggunakan air dan sabun.

4) Pelaksanaan Hand Hygiene (Five moments hand hygiene) : a) Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.

b) Sebelum melakukan prosedur invansif dengan menggunakan sarung tangan atau tidak.

c) Setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa, atau balutan luka.

d) Apabila berpindah dari bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain selama perawatan pada pasien yang sama.

e) Setelah kontak dengan permukaan benda yang mati dan benda seperti peralatan medis di sekitar pasien dengan segera.

f) Setelah melepas sarung tangan steril maupun non-steril. g) Sebelum menyiapkan obat dan makanan


(39)

h) Sabun dan alcohol-based hand rub tidak boleh dilakukan bersama-sama.

d. Macam-macam Hand Hygiene

1) Alcohol-based hand rub

Bahan yang mengandung alkohol yang dapat berupa cairan, gel, atau buih yang dirancang untuk tangan dapat menonaktifkan mikroorganisme dan atau menekan pertumbuhannya sementara waktu.

2) Antimicrobial (medicated) soap

Sabun atau detergen mengandung sejumlah agen antiseptic untuk menonaktifkan mikroorganisme dan atau menekan pertumbuhannya sementara waktu seperti alcohol. Aktifitas detergen seperti sabun juga dapat mengeluarkan mikroorganisme atau kontaminan yang lain dari kulit setelah itu akan dibersihkan oleh air.


(40)

23

3) Antiseptic agent

Agen antiseptik merupakan suatu zat antimikroba yang menonaktifkan mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya di jaringan hidup. Contoh agen antiseptik adalah alkohol, chlorhexidine gluconate (CHG), chlorine derivatives,

iodine, chloroxylenol (PCMX), quaternaryammoniumcompounds, dan triclosan.

4) Antiseptic hand wipe

Sapu tangan antiseptik merupakan satu lembar kain tipis atau kertas yang sebelumnya dibahasahi dengan antiseptik yang digunakan untuk menyeka tangan untuk menonaktifkan dan atau menghilangkan kontaminan mikroba. Cara ini mungkin bisa dipertimbangkan sebagai alternatif untuk mencuci tangan tanpa sabun dan air, namun cara ini kurang efektif dalam mengurangi jumlah bakteri pada tangan tenaga kesehatan dibandingkan dengan menggunakan handrub alkohol atau mencuci tangan dengan sabun antimikroba dan air.

5) Detergent (surfactant)

Deterjen merupakan bahan campuran yang memiliki aktivitas membersihkan. Deterjen memiliki dua jenis zat yaitu hidrofilik dan lipofilik. Deterjen juga dibedakan kedalam empat kelompok yaitu

anionic, cationic, amphoteric, and non-ionic


(41)

Sabun sederhana ini tanpa ditambahi dengan zat antimikroba dan semata-mata hanya untuk membersihkan kotoran saja.

7) Waterless antiseptic agent

Agen antiseptik tanpa air ini merupakan agen antiseptic berupa cairan, gel, atau buih yang tidak membutuhkan air. Karena setelah penggunaan, individu harus menggosokan kedua tangan mereka bersamaan sampai kulit terasa kering.

e. Teknik Hand Hygiene ( Guideline Hand Hygiene WHO, 2009)

1) Teknik Hand Hygiene menggunakan air. a. Menggosok kedua telapak tangan

b. Telapak tangan kanan ditempatkan diatas punggung tangan kiri sambil menggosok sela-sela jari dan lakukan sebaliknya

c. Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari, jari keduantangan saling bertautan.

d. Jari-jari sisi bagian dalam dari kedua tangan saling mengunci lalu gesekan keduanya.

e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

f. Gosokan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya


(42)

25

g. Bilas dan keringkan tangan dengan handuk atau tissue kering sekali pakai dan gunakan tissue atau handuk tersebut untuk menutup keran.

2) Antiseptic handwashing

Antiseptic handwashing adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air atau deterjen lain yang mengandung agen antiseptik.

3) Antiseptic handrubbing

Antiseptic handrubbing merupakan teknik mencuci tangan menggunakan antiseptic handrub untuk mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme tanpa harus menggunakan air dari luar dan tanpa butuh untuk membilas atau mengeringkan dengan handuk atau alat yang lain.

4) Hand antisepsis/decontamination/degerming

Menurunkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan mengaplikasikan antiseptic handrub atau antiseptic handwash.

5) Hand disinfection

Hand disinfection merupakan teknik mencuci tangan yang telah dipergunakan secara luas dan umum di dunia untuk mengacu pada antiseptic handwash, antiseptic hand rubbing, hand


(43)

antisepsis / decontamination / degerming hand washing dengan menggunakan sabun anti mikroba dan air, hygienic

6) Hand antisepsis, atau Hygienic Hand rub.

7) Surgical hand antisepsis/surgical hand preparation/presurgical hand preparation

8) Teknik ini digunakan sebelum operasi bagi tim bedah untuk mengeliminasi flora dari luar dan menurunkan flora normal kulit. Teknik ini dilakukan baik menggunakan sabun dan air maupun menggosok dengan alkohol.

4. Hemodialisis

a. Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis adalah adalah suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit atau memerlukan terapi dialysis

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal ESRD (end-stage renal disease) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen (Brunner dan Suddart,2002)

Hemodialisis adalah salah satu pilihan terapi ginjal pengganti,selain Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi, pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) (Dharmeizar, 2012).


(44)

27

Unit hemodialisis merupakan salah satu bagian bentuk layanan kesehatan bagi masyarakat dari suatu rumah sakit. Penjelasan menurut Dharmeizar (2012) terdapat organisasi dan pelayanan unit Hemodialisis adalah sebagai berikut:

1) Fasilitas pelayanan Hemodialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis, baik didalam maupun diluar RS.

2) Unit Pelayanan Hemodialisis adalah pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit.

3) Klinik Hemodialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan hemodialisis kronik diluar RS secara rawat jalan dan mempunyai kerja sama dengan RS yang menyelenggarakan pelayanan itu sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukannya.

c. Persyaratan Sarana Dan Prasarana

1) Ruang peralatan mesin hemodialisis untuk kapasitas 4 mesin hemodialisis

2) Ruang pemeriksaan dokter/ konsultasi 3) Ruang tindakan

4) Ruang perawatan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan obat dan ruang penunjang medik

5) Ruang administrasi dan ruang tunggu pasien 6) Ruang lain sesuai kebutuhan


(45)

Persyaratan Minimal Peralatan yang Harus Dipenuhi :

1) 4 mesin hemodialisis siap pakai

2) Peralatan medik standar sesuai kebutuhan 3) Peralatan reuse dialiser manual atau otomatik 4) Peralatan sterilisasi alat medik

5) Peralatan pengolahan air untuk hemodialisis 6) Kelengkapan peralatan lain sesuai kebutuhan d. Prinsip Kerja Hemodialisis

Prinsip kerja fisiologis dari Hemodialisis adalah difusi dan ultra filtrasi. Difusi merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan larutan berkonsentrasi rendah sampai tercapai kondisi seimbang. Proses terjadinya difusi dipengaruhi oleh suhu, visikositas, dan ukuran dari molekul . Saat darah dipompa melalui dyalizer maka membran akan mengeluarkan tekanan positifnya, sehingga tekanan di ruangan yang berlawanan dengan membran menjadi rendah ( tekanan hidrostatik ). Karena adanya tekanan hidrostatik tersebut maka cairan dapat bergerak menuju membrane semipermeable. Proses ini disebut dengan ultra filtrasi semipermeable atau yang disebut dengan

dialyzer.

e. Pengendalian Infeksi Di Unit Hemodialisis :

1) Staf medik dan perawat dilatih untuk dapat melaksanakan pencegahan umum (universal precaution) di unit dialisis.


(46)

29

2) Pencegahan umum dilaksanakan di unit dialisis pada segala tindakan perawatan pasien.

3) Tersedia sarana untuk mencuci tangan (wastafel/hand rub) di setiap area pelayanan pasien sehingga cuci tangan dapat dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

4) Tersedia APD.

5) Semua staf termasuk penjaga unit dialisis diajarkan dengan instruksi yang jelas dalam menangani tumpahan darah dan bahan kimia di alat –alat dan lantai.

6) Tersedia pembuangan sampah infeksi dan non infeksi.

7) Semua peralatan yang ternodai oleh darah harus di rendam dan dibersihkan dengan larutan sodium hipoklorit 1:100 jika peralatan itu tahan terhadap bahan kimia tersebut.

8) Semua pasien baru atau pasien yang kembali ke unit dialisis setelah menjalani dialisis di lokasi yang mempunyai risiko tnggi atau tidak diketahui derajat risikonya harus diperiksa kembali HbsAg dan Anti –HCV.

9) Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV.

10) Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada pasien pengidap VHC, akan tetapi dilarang pada pengidap VHB dan HIV.


(47)

B. Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori Dari Teori Lawrance Green (Dalam Notoatmodjo,2003)

Faktor predisposis (Predisposising Factors) :

- Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Keyakinan - nilai

Faktor pendukung (Enabling Factors) :

- Ketersediaan fasilitas atau sarana-sarana kesehatan seperti puksesmas,obat-obatan, peralatan kesehatan

Faktor pendorong (Reinforcing Factors) :

- Sikap dan Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat

Perubahan Perilaku Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam


(48)

31

C. Kerangka Konsep

KETERANGAN :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

= Diteliti = Tidak Diteliti Media Video

Faktor-Faktor Predisposisi

(Predisposising Factors)

Faktor-Faktor Pendukung

(enabling factors)

Tingkat Kepatuhan Tenaga

Kesehatan dalam

Faktor–Faktor Pendorong

(Reinforcing Factors)

Patuh

Tidak Patuh Bagan 2. Kerangka Konsep


(49)

D. Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu :

H0 : Tidak ada perbedaan kepatuhan tenaga kesehatan dalam hand

hygiene sebelum dan sesudah intervensi

H1 : Ada perbedaan kepatuhan tenaga kesehatan dalam hand hygiene sebelum dan sesudah intervensi


(50)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dan desain penelitian ini menggunakan metode Quasy-Eksperimentpretest dan posttest.

Keterangan :

P1 : Pre-test untuk mengetahui tingkat kepatuhan tenaga kesehatan kesehatan dalam hand hygiene sebelum diberikan intervensi P2 : Post-test untuk mengetahui tingkat kepatuhan tenaga

kesehatan dalam hand hygiene setelah diberikan intervensi X1 : Pemberian sosialisasi kepada tenaga kesehatan bahwa

pasien akan berperan sebagai penilai dalam melaksanakan hand hygiene dan juga pemberian edukasi kepada pasien mengenai prosedur hand hygiene yang benar saat dilakukan dilakukan hemodialisis

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang ada di klinik Hemodialisis Nitipuran, tidak dilakukan sampling tetapi menggunakan total sampling.


(51)

2. Sampel Penelitian

a. Besar sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan di klinik Hemodialisis Nitipuran yang berjumlah 11 orang terdiri atas 4 dokter dan 7 perawat. Masing-masing dokter melakukan 2 momen yakni sebelum menyentuh pasien dan sesudah menyentuh pasien. Sedangkan perawat melakukan 4 momen saja kecuali setelah menyentuh cairan tubuh pasien. Sehingga 2 momen dikali 4 jumlah dokter didapatkan 8 momen dokter. Sedangkan 4 momen dikali 7 jumlah perawat didapatkan 28 momen perawat. Sehingga total momen berjumlah 36 momen per hari. Penelitian ini pada pengambilan data dilakukan 3 hari sehingga 36 momen dikali 3 hari sehingga momen total keseluruhan baik sebelum dan sesudah intervensi minimal 108 momen.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan

non-probability sampling yaitu tidak mengacak sample dikarenakan sampe sudah berjatah jumlahnya. Teknik dari metode non-probability sampling

yang dipilih oleh peneliti adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditetapkan peneliti.


(52)

35

Sampel yang menjadi subjek penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Kriteria tersebut antara lain :

1. Kriteria Inklusi

Tenaga kesehatan bersedia menjadi responden penelitian di klinik hemodialisis Nitipuran

2. Kriteria Ekslusi

Pada saat periode penelitian tenaga kesehatan sudah tidak bekerja lagi di klinik Hemodialisis Nitipuran

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi : Klinik Hemodialisis di Jalan Nitipuran 183 B, Kasihan Bantul DIY.


(53)

Tabel 2. Waktu Penelitian Februa ri Mar et Apr il Me i Jun i Jul i Agust us Septemb er Oktob er Pembuatan Proposal Membuat Instrumen Penelitian Sidang Proposal Mengurus Perizinan Mengganda kan Instrumen Uji Coba Instrumen Uji Validitas dan dan Reliabilitas Mendapatka n Instrumen Jadi

Menyebarka n Instrumen Jadi Melakukan Observasi Pengumpula n Hasil Pengolahan Data Pengetikan Hasil Penelitian Persiapan Sidang Sidang KTI


(54)

37

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat yaitu : 1. Variabel Bebas : Media video

2. Variabel Terikat : Kepatuhan E. Definisi Operasional

Untuk mengukur variabel yang ada dalam topik ini, peneliti menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kepatuhan hand hygiene

Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam Hand Hygiene adalah kepatuhan tenaga kesehatan dalam five moments Hand Hygiene dan melakukan teknik-teknik cuci tangan yang benar secara berurutan. Indikator dikatakan patuh apabila melakukan 5 momen secara berurutan dan benar serta pemilihan hand rub atau hand wash sesuai standar WHO. Peneliti akan menilai five moments hand hygiene, berapa lama waktu yang dibutuhkan tenaga kesehatan untuk sekali melakukan prosedur cuci tangan, dan apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar WHO. Langkah secara benar dinilai menggunakan prosedur cuci tangan menurut (WHO,2009). Waktu dinilai sesuai standar yaitu hand wash selama 40-60 detik, hand rub

selama 20-30 detik WHO,2009. Kepatuhan dinilai dengan cara observasi menggunakan daftar tilik kepatuhan Hand Hygiene. Hasilnya dapat dikategorikan sebagai patuh dan tidak patuh dengan skala nominal.


(55)

a. Patuh

Patuh apabila tenaga kesehatan melakukan hand hygiene, benar tidaknya langkah-langkah hand hygiene, memilih antara hand rub

dan hand wash, dan waktu hand hygiene yaitu untuk handwash

adalah 40-60 detik sedangkan untuk hand rub 20-30 detik diabaikan dalam penelitian ini karena observasi menggunakan CCTV (Closed Circuit Television) sehingga tidak dapat diamati secara jelas mengenai benar tidaknya langkah dan waktu hand hygiene yang dilakukan tenaga kesehatan.

b. Tidak Patuh

Tidak patuh apabila tenaga kesehatan tidak melakukan hand hygiene.

2. Five moments hand hygiene didefinisikan sebagai lima momen cuci tangan yang harus dilakukan pada saat penanganan pasien yaitu : (1) sebelum menyentuh pesien (2) sebelum melakukan prosedur invasif dengan menggunakan sarung tangan atau tidak (3) setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa atau balutan luka, (4) setelah menyentuh pasien (5) setelah menyentuh objek sekitar pasien.

F. Instrumen Penelitian

Check list kepatuhan yang dibuat sendiri untuk menilai perawat dan dokter sebagai role model nya dan setiap momen dimasukan dalam penilaian check list dari sebelum menyentuh pasien sampai selesai.


(56)

39

G. Jalannya Penelitian

Penelitian ini terdiri dari pre test dan post test yang berupa observasi kepatuhan tenaga kesehatan dengan menggunakan check list hand hygiene. Pada penelitian ini terdapat 3 tahap penelitian. Setiap tahap diberi jarak 4 hari. Sehingga jarak antara Tahap 1 dan Tahap 2 dan Tahap 3 total adalah 12 hari.

1. Tahap 1 menggunakan pretest sebagai tahap pertama berupa observasi kepatuhan menggunakan check list kepatuhan hand hygiene

2. Tahap 2 berupa intervensi edukasi video sejak dilakukan pretest

menggunakan jarak antara pretest dan dilakukan intervensi pada hari keempat sejak pretest pertama dilakukan.

3. Tahap 3 yaitu post test pada hari keduabelas dihitung dari awal pretest

H. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data peneliti menggunakan pengumpulan data primer dengan cara observasi menggunakan check list.

I. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepatuhan yang digunakan sekaligus untuk mengumpulkan data menggunakan daftar tilik atau kuesioner. Sebelum digunakan maka harus di uji validitas maupun reabilitasnya. Uji validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur yang digunakan benar-benar dapat mengukur sedangkan reabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan fakta yang diukur atau diamati secara berkali-kali dalam waktu yang berlainan.


(57)

Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa daftar tilik sesuai standar WHO dan media video sebagai intervensi. Penelitian ini uji validitas yaitu video di konsultasikan kepada pakar kemudian di ujikan kepada tiga orang awam apakah mereka mengerti tentang isi video hand hygiene. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan observasi oleh dua orang peneliti maka hasilnya akan sama dan konsisten.

J. Analisis Data

Analisis data peneliti menggunakan bivariat menggunakan uji hipotesis

Paired Sample T Test (Uji t berpasangan) karena subjek sama tetapi didapatkan 2 kelompok data dengan asumsi persebaran data normal dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 15.0 Fasilitas ini digunakan untuk menguji 2 sampel yang berpasangan

(paired). Total nilai tenaga kesehatan saat melakukan melakukan pre test

masuk pada kelompok eksperimen 1 dan total nilai tenaga kesehatan saat melakukan post test masuk pada kelompok eksperimen 2.

K. Etika Penelitian

Etik penelitian meliputi:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang penelitian meliputi topik penelitian, tujuan, dan cara pengambilan data. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, calon responden sebagai sampel penelitian kemudian menandatangani imformed consent tersebut.


(58)

41

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner hanya dengan menggunakan kode atau angka.

3. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian


(59)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian

shift perawat, 2 kali pergantian shift dokter, dan 3 kali pergantian shift pasien. Perawat dan pasien dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, middle, sore. Sedangkan dokter hanya dibagi menjadi shift pagi dan sore.

Tabel 3. Frekuensi Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran

Profesi Jumlah Prosentase (%)

Dokter 4 36.36

Perawat 7 63.64

Total 11 100%

Tabel 5 dibawah ini menunjukkan jumlah momen hand hygiene yang diambil oleh peneliti sebelum perlakuan dimulai. Didapatkan jumlah momen secara keseluruhan yaitu 203 momen hand hygiene yang terdiri dari 84 momen dilakukan oleh dokter dan 119 momen dilakukan oleh perawat.

Tabel 4. Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum Diberikan Perlakuan

MOMEN

Seluruh Tenaga

Kesehatan Dokter Perawat

Jumlah (n)

Prosentase (%)

Jumlah (n)

Prosentase (%)

Jumlah (n)

Prosentase (%)

1 65 32,02 32 38,10 33 27,73

2 28 13,79 0 - 28 23,53

3 0 - 0 - 8 -

4 61 30,05 35 41,67 26 21,85

5 49 24,14 17 20,24 32 26,89


(60)

41

Tabel 6 dibawah ini menunjukkan jumlah momen hand hygiene yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran sesudah diberikan perlakuan. Momen hand hygiene yang dilakukan berjumlah 247 momen yang terdiri dari 79 momen dilakukan oleh dokter dan 168 momen dilakukan oleh perawat.

Tabel 5. Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sesudah Diberikan Perlakuan

MOMEN

Seluruh Tenaga

Kesehatan Dokter Perawat

Jumlah (n)

Prosentase (%)

Jumlah (n)

Prosentase (%)

Jumlah (n)

Prosentase (%)

1 67 27.13 34 43.04 33 19.64

2 8 3.24 0 - 8 4.76

3 0 - 0 - 0 -

4 77 31.17 34 43.04 43 25.60

5 95 38.46 11 13.92 84 50.00

TOTAL 247 100% 79 100% 168 100%

Pada diagram dibawah ini menunjukkan prosentase rata-rata kepatuhan dokter dan perawat sebelum dan sesudah diberikan edukasi media video dimana dokter dan perawat itu sendiri bertindak sebagai role model dalam video yang ditampilkan di 5 TV yang terdapat dalam Klinik hemodialisis Nitipuran selama 4 hari berturut-turut yang di lihat juga oleh pasien di Klinik Hemodialisa Nitipuran. Seperti terlihat pada gambar diagram tersebut bahwa secara keseluruhan didapatkan prosentase kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 17.89%, dan secara khusus dokter hanya mengalami peningkatan sebesar 14.50% sedangkan perawat mengalami peningkatan lebih tinggi yakni sebesar 19.84 %.


(61)

Gambar 2. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Gambar 3. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Terhadap 5 Moment Hand Hygiene Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

28.91

32.01

27.13

46.80 46.51 46.97

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

Seluruh Tenaga Kesehatan Dokter Perawat

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

24.64 32.14 0 36.79 12.9 36.01 50 0 52.52 33.38 0 10 20 30 40 50 60 Sebelum Menyentuh Pasien Sebelum melakukan Prosedur Invasif Setelah Menyentuh Cairan Pasien setelah Menyentuh Pasien Setelah Menyentuh Lingkungan Pasien


(62)

43

Pada gambar diagram diatas menunjukkan prosentase rata-rata kepatuhan dokter dan perawat dalam melakukan 5 moment hand hygiene. Dimana setelah dokter dan perawat di edukasi menggunakan media video yang role model

dalam video itu merupakan dokter dan perawat di Klinik Hemodialisa Nitipuran, tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisa Nitipuran tersebut melakukan hand hygiene lebih patuh dibandingkan dengan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada momen 5 yaitu setelah menyentuh benda di lingkungan pasien sebesar 20.48 %. Sedangkan momen 1 mengalami peningkatan sebesar 11.37 %. Momen 2 meningkat sebesar 17.86 %. Momen 4 meningkat sebesar 15.73 %. Sedangkan momen 3 tidak dapat dinilai dikarenakan tidak terdapat momen 3 yang dilakukan selama pengamatan terhadap dokter dan perawat.

Tabel 4 dibawah ini menunjukkan prosentase kepatuhan sebelum dan sesudah diberi edukasi media video . Pada penelitian ini 4 dokter diberi kode D1, D2, D3, dan D4. Sedangkan perawat diberi kode P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan P7. Dapat dilihat dalam tabel tersebut bahwa seluruh dokter dan perawat mengalami peningkatan kepatuhan setelah diberikan edukasi media video. Peningkatan paling besar terjadi pada perawat dengan kode P3 yaitu sebesar 45.76 %. Sedangkan peningkatan paling sedikit terjadi pada dokter dengan kode D1 yakni hanya sebesar 3 %.


(63)

Tabel 6.Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kode Tenaga Kesehatan

Prosentase (%) Sebelum Diberi

Perlakuan

Prosentase (%) Sesudah Diberi

Perlakuan

Keterangan

D1 12.00 15.00 Meningkat 3 %

D2 21.05 21.05 tetap

D3 35.00 50.00 Meningkat 15 %

D4 60.00 100.00 Meningkat 40 %

P1 35.29 72.41 Meningkat 37.12 %

P2 38.89 42.11 Meningkat 3.22 %

P3 13.33 59.09 Meningkat 45.76 %

P4 31.25 34.78 Meningkat 3.53 %

P5 30.00 45.83 Meningkat 15.83 %

P6 23.53 37.50 Meningkat 13.97 %

P7 17.65 37.04 Meningkat 19.39 %

Berdasarkan data univariat di atas dilakukan pengujian data bivariat menggunakan uji hipotesis Paired Sample t Test. Hasilnya adalah nilai p 0.004 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test

Kepatuhan N Mean Standar

Deviasi P Value

Sebelum Perlakuan 11 28.90 13.77

.004

Sesudah Perlakuan 11 46.80 23.81

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan pada tiap momen, maka dilakukan uji bivariat lain yakni Independent T Test. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (<0.05) pada momen 5 yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.


(64)

45

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Independent Sample T Test

Momen Sesudah Perlakuan P Value

Momen 1

Sebelum Menyentuh Pasien .355 .441 Momen 2

Sebelum Melakukan Prosedur Invasif .190 .103 Momen 4

Setelah Menyentuh Pasien .906 .919

Momen 5

Setelah Menyentuh Benda di Lingkungan

Sekitar Pasien .000

.000

B. Pembahasan

Hand Hygiene merupakan upaya memutus rantai transmisi kontaminasi. WHO melaporkan kepatuhan cuci tangan harus lebih dari 50%. Beberapa penelitian melaporkan kepatuhan hand hygiene masih rendah. Suatu penelitian mengamati kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan di suatu unit perawatan intensif yang mempunyai fasilitas-fasilitas seperti wastafel, tissue pengering, larutan berbahan dasar alkohol, dan anjuran untuk cuci tangan yang terpampang pada dinding di setiap ruang. Hasil penelitian ini menunjukan kepatuhan cuci tangan paling tinggi setelah perlakuan adalah perawat (46,97%) dibandingkan dokter (46.51%).

Penelitian ini dilakukan pada tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat yang bekerja di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Penelitian ini dilakukan


(65)

dengan pre test dan post test, kemudian menilai kepatuhan sebelum dan sesudah perlakuan yang menggunakan edukasi media video cuci tangan five moments hand hygiene. video ini berisi dokter dan perawat yang berada di klinik hemodialisis Nitipuran yang bertindak sebagai role model dalam melakukan five moments hand hygiene. Video ini merupakan bentuk edukasi untuk memberikan pengetahuan tentang five moments hand hygiene.

Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan (Nursalam, 2007). Secara umum alasan kurangnya kesadaran mencuci tangan adalah tingginya mobilitas perawat dan dokter sehingga secara praktis lebih mudah menggunakan sarung tangan, hal tersebut memicu tingginya penggunaan sarung tangan yang didukung kelalaian untuk cuci tangan sebelum dan setelah menggunakannya.

Larson dan Killien (2007) melaporkan bahwa terlalu sibuk adalah alasan penting yang diberikan petugas kesehatan untuk tidak mencuci tangan mereka. Telah diketahui juga bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemenuhan hand hygiene salah satunya adalah beban kerja yang tinggi dan kekurangan tenaga dimana pada Klinik Hemodialisis Nitipuran jumlah perawat sebanyak 7 orang dan pada saat pemasangan alat-alat untuk cuci darah


(66)

47

membutuhkan beberapa perawat dan di Klinik Hemodialisis Nitipuran jumah tempat tidur sebanyak 7 buah tempat tidur dan dalam satu hari nya ada 3 shift

jadi dalam satu hari sekitar 21 pasien cuci darah yang terdapat di Klinik Hemodialisis Nitipuran dan jumlah perawat hanya 7 orang yang dibagi shift pagi sebanyak 3 orang middle 2 orang dan sore 3 orang. Selain itu pada saat pasien sudah datang pada saat saya observasi, perawat cenderung langsung memakai sarung tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dengan alasan lupa, terburu-buru karena pasien sudah datang atau mesin hemodialisis sering bunyi menyebabkan momen cuci tangan sering terabaikan.

Akses terhadap fasilitas hand hygiene juga menjadi salah satu alasan tidak dilakukannya hand hygiene dengan baik. Mani,2010 menyatakan bahwa rendahnya akses atau jauhnya menuju fasilitas hand hygiene merupakan satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pelaksanaan hand hygiene

ini mendukung terhadap hasil penelitian penulis. Beberapa dokter sebelum menyentuh pasien mencuci tangan terlebih dahulu tetapi masih terdapat beberapa yang belum melaksanakan prosedur tersebut. Saat mengunjungi pasien satu dengan yang lainnya, dokter tidak mencuci tangan disebabkan karena akses

handrub terlalu jauh dari tempat tidur pasien sehingga mengganggu akses dokter untuk cuci tangan. Penulis merekomendasikan untuk meningkatkan kepatuhan

five moments hand hygiene dengan melakukan observasi atau pengamatan yang terus menerus dari pihak manajemen. Lau Chun Ling, 2012 menyebutkan dua studi meneliti efek dari kesadaran yang diamati pada kepatuhan hand hygiene


(67)

Penggunaan sarung tangan baik bersih ataupun steril tidak mengubah atau menggantikan pelaksanaan hand hygiene. Hand hygiene harus dilakukan sebelum mengenakan sarung tangan dan setelah sarung tangan dilepas (WHO, 2009).

Faktor kurangnya pengetahuan mempengaruhi ketaatan petugas dalam melakukan hand hygiene serta faktor banyaknya pasien dalam waktu yang bersamaan dan aktivitas yang banyak merupakan faktor yang mempengaruhi masih rendahnya tingkat kepatuhan pelaksanaan hand hygiene. Seluruh petugas pelayanan kesehatan harus mempelajari secara tepat prosedur pelaksanaan hand hygiene dan pada saat kapan hand hygiene dilakukan. Program edukasi perlu dilakukan untuk memberikan penjelasan pentingnya pelaksanaan hand hygiene

dan memberikan panduan yang jelas pada situasi apa hand hygiene harus dilakukan (Wilson, 2006). Namun, untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan

hand hygiene ada 3 hal yang perlu di ketahui sepenuhnya yaitu pengetahuan, kebiasaan setiap individu, dan fasilitas untuk melaksanakan hand hgyiene

motivasi untuk patuh dalam melaksanakan hand hygiene ketika berada dalam ruangan atau aktivitas masih kurang terutama untuk tindakan yang beresiko rendah, meskipun untuk sarana palaksanaan hand hygiene sudah tersedia di ruangan yang sama dan mudah di akses.

Hand hygiene adalah tehnik mencuci tangan dengan menggunakan antiseptic pencuci tangan (Tiejen, 2004). Menurut WHO (2009) Patient Safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments for


(1)

Tabel 3. Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kode Tenaga Kesehatan

Prosentase (%) Sebelum Diberi Perlakuan

Prosentase (%) Sesudah Diberi Perlakuan

Keterangan

D1

12.00 15.00 Meningkat 3 %

D2 21.05 21.05 tetap

D3 35.00 50.00 Meningkat 15 %

D4 60.00 100.00 Meningkat 40 %

P1 35.29 72.41 Meningkat 37.12 %

P2 38.89 42.11 Meningkat 3.22 %

P3 13.33 59.09 Meningkat 45.76 %

P4 31.25 34.78 Meningkat 3.53 %

P5 30.00 45.83 Meningkat 15.83 %

P6 23.53 37.50 Meningkat 13.97 %

P7 17.65 37.04 Meningkat 19.39 %

Berdasarkan data univariat di atas dilakukan pengujian data bivariat menggunakan uji hipotesis Paired Sample t Test. Hasilnya adalah nilai p 0.004 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.


(2)

Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test

Kepatuhan N Mean Standar

Deviasi P Value

Sebelum Perlakuan 11 28.90 13.77

.004

Sesudah Perlakuan 11 46.80 23.81

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan pada tiap momen, maka dilakukan uji bivariat lain yakni Independent t Test. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (<0.05) pada momen 5.

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Independent Sample t Test

Momen Sesudah Perlakuan P Value

Momen 1 Sebelum Menyentuh Pasien .355 .441 Momen 2 Sebelum Melakukan Prosedur Invasif .190 .103 Momen 4 Setelah Menyentuh Pasien .906 .919

Momen 5

Setelah Menyentuh Benda di Lingkungan

Sekitar Pasien .000


(3)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah dilakukan edukasi media video di Klinik Hemodialisis Nitipuran, diperoleh 247 momen yang terdiri dari 79 momen dilakukan oleh dokter dan 168 momen dilakukan oleh perawat, dimana tingkat kepatuhan rata-rata seluruh tenaga kesehatan meningkat 17.89% dari 28.91% menjadi 46.80%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepatuhan cuci tangan paling tinggi setelah perlakuan adalah perawat (46,97%) dibandingkan dokter (46.51%).

Pada hasil penelitian ini terhadap five moment hand hygiene, dari kelima momen tersebut yang paling patuh merupakan momen kelima setelah menyentuh benda di lingkungan pasien dengan nilai p value = 0.000 (p<0.05) dan ini didukung dengan penelitian oleh (Listiowati dan Nilamsari, 2016) dalam Pelaksanaan five moment hand hygiene dimana frekuensi momen terbanyak pada saat sesudah kontak dengan lingkungan pasien yakni 92,68% pada pretest dan 95,79% pada postest.

Dalam penelitian

Arini(2016)11 kepatuhan staf dalam hand hygiene sebesar 46.29 % dan ini hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu

kepatuhan tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat sebesar 46.80 %

setelah dilakukan edukasi media video dari sebelum perlakuan didapatkan kepatuhan sebesar 28.91 %. Jadi dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan bermakna dalam kepatuhan hand hygiene berdasarkan sebelum dan sesudah perlakuan edukasi media video sebesar p value = 0.004 (p<0.05)

Terdapat perbedaan bermakna dalam kepatuhan hand hygiene pada momen ke lima yaitu setelah kontak dengan lingkungan pasien P value = 0.000 ( p<0.05). Dan pada penelitian ini didapatkan perbedaan bahwa perawat lebih patuh dari pada dokter dengan hasil sebelum dan sesudah perlakuan yang didapatkan selisih dokter yaitu 14.5 % sedangkan perawat 19.84 % dan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mary Louisen


(4)

McLaws, 2014)12 bahwa kepatuhan pada dokter secara seragam lebih rendah daripada perawat. Tingkat kepatuhan perawat dari 77% higga 84% . Kepatuhan staff medis (Dokter) 17 hingga 18 PPs lebih rendah dibandingkan staff perawat tanpa melihat ukuran rumah sakit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dokter dan perawat memperagakan five moment hand hygiene kepada pasien melalui media video. Dan metode ini memiliki keunggulan secara jelas dari hasil penelitian yang dilakukan serta manfaat dari hasil penelitian ini dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, dapat menghindari verbalisme, lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, peserta didik dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri/ redemonstrasi.

Faktor kurangnya

pengetahuan juga ikut mempengaruhi ketaatan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene. Selain itu faktor banyaknya pasien dalam waktu yang bersamaan dan aktivitas yang banyak

merupakan faktor yang mempengaruhi masih rendahnya tingkat kepatuhan pelaksanaan hand hygiene. Hal ini sangat penting bahwa seluruh petugas pelayanan kesehatan harus mempelajari secara tepat prosedur pelaksanaan hand hygiene dan pada saat kapan hand hygiene dilakukan. Program edukasi perlu dilakukan untuk memberikan penjelasan pentingnya pelaksanaan hand hygiene dan memberikan panduan yang jelas pada situasi apa hand hygiene harus dilakukan. Dalam penyempurnaan pelaksanaan hand hygiene pendekatan multimodal harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan yaitu kebiasaan dari setiap individu, suasana dari institusi, kendala yang terdapat dilingkungan, penggunaan poster untuk mempromosikan hand hygiene, dan manejemen pendukung yang kuat untuk program rumah sakit (Wilson, J. 2006)6. Namun, untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene ada 3 hal yang perlu di ketahui sepenuhnya yaitu pengetahuan, kebiasaan setiap individu, dan fasilitas untuk melaksanakan hand hgyiene.


(5)

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa edukasi media video memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Besar pengaruh tersebut apabila diukur secara statistik menghasilkan nilai p 0.004 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan kepatuhan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa edukasi media video dan tenaga kesehatan itu sendiri yang menjadi role model dalam video.

B. Saran

1.Managemen Klinik Hemodialisis Bagi managemen klinik unit hemodialisis diharapkan dapat menambah fasilitas hand hygiene

terutama handrub yang dipasang di setiap tempat tidur pasien untuk memudahkan tenaga kesehatan dari sebelum hingga setelah berinteraksi dengan lingkungan sekitar pasien. 2. Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat terus termotivasi untuk selalu patuh terhadap five moment hand hygiene meskipun video tidak di tayangkan secara continue di klinik. Tenaga kesehatan juga sebaiknya menjadikan tindakan pencegahan untuk senantiasa melindungi pasien maupun dirinya sendiri.

3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan jika ingin melanjutkan penelitian dengan metode yang sama, untuk durasi pemutaran video lebih lama agar bisa meningkatkan memori jangka panjang yang lebih


(6)

lama di ingatan petugas tenaga kesehatan.

Daftar Pustaka

JM, M. C. (2008). Prevention andControlof Hospital-acquiredInfections jm mc cartey. Diambil kembali dari http://www.auditor.on.ca/en/content/specia lreports/specialreports/hai_en.pdf

Laura, M. W. (2014). Impact of Infection Preventionist on centers for Medicare and Medicaid quality measures in MAryland nursing homes. Diambil kembali dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/243 88467

Lau Chun Ling. 2012. Factors Affecting Hand Hygiene Compliance in Intensive Care Units : A Systematic Review. TheUniversity of Hong Kong

Porche, A.R. 2008. Hand Hygiene: Toolkit For Implementing The Nation Patient Safety Goal. USA: The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations

Motacki, K., Kapoian, T., O’mara, B.H. 2010. An Ilustrated Guide To Infection Control. New York: Springer Publishing Company

Wilson, J. 2006. Infection Control In Clinical Practice. Elsevier Health Sciences

Madrazo M. 2009. Effectiveness of a training programme to improve hand hygiene compliance in primary healthcare. BMC Public Health., 9:469, 1471-2458 WHO, 2009, WHO guidelines on hand hygiene in health care, First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safe Care.

Suliha., Herawani., et.al. (2002). Pendidikan Kesehatan, EGC, Jakarta Arini, Meta. (2016). Health belief model terhadap kepatuhan hand hygiene di bangsal berisiko tinggi healthcare acquired infections (hais) (studi kasus pada rs x) : Jurnal Medicoeticoilegal dan Manajemen Rumah Sakit, Vol. 5 No. 2 Juli 2016

Azim dan McLaws, 2014. Doctor, do you have a moment? National Hand Hygiene Initiative compliance in Australian hospitals: School of Public


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SIMULASI HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN HAND HYGIENE PETUGAS NON MEDIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

0 3 26

PENGARUH EDUKASI MELALUI MEDIA SLIDE TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

0 2 97

PENGARUH PERAN PASIEN TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

13 196 113

Hubungan Kepatuhan Hand Hygiene Tenaga Kesehatan dan Kejadian Sepsis Neonatorum di HCU Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 3 9

KEPATUHAN PELAKSANAAN KEGIATAN HAND HYGIENE PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA COMPLIANCE IMPLEMENTATION HAND HYGIENE TO HEALTH CARE WORKERS IN X HOSPITAL SURABAYA Dwi Bagus Susilo

0 1 5

Pengaruh Faktor Individu, Organisasi dan Perilaku terhadap Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

1 1 9

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DIET

0 0 12

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN HAND HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD WONOSARI NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN HAND HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD WONOSARI - DIGILIB UNISAYOGYA

0 3 14

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN PROSEDUR 6 LANGKAH HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN DI ICU RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN PROSEDUR 6 LANGKAH HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN DI ICU RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 11