ANALISIS FLUKTUASI HUJAN DAN MORFOLOGI SUNGAI TERHADAP KONSENTRASI BANJIR DAERAH SURAKARTA

ANALISIS FLUKTUASI HUJAN DAN MORFOLOGI SUNGAI
TE RHADAP KONSE NTRASI BANJIR DAE RAH SURAKARTA

Analysis of Rain Fluctuation and River Morphology to Flood
Concentration of Surakarta
Alif Noor Anna, Suharjo, dan Munawar Cholil
Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
E -mail: a.nooranna@ gmail.com

ABST RACT
This research aims to analyse rain fluctuation and river morphology to flood concentration in Bengawan
Solo River, Surak arta. The method of this research is field survey supported by secondary data analysis.
The survey was conducted using GPS (Global Positioning System). The result indicates that high intensity rainfall in the research area happened during October till A pril. River flow in dry season generally
decreased in accordance with the distribution of low rainfall (dry month). Whereas, river flow rates seen
to increase along with the rainfall that occurs in the rainy season. Other result show that point 11-18
(location in Tanjung village district of Suk oharjo till Semanggi village district of Pasar Kliwon) very
superficial which became impact of the river. The point represent floods concentration, therefore if there is
rain with high quantity, the water will rise and overflow to surface, especially point 11, 13, and 16
(Tanjung, Kedunggudel, and Teluk an village district of Suk oharjo). The processes that occurred at these
sites are sedimentation, and lateral erosion (horizontal erosion).


Keywords: rain, river, morphology, and flood

ABSTRAK
Penelitian ini dilak uk an di Sungai Bengawan Solo yang berada di daerah Surak arta. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis fluk tuasi hujan dan morfologi sungai terhadap k onsentrasi banjir di
Surak arta. Metode yang digunak an adalah survei dengan diduk ung analisis data sek under. Survei
dilak uk an dengan menggunak an GPS (Global Positioning System). Hasil penelitian ini menunjuk k an
bahwa curah hujan yang jatuh di daerah penelitian umumnya pada bulan basah yang terjadi antara
Bulan Ok tober hingga A pril (musim penghujan). Debit aliran sungai pada musim k emarau umumnya
menurun sesuai dengan distribusi curah hujan yang rendah (bulan k ering). Sebalik nya, debit aliran
sungai terlihat meningk at seiring dengan curah hujan yang terjadi pada musim penghujan, yang sek aligus
merupak an bulan-bulan basah. Titik 11-18 (berlok asi di Desa Tanjung Kec. Suk oharjo Kab. Suk oharjo
hingga Desa Semanggi Kec. Pasar Kliwon Kota Surak arta) merupak an titik k onsentrasi banjir, terutama
pada tiga titik yaitu titik 11, 13, dan 16 (berlok asi di Desa Tanjung, Desa Kedunggudel, dan Desa
Teluk an Kec. Suk oharjo) yang sangat mengk hawatirk an. Ketiga titik tersebut nampak sangatlah dangk al
bila dibandingk an titik -titik lainnya ak ibat sedimentasi dan erosi pada alur sungai sehingga rawan
terjadi banjir.

Kata kunci: hujan, morfologi, sungai dan banjir


Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

41

PE NDAH ULUAN
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi
yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan
hujan es) atau aerosol (seperti embun dan
kabut). Hujan terbentuk apabila titik air
yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Air
hujan sebagian menguap melalui udara
kering dan lainnya jatuh ke permukaan
bumi. Air yang jatuh kemudian meresap
menjadi air tanah dan mengalir menjadi air
permukaan. Air permukaan inilah yang
nanti-nya kembali ke laut melalui sungai
dan anak sungai untuk mengulangi daur
ulang itu semula, yang dikenal dengan daur

hidrologi.
Tingginya curah hujan pada musim penghujan mengakibatkan naiknya kuantitas air
permukaan yang mengalir di sungai. Hal
ini semakin diperparah dengan menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan
air hujan yang jatuh sehingga menambah
kuantitas air permukaan, terlebih sistem
drainase yang diterapkan di tanah air kita,
umumnya masih berupa sistem drainase
konvensional, yaitu pengatusan daerah
atau upaya membuang atau mengalirkan air
permukaan secepat-nya ke sungai terdekat.
Sistem ini berarti seluruh air hujan yang
jatuh di suatu wilayah harus secepatcepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya
mengalir ke laut yang artinya, air hanya
akan terbuang begitu saja ke laut ketika air
permukaan berlebih. Jika hal ini dilakukan
pada semua kawasan, akan memunculkan
berbagai masalah, baik di daerah hulu,
tengah, maupun hilir.
Pada dasarnya banjir disebabkan oleh

limpasan air pada alur sungai dengan aliran
di atas ambang normal, sehingga terjadi
luapan air dari saluran atau sungai. Ketika
hujan jatuh ke permukaan tanah (berupa
presipitasi), maka air hujan tersebut
sebagian akan mengalir ke tempat yang

42

lebih rendah dan masuk ke dalam saluran
atau sungai-sungai dalam bentuk aliran
permukaan (runoff). Sebagian hujan yang
lainnya meresap ke dalam tanah (sebagai
infiltrasi) dan yang lainnya menguap ke
udara sebagai evapotranspirasi.
D i antara unsur-unsur iklim, maka yang
paling kuat berpengaruh terhadap banjir
adalah unsur curah hujan. Perubahan iklim
yang terjadi akhir-akhir ini mengakibatkan
pola curah hujan berubah pula. Umumnya

pola curah hujan yang jatuh saat ini
mempunyai intensitas tinggi, tetapi dalam
jangka waktu yang pendek. Hal demikian,
mengakibatkan permukaan tanah cepat
mengalami penjenuhan, kemudian banyak
curah hujan yang menjadi aliran. Kondisi
seperti ini mengakibatkan saluran atau
sungai tidak dapat menampung lagi aliran
permukaannya. Curah hujan daerah
Surakarta cenderung meningkat pada bulan
November hingga Februari, seperti yang
tercantum pada Tabel 1. Pada bulan-bulan
tersebut intensitas hujan cenderung tinggi
dan permukaan tanah mengalami penjenuhan sehingga curah hujan menjadi
aliran permukaan.
Pada sisi lain, Sungai Bengawan Solo telah
dilakukan modifikasi aliran sungai. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah mengontrol sungai yang alirannya akan
menjadi “sederhana” (lurus). Sungai yang
diluruskan ini secara sepintas memang

menjadikan alirannya sederhana namun
kalau dilihat dari perilaku sungai dan
perilaku aliran air, maka kita tahu bahwa
yang lurus seperti ini belum tentu lebih
mudah dikontrol. Akan terjadi pengendapan- pengendapan pada bagian- bagian
tertentu dari sungai. Pendangkalan kanal
inilah yang mengurangi kemampuan kanal
dalam mengalirkan air besar dan terjadi
penambahan, ini berarti aliran permukaan
akan meningkat sedang infiltrasi akan
Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52

semakin sedikit yang dimungkinkan
berakibat terjadinya banjir.
Pada hakekatnya manusia tidak dapat lepas
dari kondisi alam sekitarnya dan akhirnya
manusia akan mengeksploitasi sumberdaya
alam. Hal ini terjadi dikarenakan pertumbuhan manusia lebih cepat daripada sumberdaya alam yang tersedia. Selain itu, saat ini
manusia cenderung mementingkan kebutuhan kehidupannya daripada memelihara alam sekitarnya. Akibatnya
keseimbangan alam menurun dan degradasi

lingkungan terjadi.
Salah satunya adalah degradasi alam akibat
banjir yang dapat dikatakan bahwa saat ini
menjadi bencana terbesar di Indonesia,
setelah longsor, gempa bumi, dan tsunami.
D i I ndonesia bencana banjir ini akan
terjadi saat musim hujan tiba, terutama
sangat terkait dengan hujan yang turun
dengan intensitas tinggi. Tingginya curah
hujan di Daerah Surakarta pada akhir tahun
2007, mengakibatkan banjir di sejumlah
wilayah di Daerah Surakarta (Ike Puspita,

2011). Runtutan kejadian banjir di Daerah
Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada
Tabel 2.
Banjir yang terjadi pada akhir tahun 2007
mer upakan akibat belum adanya
pengelolaan curah hujan, modifikasi aliran
sungai secara terpadu, serta aktivitas

manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Peningkatan kejadian banjir di daerah
Surakarta dapat pula diakibatkan oleh
berkurangnya lahan terbuka di wilayah
hulu akibat tekanan penduduk sehingga
daerah resapan berkurang (Anna, Kaeksi,
dan Astuti, 2010).

ME TODE PE NE LITIAN
Metode yang digunakan adalah survei dan
didukung dengan analisis data sekunder.
Survei dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi morfologi Sungai
Bengawan Solo dan letaknya sehingga dapat
digunakan sebagai data spasial. Penentuan
titik-titik hasil survei serta penentuan titik-

Tabel 1. Curah Hujan Daerah Surakarta Periode Mei 2004-April 2008 (mm)

Bulan

Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April

Klaten

Boyolali

117
18
66,67

7,5
48
106,75
474,67
228
255,5
246
262,25

182,33
39
59,33
43
67,33
157,75
483,5
375,33
337,67
393,33
197


Daerah
Baturetno
Pabelan
53,75
92,50
25
9
36
64,25
431,75
159,75
270,75
215
184,25

137,63
47,75
36,63
30,75
52,33
247,25
546,75
256,88
377,88
360
295,63

Tawangmangu
195,75
63,25
48,5
50
80,67
174
638,33
503,75
480,25
333,75
362

Sumber: Anna, 2009
Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

43

Tabel 2. Kejadian Banjir di Daerah Surakarta
No
1

Waktu
Kejadian
26
D esember
2 007

Penyebab

 Meluapnya Sungai
Bengawan Solo

 Meluapnya Sungai
Grompol (anak
Sungai Bengawan
Solo)

 Banjir Bandang

2

2 8 April
2 007

 Meluapnya Sungai
 Luapan anak-anak
Bengawan Solo

Sungai Bengawan
Solo

3

2 6 April
2 007

 Meluapnya Sungai
Bengawan Solo

 Hujan deras

sehingga Sungai
Mungkung di
Kec. Sidoharjo
meluap

4

5

15
F ebruari
2 007

10
F ebruari
2 007

 Meluapnya Sungai
Bengawan Solo

 Terjangan arus
banjir Sungai
Bengawan Solo

Lokasi B anjir dan Korban
Lalu lintas di Jalan raya Solo-Sragen terputus;
di kawasan Masaran, Sragen, air mencapai ketinggian
1,5 meter. Lokasi banjir di Sragen: Kec Masaran,
Sidoarjo, Pungkruk, Purwodadi, Mungkung, dan
Nglangon. Daerah paling parah yang dilanda banjir:
Semanggi, Kec. Pasar Kliwon (ketinggian air
mencapai 3 meter). Ratusan rumah terendam hingga
atap, sementara ribuan lainnya tergenang air dengan
kedalaman 50 hingga 100 cm. Dua jembatan di
Wonogiri ambrol, Rabu (26/12). Akibatnya jalur
yang menghubungkan Solo-Pacitan terputus.
Mengakibatkan dua jembatan rusak, masing-masing
jembatan di Dusun Tempurkali, Desa Bulurejo; dan
jembatan Ndremo di Desa G edongrejo, K ec
Giriwoyo Wonogiri. Meluapnya Kali Krisak di
wilayah Kecamatan Selogiri dan setidaknya ada lima
dusun yang tergenang dengan ketinggian luapan air
sekitar 5 0 cm hingga 1 m.
Di wilayah Sumber, Kadipiro, Sangkrah dan
Semanggi, ketinggian air mencapai 1 meter. D i
Kabupaten Sragen menyebabkan Sungai Mungkung
meluap, puluhan rumah terendam hingga satu meter.
Di Karanganyar, Setidaknya 20 kepala keluarga (KK)
tiga RT di Perumahan Bulan Tentram Desa
Jongkang, Tasikmadu
Daerah yang terendam K elurahan Sumber, Solo.
Sedikitnya 200 rumah warga terendam banjir
setinggi 1 meter dan banjir juga menewaskan 2
orang warga karena terseret arus air. Kawasan yang
dilanda banjir: Tirtoyoso Manahan, Solo. D itempat
ini banjir mencapai ketinggian 1 meter sehingga
merendam pemukiman penduduk. Hampir 70 %
jalan utama di Kota Solo tergenang air.
Jembatan Batuwarno di Kecamatan Batuwarno,
Kabupaten Wonogiri, dilaporkan ambrol, korban
bencana ada di wilayah Kecamatan Eromoko,
Wuryantoro, Wonogiri Kota, Selogiri, G iriwoyo, dan
Tirtomoyo

Sumber: Puspita, 2011

44

Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52

titik ketinggian tempat menggunakan GPS
(G obal Positioning System). Analisis data
sekunder yaitu penghitungan rerata curah
hujan tahun 2004-2008 serta perhitungan
debit air sungai, yaitu konversi dari data
tinggi muka air dengan rumus:





Q  1,71xBx H 3 / 2 ................................. (1)

Keterangan:
Q = Debit;
B = Groundsill Jurug (50m);
H = Tinggi Muka Air

HASIL DAN PE MBAHASAN
Data yang diperoleh dari stasiun pengukur
debit disajikan pada Tabel 3, sedangkan
rerata curah pada Tabel 4. D ata-data
tersebut juga direpresentasikan dalam
G ambar 1 (Rerata Curah Hujan Tahun
2004-2008) dan Gambar 2 (Grafik Debit
Sungai B engawan Solo). B erdasarkan
Gambar 2 diperoleh hasil bahwa air sungai
yang mengalir di Stasiun Jurug fluktuatif,
debit-debit tinggi umumnya terjadi di
sekitar Bulan Mei, serta Januari hingga
April, sedangkan debit rendah di Bulan Juni
hingga Desember. Alif Noor Anna (2009)
menyebutkan bahwa curah hujan yang
jatuh di daerah penelitian umumnya bulan
basah terjadi antara Bulan Oktober sampai
April (musim penghujan). D ebit aliran
sungai pada musim kemarau umumnya
menurun sesuai dengan distribusi curah
hujan yang rendah (bulan kering) pada
bulan yang bersangkutan. Sebaliknya, debit
aliran sungai terlihat meningkat seiring
dengan curah hujan yang terjadi pada
musim penghujan, yang sekaligus merupakan bulan-bulan basah. Dengan demikian,
didasarkan kedua gambar yakni gambar 1
dan 2. Dari gambar grafik ini terlihat bahwa
debit aliran sungai daerah penelitian
Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

mempunyai hubungan yang sesuai dengan
karakter perubahan curah hujannya selama
satu tahun (water year).

Morfologi
Air mengalir menuju ke tempat yang lebih
rendah. Demikian halnya dengan aliran air
sungai. Ketinggian air sungai berdasarkan
cek lapangan tahun 2010 menunjukkan
arah kemiringan menuju ke Utara, yang
terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa ketinggian
air Sungai Bengawan Solo mengarah ke
Utara, namun pada titik tertentu terlihat
adanya tempat yang menanjak atau tempat
yang lebih tinggi dari sebelumnya yang
seharusnya lebih rendah. Hal ini yang
mengakibatkan kemiringannya menjadi
naik.
Dampak positif adanya kemiringan yang
naik ini tentunya akan dapat menahan laju
aliran air sungai, sehingga alirannya
menjadi tidak terlalu deras. Dampak negatifnya salah satunya tentu akan mengakibatkan badan sungai menjadi melebar
untuk menampung kuantitas air yang
mengalir. Adapun kemiringan pada tiaptiap titik Sungai B engawan Solo dapat
dilihat pada Tabel 6.
Sungai B engawan Solo yang melintasi
daerah penelitian tidak sepenuhnya
merupakan sungai alami. Pada titik tertentu
telah mengalami pelurusan sungai sehingga
alur sungai menjadi lebih sederhana.
Penyederhanaan alur sungai tersebut
membawa dampak langsung, yakni arus
aliran sungai menjadi lebih cepat dari
sebelumnya.
Perubahan kecepatan arus Sungai
B engawan Solo menjadi perhatian
tersendiri pada daerah penelitian. Daerah
ini merupakan daerah depresi sehingga
daerah penelitian letaknya lebih rendah

45

46

Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52

Sumber: Stasiun Pengukuran Debit Jurug

Tabel 3. Debit Sungai Bengawan Solo
(Pengukuran di Stasiun Pengamatan Jurug dalam Satuan (m3/detik))

Tabel 4. Rerata Curah Hujan Tahun 2004-2008 dalam Satuan (mm)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
11
12

Bulan
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb er
Oktober
Nopember
Desember
Januari
Februari
Maret
April

Rerata
137,29
52,10
47,23
0,00
28,05
56,87
150,00
515,00
304,74
344,41
309,62
260,23

Sumber: analisis data

Sumber: analisis data
Gambar 1. Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Periode Mei 2004-April 2008

Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

47

9
Se
p09
O
kt
-0
9
N
ov
-0
9
D
es
-0
9
Ja
n10
Fe
b10
M
ar
-1
0
Ap
r-1
0

9

st
-0

Ag
u

Ju
l- 0

Ju
n

ei
-0
M

-0
9

Debit

9

Rerata Debit

600,0 0
500,0 0
400,0 0
300,0 0
200,0 0
100,0 0
0,0 0

Bulan

Sumber: analisis data
Gambar 2. Grafik Rerata Debit Sungai Bengawan Solo (Pengukuran di Jurug) dalam
satuan (m3/detik)

Tabel 5. Ketinggian Permukaan Sungai Bengawan Solo
Ketinggian Air
Titik
( mdpal)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

118
118
118
118
117
109
107
106
106
105
114
108
103
105
103
103
95
94
96
83
85

Ketinggian
P ermukaan
(mdpal)
128
128
128
125
124
116
116
116
116
115
116
121
108
110
114
106
102
100
107
105
108

Lokasi
(Desa/ Kec ./ Kab.-Kota)
G upit/Nguter/Sukoharjo
G unungan/Nguter/Sukoharjo
Nguter/Nguter/Sukoharjo
Nguter/Nguter/Sukoharjo
B aran/Nguter/Sukoharjo
Pojoklor/Nguter/Sukoharjo
Pojoklor/Nguter/Sukoharjo
Jarak/Nguter/Sukoharjo
Jarak/Sukoharjo/Sukoharjo
Jarak/Sukoharjo/Sukoharjo
T anjung/Sukoharjo/Sukoharjo
B anmati/Sukoharjo/Sukoharjo
K edunggudel/ Sukoharjo/Sukoharjo
T ambakboyo/Tawangsari/Sukoharjo
Sidowarno/Sukoharjo/Sukoharjo
T elukan/Sukoharjo/Suko harjo
Langenharjo/Grogo l/Sukoharjo
Semanggi/Pasarkliwon/Surakarta
Pucangsawit/Pasarkliwon/Surakarta
K entingan/Jebres/Surakarta
Plesungan/Mojosongo/Surakarta

Sumber: analisis data lapangan, 2010

48

Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52

dari daerah sekitarnya. Daerah ini diapit 4
titik yang lebih tinggi, yakni Pegunungan
Baturagung di sebelah Selatan, Pegunungan
B ayat di sebelah B arat, Pegunungan
Kendeng di sebelah Utara, dan Gunungapi
Lawu di sebelah Timur. Air dari keempat
lokasi tersebut mengarah ke daerah ini
sedangkan untuk membuang aliran air
tersebut hanya terdapat satu sungai besar
yakni Sungai Bengawan Solo. Kondisi ini
ditambah dengan kondisi tanggul sungai
yang mengkhawatirkan dan pendangkalan,
membuat Sungai Bengawan Solo menjadi
sungai yang perlu mendapat perhatian.
Berikut merupakan perbandingan antara
ketinggian air sungai dan ketinggian tanah
di permukaan (dalam mdpal).
Gambar 3 menggambarkan bahwa terjadi

pendangkalan dan erosi di titik tertentu.
Perhatikan titik 11-18 (berlokasi di Desa
Tanjung K ec. Sukoharjo hingga D esa
Semanggi K ec. Pasar K liwon), bila
dibandingkan dengan titik 1-10 (berlokasi
di Desa Gupit Kec. Nguter hingga Desa
Jarak Kec. Sukoharjo) yang stabil. Titik 1118 merupakan titik konsentrasi banjir yang
menjadi imbas dari pelurusan sungai
sehingga alirannya semakin deras. Pada
beberapa titik nampak sangat berdekatan
jarak antara ketinggian air dan permukaan
tanah, artinya ketinggian air mendekati
ketinggian permukaan. D itinjau dari
elevasi permukaan air sungai, titik 11-18
terlihat menurun, yaitu antara 114-94
mdpal. Namun, di D esa Tambakboyo
K ec amatan T awangsari K abupaten

Tabel 6. Kemiringan Sungai Bengawan Solo
Titik

Jarak (m)

Kemiringan ( o)

Keterangan

1– 2
2– 3
3– 4
4– 5
5– 6
6– 7
7– 8
8– 9
9 – 10
10 – 11
11 – 12
12 – 13
13 – 14
14 – 15
15 – 16
16 – 17
17 – 18
18 – 19
19 – 20
20 – 21

1367,8
440,7
1199,7
1029,3
576,9
503,2
3223,7
218,9
727,1
1858,8
598,2
1000,9
4263,7
3014,3
4345,4
1650,6
3603,9
2574,1
969,7
2612,1

90°
90°
90°
89,94°
89,21°
89,77°
89,98°
90°
89,92°
90,28°
89,43°
89,71°
90,27°
89,96°
90°
89,72°
89,98°
90,04°
89,23°
90,04°

Datar
Datar
Datar
T urun
T urun
T urun
T urun
Datar
T urun
Naik
T urun
T urun
Naik
T urun
Datar
T urun
T urun
Naik
T urun
Naik

Sumber: analisis data lapangan, 2010
Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

49

Sukoharjo mengalami elevasi naik, yaitu
dari 103 mdpal ke 105 mdpal. Proses yang
bekerja pada titik-titik tersebut antara lain
sedimentasi, erosi lateral (erosi horisontal),
dan pelurusan sungai. Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan jika terjadi hujan dengan
kuantitas yang besar yang nantinya air akan
naik dan meluap ke permukaan.
Selain itu, pelurusan air juga akan menggerus tanggul atau tanah di sekitarnya
sehingga akan mengganggu kestabilan
tanah/tanggul. Pada formasi tanah yang
labil tentunya akan sangat membahayakan
bagi kelangsungan tanggul sungai. Dalam
G ambar 3 dan 4, nampak telah ada
penggerusan tanggul sungai pada titik-titik
meander tertentu. Pada titik 11, 13, dan
16 (berlokasi di D esa Tanjung, D esa
K edunggudel, dan D esa Telukan K ec.
Sukoharjo) nampak sekali bahwa sungai
tersebut sangatlah dangkal bila dibandingkan titik-titik lainnya. Titik-titik tersebut
merupakan titik awal pelurusan sungai,
artinya telah ada modifikasi dari manusia
untuk penyederhanaan aliran. Titik-titik

tersebut juga merupakan titik kelokan/
meander sungai yang berarti bahwa pada
titik ini terdapat tekanan lebih dari aliran
air sungai.

KE SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa curah hujan yang jatuh di daerah
penelitian umumnya pada bulan basah yang
terjadi antara Bulan Oktober hingga April
(musim penghujan). D ebit aliran sungai
pada musim kemarau umumnya menurun
sesuai dengan distribusi curah hujan yang
rendah (bulan kering). Sebaliknya, debit
aliran sungai terlihat meningkat seiring
dengan curah hujan yang terjadi pada
musim penghujan, yang sekaligus
merupakan bulan-bulan basah. Debit aliran
sungai daerah penelitian mempunyai
hubungan yang sesuai dengan karakter
perubahan curah hujannya.
D itinjau dari morfologi sungai, D esa
Tanjung Kec. Sukoharjo K ab. Sukoharjo

Sumber: analisis data
Gambar 3. Perbedaan Tinggi Air Sungai dan Permukaan Tanah dalam mdpal

50

Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52

hingga Desa Semanggi Kec. Pasar Kliwon
K ota Surakarta merupakan titik
konsentrasi banjir. E levasi titik konsentrasi
banjir tersebut yaitu antara 114 hingga 94
mdpal. Namun, di D esa Tambakboyo
K ec amatan T awangsari K abupaten
Sukoharjo mengalami elevasi naik, yaitu
dari 103 mdpal ke 105 mdpal. Titik yang
sangat mengkhawatirkan yaitu D esa
Tanjung, D esa Kedunggudel, dan D esa
Telukan K ec. Sukoharjo yang sangat
dangkal. Adapun proses yang terjadi pada
lokasi tersebut yaitu sedimentasi, erosi lateral (erosi horisontal), dan pelurusan
sungai. Kondisi tersebut mengkhawatirkan
jika terjadi hujan dengan kuantitas yang
besar yang nantinya air akan naik dan
meluap ke permukaan atau terjadi banjir.
Rekomendasi penelitian ini yaitu: a) penataan kembali tentang tata ruang daerah hulu
Sungai Bengawan Solo untuk mencegah

terjadinya erosi sehingga pendangkalan
waduk ataupun sungai dapat dihindari dan
b) perlu adanya penambahan tanggul
buatan pada titik-titik yang rawan luapan
air sungai.

UCAPAN TE RIMA KASIH
Penelitian ini dapat terlaksana dengan
lancar, karena bantuan dan kerjasama
berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan terimakasih kepada D P3M
Ditjen DIKTI sebagai penyedia dana, Drs.
Suharjo, MS, dan D rs. Munawar Cholil,
M.Si, tim peneliti (Huda, Yusuf, Sutrisno,
dan Al Hidayah) yang telah memberi
kesempatan tenaga dan waktu untuk
mempertajam kemampuan akademis
penulis. Semoga amal ibadah Bapak/Ibu/
Sdr dibalas oleh Allah SWT. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Anna, A.N. et al. (2006). A nalisis Karak teristik Parameter hidrologi A k ibat A lih Fungsi lahan Di
Daerah Suk oharjo Melalui Citra L andsat Tahun 1997 dengan Tahun 2002. Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Anna, A.N, Suharjo, dan Cholil, M. (2009). Model Pengelolaan A ir Permuk aan untuk Pencegahan
Banjir di Surak arta dan Suk oharjo, Jawa Tengah. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.
Anna, A.N., Kaeksi, R.W., dan Astuti, W.A. (2010). Analisis K arakteristik Parameter
Hidrologi Akibat Alih Fungsi Lahan di Daerah Sukoharjo Melalui Citra Landstat Tahun
1997 dengan Tahun 2002. Forum Geografi. Vol. 24, No. 1, Pp 57 - 72.
E ngelen, G.B; F. Klosterman (1996). Hydrological System A nalysis Method and A pplications.
Kluwer Academic Publisher. London.
Puspita, I. (2011). Banjir BandangMenyapa Solo. Publikasi internet http://ikepuspita.multiply.com/
journal/item/17/BANJIR_BANDANG_ME NYAPA_SOLO
Aqil, M., Atsshi, Y., dan Prabowo, A. (2006). Model Pengelolaan Sumberdaya A ir di Jepang.
Publikasi internet http://io.ppi-jepang.org/article.php?id= 89.

Analisis Fluktuasi Hujan ... (Anna, dkk)

51

K odoatie, R. dan Sugiyanto (2002). Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya
dalam Perspek tif L ingk ungan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Soenarno (2005). Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Privatisasi atas Air. Makalah.
Proseding Seminar Nasional. Fak. Geografi UMS
Suripin (2004). Sistem Drainase Perk otaan yang Berk elanjutan. Andi. Yogyakarta.
Tjasyono, B. (1999). Klimatologi Umum. ITB. Bandung.
Gunawan, T. (2003). Pemanfaatan Tek nik Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan E valuasi
Pengelolaan Daerah A liran Sungai Solo. Forum Geografi .Vol. 17 No. 2, Desember 2003.
Verstappen, H.T h. (1983). A pplied G eomorphology. G eomorphological Surveys for
E nvironmental Development New York, E l sevier.

52

Forum Geografi, Vol. 25, No. 1, Juli 2011: 41 - 52