(Keynote Speaker) Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai
PU.02
KOMUNIKASI SEKSUALITAS ORANG TUA-ANAK BERBASIS NILAI
Sri Lestari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email:[email protected]
Abstraksi.Perilaku seksual remaja telah mengundang keprihatinan dari para pendidik dan
orang tua.Tekanan teman sebaya dan media ditengarai memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku seksual remaja.Pendidikan seksualitas, terutama oleh orang tua, dianggap
sebagai jalan keluar untuk mengendalikan dan memberi arah yang benar terhadap perilaku
seksual remaja.Sayangnya orang tua pada umumnya belum menjalankan peran yang baik
dalam hal ini.Sebenarnya orang tua tidak harus memberikan pendidikan seksualitas pada
anak secara terstruktur layaknya di sekolah.Orang tua hanya perlu menjadikan topik
seksualitas menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari di dalam keluarga.Tulisan ini
membahas urgensi komunikasi seksualitas orang tua – anak, bagaimana melakukannya, dan
konsep-konsep penting terkait nilai-nilai seksualitas.
Kata kunci: remaja, komunikasi seksualitas, nilai-nilai
Fenomena yang terjadi di masyarakat
Tasikmalaya menunjukkan bahwa aktivitas
menunjukkan bahwa perilaku remaja dalam
remaja dalam berpacaran sangat bervariasi,
berpacaran semakin memprihatinkan banyak
mulai dari bersentuhan, berciuman, petting,
pihak. Bila jaman tahun 1970-an dulu
dan berhubungan kelamin. Alasan remaja
perilaku seksual yang terekspos di ranah
melakukan
publik adalah bergandengan tangan atau
berpacaran pada umumnya adalah sebagai
merangkul pundak. Namun kini perilaku
ungkapan rasa cinta. Sementara hasil survei
seperti itu tidak lagi dianggap sebagai
PKBI lainnya (Sugiarto, 2006) menemukan
pacaran tetapi pertemanan biasa. Dalam
bahwa pelaku hubungan seks pranikah telah
sebuah wawancara dengan remaja putra
merambah remaja di bawah usia 18 tahun.
hubungan
seksual
dalam
terungkap bahwa yang namanya pacaran itu
Dampak yang timbul dari maraknya
paling tidak sudah sampai pada tahap
perilaku seks pranikah pada remaja adalah
berciuman. Bahkan beberapa hasil survei
terjadi peningkatan jumlah kasus kehamilan
mengungkapkan
data
lebih
tidak dikehendaki (KTD) . Namun untuk
mengkhawatirkan.
Seperti
yang
menemukan data secara statistik mengenai
yang
survei
dilakukan PKBI (2001) terhadap 2479
jumlah kasus KTD
remaja
masyarakat masih sulit. Mengingat tidak
di
Palembang,
lima
kota
Singkawang,
yaitu
Kupang,
Cirebon,
dan
yang terjadi di
semua kasus KTD dilaporkan pada pihak
7
8 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
berwenang. Langkah yang masih sering
Ada
beberapa
hal
yang
diduga
ditempuh oleh keluarga yang mengalami
berpengaruh terhadap peningkatan perilaku
kasus KTD adalah segera menikahkan
seksual pada masa remaja, yakni: (1) Usia
remaja yang hamil
tersebut. Bila dulu
pubertas yang makin muda. Seiring dengan
pernikahan dalam kondisi sudah hamil
perbaikan gizi dan asupan nutrisinya, usia
dipandang
anak mengalami haid pertama kali semakin
sebagai
peristiwa
yang
menimbulkan aib bagi keluarga, maka
muda usianya.
sekarang kondisi tersebut sudah dipandang
bermuatan perilaku seksual makin tinggi.
sebagai kewajaran. Tak jarang pernikahan
Dalam tayangan televisi misalnya terdapat
dengan kasus KTD pun dirayakan secara
adegan-adegan perilaku remaja berpacaran,
besar-besaran dengan pesta yang meriah.
juga
Konsekuensi
percintaan
yang
digambarkan dengan perilaku berangkulan,
adalah
berpelukan, bahkan berciuman. (3) Akses
menjadi orang tua di usia muda. Pada tahap
media pornografi makin mudah dilakukan.
ini para remaja
Bukan
pada
masa
timbul
kisah-kisah
pasca
pernikahan
yang
(2) Paparan media yang
remaja
pada umumnya belum
rahasia
lagi
bila
ada
tempat
memahami bahwa berkeluarga berarti berani
persewaan CD film juga menyewakan CD
memikul
besar.
film-film porno yang bisa disewa dengan
Berkeluarga tidak hanya berisi kesenangan
mudah oleh remaja. (4) Tekanan teman
sebagaimana
bayangkan
sebaya makin kuat. Di kalangan sebagian
selama berpacaran. Ada kewajiban mencari
remaja ada anggapan bahwa remaja yang
nafkah
tidak
tanggungjawab
yang
untuk
yang
mereka
memenuhi
kebutuhan
mempunya
pacar
dipandang
keluarga, mengelola keuangan keluarga,
ketinggalan jaman dan tidak gaul. Kondisi
mengasuh
dan
tersebut membuat remaja yang belum
sebagainya. Ketidaksiapan dalam memikul
mempunyai pacar menjadi ingin mempunyai
tanggungjawab tersebut dapat menimbulkan
pacar seperti teman-teman lainnya. (5) Peran
problem-problem
dalam
orang tua dalam membekali informasi
jarang
seksualitas pada anak kurang memadai. Dari
tersebut
penelitian Anganthi dan Lestari (2007) dan
berlanjut pada konflik antar pasangan.
Lestari (2010) terungkap bahwa komunikasi
Bahkan
janji
seksualitas yang terjalin antara orang tua
pernikahan dengan sebuah perceraian. Oleh
dengan anak masih rendah. Bahkan masih
karena itu tidak mengherankan bila angka
ditemukan orang tua yang merasa tidak
perceraian di usia muda pun disinyalir
perlu membekali anak dengan pengetahuan
menunjukkan tren peningkatan.
seksualitas karena memandang anak akan
kehidupan
dan
mendidik
psikososial
berpasangan.
problem-problem
ada
anak,
Tak
psikososial
yang
mengakhiri
tahu sendiri bila sudah besar.
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 9
Lestari, S. [hal.7-20]
Peran
orang
tua
sebagai
pendidik
(14,2%), buku (6,9%), internet (6,5%), guru
dan media (3,4%), kakak (2,7%), dan ahli
seksualitas
Terkait dengan peran orang tua dalam
komunikasi
seksualitas
anak,
urutan pertama sumber informasi tentang
penelitian Lestari dan Hertinjung (2007)
seks juga teman, namun urutan berikutnya
mengungkapkan bahwa sikap ibu dalam
yang menonjol adalah internet. Urutan
komunikasi seksualitas dengan anak dapat
berikutnya adalah guru (8,6%), media dan
dikategorikan menjadi: (1) memberikan
buku
penjelasan, (2) bingung dalam menjawab
(1,9%), ahli (1,5%) dan kakak (0.7%).
pertanyaan anak, (3) melarang anak untuk
Pemilihan
bertanya,
dan
informasi seks pada remaja perempuan
menganggap anak akan tahu sendiri, dan (5)
relatif kecil, namun bila dibandingkan
mengalihkan topik pembicaraan. Bila dilihat
dengan pemilihan remaja laki-laki, remaja
dari proporsinya masih lebih banyak ibu
perempuan masih memiliki motivasi yang
yang tidak memberikan penjelasan terhadap
lebih besar daripada remaja laki-laki untuk
pertanyaan
mencari
(4)
dengan
(2,3%). Pada remaja laki-laki pilihan untuk
menunda
tentang
jawaban
seksualitas
yang
diajukan oleh anak daripada yang bersedia
(masing-masing
orangtua
informasi
3,3%),
orangtua
sebagai
tentang
sumber
seks
dari
orangtua.
memberikan penjelasan. Kondisi tersebut
Selain dari sisi anak, hambatan dalam
dapat menjadi pendorong bagi anak untuk
komunikasi seksualitas juga dapat berasal
mencari tahu sendiri dari sumber-sumber
dari sisi orang tua. Seperti terungkap dalam
lain
penelitian Kim dan Ward (2007), orangtua
yang
memungkinkan
untuk
mengaksesnya.
Studi
dari
ekplorasi
yang
dilakukan
keluarga
Asia
Amerika
memilih
mengomunikasikan nilai-nilai seksualitas
dan
Restu
(2011)
pada anak secara implisit dan nonverbal.
bahwa
teman
sebaya
Dengan cara seperti itu, remaja hanya
menjadi sumber informasi yang paling
sedikit berkomunikasi dengan orangtua
banyak dipilih oleh remaja laki-laki maupun
tentang seksualitas. Hal tersebut dapat
remaja perempuan. Bila dicermati lebih
mengakibatkan remaja salah memahami
lanjut terdapat perbedaan antara remaja laki-
sikap
laki dan perempuan dalam memilih sumber
(Jaccard, Dittus, & Gordon, 1998). Padahal
informasi tentang seks. Remaja perempuan
orangtua masih menjadi variabel penting
memilih teman (41,6%) sebagai sumber
dalam pengambilan keputusan pada remaja
pertama, berikutnya adalah orangtua
terkait perilaku seksualnya (Fantasia, 2008).
Lestari,
Suparno,
mengungkapkan
orangtua
terhadap
seksualitas
10 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Pemahaman
remaja tentang dimensi
leksikal dari kata seks sebagai jenis kelamin
dengan beragam arti dalam pandangan
seksualitas
Topik seksualitas merupakan topik
remaja menunjukkan bahwa remaja belum
yang menjadi pembicaraan remaja dengan
dapat membedakan istilah seks dengan
teman-teman
Pemahaman
istilah-istilah lain yang dianggap remaja
remaja tentang seks tidak terlepas dari
sama artinya padahal sebenarnya memiliki
pengaruh pergaulan teman sebaya dan
arti yang berbeda seperti hubungan seksual
pengaruh
dan
sebayanya.
media
massa.
Survei
yang
reproduksi.
Kondisi
tersebut
dilakukan Lestari, Suparno, dan Restu
mengindikasikan
(2011) mengungkap arti kata seks menurut
memiliki
remaja (Tabel 1). Dari survei tersebut
komprehensif
diketahui bahwa sebagian besar remaja
yang kurang tepat tersebut diduga terkait
mengartikan kata seks sebagai hubungan
dengan keakuratan informasi yang diperoleh
seksual,dan
oleh remaja manakala mencari tahu tentang
bukan
jenis
kelamin
sebagaimana arti bahasa yang sebenarnya.
bahwa
informasi
tentang
remaja
yang
tepat
belum
dan
seks.Pemahaman
informasi seks yang dibutuhkannya.
Perbedaan yang muncul antara makna
Tabel 1. Pemahaman remaja tentang seks
Kategori tema
Hubungan seksual
Relasi dengan lawan jenis
Pembeda jenis
Erotisme
Perbuatan terlarang
Reproduksi
Hasrat
Tidak tahu
Tidak menjawab
Lainnya
Total
Dikutip dari Lestari, Suparno, & Restu, 2011.
Mengapa
komunikasi
seksualitas
Jumlah
322
82
25
13
8
6
6
46
15
7
530
Persentase
60,75
15,47
4,72
2,45
1,51
1,13
1,13
8,68
2,83
1,32
100,00
perkembangan kepribadian anak-anak dan
remaja.Tak terkecuali dalam pembentukan
penting?
tekanan
sikap dan perilaku seksual. Secara rata-rata,
media
anak terkena 9000 paparan adegan seksual
memiliki pengaruh yang besar terhadap
dalam setahun (Kotb, Heba.G., www2.hu-
Pada
kelompok
masa
sebaya
sekarang
dan
paparan
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 11
Lestari, S. [hal.7-20]
berlin.de). Di sisi lain, anak secara alamiah
sikap dan nilai-nilai moral yang terkandung
memiliki rasa ingin tahu terhadap masalah
di dalam seksualitas pada anak (Allgeier
seksualitas. Minat pada seks ini berkembang
&Allgeier, 1991).Isu tentang nilai dalam
sepanjang masa kanak-kanak dan mencapai
seksualitas
puncaknya pada masa puber (Hurlock,
seksualitas
1990).Bahkan menurut Calderone (Kimmel
pembuatan keputusan (Dale, 2005). Proses
& Weiner, 1995), berbagai riset menemukan
decision making tidak akan berjalan jika
bahwa anak-anak sudah memiliki perasaan,
tanpa rujukan tentang ‘apa yang baik’ dan
pikiran dan pengalaman seksual.Namun,
‘apa yang tidak baik’. Karena itu pendidikan
perilaku seksual pada masa kanak-kanak
seksualitas yang dilakukan oleh orang tua
sebagaimana
merupakan model pendidikan seksualitas
merupakan
aktivitas
yang
lainnya
manifestasi
dari
aktivitas
bermain (Katchadourian, 1989).
yang
merupakan
sering
prioritas
karena
berkenaan
berbasis
nilai
dengan
(value-based
model).Dalam model ini diajukan suatu nilai
Dengan memperhatikan keberadaan
yang
spesifik,
kepada
anak
diberikan
minat pada seks dalam diri anak dan
pernyataan-pernyataan
mengingat pentingnya tahap perkembangan
keyakinan,
pada
dipertimbangkan sebagai yang terbaik (Rate,
masa
baligh,
maka
pendidikan
dan
seksualitas penting diberikan pada anak
2005).Misalnya
sejak
marriage,
dini.
Dengan
kenyataan
bahwa
tentang
suatu
nilai
abstinence
larangan
tertentu
only
berzina,
until
manusia
keluarga merupakan tempat pertama dan
diciptakan berpasangan, orientasi seksual
utama
yang normal adalah heteroseksual.
bagi
anak
menjalani
proses
sosialisasi, orang tua merupakan pihak yang
Menurut kesepakatan International
paling diharapkan terlibat dalam pendidikan
Conference of Sex Education and Family
seksualitas dini pada anak. Pendidikan
Planning
seksualitas yang dilakukan oleh orang tua
pendidikan
ini lebih menjamin proses kesinambungan,
menghasilkan
berbeda dengan informasi seksualitas yang
yang dapat menjalankan kehidupan yang
diperoleh anak dari luar yang seringkali
bahagia karena dapat menyesuaikan diri
tidak
dipertanggungjawabkan
dengan masyarakat dan lingkungannya serta
kebenarannya dan mungkin anak hanya
bertanggungjawab terhadap dirinya dan
memperoleh informasi secara parsial.
orang-orang lain (Miqdad, 2001). Adapun
dapat
Lebih
penting
1962,
secara
seksualitas
manusia-manusia
umum
bertujuan
dewasa
pendidikan
menurut Ustadz Al Ghawshi (Madani, 2004)
seksualitas yang diberikan orang tua tidak
tujuan dari pendidikan seksualitas adalah
hanya
tentang
memberikan pengetahuan yang tepat kepada
seksualitas tetapi juga tersampaikannya
anak agar dapat beradaptasi secara baik
mencakup
lagi,
tahun
fakta-fakta
12 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
dengan perilaku-perilaku seksual pada saat
hubungan kekeluargaan dan lawan jenis,
yang akan datang dengan maksud dapat
serta memahami kewajiban dan tanggung
mendorong anak agar dapat melakukan
jawab terhadap keluarga dan orang lain.
suatu kecenderungan yang logis dan benar
dalam
masalah-masalah
seksual
dan
Kaum muda harus dibantu dalam
mengembangkan ketrampilan interpersonal,
reproduksi. Dengan demikian kebahagiaan
yang
meliputi
komunikasi,
hidup, pengetahuan dan kebenaran perilaku
keputusan,
seksual merupakan prinsip penting dalam
menolak
tujuan pendidikan seksualitas.
kemampuan membangun hubungan yang
asertivitas,
ajakan
pembuatan
dan
teman
ketrampilan
sebaya,
serta
kerangka
saling menghargai.Pendidikan seksualitas
penyusunan pendidikan seksualitas yang
juga harus menyiapkan kaum muda untuk
komprehensif
for
memahami seksualitas masa dewasa secara
Education,
efektif dan kreatif.Termasuk dalam hal ini
Sementara
itu
dalam
Comprehensive
SIECUS
sebagai
Guidelines
Sexuality
(Sexuality
Information
and
adalah
membantu
kaum
Education Council of the United States )
mengembangkan
diungkapkan empat tujuan dari pendidikan
mendukung hubungan tanpa paksaan, serta
seksualitas, yaitu: 1) informasi, 2) sikap,
hubungan intim dan seksual yang saling
nilai dan wawasan, 3) relationshipatau
menyenangkan dengan pasangan yang sah.
ketrampilan interpersonal, dan 4) tanggung
jawab.
Informasi
berkenaan
kemampuan
muda
merawat,
Pendidikan seksualitas juga bertujuan
dengan
melatih kaum muda bertanggung jawab
seksualitas manusia yang komprehensif,
dalam relasi seksual, mencakup berpantang,
yang
bertahan terhadap tekanan untuk terlibat
mencakup:
perkembangan,
pertumbuhan
reproduksi
dan
manusia,
dalam hubungan seksual,
dan tentang
anatomi, fisiologi, masturbasi, kehidupan
penggunaan kontrasepsi.Pendidikan seksual
berkeluarga,
kelahiran,
harus merupakan komponen utama dalam
keorangtuaan (parenthood), respons-respons
program yang dirancang untuk mengurangi
seksual,
prevalensi problem kesehatan seksual yang
kehamilan,
orientasi
seksual,
kontrasepsi,
aborsi, sexual abuse, HIV/AIDS, dan PMS.
Pemaparan nilai-nilai dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan bagi kaum
meliputi
kehamilan
remaja,
penyakit
menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan
sexual abuse.
muda bertanya, mencari tahu, dan menakar
Athar
sikap seksualnya dalam rangka memahami
menyatakan
nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat,
seksualitas
meningkatkan
(self-esteem),
diajarkan tentang anatomi dan fisiologi
mengenai
harus terlebih dahulu ditanamkan keyakinan
harga
mengembangkan
diri
wawasan
(www.islamfortoday.com)
bahwa
sejak
dalam
dini,
pendidikan
sebelum
anak
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 13
Lestari, S. [hal.7-20]
kepada Allah SWT (tauhid).Selain itu
Salah
penyampaian kepada anak laki-laki dan
mengembangkan
perempuan harus dilakukan secara terpisah,
adalah persepsi tabu terhadap topik seks.
serta penyampaian informasi seksualitas
Sayangnya
harus sesuai dengan kepentingan. Dalam
malah
arti, bila anak usia 5 tahun bertanya tentang
sensualitas seks di ranah publik, misalnya
bagaimana bayi bisa berada dalam perut ibu,
melalui media. Cara-cara mengeksploitasi
tidak harus dijelaskan tentang keseluruhan
sensualitas seks melalui media ditengarai
aktivitas intercourse. Demikian juga pada
justru
anak usia 14 tahun tidak perlu disampaikan
eksperimentasi seksual di kalangan remaja.
satu
hambatan
terbesar
komunikasi
upaya
seksualitas
menyingkirkan
diwujudkan
dengan
mendorong
untuk
tabu
eksploitasi
meningkatnya
informasi tentang cara penggunaan kondom,
Oleh
yang hanya boleh disampaikan pada saat
seksualitas
anak menjelang menikah. Adapun cakupan
mensyaratkan dihilangkannya persepsi tabu
materi
terhadap seks. Persepsi tabu diperlukan
pendidikan
seksualitas
menurut
Athar, meliputi:
karena
itu
komunikasi
orang
tua–anak
tidak
karena dalam batas-batas tertentu seks
a. Pertumbuhan dan perkembangan
seksual
memiliki makna yang sakral. Selain itu seks
juga berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
b. Fisiologi dan sistem reproduksi
privasi, sehingga akan menghadirkan rasa
c. Konsepsi, perkembangan janin dan
malu bila diumbar kepada publik. Justru
kelahiran
karena seksualitas memiliki dimensi yang
d. Penyakit menular seksual
bersifat
e. Aspek mental, emosional dan sosial
seksualitas orang tua – anak menjadi relevan
tabu
membuat
komunikasi
dari pubertas
dan penting. Pada umumnya hal-hal yang
Etika moral, sosial dan agama
tabu hanya dapat dibicarakan secara lebih
g. Cara menghadapi tekanan sebaya
terbuka dengan orang-orang dengan tingkat
f.
kedekatan yang tinggi. Karena dengan
Mengembangkan komunikasi seksualitas
demikian seseorang tidak akan merasa
orang tua – anak
khawatir dipermalukan.
Komunikasi dipercayai menjadi salah
satu
kunci
menjalankan
Dengan
bagi
fungsi
demikian
orang
tua
dalam
keorangtuaannya.
seks,
ternyata
tetap
tidak
membuat
komunikasi seksualitas orang tua – anak
fungsinya
menjadi mudah dilakukan. Di dunia Barat,
melakukan pendidikan seksualitas dapat
yang tidak lagi menganggap seks sebagai
diwujudkan
mengembangkan
hal yang tabu dan ekspresi seksualitas di
komunikasi seksualitas orang tua - anak.
ruang publik tidak lagi berpedoman pada
dengan
dalam
Penghilangan persepsi tabu terhadap
14 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
moralitas yang ketat, para orang tua tetap
maka perasaan nyaman terhadap topik
merasa
mengomunikasikan
seksualitas dapat ditumbuhkan pada diri
seksualitas dengan anak. Cara-cara berikut
masing-masing. Dengan kenyamanan
ini dapat digunakan untuk mempermudah
tersebut
orangtua
menjalankan peran dengan baik dalam
kesulitan
dalam
mengembangkan
masing-masing akan dapat
komunikasi seksualitas dengan anak.
menyampaikan
1. Memulai sejak dini
pada anak.
Penyampaian
informasi
seksualitas
informasi
seksualitas
3. Menyampaikan informasi sesuai tahap
kepada anak sebaiknya dimulai sejak
perkembangan
balita, saat rasa malu anak belum
Seberapa jauh informasi seksualitas
menguat.Pada masa ini anak-anak masih
diberikan pada anak tergantung usia dan
berada pada taraf berpikir kongkrit,
tahap perkembangan anak. Sebagai
sehingga
menerima
contoh dalam penyampaian informasi
tentang
tentang anatomi reproduksi, pada kanak-
seksualitas tanpa tendensi etis, misalnya
kanak cukup diberi informasi tentang
pengenalan nama-nama anggota tubuh
nama organ reproduksi dan fungsinya
dengan istilah-istilah yang tepat (penis,
membedakan jenis kelamin. Sementara
vagina dll.). Penyampaian informasi
pada masa pra remaja dan remaja awal
seksualitas
juga
perlu
anak
kematangan organ reproduksi terjadi
bahwa orang tuanya bersikap terbuka
pada masa puber, perbedaan sistem
terhadap topik seksualitas. Sehingga
reproduksi
pada saat anak mulai berkembang rasa
seksual, dan adanya perasaan erotis
malunya, mereka tahu bahwa orang
yang muncul saat organ reproduksi
tuanya dapat menjadi tempat rujukan
tertentu disentuh. Pada remaja yang
untuk memperoleh informasi seksualitas
beranjak
yang mereka butuhkan.
disampaikan
masih
bisa
informasi-informasi
faktual
sejak
akanmemberikan
dini
kesan
pada
2. Membuat diri merasa nyaman dengan
diberi
informasi
dengan
dewasa,
mencakup
sistem
bahwa
respons
informasi
yang
lengkap
lagi
lebih
kromosom
dan
hormon
topik seksualitas
seksual, serta kenikmatan yang dapat
Perasaan nyaman untuk membicarakan
diperoleh oleh laki-laki dan perempuan
topik seksualitas dapat dilatih melalui
melalui relasi seksual.
komunikasi
seksualitas
dengan
4. Menggunakan bahasa dan istilah yang
pasangan. Bila komunikasi seksualitas
tepat dan mudah dipahami anak
dengan pasangan berlangsung dengan
Adanya persepsi tabu terhadap seks
baik secara verbal maupun nonverbal,
sering
membuat
seseorang
sulit
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 15
Lestari, S. [hal.7-20]
menyebutkan istilah seksual dengan
Konsep-konsep seksualitas terkait nilai-
benar
nilai
dan
tepat.
menggunakan
mengganti
kata
Ada
yang
‘anu’
untuk
istilah-istilah
diungkapkan.
Sebagian
Sebagaimana
sudah
dipaparkan
yang
sulit
bahwa kelebihan komunikasi seksualitas
yang
lain
orang
–
tua
anak
dibanding
format
menggunakan istilah-istilah kulturan,
pendidikan seksualitas yang lain adalah
misalnya titit untuk menyebut penis. Hal
dalam hal kesinambungan dan penyampaian
yang perlu diingat adalah penggunaan
nilai-nilai. Hubungan orang tua dan anak
istilah
tidak
yang
tidak
menyamarkan
atau
informasi
yang
tepat
mau
dapat
dibatasi
oleh
waktu
sehingga
menyesatkan
kesinambungan yang terkait dengan tahap
disampaikan.
perkembangan
dapat
terjaga.Pemaparan
Padahal informasi tentang seksualitas
nilai juga lebih mudah dilakukan karena
harus disampaikan dengan jelas dan
pada umumnya terdapat kesamaan nilai
lugas.
antara orang tua dan anak, mengingat nilai
5. Memanfaatkan momentum
terkait dengan latar belakang sosial, budaya
Karena model pendidikan di rumah
dan agama.Hal ini berbeda dengan sekolah,
berbeda
terutama
sekolah
menjadi
menerima
siswa
penting. Beberapa momentum yang
belakang.
dengan di sekolah,
pemanfaatan
momentum
maka
negeri
dari
yang
beragam
harus
latar
rutin terjadi dapat digunakan, misalnya,
Nilai-nilai seksual pada umumnya
peristiwa kelahiran bayi oleh saudara
bersumber pada budaya dan khususnya
atau tetangga, peristiwa menarkhe atau
agama.Dalam
mimpi basah. Bagi kaum muslim pada
merupakan salah satu sifat dasar manusia
bulan
(the
Ramadhan
juga
terdapat
nature
pandangan
of
Islam,
human
seks
being).Allah
momentum yang dapat dimanfaatkan,
memberikan
misalnya saat ibu tidak puasa karena
kepada manusia sebagaimana diungkapkan
sedang haid. Sayangnya yang sering
dalam
terjadi
memanipulasi
27:55).Menurut ajaran Islam, hubungan seks
informasi penyebab tidak puasa dengan
yang sah adalah yang dilakukan secara
alasan sakit, bukan untuk menjelaskan
heteroseksual dan berada dalam ikatan
tentang haid.
pernikahan. Selain itu hubungan seks suami
orang
tua
hasrat
Al-Qur’an
seksual
(3:14,
(syahwat)
7:81,
16 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
istri juga harus dilakukan dalam cara-cara
Dengan demikian haya’ merupakan keadaan
yang tidak dilarang oleh agama. Nilai moral
psikologis sebagai implikasi dari integritas
terpenting terkait seksualitas yang mendasar
iman dan merupakan salah satu dari
dalam Islam adalah hubungan seks hanya
moralitas
diperbolehkan dalam ikatan perkawinan.
karakteristik yang positif dan umumnya
Pelanggaran dalam perilaku seksual dalam
dimiliki oleh para nabi. Penggambaran Al-
Islam dinamakan zina. Zina merupakan
Qur’an tentang haya’ dapat dilihat pada
tindakan keji (fahisyah) dan dikategorikan
kisah tentang Nabi Yusuf (Q.S. 12:23-34),
sebagai dosa besar. Dalam Al-Qur’an
saat ia digoda oleh Zulaikha. Secara
dijelaskan
Islam.
Haya’
merupakan
pelarangan
(atau
anjuran
manusiawi
aktivitas
yang
menjadi
Zulaikha (di kemudian hari ia menikahinya),
Pada
namun haya’ mencegahnya untuk menuruti
umumnya hal ini dipahami sebagai zina
hasrat manusiawinya tersebut, walaupun
non-coitus (zina al-jawarih), yang meliputi
situasi sangat memungkinkan karena mereka
segala aktivitas dan perilaku yang dapat
hanya berdua dalam ruangan yang tertutup.
menghindari)
preseden
(qurb)
kepada
zina.
Yusuf
sudah terpikat
oleh
itu
‘Aurat adalah bagian dari tubuh yang
dilakukan oleh mata, telinga, mulut, tangan,
dapat mendatangkan stimulasi seksual bila
maupun kaki. Selain itu dalam Al-Qur’an
melihatnya(Kasule,www.themodernreligion.
juga
com). Dalam Islam fungsi utama pakaian
membawa
pada
zina
dianjurkan
coitus
untuk
baik
merendahkan
pandangan dan menjaga kelamin
(Q.S.
selain untuk melindungi fisik tubuh dari
24:30-31) agar tidak tergoda melakukan
cuaca alam, adalah untuk menutup aurat.
pelanggaran seksual.
Laki-laki dan perempuan memiliki aurat
Berikut ini beberapa konsep penting
yang berbeda. Aurat perempuan adalah
dalam Islam yang mencerminkan nilai-nilai
seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangan,
seksualitasyang perlu disampaikan pada
sedangkan aurat laki-laki adalah yang
anak yakni: haya’, ‘aurat, hijab, mahram,
terdapat antara pusar dan lutut. Karena aurat
khalwat, ikhtilath, tabarruj, hurmatul bait,
perempuan
dan janabat.
tubuhnya, maka Al-Qur’an menguraikan
Haya’ biasa diartikan dengan rasa
lebih
rinci
malu. Namun rasa malu ini bukan yang
perempuan.
berkaitan dengan sikap introvert. Haya’
Hijab
adalah
cara-cara
seluruh
anggota
menutup
merupakan
aurat
tindakan
adalah suatu sikap spiritual dari seseorang
melindungi aurat dari penglihatan orang
yang
dosa
lain. Tingkatan dalam cara menerapkan
maupun segala hal yang membawa pada
hijab ini tergantung pada kriteria orang yang
dosa(Kasule,www.themodernreligion.com).
ditemui atau mungkin melihatnya (Q.S.
membuatnya
menghindari
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 17
Lestari, S. [hal.7-20]
24:31, 33:55). Karena tidak menghendaki
terlalu
menyulitkan,
tindakan
Islam
menyendiri berdua dengan lawan jenis yang
membuka
bukan mahram pada tempat yang orang lain
sebagian auratnya di rumah, sepanjang tidak
tidak dapat melihat mereka. Penggambaran
dengan maksud memperlihatkan zinat-nya
khalwat sangat jelas dalam kisah Yusuf A.S,
(perhiasan/segala sesuatu yang menarik)
tentang tindakan Zulaikha menutup semua
atau bersikap sexual stimulative pada selain
pintu ruang tempat ia dan Yusuf berada.
suami. Selain itu bagi perempuan yang
Bila seorang laki-laki dan perempuan
sudah
membolehkan
maka
merupakan
Khalwat
perempuan
menopause
menginginkan
yang
sudah
tidak
berduaan dan menyendiri, maka biasanya
lagi,
juga
akan
menikah
ada
pihak
ketiga,
yaitu
setan
dibolehkan membuka sebagian hijab-nya
(H.R.Ahmad). Oleh karena itu khalwat
(Q.S. 24:60).
merupakan cara pergaulan lain jenis yang
Mahram adalah suatu kategori bagi
tidak dibolehkan oleh Islam. Pada masa
lawan jenis yang tidak boleh dinikahi dan
sekarang
menikahi. Dalam Al-Qur’an (Q.S. 4:23-24)
melakukan khalwat dalam gaya pacaran
disebutkan kategori perempuan yang tidak
mereka dengan alasan romantisme. Maka
boleh dinikahi, yang secara umum dapat
sangat mungkin hal itu meningkatkan
dibagi menjadi dua golongan, yaitu karena
terjadinya peristiwa hubungan seks pra-
nasab
nikah.
dan
hubungan
perkawinan.
Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui
banyak
Ikhtilath
kaum
muda
merupakan
yang
keadaan
siapa saja yang termasuk mahram bagi
bercampur antara banyak laki-laki dan
seorang laki-laki, demikian juga sebaliknya
perempuan.Jika
siapa saja yang termasuk mahram bagi
penting, maka keadaan ikhtilath seyogyanya
seorang perempuan. Seorang Muslim laki-
dihindari. Dalam situasi-situasi sosial yang
laki dan perempuan tidak diperkenankan
niscaya terjadi ikhtilath, Islam mengajarkan
mengalami ketertarikan seksual kepada
etiket menutup aurat dan merendahkan
mahramnya. Di Indonesia istilah yang lebih
tatapan (Q.S. 24:30-31).
tanpa
ada
keperluan
sering digunakan adalah muhrim untuk
Tabarruj adalah tindakan menghiasi
mahram dan non-muhrim untuk yang bukan
diri untuk meningkatkan daya tarik. Pada
mahram.
selain
umumnya perempuan memiliki naluri untuk
berfungsi dalam kriteria pemilihan pasangan
tampil dengan mempercantik diri. Atas
menikah,
bagi
dasar inilah berkembang industri kosmetik
perempuan dibolehkan untuk membuka
dan fashion. Islam tidak membolehkan cara
sebagian auratnya.
menghias diri secara berlebihan (Q.S. 33:33)
Kategori
juga
mahram
menjadi
ini
kriteria
saat perempuan keluar rumah. Terutama
18 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
perempuan yang sedang ditinggal suaminya
layak melakukan ibadah ritual tertentu
bepergian (H.R. Thabrani).
sebelum melakukan mandi besar (junub)
Hurmatul Bayt atau menghormati
penghuni
rumah
merupakan
etiket
dengan tata cara tertentu. Istilah lainnya
adalah mengalami hadats besar.
memasuki rumah orang lain. Dalam Islam
rumah merupakan tempat yang memiliki
Simpulan dan Saran
privasi tinggi bagi penghuninya. Rumah
Komunikasi seksualitas orang tua-
menjadi area yang memberikan keleluasaan
anak berperan penting dalam memberikan
dan kelonggaran bagi penghuninya untuk
bekal informasi seksualitas pada anak dan
mengungkapkan diri dengan lebih besar
membentuk
daripada
misalnya
bertanggungjawab pada anak. Komunikasi
aurat.
seksualitas tersebut sebaiknya menekankan
di
keleluasaan
tempat
publik,
untuk
membuka
perilaku
seksual
yang
Seseorang dilarang memasuki rumah orang
pentingnya
nilai-nilai
lain tanpa ijin. Dalam etiket Islam, batas
seksualitas
sebagaimana
minta ijin bertamu adalah sebanyak tiga kali
diajarkan
(H.R. Bukhari dan Muslim). Bila sesudah
komunikasi
tiga kali tidak ada tanggapan dari penghuni,
dibandingkan sumber informasi seksualitas
orang tersebut perlu mempertimbangkan
lainnya adalah terjaminnya kesinambungan
untuk membatalkan maksud bertamunya.
komunikasi yang terjadi antara orang tua-
dalam
moral
yang
agama.
seksualitas
terkait
orang
telah
Kelebihan
tua-anak
Janabat merupakan keadaan diri tidak
anak. Mengingat pentingnya peran orang tua
suci dan layak menjalankan ibadah ritual
sebagai pemberi informasi seksualitas bagi
seperti shalat, thawaf (haji), dan membaca
anak, sebaiknya orang tua menjalankan
Al-Qur’an. Setelah melakukan hubungan
peran tersebut dengan baik agar anak tidak
seksual,
(bagi
memenuhi rasa ingin tahunya tentang
perempuan), serta mimpi basah atau keluar
seksualitas ke sumber-sumber lain yang
cairan semen dari kelamin (bagi laki-laki),
tidak
seseorang dikategorikan tidak suci dan tidak
kebenarannya.
menstruasi
dan
nifas
dapat
dipertanggungjawabkan
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 19
Lestari, S. [hal.7-20]
DAFTAR PUSTAKA
Allgeier, E. R.&Allgeier, A. R.(1991).Sexual interactions. Massachusetts: D.C. Heath and
Company.
Anganthi, N. R. N.&Lestari, S. (2007). Pola komunikasi seksualitas pada masyarakat muslim di
Surakarta. Laporan Penelitian Fundamental. (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Athar,
S.
Sex
education:
An
Islamic
perspective.
Diakses
http://www.islamfortoday.com\athar19.html pada tanggal 19 April 2007.
dari
Dale,
P. (2005). Values, sex education and the adolescent. Diakses
http://www.opendoors.com.au\educateA.htm, pada tanggal 10 November 2006.
dari
Fantasia, H. C. (2008). Concept Analysis: Sexual decision-making in adolescence. Nursing
Forum, 43, 80-90.
Hurlock, E. B. (1990). Perkembangan anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jaccard, J., Dittus, P. J., & Gordon, V. V. (1998). Parent–adolescent congruency in reports of
adolescent sexual behavior and in communications about sexual behavior. Child
Development, 69, 247–61.
Kasule,
O.
H.
(tt)
Human
sexuality
and
the
shari’at.
Diakses
dari
www.themodernreligion.com/misc/sex/sex-shariah.html pada tanggal 19 April 2007.
Katchadourian, H. A. (1989). Fundamentals of human sexuality. Fifth edition. Florida: Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Kim, J. L. & Ward, L. M. (2007). Silence speaks volumes: Parental sexual communication among
Asian American emerging adults. Journal of Adolescent Research, 22, 3-31. DOI:
10.1177/0743558406294916
Kimmel, D. C. & Weiner, I. B.(1995). Adolescence: A developmental transition. Second edition.
New York: John wiley & Sons, Inc.
Kotb, H.G. (2004). Sexuality in Islam. Dissertation diajukan pada Maimonides University.
Diakses dari http://www2.hu-berlin.de/sexology/GESUND/ ARCHIV/kotb2.htm pada
tanggal 19 April 2007.
Lestari, S. & Hertinjung, W. S. (2007). Sikap ibu terhadap pertanyaan anak tentang seksualitas.
Psikologika, 12, 147-155.
Lestari, S. (2010). Youth courtship sexual behavior, exposure to pornography, and parental sexual
communication. Anima, 25 (4),257-264.
Lestari, S., Suparno, & Restu, Y. S. (2011). Identifikasi kebutuhan informasi seksualitas pada
remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5 (2), 180-188.
Madani, Y. (2004). Sex educations for teens. Pendidikan seks remaja dalam Islam. Jakarta:
Hikmah.
Miqdad, A. A. A. (2001). Pendidikan seks bagi remaja menurut hukum Islam. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
National Guidelines Task Force.(1996).Guidelines for Comprehensive Sexuality Education,
Kinergarten-12th Grade. second edition. New York: SIECUS.
20 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
PKBI (2001). Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Laporan
need assesment di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya.
Diakses dari: www.PKBI.or.id.
Rate, A. C. (2005). Preach or teach? Value-based sexuality education. Diakses dari
http://www.opendoors.com.au\educateB.htm, pada tanggal 10 November 2006.
Sugiarto, 2006. Hasil survei PSS PKBI DIY: Pelajar sudahlakukan seks bebas. Diakses dari
www.cyberman.cbn.net.id pada tanggal 15 Maret 2006.
Tim Penyusun Terjemah. (1975). Al-Quran dan terjemahnya . Departemen Agama Republik
Indonesia.
Lampiran:
Sri Lestari. Menyelesaikan pendidikan ilmu psikologi S-1, S-2, dan S-3 di Fakultas Psikologi
UGM. Berminat dalam kajian psikologi keluarga terutama parenting dan pendidikan seksualitas.
Aktif melakukan penelitian dan menulis artikel pada jurnal ilmiah. Beberapa karyanya telah
diterbitkan antara lain dalam jurnal Arkhe, Anima, Buletin Psikologi, Jurnal Psikologi,
Humaniora, dan Indigenous. Buku pertama yang telah diterbitkan adalah Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Kencana Prenada Media Group,
2012).
KOMUNIKASI SEKSUALITAS ORANG TUA-ANAK BERBASIS NILAI
Sri Lestari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email:[email protected]
Abstraksi.Perilaku seksual remaja telah mengundang keprihatinan dari para pendidik dan
orang tua.Tekanan teman sebaya dan media ditengarai memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku seksual remaja.Pendidikan seksualitas, terutama oleh orang tua, dianggap
sebagai jalan keluar untuk mengendalikan dan memberi arah yang benar terhadap perilaku
seksual remaja.Sayangnya orang tua pada umumnya belum menjalankan peran yang baik
dalam hal ini.Sebenarnya orang tua tidak harus memberikan pendidikan seksualitas pada
anak secara terstruktur layaknya di sekolah.Orang tua hanya perlu menjadikan topik
seksualitas menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari di dalam keluarga.Tulisan ini
membahas urgensi komunikasi seksualitas orang tua – anak, bagaimana melakukannya, dan
konsep-konsep penting terkait nilai-nilai seksualitas.
Kata kunci: remaja, komunikasi seksualitas, nilai-nilai
Fenomena yang terjadi di masyarakat
Tasikmalaya menunjukkan bahwa aktivitas
menunjukkan bahwa perilaku remaja dalam
remaja dalam berpacaran sangat bervariasi,
berpacaran semakin memprihatinkan banyak
mulai dari bersentuhan, berciuman, petting,
pihak. Bila jaman tahun 1970-an dulu
dan berhubungan kelamin. Alasan remaja
perilaku seksual yang terekspos di ranah
melakukan
publik adalah bergandengan tangan atau
berpacaran pada umumnya adalah sebagai
merangkul pundak. Namun kini perilaku
ungkapan rasa cinta. Sementara hasil survei
seperti itu tidak lagi dianggap sebagai
PKBI lainnya (Sugiarto, 2006) menemukan
pacaran tetapi pertemanan biasa. Dalam
bahwa pelaku hubungan seks pranikah telah
sebuah wawancara dengan remaja putra
merambah remaja di bawah usia 18 tahun.
hubungan
seksual
dalam
terungkap bahwa yang namanya pacaran itu
Dampak yang timbul dari maraknya
paling tidak sudah sampai pada tahap
perilaku seks pranikah pada remaja adalah
berciuman. Bahkan beberapa hasil survei
terjadi peningkatan jumlah kasus kehamilan
mengungkapkan
data
lebih
tidak dikehendaki (KTD) . Namun untuk
mengkhawatirkan.
Seperti
yang
menemukan data secara statistik mengenai
yang
survei
dilakukan PKBI (2001) terhadap 2479
jumlah kasus KTD
remaja
masyarakat masih sulit. Mengingat tidak
di
Palembang,
lima
kota
Singkawang,
yaitu
Kupang,
Cirebon,
dan
yang terjadi di
semua kasus KTD dilaporkan pada pihak
7
8 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
berwenang. Langkah yang masih sering
Ada
beberapa
hal
yang
diduga
ditempuh oleh keluarga yang mengalami
berpengaruh terhadap peningkatan perilaku
kasus KTD adalah segera menikahkan
seksual pada masa remaja, yakni: (1) Usia
remaja yang hamil
tersebut. Bila dulu
pubertas yang makin muda. Seiring dengan
pernikahan dalam kondisi sudah hamil
perbaikan gizi dan asupan nutrisinya, usia
dipandang
anak mengalami haid pertama kali semakin
sebagai
peristiwa
yang
menimbulkan aib bagi keluarga, maka
muda usianya.
sekarang kondisi tersebut sudah dipandang
bermuatan perilaku seksual makin tinggi.
sebagai kewajaran. Tak jarang pernikahan
Dalam tayangan televisi misalnya terdapat
dengan kasus KTD pun dirayakan secara
adegan-adegan perilaku remaja berpacaran,
besar-besaran dengan pesta yang meriah.
juga
Konsekuensi
percintaan
yang
digambarkan dengan perilaku berangkulan,
adalah
berpelukan, bahkan berciuman. (3) Akses
menjadi orang tua di usia muda. Pada tahap
media pornografi makin mudah dilakukan.
ini para remaja
Bukan
pada
masa
timbul
kisah-kisah
pasca
pernikahan
yang
(2) Paparan media yang
remaja
pada umumnya belum
rahasia
lagi
bila
ada
tempat
memahami bahwa berkeluarga berarti berani
persewaan CD film juga menyewakan CD
memikul
besar.
film-film porno yang bisa disewa dengan
Berkeluarga tidak hanya berisi kesenangan
mudah oleh remaja. (4) Tekanan teman
sebagaimana
bayangkan
sebaya makin kuat. Di kalangan sebagian
selama berpacaran. Ada kewajiban mencari
remaja ada anggapan bahwa remaja yang
nafkah
tidak
tanggungjawab
yang
untuk
yang
mereka
memenuhi
kebutuhan
mempunya
pacar
dipandang
keluarga, mengelola keuangan keluarga,
ketinggalan jaman dan tidak gaul. Kondisi
mengasuh
dan
tersebut membuat remaja yang belum
sebagainya. Ketidaksiapan dalam memikul
mempunyai pacar menjadi ingin mempunyai
tanggungjawab tersebut dapat menimbulkan
pacar seperti teman-teman lainnya. (5) Peran
problem-problem
dalam
orang tua dalam membekali informasi
jarang
seksualitas pada anak kurang memadai. Dari
tersebut
penelitian Anganthi dan Lestari (2007) dan
berlanjut pada konflik antar pasangan.
Lestari (2010) terungkap bahwa komunikasi
Bahkan
janji
seksualitas yang terjalin antara orang tua
pernikahan dengan sebuah perceraian. Oleh
dengan anak masih rendah. Bahkan masih
karena itu tidak mengherankan bila angka
ditemukan orang tua yang merasa tidak
perceraian di usia muda pun disinyalir
perlu membekali anak dengan pengetahuan
menunjukkan tren peningkatan.
seksualitas karena memandang anak akan
kehidupan
dan
mendidik
psikososial
berpasangan.
problem-problem
ada
anak,
Tak
psikososial
yang
mengakhiri
tahu sendiri bila sudah besar.
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 9
Lestari, S. [hal.7-20]
Peran
orang
tua
sebagai
pendidik
(14,2%), buku (6,9%), internet (6,5%), guru
dan media (3,4%), kakak (2,7%), dan ahli
seksualitas
Terkait dengan peran orang tua dalam
komunikasi
seksualitas
anak,
urutan pertama sumber informasi tentang
penelitian Lestari dan Hertinjung (2007)
seks juga teman, namun urutan berikutnya
mengungkapkan bahwa sikap ibu dalam
yang menonjol adalah internet. Urutan
komunikasi seksualitas dengan anak dapat
berikutnya adalah guru (8,6%), media dan
dikategorikan menjadi: (1) memberikan
buku
penjelasan, (2) bingung dalam menjawab
(1,9%), ahli (1,5%) dan kakak (0.7%).
pertanyaan anak, (3) melarang anak untuk
Pemilihan
bertanya,
dan
informasi seks pada remaja perempuan
menganggap anak akan tahu sendiri, dan (5)
relatif kecil, namun bila dibandingkan
mengalihkan topik pembicaraan. Bila dilihat
dengan pemilihan remaja laki-laki, remaja
dari proporsinya masih lebih banyak ibu
perempuan masih memiliki motivasi yang
yang tidak memberikan penjelasan terhadap
lebih besar daripada remaja laki-laki untuk
pertanyaan
mencari
(4)
dengan
(2,3%). Pada remaja laki-laki pilihan untuk
menunda
tentang
jawaban
seksualitas
yang
diajukan oleh anak daripada yang bersedia
(masing-masing
orangtua
informasi
3,3%),
orangtua
sebagai
tentang
sumber
seks
dari
orangtua.
memberikan penjelasan. Kondisi tersebut
Selain dari sisi anak, hambatan dalam
dapat menjadi pendorong bagi anak untuk
komunikasi seksualitas juga dapat berasal
mencari tahu sendiri dari sumber-sumber
dari sisi orang tua. Seperti terungkap dalam
lain
penelitian Kim dan Ward (2007), orangtua
yang
memungkinkan
untuk
mengaksesnya.
Studi
dari
ekplorasi
yang
dilakukan
keluarga
Asia
Amerika
memilih
mengomunikasikan nilai-nilai seksualitas
dan
Restu
(2011)
pada anak secara implisit dan nonverbal.
bahwa
teman
sebaya
Dengan cara seperti itu, remaja hanya
menjadi sumber informasi yang paling
sedikit berkomunikasi dengan orangtua
banyak dipilih oleh remaja laki-laki maupun
tentang seksualitas. Hal tersebut dapat
remaja perempuan. Bila dicermati lebih
mengakibatkan remaja salah memahami
lanjut terdapat perbedaan antara remaja laki-
sikap
laki dan perempuan dalam memilih sumber
(Jaccard, Dittus, & Gordon, 1998). Padahal
informasi tentang seks. Remaja perempuan
orangtua masih menjadi variabel penting
memilih teman (41,6%) sebagai sumber
dalam pengambilan keputusan pada remaja
pertama, berikutnya adalah orangtua
terkait perilaku seksualnya (Fantasia, 2008).
Lestari,
Suparno,
mengungkapkan
orangtua
terhadap
seksualitas
10 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Pemahaman
remaja tentang dimensi
leksikal dari kata seks sebagai jenis kelamin
dengan beragam arti dalam pandangan
seksualitas
Topik seksualitas merupakan topik
remaja menunjukkan bahwa remaja belum
yang menjadi pembicaraan remaja dengan
dapat membedakan istilah seks dengan
teman-teman
Pemahaman
istilah-istilah lain yang dianggap remaja
remaja tentang seks tidak terlepas dari
sama artinya padahal sebenarnya memiliki
pengaruh pergaulan teman sebaya dan
arti yang berbeda seperti hubungan seksual
pengaruh
dan
sebayanya.
media
massa.
Survei
yang
reproduksi.
Kondisi
tersebut
dilakukan Lestari, Suparno, dan Restu
mengindikasikan
(2011) mengungkap arti kata seks menurut
memiliki
remaja (Tabel 1). Dari survei tersebut
komprehensif
diketahui bahwa sebagian besar remaja
yang kurang tepat tersebut diduga terkait
mengartikan kata seks sebagai hubungan
dengan keakuratan informasi yang diperoleh
seksual,dan
oleh remaja manakala mencari tahu tentang
bukan
jenis
kelamin
sebagaimana arti bahasa yang sebenarnya.
bahwa
informasi
tentang
remaja
yang
tepat
belum
dan
seks.Pemahaman
informasi seks yang dibutuhkannya.
Perbedaan yang muncul antara makna
Tabel 1. Pemahaman remaja tentang seks
Kategori tema
Hubungan seksual
Relasi dengan lawan jenis
Pembeda jenis
Erotisme
Perbuatan terlarang
Reproduksi
Hasrat
Tidak tahu
Tidak menjawab
Lainnya
Total
Dikutip dari Lestari, Suparno, & Restu, 2011.
Mengapa
komunikasi
seksualitas
Jumlah
322
82
25
13
8
6
6
46
15
7
530
Persentase
60,75
15,47
4,72
2,45
1,51
1,13
1,13
8,68
2,83
1,32
100,00
perkembangan kepribadian anak-anak dan
remaja.Tak terkecuali dalam pembentukan
penting?
tekanan
sikap dan perilaku seksual. Secara rata-rata,
media
anak terkena 9000 paparan adegan seksual
memiliki pengaruh yang besar terhadap
dalam setahun (Kotb, Heba.G., www2.hu-
Pada
kelompok
masa
sebaya
sekarang
dan
paparan
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 11
Lestari, S. [hal.7-20]
berlin.de). Di sisi lain, anak secara alamiah
sikap dan nilai-nilai moral yang terkandung
memiliki rasa ingin tahu terhadap masalah
di dalam seksualitas pada anak (Allgeier
seksualitas. Minat pada seks ini berkembang
&Allgeier, 1991).Isu tentang nilai dalam
sepanjang masa kanak-kanak dan mencapai
seksualitas
puncaknya pada masa puber (Hurlock,
seksualitas
1990).Bahkan menurut Calderone (Kimmel
pembuatan keputusan (Dale, 2005). Proses
& Weiner, 1995), berbagai riset menemukan
decision making tidak akan berjalan jika
bahwa anak-anak sudah memiliki perasaan,
tanpa rujukan tentang ‘apa yang baik’ dan
pikiran dan pengalaman seksual.Namun,
‘apa yang tidak baik’. Karena itu pendidikan
perilaku seksual pada masa kanak-kanak
seksualitas yang dilakukan oleh orang tua
sebagaimana
merupakan model pendidikan seksualitas
merupakan
aktivitas
yang
lainnya
manifestasi
dari
aktivitas
bermain (Katchadourian, 1989).
yang
merupakan
sering
prioritas
karena
berkenaan
berbasis
nilai
dengan
(value-based
model).Dalam model ini diajukan suatu nilai
Dengan memperhatikan keberadaan
yang
spesifik,
kepada
anak
diberikan
minat pada seks dalam diri anak dan
pernyataan-pernyataan
mengingat pentingnya tahap perkembangan
keyakinan,
pada
dipertimbangkan sebagai yang terbaik (Rate,
masa
baligh,
maka
pendidikan
dan
seksualitas penting diberikan pada anak
2005).Misalnya
sejak
marriage,
dini.
Dengan
kenyataan
bahwa
tentang
suatu
nilai
abstinence
larangan
tertentu
only
berzina,
until
manusia
keluarga merupakan tempat pertama dan
diciptakan berpasangan, orientasi seksual
utama
yang normal adalah heteroseksual.
bagi
anak
menjalani
proses
sosialisasi, orang tua merupakan pihak yang
Menurut kesepakatan International
paling diharapkan terlibat dalam pendidikan
Conference of Sex Education and Family
seksualitas dini pada anak. Pendidikan
Planning
seksualitas yang dilakukan oleh orang tua
pendidikan
ini lebih menjamin proses kesinambungan,
menghasilkan
berbeda dengan informasi seksualitas yang
yang dapat menjalankan kehidupan yang
diperoleh anak dari luar yang seringkali
bahagia karena dapat menyesuaikan diri
tidak
dipertanggungjawabkan
dengan masyarakat dan lingkungannya serta
kebenarannya dan mungkin anak hanya
bertanggungjawab terhadap dirinya dan
memperoleh informasi secara parsial.
orang-orang lain (Miqdad, 2001). Adapun
dapat
Lebih
penting
1962,
secara
seksualitas
manusia-manusia
umum
bertujuan
dewasa
pendidikan
menurut Ustadz Al Ghawshi (Madani, 2004)
seksualitas yang diberikan orang tua tidak
tujuan dari pendidikan seksualitas adalah
hanya
tentang
memberikan pengetahuan yang tepat kepada
seksualitas tetapi juga tersampaikannya
anak agar dapat beradaptasi secara baik
mencakup
lagi,
tahun
fakta-fakta
12 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
dengan perilaku-perilaku seksual pada saat
hubungan kekeluargaan dan lawan jenis,
yang akan datang dengan maksud dapat
serta memahami kewajiban dan tanggung
mendorong anak agar dapat melakukan
jawab terhadap keluarga dan orang lain.
suatu kecenderungan yang logis dan benar
dalam
masalah-masalah
seksual
dan
Kaum muda harus dibantu dalam
mengembangkan ketrampilan interpersonal,
reproduksi. Dengan demikian kebahagiaan
yang
meliputi
komunikasi,
hidup, pengetahuan dan kebenaran perilaku
keputusan,
seksual merupakan prinsip penting dalam
menolak
tujuan pendidikan seksualitas.
kemampuan membangun hubungan yang
asertivitas,
ajakan
pembuatan
dan
teman
ketrampilan
sebaya,
serta
kerangka
saling menghargai.Pendidikan seksualitas
penyusunan pendidikan seksualitas yang
juga harus menyiapkan kaum muda untuk
komprehensif
for
memahami seksualitas masa dewasa secara
Education,
efektif dan kreatif.Termasuk dalam hal ini
Sementara
itu
dalam
Comprehensive
SIECUS
sebagai
Guidelines
Sexuality
(Sexuality
Information
and
adalah
membantu
kaum
Education Council of the United States )
mengembangkan
diungkapkan empat tujuan dari pendidikan
mendukung hubungan tanpa paksaan, serta
seksualitas, yaitu: 1) informasi, 2) sikap,
hubungan intim dan seksual yang saling
nilai dan wawasan, 3) relationshipatau
menyenangkan dengan pasangan yang sah.
ketrampilan interpersonal, dan 4) tanggung
jawab.
Informasi
berkenaan
kemampuan
muda
merawat,
Pendidikan seksualitas juga bertujuan
dengan
melatih kaum muda bertanggung jawab
seksualitas manusia yang komprehensif,
dalam relasi seksual, mencakup berpantang,
yang
bertahan terhadap tekanan untuk terlibat
mencakup:
perkembangan,
pertumbuhan
reproduksi
dan
manusia,
dalam hubungan seksual,
dan tentang
anatomi, fisiologi, masturbasi, kehidupan
penggunaan kontrasepsi.Pendidikan seksual
berkeluarga,
kelahiran,
harus merupakan komponen utama dalam
keorangtuaan (parenthood), respons-respons
program yang dirancang untuk mengurangi
seksual,
prevalensi problem kesehatan seksual yang
kehamilan,
orientasi
seksual,
kontrasepsi,
aborsi, sexual abuse, HIV/AIDS, dan PMS.
Pemaparan nilai-nilai dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan bagi kaum
meliputi
kehamilan
remaja,
penyakit
menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan
sexual abuse.
muda bertanya, mencari tahu, dan menakar
Athar
sikap seksualnya dalam rangka memahami
menyatakan
nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat,
seksualitas
meningkatkan
(self-esteem),
diajarkan tentang anatomi dan fisiologi
mengenai
harus terlebih dahulu ditanamkan keyakinan
harga
mengembangkan
diri
wawasan
(www.islamfortoday.com)
bahwa
sejak
dalam
dini,
pendidikan
sebelum
anak
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 13
Lestari, S. [hal.7-20]
kepada Allah SWT (tauhid).Selain itu
Salah
penyampaian kepada anak laki-laki dan
mengembangkan
perempuan harus dilakukan secara terpisah,
adalah persepsi tabu terhadap topik seks.
serta penyampaian informasi seksualitas
Sayangnya
harus sesuai dengan kepentingan. Dalam
malah
arti, bila anak usia 5 tahun bertanya tentang
sensualitas seks di ranah publik, misalnya
bagaimana bayi bisa berada dalam perut ibu,
melalui media. Cara-cara mengeksploitasi
tidak harus dijelaskan tentang keseluruhan
sensualitas seks melalui media ditengarai
aktivitas intercourse. Demikian juga pada
justru
anak usia 14 tahun tidak perlu disampaikan
eksperimentasi seksual di kalangan remaja.
satu
hambatan
terbesar
komunikasi
upaya
seksualitas
menyingkirkan
diwujudkan
dengan
mendorong
untuk
tabu
eksploitasi
meningkatnya
informasi tentang cara penggunaan kondom,
Oleh
yang hanya boleh disampaikan pada saat
seksualitas
anak menjelang menikah. Adapun cakupan
mensyaratkan dihilangkannya persepsi tabu
materi
terhadap seks. Persepsi tabu diperlukan
pendidikan
seksualitas
menurut
Athar, meliputi:
karena
itu
komunikasi
orang
tua–anak
tidak
karena dalam batas-batas tertentu seks
a. Pertumbuhan dan perkembangan
seksual
memiliki makna yang sakral. Selain itu seks
juga berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
b. Fisiologi dan sistem reproduksi
privasi, sehingga akan menghadirkan rasa
c. Konsepsi, perkembangan janin dan
malu bila diumbar kepada publik. Justru
kelahiran
karena seksualitas memiliki dimensi yang
d. Penyakit menular seksual
bersifat
e. Aspek mental, emosional dan sosial
seksualitas orang tua – anak menjadi relevan
tabu
membuat
komunikasi
dari pubertas
dan penting. Pada umumnya hal-hal yang
Etika moral, sosial dan agama
tabu hanya dapat dibicarakan secara lebih
g. Cara menghadapi tekanan sebaya
terbuka dengan orang-orang dengan tingkat
f.
kedekatan yang tinggi. Karena dengan
Mengembangkan komunikasi seksualitas
demikian seseorang tidak akan merasa
orang tua – anak
khawatir dipermalukan.
Komunikasi dipercayai menjadi salah
satu
kunci
menjalankan
Dengan
bagi
fungsi
demikian
orang
tua
dalam
keorangtuaannya.
seks,
ternyata
tetap
tidak
membuat
komunikasi seksualitas orang tua – anak
fungsinya
menjadi mudah dilakukan. Di dunia Barat,
melakukan pendidikan seksualitas dapat
yang tidak lagi menganggap seks sebagai
diwujudkan
mengembangkan
hal yang tabu dan ekspresi seksualitas di
komunikasi seksualitas orang tua - anak.
ruang publik tidak lagi berpedoman pada
dengan
dalam
Penghilangan persepsi tabu terhadap
14 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
moralitas yang ketat, para orang tua tetap
maka perasaan nyaman terhadap topik
merasa
mengomunikasikan
seksualitas dapat ditumbuhkan pada diri
seksualitas dengan anak. Cara-cara berikut
masing-masing. Dengan kenyamanan
ini dapat digunakan untuk mempermudah
tersebut
orangtua
menjalankan peran dengan baik dalam
kesulitan
dalam
mengembangkan
masing-masing akan dapat
komunikasi seksualitas dengan anak.
menyampaikan
1. Memulai sejak dini
pada anak.
Penyampaian
informasi
seksualitas
informasi
seksualitas
3. Menyampaikan informasi sesuai tahap
kepada anak sebaiknya dimulai sejak
perkembangan
balita, saat rasa malu anak belum
Seberapa jauh informasi seksualitas
menguat.Pada masa ini anak-anak masih
diberikan pada anak tergantung usia dan
berada pada taraf berpikir kongkrit,
tahap perkembangan anak. Sebagai
sehingga
menerima
contoh dalam penyampaian informasi
tentang
tentang anatomi reproduksi, pada kanak-
seksualitas tanpa tendensi etis, misalnya
kanak cukup diberi informasi tentang
pengenalan nama-nama anggota tubuh
nama organ reproduksi dan fungsinya
dengan istilah-istilah yang tepat (penis,
membedakan jenis kelamin. Sementara
vagina dll.). Penyampaian informasi
pada masa pra remaja dan remaja awal
seksualitas
juga
perlu
anak
kematangan organ reproduksi terjadi
bahwa orang tuanya bersikap terbuka
pada masa puber, perbedaan sistem
terhadap topik seksualitas. Sehingga
reproduksi
pada saat anak mulai berkembang rasa
seksual, dan adanya perasaan erotis
malunya, mereka tahu bahwa orang
yang muncul saat organ reproduksi
tuanya dapat menjadi tempat rujukan
tertentu disentuh. Pada remaja yang
untuk memperoleh informasi seksualitas
beranjak
yang mereka butuhkan.
disampaikan
masih
bisa
informasi-informasi
faktual
sejak
akanmemberikan
dini
kesan
pada
2. Membuat diri merasa nyaman dengan
diberi
informasi
dengan
dewasa,
mencakup
sistem
bahwa
respons
informasi
yang
lengkap
lagi
lebih
kromosom
dan
hormon
topik seksualitas
seksual, serta kenikmatan yang dapat
Perasaan nyaman untuk membicarakan
diperoleh oleh laki-laki dan perempuan
topik seksualitas dapat dilatih melalui
melalui relasi seksual.
komunikasi
seksualitas
dengan
4. Menggunakan bahasa dan istilah yang
pasangan. Bila komunikasi seksualitas
tepat dan mudah dipahami anak
dengan pasangan berlangsung dengan
Adanya persepsi tabu terhadap seks
baik secara verbal maupun nonverbal,
sering
membuat
seseorang
sulit
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 15
Lestari, S. [hal.7-20]
menyebutkan istilah seksual dengan
Konsep-konsep seksualitas terkait nilai-
benar
nilai
dan
tepat.
menggunakan
mengganti
kata
Ada
yang
‘anu’
untuk
istilah-istilah
diungkapkan.
Sebagian
Sebagaimana
sudah
dipaparkan
yang
sulit
bahwa kelebihan komunikasi seksualitas
yang
lain
orang
–
tua
anak
dibanding
format
menggunakan istilah-istilah kulturan,
pendidikan seksualitas yang lain adalah
misalnya titit untuk menyebut penis. Hal
dalam hal kesinambungan dan penyampaian
yang perlu diingat adalah penggunaan
nilai-nilai. Hubungan orang tua dan anak
istilah
tidak
yang
tidak
menyamarkan
atau
informasi
yang
tepat
mau
dapat
dibatasi
oleh
waktu
sehingga
menyesatkan
kesinambungan yang terkait dengan tahap
disampaikan.
perkembangan
dapat
terjaga.Pemaparan
Padahal informasi tentang seksualitas
nilai juga lebih mudah dilakukan karena
harus disampaikan dengan jelas dan
pada umumnya terdapat kesamaan nilai
lugas.
antara orang tua dan anak, mengingat nilai
5. Memanfaatkan momentum
terkait dengan latar belakang sosial, budaya
Karena model pendidikan di rumah
dan agama.Hal ini berbeda dengan sekolah,
berbeda
terutama
sekolah
menjadi
menerima
siswa
penting. Beberapa momentum yang
belakang.
dengan di sekolah,
pemanfaatan
momentum
maka
negeri
dari
yang
beragam
harus
latar
rutin terjadi dapat digunakan, misalnya,
Nilai-nilai seksual pada umumnya
peristiwa kelahiran bayi oleh saudara
bersumber pada budaya dan khususnya
atau tetangga, peristiwa menarkhe atau
agama.Dalam
mimpi basah. Bagi kaum muslim pada
merupakan salah satu sifat dasar manusia
bulan
(the
Ramadhan
juga
terdapat
nature
pandangan
of
Islam,
human
seks
being).Allah
momentum yang dapat dimanfaatkan,
memberikan
misalnya saat ibu tidak puasa karena
kepada manusia sebagaimana diungkapkan
sedang haid. Sayangnya yang sering
dalam
terjadi
memanipulasi
27:55).Menurut ajaran Islam, hubungan seks
informasi penyebab tidak puasa dengan
yang sah adalah yang dilakukan secara
alasan sakit, bukan untuk menjelaskan
heteroseksual dan berada dalam ikatan
tentang haid.
pernikahan. Selain itu hubungan seks suami
orang
tua
hasrat
Al-Qur’an
seksual
(3:14,
(syahwat)
7:81,
16 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
istri juga harus dilakukan dalam cara-cara
Dengan demikian haya’ merupakan keadaan
yang tidak dilarang oleh agama. Nilai moral
psikologis sebagai implikasi dari integritas
terpenting terkait seksualitas yang mendasar
iman dan merupakan salah satu dari
dalam Islam adalah hubungan seks hanya
moralitas
diperbolehkan dalam ikatan perkawinan.
karakteristik yang positif dan umumnya
Pelanggaran dalam perilaku seksual dalam
dimiliki oleh para nabi. Penggambaran Al-
Islam dinamakan zina. Zina merupakan
Qur’an tentang haya’ dapat dilihat pada
tindakan keji (fahisyah) dan dikategorikan
kisah tentang Nabi Yusuf (Q.S. 12:23-34),
sebagai dosa besar. Dalam Al-Qur’an
saat ia digoda oleh Zulaikha. Secara
dijelaskan
Islam.
Haya’
merupakan
pelarangan
(atau
anjuran
manusiawi
aktivitas
yang
menjadi
Zulaikha (di kemudian hari ia menikahinya),
Pada
namun haya’ mencegahnya untuk menuruti
umumnya hal ini dipahami sebagai zina
hasrat manusiawinya tersebut, walaupun
non-coitus (zina al-jawarih), yang meliputi
situasi sangat memungkinkan karena mereka
segala aktivitas dan perilaku yang dapat
hanya berdua dalam ruangan yang tertutup.
menghindari)
preseden
(qurb)
kepada
zina.
Yusuf
sudah terpikat
oleh
itu
‘Aurat adalah bagian dari tubuh yang
dilakukan oleh mata, telinga, mulut, tangan,
dapat mendatangkan stimulasi seksual bila
maupun kaki. Selain itu dalam Al-Qur’an
melihatnya(Kasule,www.themodernreligion.
juga
com). Dalam Islam fungsi utama pakaian
membawa
pada
zina
dianjurkan
coitus
untuk
baik
merendahkan
pandangan dan menjaga kelamin
(Q.S.
selain untuk melindungi fisik tubuh dari
24:30-31) agar tidak tergoda melakukan
cuaca alam, adalah untuk menutup aurat.
pelanggaran seksual.
Laki-laki dan perempuan memiliki aurat
Berikut ini beberapa konsep penting
yang berbeda. Aurat perempuan adalah
dalam Islam yang mencerminkan nilai-nilai
seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangan,
seksualitasyang perlu disampaikan pada
sedangkan aurat laki-laki adalah yang
anak yakni: haya’, ‘aurat, hijab, mahram,
terdapat antara pusar dan lutut. Karena aurat
khalwat, ikhtilath, tabarruj, hurmatul bait,
perempuan
dan janabat.
tubuhnya, maka Al-Qur’an menguraikan
Haya’ biasa diartikan dengan rasa
lebih
rinci
malu. Namun rasa malu ini bukan yang
perempuan.
berkaitan dengan sikap introvert. Haya’
Hijab
adalah
cara-cara
seluruh
anggota
menutup
merupakan
aurat
tindakan
adalah suatu sikap spiritual dari seseorang
melindungi aurat dari penglihatan orang
yang
dosa
lain. Tingkatan dalam cara menerapkan
maupun segala hal yang membawa pada
hijab ini tergantung pada kriteria orang yang
dosa(Kasule,www.themodernreligion.com).
ditemui atau mungkin melihatnya (Q.S.
membuatnya
menghindari
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 17
Lestari, S. [hal.7-20]
24:31, 33:55). Karena tidak menghendaki
terlalu
menyulitkan,
tindakan
Islam
menyendiri berdua dengan lawan jenis yang
membuka
bukan mahram pada tempat yang orang lain
sebagian auratnya di rumah, sepanjang tidak
tidak dapat melihat mereka. Penggambaran
dengan maksud memperlihatkan zinat-nya
khalwat sangat jelas dalam kisah Yusuf A.S,
(perhiasan/segala sesuatu yang menarik)
tentang tindakan Zulaikha menutup semua
atau bersikap sexual stimulative pada selain
pintu ruang tempat ia dan Yusuf berada.
suami. Selain itu bagi perempuan yang
Bila seorang laki-laki dan perempuan
sudah
membolehkan
maka
merupakan
Khalwat
perempuan
menopause
menginginkan
yang
sudah
tidak
berduaan dan menyendiri, maka biasanya
lagi,
juga
akan
menikah
ada
pihak
ketiga,
yaitu
setan
dibolehkan membuka sebagian hijab-nya
(H.R.Ahmad). Oleh karena itu khalwat
(Q.S. 24:60).
merupakan cara pergaulan lain jenis yang
Mahram adalah suatu kategori bagi
tidak dibolehkan oleh Islam. Pada masa
lawan jenis yang tidak boleh dinikahi dan
sekarang
menikahi. Dalam Al-Qur’an (Q.S. 4:23-24)
melakukan khalwat dalam gaya pacaran
disebutkan kategori perempuan yang tidak
mereka dengan alasan romantisme. Maka
boleh dinikahi, yang secara umum dapat
sangat mungkin hal itu meningkatkan
dibagi menjadi dua golongan, yaitu karena
terjadinya peristiwa hubungan seks pra-
nasab
nikah.
dan
hubungan
perkawinan.
Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui
banyak
Ikhtilath
kaum
muda
merupakan
yang
keadaan
siapa saja yang termasuk mahram bagi
bercampur antara banyak laki-laki dan
seorang laki-laki, demikian juga sebaliknya
perempuan.Jika
siapa saja yang termasuk mahram bagi
penting, maka keadaan ikhtilath seyogyanya
seorang perempuan. Seorang Muslim laki-
dihindari. Dalam situasi-situasi sosial yang
laki dan perempuan tidak diperkenankan
niscaya terjadi ikhtilath, Islam mengajarkan
mengalami ketertarikan seksual kepada
etiket menutup aurat dan merendahkan
mahramnya. Di Indonesia istilah yang lebih
tatapan (Q.S. 24:30-31).
tanpa
ada
keperluan
sering digunakan adalah muhrim untuk
Tabarruj adalah tindakan menghiasi
mahram dan non-muhrim untuk yang bukan
diri untuk meningkatkan daya tarik. Pada
mahram.
selain
umumnya perempuan memiliki naluri untuk
berfungsi dalam kriteria pemilihan pasangan
tampil dengan mempercantik diri. Atas
menikah,
bagi
dasar inilah berkembang industri kosmetik
perempuan dibolehkan untuk membuka
dan fashion. Islam tidak membolehkan cara
sebagian auratnya.
menghias diri secara berlebihan (Q.S. 33:33)
Kategori
juga
mahram
menjadi
ini
kriteria
saat perempuan keluar rumah. Terutama
18 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
perempuan yang sedang ditinggal suaminya
layak melakukan ibadah ritual tertentu
bepergian (H.R. Thabrani).
sebelum melakukan mandi besar (junub)
Hurmatul Bayt atau menghormati
penghuni
rumah
merupakan
etiket
dengan tata cara tertentu. Istilah lainnya
adalah mengalami hadats besar.
memasuki rumah orang lain. Dalam Islam
rumah merupakan tempat yang memiliki
Simpulan dan Saran
privasi tinggi bagi penghuninya. Rumah
Komunikasi seksualitas orang tua-
menjadi area yang memberikan keleluasaan
anak berperan penting dalam memberikan
dan kelonggaran bagi penghuninya untuk
bekal informasi seksualitas pada anak dan
mengungkapkan diri dengan lebih besar
membentuk
daripada
misalnya
bertanggungjawab pada anak. Komunikasi
aurat.
seksualitas tersebut sebaiknya menekankan
di
keleluasaan
tempat
publik,
untuk
membuka
perilaku
seksual
yang
Seseorang dilarang memasuki rumah orang
pentingnya
nilai-nilai
lain tanpa ijin. Dalam etiket Islam, batas
seksualitas
sebagaimana
minta ijin bertamu adalah sebanyak tiga kali
diajarkan
(H.R. Bukhari dan Muslim). Bila sesudah
komunikasi
tiga kali tidak ada tanggapan dari penghuni,
dibandingkan sumber informasi seksualitas
orang tersebut perlu mempertimbangkan
lainnya adalah terjaminnya kesinambungan
untuk membatalkan maksud bertamunya.
komunikasi yang terjadi antara orang tua-
dalam
moral
yang
agama.
seksualitas
terkait
orang
telah
Kelebihan
tua-anak
Janabat merupakan keadaan diri tidak
anak. Mengingat pentingnya peran orang tua
suci dan layak menjalankan ibadah ritual
sebagai pemberi informasi seksualitas bagi
seperti shalat, thawaf (haji), dan membaca
anak, sebaiknya orang tua menjalankan
Al-Qur’an. Setelah melakukan hubungan
peran tersebut dengan baik agar anak tidak
seksual,
(bagi
memenuhi rasa ingin tahunya tentang
perempuan), serta mimpi basah atau keluar
seksualitas ke sumber-sumber lain yang
cairan semen dari kelamin (bagi laki-laki),
tidak
seseorang dikategorikan tidak suci dan tidak
kebenarannya.
menstruasi
dan
nifas
dapat
dipertanggungjawabkan
Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 19
Lestari, S. [hal.7-20]
DAFTAR PUSTAKA
Allgeier, E. R.&Allgeier, A. R.(1991).Sexual interactions. Massachusetts: D.C. Heath and
Company.
Anganthi, N. R. N.&Lestari, S. (2007). Pola komunikasi seksualitas pada masyarakat muslim di
Surakarta. Laporan Penelitian Fundamental. (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Athar,
S.
Sex
education:
An
Islamic
perspective.
Diakses
http://www.islamfortoday.com\athar19.html pada tanggal 19 April 2007.
dari
Dale,
P. (2005). Values, sex education and the adolescent. Diakses
http://www.opendoors.com.au\educateA.htm, pada tanggal 10 November 2006.
dari
Fantasia, H. C. (2008). Concept Analysis: Sexual decision-making in adolescence. Nursing
Forum, 43, 80-90.
Hurlock, E. B. (1990). Perkembangan anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jaccard, J., Dittus, P. J., & Gordon, V. V. (1998). Parent–adolescent congruency in reports of
adolescent sexual behavior and in communications about sexual behavior. Child
Development, 69, 247–61.
Kasule,
O.
H.
(tt)
Human
sexuality
and
the
shari’at.
Diakses
dari
www.themodernreligion.com/misc/sex/sex-shariah.html pada tanggal 19 April 2007.
Katchadourian, H. A. (1989). Fundamentals of human sexuality. Fifth edition. Florida: Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Kim, J. L. & Ward, L. M. (2007). Silence speaks volumes: Parental sexual communication among
Asian American emerging adults. Journal of Adolescent Research, 22, 3-31. DOI:
10.1177/0743558406294916
Kimmel, D. C. & Weiner, I. B.(1995). Adolescence: A developmental transition. Second edition.
New York: John wiley & Sons, Inc.
Kotb, H.G. (2004). Sexuality in Islam. Dissertation diajukan pada Maimonides University.
Diakses dari http://www2.hu-berlin.de/sexology/GESUND/ ARCHIV/kotb2.htm pada
tanggal 19 April 2007.
Lestari, S. & Hertinjung, W. S. (2007). Sikap ibu terhadap pertanyaan anak tentang seksualitas.
Psikologika, 12, 147-155.
Lestari, S. (2010). Youth courtship sexual behavior, exposure to pornography, and parental sexual
communication. Anima, 25 (4),257-264.
Lestari, S., Suparno, & Restu, Y. S. (2011). Identifikasi kebutuhan informasi seksualitas pada
remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5 (2), 180-188.
Madani, Y. (2004). Sex educations for teens. Pendidikan seks remaja dalam Islam. Jakarta:
Hikmah.
Miqdad, A. A. A. (2001). Pendidikan seks bagi remaja menurut hukum Islam. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
National Guidelines Task Force.(1996).Guidelines for Comprehensive Sexuality Education,
Kinergarten-12th Grade. second edition. New York: SIECUS.
20 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
PKBI (2001). Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Laporan
need assesment di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya.
Diakses dari: www.PKBI.or.id.
Rate, A. C. (2005). Preach or teach? Value-based sexuality education. Diakses dari
http://www.opendoors.com.au\educateB.htm, pada tanggal 10 November 2006.
Sugiarto, 2006. Hasil survei PSS PKBI DIY: Pelajar sudahlakukan seks bebas. Diakses dari
www.cyberman.cbn.net.id pada tanggal 15 Maret 2006.
Tim Penyusun Terjemah. (1975). Al-Quran dan terjemahnya . Departemen Agama Republik
Indonesia.
Lampiran:
Sri Lestari. Menyelesaikan pendidikan ilmu psikologi S-1, S-2, dan S-3 di Fakultas Psikologi
UGM. Berminat dalam kajian psikologi keluarga terutama parenting dan pendidikan seksualitas.
Aktif melakukan penelitian dan menulis artikel pada jurnal ilmiah. Beberapa karyanya telah
diterbitkan antara lain dalam jurnal Arkhe, Anima, Buletin Psikologi, Jurnal Psikologi,
Humaniora, dan Indigenous. Buku pertama yang telah diterbitkan adalah Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Kencana Prenada Media Group,
2012).