(Keynote Speaker) Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai

PU.02

KOMUNIKASI SEKSUALITAS ORANG TUA-ANAK BERBASIS NILAI
Sri Lestari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email:[email protected]

Abstraksi.Perilaku seksual remaja telah mengundang keprihatinan dari para pendidik dan
orang tua.Tekanan teman sebaya dan media ditengarai memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku seksual remaja.Pendidikan seksualitas, terutama oleh orang tua, dianggap
sebagai jalan keluar untuk mengendalikan dan memberi arah yang benar terhadap perilaku
seksual remaja.Sayangnya orang tua pada umumnya belum menjalankan peran yang baik
dalam hal ini.Sebenarnya orang tua tidak harus memberikan pendidikan seksualitas pada
anak secara terstruktur layaknya di sekolah.Orang tua hanya perlu menjadikan topik
seksualitas menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari di dalam keluarga.Tulisan ini
membahas urgensi komunikasi seksualitas orang tua – anak, bagaimana melakukannya, dan
konsep-konsep penting terkait nilai-nilai seksualitas.
Kata kunci: remaja, komunikasi seksualitas, nilai-nilai

Fenomena yang terjadi di masyarakat


Tasikmalaya menunjukkan bahwa aktivitas

menunjukkan bahwa perilaku remaja dalam

remaja dalam berpacaran sangat bervariasi,

berpacaran semakin memprihatinkan banyak

mulai dari bersentuhan, berciuman, petting,

pihak. Bila jaman tahun 1970-an dulu

dan berhubungan kelamin. Alasan remaja

perilaku seksual yang terekspos di ranah

melakukan

publik adalah bergandengan tangan atau


berpacaran pada umumnya adalah sebagai

merangkul pundak. Namun kini perilaku

ungkapan rasa cinta. Sementara hasil survei

seperti itu tidak lagi dianggap sebagai

PKBI lainnya (Sugiarto, 2006) menemukan

pacaran tetapi pertemanan biasa. Dalam

bahwa pelaku hubungan seks pranikah telah

sebuah wawancara dengan remaja putra

merambah remaja di bawah usia 18 tahun.

hubungan


seksual

dalam

terungkap bahwa yang namanya pacaran itu

Dampak yang timbul dari maraknya

paling tidak sudah sampai pada tahap

perilaku seks pranikah pada remaja adalah

berciuman. Bahkan beberapa hasil survei

terjadi peningkatan jumlah kasus kehamilan

mengungkapkan

data


lebih

tidak dikehendaki (KTD) . Namun untuk

mengkhawatirkan.

Seperti

yang

menemukan data secara statistik mengenai

yang
survei

dilakukan PKBI (2001) terhadap 2479

jumlah kasus KTD

remaja


masyarakat masih sulit. Mengingat tidak

di

Palembang,

lima

kota

Singkawang,

yaitu

Kupang,

Cirebon,

dan


yang terjadi di

semua kasus KTD dilaporkan pada pihak

7

8 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

berwenang. Langkah yang masih sering

Ada

beberapa

hal

yang

diduga


ditempuh oleh keluarga yang mengalami

berpengaruh terhadap peningkatan perilaku

kasus KTD adalah segera menikahkan

seksual pada masa remaja, yakni: (1) Usia

remaja yang hamil

tersebut. Bila dulu

pubertas yang makin muda. Seiring dengan

pernikahan dalam kondisi sudah hamil

perbaikan gizi dan asupan nutrisinya, usia

dipandang


anak mengalami haid pertama kali semakin

sebagai

peristiwa

yang

menimbulkan aib bagi keluarga, maka

muda usianya.

sekarang kondisi tersebut sudah dipandang

bermuatan perilaku seksual makin tinggi.

sebagai kewajaran. Tak jarang pernikahan

Dalam tayangan televisi misalnya terdapat


dengan kasus KTD pun dirayakan secara

adegan-adegan perilaku remaja berpacaran,

besar-besaran dengan pesta yang meriah.

juga

Konsekuensi

percintaan

yang

digambarkan dengan perilaku berangkulan,

adalah

berpelukan, bahkan berciuman. (3) Akses


menjadi orang tua di usia muda. Pada tahap

media pornografi makin mudah dilakukan.

ini para remaja

Bukan

pada

masa

timbul

kisah-kisah

pasca

pernikahan


yang

(2) Paparan media yang

remaja

pada umumnya belum

rahasia

lagi

bila

ada

tempat

memahami bahwa berkeluarga berarti berani

persewaan CD film juga menyewakan CD

memikul

besar.

film-film porno yang bisa disewa dengan

Berkeluarga tidak hanya berisi kesenangan

mudah oleh remaja. (4) Tekanan teman

sebagaimana

bayangkan

sebaya makin kuat. Di kalangan sebagian

selama berpacaran. Ada kewajiban mencari

remaja ada anggapan bahwa remaja yang

nafkah

tidak

tanggungjawab

yang

untuk

yang

mereka

memenuhi

kebutuhan

mempunya

pacar

dipandang

keluarga, mengelola keuangan keluarga,

ketinggalan jaman dan tidak gaul. Kondisi

mengasuh

dan

tersebut membuat remaja yang belum

sebagainya. Ketidaksiapan dalam memikul

mempunyai pacar menjadi ingin mempunyai

tanggungjawab tersebut dapat menimbulkan

pacar seperti teman-teman lainnya. (5) Peran

problem-problem

dalam

orang tua dalam membekali informasi

jarang

seksualitas pada anak kurang memadai. Dari

tersebut

penelitian Anganthi dan Lestari (2007) dan

berlanjut pada konflik antar pasangan.

Lestari (2010) terungkap bahwa komunikasi

Bahkan

janji

seksualitas yang terjalin antara orang tua

pernikahan dengan sebuah perceraian. Oleh

dengan anak masih rendah. Bahkan masih

karena itu tidak mengherankan bila angka

ditemukan orang tua yang merasa tidak

perceraian di usia muda pun disinyalir

perlu membekali anak dengan pengetahuan

menunjukkan tren peningkatan.

seksualitas karena memandang anak akan

kehidupan

dan

mendidik

psikososial

berpasangan.

problem-problem

ada

anak,

Tak

psikososial

yang

mengakhiri

tahu sendiri bila sudah besar.

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 9
Lestari, S. [hal.7-20]

Peran

orang

tua

sebagai

pendidik

(14,2%), buku (6,9%), internet (6,5%), guru
dan media (3,4%), kakak (2,7%), dan ahli

seksualitas
Terkait dengan peran orang tua dalam
komunikasi

seksualitas

anak,

urutan pertama sumber informasi tentang

penelitian Lestari dan Hertinjung (2007)

seks juga teman, namun urutan berikutnya

mengungkapkan bahwa sikap ibu dalam

yang menonjol adalah internet. Urutan

komunikasi seksualitas dengan anak dapat

berikutnya adalah guru (8,6%), media dan

dikategorikan menjadi: (1) memberikan

buku

penjelasan, (2) bingung dalam menjawab

(1,9%), ahli (1,5%) dan kakak (0.7%).

pertanyaan anak, (3) melarang anak untuk

Pemilihan

bertanya,

dan

informasi seks pada remaja perempuan

menganggap anak akan tahu sendiri, dan (5)

relatif kecil, namun bila dibandingkan

mengalihkan topik pembicaraan. Bila dilihat

dengan pemilihan remaja laki-laki, remaja

dari proporsinya masih lebih banyak ibu

perempuan masih memiliki motivasi yang

yang tidak memberikan penjelasan terhadap

lebih besar daripada remaja laki-laki untuk

pertanyaan

mencari

(4)

dengan

(2,3%). Pada remaja laki-laki pilihan untuk

menunda

tentang

jawaban

seksualitas

yang

diajukan oleh anak daripada yang bersedia

(masing-masing

orangtua

informasi

3,3%),

orangtua

sebagai

tentang

sumber

seks

dari

orangtua.

memberikan penjelasan. Kondisi tersebut

Selain dari sisi anak, hambatan dalam

dapat menjadi pendorong bagi anak untuk

komunikasi seksualitas juga dapat berasal

mencari tahu sendiri dari sumber-sumber

dari sisi orang tua. Seperti terungkap dalam

lain

penelitian Kim dan Ward (2007), orangtua

yang

memungkinkan

untuk

mengaksesnya.
Studi

dari

ekplorasi

yang

dilakukan

keluarga

Asia

Amerika

memilih

mengomunikasikan nilai-nilai seksualitas

dan

Restu

(2011)

pada anak secara implisit dan nonverbal.

bahwa

teman

sebaya

Dengan cara seperti itu, remaja hanya

menjadi sumber informasi yang paling

sedikit berkomunikasi dengan orangtua

banyak dipilih oleh remaja laki-laki maupun

tentang seksualitas. Hal tersebut dapat

remaja perempuan. Bila dicermati lebih

mengakibatkan remaja salah memahami

lanjut terdapat perbedaan antara remaja laki-

sikap

laki dan perempuan dalam memilih sumber

(Jaccard, Dittus, & Gordon, 1998). Padahal

informasi tentang seks. Remaja perempuan

orangtua masih menjadi variabel penting

memilih teman (41,6%) sebagai sumber

dalam pengambilan keputusan pada remaja

pertama, berikutnya adalah orangtua

terkait perilaku seksualnya (Fantasia, 2008).

Lestari,

Suparno,

mengungkapkan

orangtua

terhadap

seksualitas

10 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Pemahaman

remaja tentang dimensi

leksikal dari kata seks sebagai jenis kelamin
dengan beragam arti dalam pandangan

seksualitas
Topik seksualitas merupakan topik

remaja menunjukkan bahwa remaja belum

yang menjadi pembicaraan remaja dengan

dapat membedakan istilah seks dengan

teman-teman

Pemahaman

istilah-istilah lain yang dianggap remaja

remaja tentang seks tidak terlepas dari

sama artinya padahal sebenarnya memiliki

pengaruh pergaulan teman sebaya dan

arti yang berbeda seperti hubungan seksual

pengaruh

dan

sebayanya.

media

massa.

Survei

yang

reproduksi.

Kondisi

tersebut

dilakukan Lestari, Suparno, dan Restu

mengindikasikan

(2011) mengungkap arti kata seks menurut

memiliki

remaja (Tabel 1). Dari survei tersebut

komprehensif

diketahui bahwa sebagian besar remaja

yang kurang tepat tersebut diduga terkait

mengartikan kata seks sebagai hubungan

dengan keakuratan informasi yang diperoleh

seksual,dan

oleh remaja manakala mencari tahu tentang

bukan

jenis

kelamin

sebagaimana arti bahasa yang sebenarnya.

bahwa

informasi
tentang

remaja

yang

tepat

belum
dan

seks.Pemahaman

informasi seks yang dibutuhkannya.

Perbedaan yang muncul antara makna

Tabel 1. Pemahaman remaja tentang seks
Kategori tema
Hubungan seksual
Relasi dengan lawan jenis
Pembeda jenis
Erotisme
Perbuatan terlarang
Reproduksi
Hasrat
Tidak tahu
Tidak menjawab
Lainnya
Total
Dikutip dari Lestari, Suparno, & Restu, 2011.

Mengapa

komunikasi

seksualitas

Jumlah
322
82
25
13
8
6
6
46
15
7
530

Persentase
60,75
15,47
4,72
2,45
1,51
1,13
1,13
8,68
2,83
1,32
100,00

perkembangan kepribadian anak-anak dan
remaja.Tak terkecuali dalam pembentukan

penting?
tekanan

sikap dan perilaku seksual. Secara rata-rata,

media

anak terkena 9000 paparan adegan seksual

memiliki pengaruh yang besar terhadap

dalam setahun (Kotb, Heba.G., www2.hu-

Pada
kelompok

masa
sebaya

sekarang
dan

paparan

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 11
Lestari, S. [hal.7-20]

berlin.de). Di sisi lain, anak secara alamiah

sikap dan nilai-nilai moral yang terkandung

memiliki rasa ingin tahu terhadap masalah

di dalam seksualitas pada anak (Allgeier

seksualitas. Minat pada seks ini berkembang

&Allgeier, 1991).Isu tentang nilai dalam

sepanjang masa kanak-kanak dan mencapai

seksualitas

puncaknya pada masa puber (Hurlock,

seksualitas

1990).Bahkan menurut Calderone (Kimmel

pembuatan keputusan (Dale, 2005). Proses

& Weiner, 1995), berbagai riset menemukan

decision making tidak akan berjalan jika

bahwa anak-anak sudah memiliki perasaan,

tanpa rujukan tentang ‘apa yang baik’ dan

pikiran dan pengalaman seksual.Namun,

‘apa yang tidak baik’. Karena itu pendidikan

perilaku seksual pada masa kanak-kanak

seksualitas yang dilakukan oleh orang tua

sebagaimana

merupakan model pendidikan seksualitas

merupakan

aktivitas

yang

lainnya

manifestasi

dari

aktivitas

bermain (Katchadourian, 1989).

yang

merupakan
sering

prioritas

karena

berkenaan

berbasis

nilai

dengan

(value-based

model).Dalam model ini diajukan suatu nilai

Dengan memperhatikan keberadaan

yang

spesifik,

kepada

anak

diberikan

minat pada seks dalam diri anak dan

pernyataan-pernyataan

mengingat pentingnya tahap perkembangan

keyakinan,

pada

dipertimbangkan sebagai yang terbaik (Rate,

masa

baligh,

maka

pendidikan

dan

seksualitas penting diberikan pada anak

2005).Misalnya

sejak

marriage,

dini.

Dengan

kenyataan

bahwa

tentang

suatu

nilai

abstinence

larangan

tertentu

only

berzina,

until

manusia

keluarga merupakan tempat pertama dan

diciptakan berpasangan, orientasi seksual

utama

yang normal adalah heteroseksual.

bagi

anak

menjalani

proses

sosialisasi, orang tua merupakan pihak yang

Menurut kesepakatan International

paling diharapkan terlibat dalam pendidikan

Conference of Sex Education and Family

seksualitas dini pada anak. Pendidikan

Planning

seksualitas yang dilakukan oleh orang tua

pendidikan

ini lebih menjamin proses kesinambungan,

menghasilkan

berbeda dengan informasi seksualitas yang

yang dapat menjalankan kehidupan yang

diperoleh anak dari luar yang seringkali

bahagia karena dapat menyesuaikan diri

tidak

dipertanggungjawabkan

dengan masyarakat dan lingkungannya serta

kebenarannya dan mungkin anak hanya

bertanggungjawab terhadap dirinya dan

memperoleh informasi secara parsial.

orang-orang lain (Miqdad, 2001). Adapun

dapat

Lebih

penting

1962,

secara

seksualitas
manusia-manusia

umum

bertujuan
dewasa

pendidikan

menurut Ustadz Al Ghawshi (Madani, 2004)

seksualitas yang diberikan orang tua tidak

tujuan dari pendidikan seksualitas adalah

hanya

tentang

memberikan pengetahuan yang tepat kepada

seksualitas tetapi juga tersampaikannya

anak agar dapat beradaptasi secara baik

mencakup

lagi,

tahun

fakta-fakta

12 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

dengan perilaku-perilaku seksual pada saat

hubungan kekeluargaan dan lawan jenis,

yang akan datang dengan maksud dapat

serta memahami kewajiban dan tanggung

mendorong anak agar dapat melakukan

jawab terhadap keluarga dan orang lain.

suatu kecenderungan yang logis dan benar
dalam

masalah-masalah

seksual

dan

Kaum muda harus dibantu dalam
mengembangkan ketrampilan interpersonal,

reproduksi. Dengan demikian kebahagiaan

yang

meliputi

komunikasi,

hidup, pengetahuan dan kebenaran perilaku

keputusan,

seksual merupakan prinsip penting dalam

menolak

tujuan pendidikan seksualitas.

kemampuan membangun hubungan yang

asertivitas,
ajakan

pembuatan

dan

teman

ketrampilan

sebaya,

serta

kerangka

saling menghargai.Pendidikan seksualitas

penyusunan pendidikan seksualitas yang

juga harus menyiapkan kaum muda untuk

komprehensif

for

memahami seksualitas masa dewasa secara

Education,

efektif dan kreatif.Termasuk dalam hal ini

Sementara

itu

dalam

Comprehensive

SIECUS

sebagai

Guidelines

Sexuality

(Sexuality

Information

and

adalah

membantu

kaum

Education Council of the United States )

mengembangkan

diungkapkan empat tujuan dari pendidikan

mendukung hubungan tanpa paksaan, serta

seksualitas, yaitu: 1) informasi, 2) sikap,

hubungan intim dan seksual yang saling

nilai dan wawasan, 3) relationshipatau

menyenangkan dengan pasangan yang sah.

ketrampilan interpersonal, dan 4) tanggung
jawab.

Informasi

berkenaan

kemampuan

muda
merawat,

Pendidikan seksualitas juga bertujuan

dengan

melatih kaum muda bertanggung jawab

seksualitas manusia yang komprehensif,

dalam relasi seksual, mencakup berpantang,

yang

bertahan terhadap tekanan untuk terlibat

mencakup:

perkembangan,

pertumbuhan
reproduksi

dan

manusia,

dalam hubungan seksual,

dan tentang

anatomi, fisiologi, masturbasi, kehidupan

penggunaan kontrasepsi.Pendidikan seksual

berkeluarga,

kelahiran,

harus merupakan komponen utama dalam

keorangtuaan (parenthood), respons-respons

program yang dirancang untuk mengurangi

seksual,

prevalensi problem kesehatan seksual yang

kehamilan,

orientasi

seksual,

kontrasepsi,

aborsi, sexual abuse, HIV/AIDS, dan PMS.
Pemaparan nilai-nilai dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan bagi kaum

meliputi

kehamilan

remaja,

penyakit

menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan
sexual abuse.

muda bertanya, mencari tahu, dan menakar

Athar

sikap seksualnya dalam rangka memahami

menyatakan

nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat,

seksualitas

meningkatkan

(self-esteem),

diajarkan tentang anatomi dan fisiologi

mengenai

harus terlebih dahulu ditanamkan keyakinan

harga

mengembangkan

diri

wawasan

(www.islamfortoday.com)
bahwa
sejak

dalam
dini,

pendidikan

sebelum

anak

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 13
Lestari, S. [hal.7-20]

kepada Allah SWT (tauhid).Selain itu

Salah

penyampaian kepada anak laki-laki dan

mengembangkan

perempuan harus dilakukan secara terpisah,

adalah persepsi tabu terhadap topik seks.

serta penyampaian informasi seksualitas

Sayangnya

harus sesuai dengan kepentingan. Dalam

malah

arti, bila anak usia 5 tahun bertanya tentang

sensualitas seks di ranah publik, misalnya

bagaimana bayi bisa berada dalam perut ibu,

melalui media. Cara-cara mengeksploitasi

tidak harus dijelaskan tentang keseluruhan

sensualitas seks melalui media ditengarai

aktivitas intercourse. Demikian juga pada

justru

anak usia 14 tahun tidak perlu disampaikan

eksperimentasi seksual di kalangan remaja.

satu

hambatan

terbesar

komunikasi

upaya

seksualitas

menyingkirkan

diwujudkan

dengan

mendorong

untuk

tabu

eksploitasi

meningkatnya

informasi tentang cara penggunaan kondom,

Oleh

yang hanya boleh disampaikan pada saat

seksualitas

anak menjelang menikah. Adapun cakupan

mensyaratkan dihilangkannya persepsi tabu

materi

terhadap seks. Persepsi tabu diperlukan

pendidikan

seksualitas

menurut

Athar, meliputi:

karena

itu

komunikasi

orang

tua–anak

tidak

karena dalam batas-batas tertentu seks

a. Pertumbuhan dan perkembangan
seksual

memiliki makna yang sakral. Selain itu seks
juga berkenaan dengan hal-hal yang bersifat

b. Fisiologi dan sistem reproduksi

privasi, sehingga akan menghadirkan rasa

c. Konsepsi, perkembangan janin dan

malu bila diumbar kepada publik. Justru

kelahiran

karena seksualitas memiliki dimensi yang

d. Penyakit menular seksual

bersifat

e. Aspek mental, emosional dan sosial

seksualitas orang tua – anak menjadi relevan

tabu

membuat

komunikasi

dari pubertas

dan penting. Pada umumnya hal-hal yang

Etika moral, sosial dan agama

tabu hanya dapat dibicarakan secara lebih

g. Cara menghadapi tekanan sebaya

terbuka dengan orang-orang dengan tingkat

f.

kedekatan yang tinggi. Karena dengan
Mengembangkan komunikasi seksualitas

demikian seseorang tidak akan merasa

orang tua – anak

khawatir dipermalukan.

Komunikasi dipercayai menjadi salah
satu

kunci

menjalankan
Dengan

bagi
fungsi

demikian

orang

tua

dalam

keorangtuaannya.

seks,

ternyata

tetap

tidak

membuat

komunikasi seksualitas orang tua – anak

fungsinya

menjadi mudah dilakukan. Di dunia Barat,

melakukan pendidikan seksualitas dapat

yang tidak lagi menganggap seks sebagai

diwujudkan

mengembangkan

hal yang tabu dan ekspresi seksualitas di

komunikasi seksualitas orang tua - anak.

ruang publik tidak lagi berpedoman pada

dengan

dalam

Penghilangan persepsi tabu terhadap

14 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

moralitas yang ketat, para orang tua tetap

maka perasaan nyaman terhadap topik

merasa

mengomunikasikan

seksualitas dapat ditumbuhkan pada diri

seksualitas dengan anak. Cara-cara berikut

masing-masing. Dengan kenyamanan

ini dapat digunakan untuk mempermudah

tersebut

orangtua

menjalankan peran dengan baik dalam

kesulitan

dalam

mengembangkan

masing-masing akan dapat

komunikasi seksualitas dengan anak.

menyampaikan

1. Memulai sejak dini

pada anak.

Penyampaian

informasi

seksualitas

informasi

seksualitas

3. Menyampaikan informasi sesuai tahap

kepada anak sebaiknya dimulai sejak

perkembangan

balita, saat rasa malu anak belum

Seberapa jauh informasi seksualitas

menguat.Pada masa ini anak-anak masih

diberikan pada anak tergantung usia dan

berada pada taraf berpikir kongkrit,

tahap perkembangan anak. Sebagai

sehingga

menerima

contoh dalam penyampaian informasi

tentang

tentang anatomi reproduksi, pada kanak-

seksualitas tanpa tendensi etis, misalnya

kanak cukup diberi informasi tentang

pengenalan nama-nama anggota tubuh

nama organ reproduksi dan fungsinya

dengan istilah-istilah yang tepat (penis,

membedakan jenis kelamin. Sementara

vagina dll.). Penyampaian informasi

pada masa pra remaja dan remaja awal

seksualitas

juga

perlu

anak

kematangan organ reproduksi terjadi

bahwa orang tuanya bersikap terbuka

pada masa puber, perbedaan sistem

terhadap topik seksualitas. Sehingga

reproduksi

pada saat anak mulai berkembang rasa

seksual, dan adanya perasaan erotis

malunya, mereka tahu bahwa orang

yang muncul saat organ reproduksi

tuanya dapat menjadi tempat rujukan

tertentu disentuh. Pada remaja yang

untuk memperoleh informasi seksualitas

beranjak

yang mereka butuhkan.

disampaikan

masih

bisa

informasi-informasi

faktual

sejak

akanmemberikan

dini

kesan

pada

2. Membuat diri merasa nyaman dengan

diberi

informasi

dengan

dewasa,

mencakup

sistem

bahwa

respons

informasi

yang

lengkap

lagi

lebih
kromosom

dan

hormon

topik seksualitas

seksual, serta kenikmatan yang dapat

Perasaan nyaman untuk membicarakan

diperoleh oleh laki-laki dan perempuan

topik seksualitas dapat dilatih melalui

melalui relasi seksual.

komunikasi

seksualitas

dengan

4. Menggunakan bahasa dan istilah yang

pasangan. Bila komunikasi seksualitas

tepat dan mudah dipahami anak

dengan pasangan berlangsung dengan

Adanya persepsi tabu terhadap seks

baik secara verbal maupun nonverbal,

sering

membuat

seseorang

sulit

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 15
Lestari, S. [hal.7-20]

menyebutkan istilah seksual dengan

Konsep-konsep seksualitas terkait nilai-

benar

nilai

dan

tepat.

menggunakan
mengganti

kata

Ada

yang

‘anu’

untuk

istilah-istilah

diungkapkan.

Sebagian

Sebagaimana

sudah

dipaparkan

yang

sulit

bahwa kelebihan komunikasi seksualitas

yang

lain

orang



tua

anak

dibanding

format

menggunakan istilah-istilah kulturan,

pendidikan seksualitas yang lain adalah

misalnya titit untuk menyebut penis. Hal

dalam hal kesinambungan dan penyampaian

yang perlu diingat adalah penggunaan

nilai-nilai. Hubungan orang tua dan anak

istilah

tidak

yang

tidak

menyamarkan

atau

informasi

yang

tepat

mau

dapat

dibatasi

oleh

waktu

sehingga

menyesatkan

kesinambungan yang terkait dengan tahap

disampaikan.

perkembangan

dapat

terjaga.Pemaparan

Padahal informasi tentang seksualitas

nilai juga lebih mudah dilakukan karena

harus disampaikan dengan jelas dan

pada umumnya terdapat kesamaan nilai

lugas.

antara orang tua dan anak, mengingat nilai

5. Memanfaatkan momentum

terkait dengan latar belakang sosial, budaya

Karena model pendidikan di rumah

dan agama.Hal ini berbeda dengan sekolah,

berbeda

terutama

sekolah

menjadi

menerima

siswa

penting. Beberapa momentum yang

belakang.

dengan di sekolah,

pemanfaatan

momentum

maka

negeri
dari

yang
beragam

harus
latar

rutin terjadi dapat digunakan, misalnya,

Nilai-nilai seksual pada umumnya

peristiwa kelahiran bayi oleh saudara

bersumber pada budaya dan khususnya

atau tetangga, peristiwa menarkhe atau

agama.Dalam

mimpi basah. Bagi kaum muslim pada

merupakan salah satu sifat dasar manusia

bulan

(the

Ramadhan

juga

terdapat

nature

pandangan

of

Islam,

human

seks

being).Allah

momentum yang dapat dimanfaatkan,

memberikan

misalnya saat ibu tidak puasa karena

kepada manusia sebagaimana diungkapkan

sedang haid. Sayangnya yang sering

dalam

terjadi

memanipulasi

27:55).Menurut ajaran Islam, hubungan seks

informasi penyebab tidak puasa dengan

yang sah adalah yang dilakukan secara

alasan sakit, bukan untuk menjelaskan

heteroseksual dan berada dalam ikatan

tentang haid.

pernikahan. Selain itu hubungan seks suami

orang

tua

hasrat

Al-Qur’an

seksual
(3:14,

(syahwat)
7:81,

16 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

istri juga harus dilakukan dalam cara-cara

Dengan demikian haya’ merupakan keadaan

yang tidak dilarang oleh agama. Nilai moral

psikologis sebagai implikasi dari integritas

terpenting terkait seksualitas yang mendasar

iman dan merupakan salah satu dari

dalam Islam adalah hubungan seks hanya

moralitas

diperbolehkan dalam ikatan perkawinan.

karakteristik yang positif dan umumnya

Pelanggaran dalam perilaku seksual dalam

dimiliki oleh para nabi. Penggambaran Al-

Islam dinamakan zina. Zina merupakan

Qur’an tentang haya’ dapat dilihat pada

tindakan keji (fahisyah) dan dikategorikan

kisah tentang Nabi Yusuf (Q.S. 12:23-34),

sebagai dosa besar. Dalam Al-Qur’an

saat ia digoda oleh Zulaikha. Secara

dijelaskan

Islam.

Haya’

merupakan

pelarangan

(atau

anjuran

manusiawi

aktivitas

yang

menjadi

Zulaikha (di kemudian hari ia menikahinya),

Pada

namun haya’ mencegahnya untuk menuruti

umumnya hal ini dipahami sebagai zina

hasrat manusiawinya tersebut, walaupun

non-coitus (zina al-jawarih), yang meliputi

situasi sangat memungkinkan karena mereka

segala aktivitas dan perilaku yang dapat

hanya berdua dalam ruangan yang tertutup.

menghindari)
preseden

(qurb)

kepada

zina.

Yusuf

sudah terpikat

oleh

itu

‘Aurat adalah bagian dari tubuh yang

dilakukan oleh mata, telinga, mulut, tangan,

dapat mendatangkan stimulasi seksual bila

maupun kaki. Selain itu dalam Al-Qur’an

melihatnya(Kasule,www.themodernreligion.

juga

com). Dalam Islam fungsi utama pakaian

membawa

pada

zina

dianjurkan

coitus

untuk

baik

merendahkan

pandangan dan menjaga kelamin

(Q.S.

selain untuk melindungi fisik tubuh dari

24:30-31) agar tidak tergoda melakukan

cuaca alam, adalah untuk menutup aurat.

pelanggaran seksual.

Laki-laki dan perempuan memiliki aurat

Berikut ini beberapa konsep penting

yang berbeda. Aurat perempuan adalah

dalam Islam yang mencerminkan nilai-nilai

seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangan,

seksualitasyang perlu disampaikan pada

sedangkan aurat laki-laki adalah yang

anak yakni: haya’, ‘aurat, hijab, mahram,

terdapat antara pusar dan lutut. Karena aurat

khalwat, ikhtilath, tabarruj, hurmatul bait,

perempuan

dan janabat.

tubuhnya, maka Al-Qur’an menguraikan

Haya’ biasa diartikan dengan rasa

lebih

rinci

malu. Namun rasa malu ini bukan yang

perempuan.

berkaitan dengan sikap introvert. Haya’

Hijab

adalah

cara-cara

seluruh

anggota

menutup

merupakan

aurat

tindakan

adalah suatu sikap spiritual dari seseorang

melindungi aurat dari penglihatan orang

yang

dosa

lain. Tingkatan dalam cara menerapkan

maupun segala hal yang membawa pada

hijab ini tergantung pada kriteria orang yang

dosa(Kasule,www.themodernreligion.com).

ditemui atau mungkin melihatnya (Q.S.

membuatnya

menghindari

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 17
Lestari, S. [hal.7-20]

24:31, 33:55). Karena tidak menghendaki
terlalu

menyulitkan,

tindakan

Islam

menyendiri berdua dengan lawan jenis yang

membuka

bukan mahram pada tempat yang orang lain

sebagian auratnya di rumah, sepanjang tidak

tidak dapat melihat mereka. Penggambaran

dengan maksud memperlihatkan zinat-nya

khalwat sangat jelas dalam kisah Yusuf A.S,

(perhiasan/segala sesuatu yang menarik)

tentang tindakan Zulaikha menutup semua

atau bersikap sexual stimulative pada selain

pintu ruang tempat ia dan Yusuf berada.

suami. Selain itu bagi perempuan yang

Bila seorang laki-laki dan perempuan

sudah

membolehkan

maka

merupakan

Khalwat

perempuan

menopause

menginginkan

yang

sudah

tidak

berduaan dan menyendiri, maka biasanya

lagi,

juga

akan

menikah

ada

pihak

ketiga,

yaitu

setan

dibolehkan membuka sebagian hijab-nya

(H.R.Ahmad). Oleh karena itu khalwat

(Q.S. 24:60).

merupakan cara pergaulan lain jenis yang

Mahram adalah suatu kategori bagi

tidak dibolehkan oleh Islam. Pada masa

lawan jenis yang tidak boleh dinikahi dan

sekarang

menikahi. Dalam Al-Qur’an (Q.S. 4:23-24)

melakukan khalwat dalam gaya pacaran

disebutkan kategori perempuan yang tidak

mereka dengan alasan romantisme. Maka

boleh dinikahi, yang secara umum dapat

sangat mungkin hal itu meningkatkan

dibagi menjadi dua golongan, yaitu karena

terjadinya peristiwa hubungan seks pra-

nasab

nikah.

dan

hubungan

perkawinan.

Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui

banyak

Ikhtilath

kaum

muda

merupakan

yang

keadaan

siapa saja yang termasuk mahram bagi

bercampur antara banyak laki-laki dan

seorang laki-laki, demikian juga sebaliknya

perempuan.Jika

siapa saja yang termasuk mahram bagi

penting, maka keadaan ikhtilath seyogyanya

seorang perempuan. Seorang Muslim laki-

dihindari. Dalam situasi-situasi sosial yang

laki dan perempuan tidak diperkenankan

niscaya terjadi ikhtilath, Islam mengajarkan

mengalami ketertarikan seksual kepada

etiket menutup aurat dan merendahkan

mahramnya. Di Indonesia istilah yang lebih

tatapan (Q.S. 24:30-31).

tanpa

ada

keperluan

sering digunakan adalah muhrim untuk

Tabarruj adalah tindakan menghiasi

mahram dan non-muhrim untuk yang bukan

diri untuk meningkatkan daya tarik. Pada

mahram.

selain

umumnya perempuan memiliki naluri untuk

berfungsi dalam kriteria pemilihan pasangan

tampil dengan mempercantik diri. Atas

menikah,

bagi

dasar inilah berkembang industri kosmetik

perempuan dibolehkan untuk membuka

dan fashion. Islam tidak membolehkan cara

sebagian auratnya.

menghias diri secara berlebihan (Q.S. 33:33)

Kategori

juga

mahram

menjadi

ini

kriteria

saat perempuan keluar rumah. Terutama

18 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

perempuan yang sedang ditinggal suaminya

layak melakukan ibadah ritual tertentu

bepergian (H.R. Thabrani).

sebelum melakukan mandi besar (junub)

Hurmatul Bayt atau menghormati

penghuni

rumah

merupakan

etiket

dengan tata cara tertentu. Istilah lainnya
adalah mengalami hadats besar.

memasuki rumah orang lain. Dalam Islam
rumah merupakan tempat yang memiliki

Simpulan dan Saran

privasi tinggi bagi penghuninya. Rumah

Komunikasi seksualitas orang tua-

menjadi area yang memberikan keleluasaan

anak berperan penting dalam memberikan

dan kelonggaran bagi penghuninya untuk

bekal informasi seksualitas pada anak dan

mengungkapkan diri dengan lebih besar

membentuk

daripada

misalnya

bertanggungjawab pada anak. Komunikasi

aurat.

seksualitas tersebut sebaiknya menekankan

di

keleluasaan

tempat

publik,

untuk

membuka

perilaku

seksual

yang

Seseorang dilarang memasuki rumah orang

pentingnya

nilai-nilai

lain tanpa ijin. Dalam etiket Islam, batas

seksualitas

sebagaimana

minta ijin bertamu adalah sebanyak tiga kali

diajarkan

(H.R. Bukhari dan Muslim). Bila sesudah

komunikasi

tiga kali tidak ada tanggapan dari penghuni,

dibandingkan sumber informasi seksualitas

orang tersebut perlu mempertimbangkan

lainnya adalah terjaminnya kesinambungan

untuk membatalkan maksud bertamunya.

komunikasi yang terjadi antara orang tua-

dalam

moral
yang

agama.

seksualitas

terkait

orang

telah

Kelebihan
tua-anak

Janabat merupakan keadaan diri tidak

anak. Mengingat pentingnya peran orang tua

suci dan layak menjalankan ibadah ritual

sebagai pemberi informasi seksualitas bagi

seperti shalat, thawaf (haji), dan membaca

anak, sebaiknya orang tua menjalankan

Al-Qur’an. Setelah melakukan hubungan

peran tersebut dengan baik agar anak tidak

seksual,

(bagi

memenuhi rasa ingin tahunya tentang

perempuan), serta mimpi basah atau keluar

seksualitas ke sumber-sumber lain yang

cairan semen dari kelamin (bagi laki-laki),

tidak

seseorang dikategorikan tidak suci dan tidak

kebenarannya.

menstruasi

dan

nifas

dapat

dipertanggungjawabkan

Komunikasi Seksualitas Orangtua-Anak Berbasis Nilai| 19
Lestari, S. [hal.7-20]

DAFTAR PUSTAKA

Allgeier, E. R.&Allgeier, A. R.(1991).Sexual interactions. Massachusetts: D.C. Heath and
Company.
Anganthi, N. R. N.&Lestari, S. (2007). Pola komunikasi seksualitas pada masyarakat muslim di
Surakarta. Laporan Penelitian Fundamental. (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Athar,

S.
Sex
education:
An
Islamic
perspective.
Diakses
http://www.islamfortoday.com\athar19.html pada tanggal 19 April 2007.

dari

Dale,

P. (2005). Values, sex education and the adolescent. Diakses
http://www.opendoors.com.au\educateA.htm, pada tanggal 10 November 2006.

dari

Fantasia, H. C. (2008). Concept Analysis: Sexual decision-making in adolescence. Nursing
Forum, 43, 80-90.
Hurlock, E. B. (1990). Perkembangan anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jaccard, J., Dittus, P. J., & Gordon, V. V. (1998). Parent–adolescent congruency in reports of
adolescent sexual behavior and in communications about sexual behavior. Child
Development, 69, 247–61.
Kasule,

O.
H.
(tt)
Human
sexuality
and
the
shari’at.
Diakses
dari
www.themodernreligion.com/misc/sex/sex-shariah.html pada tanggal 19 April 2007.

Katchadourian, H. A. (1989). Fundamentals of human sexuality. Fifth edition. Florida: Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Kim, J. L. & Ward, L. M. (2007). Silence speaks volumes: Parental sexual communication among
Asian American emerging adults. Journal of Adolescent Research, 22, 3-31. DOI:
10.1177/0743558406294916
Kimmel, D. C. & Weiner, I. B.(1995). Adolescence: A developmental transition. Second edition.
New York: John wiley & Sons, Inc.
Kotb, H.G. (2004). Sexuality in Islam. Dissertation diajukan pada Maimonides University.
Diakses dari http://www2.hu-berlin.de/sexology/GESUND/ ARCHIV/kotb2.htm pada
tanggal 19 April 2007.
Lestari, S. & Hertinjung, W. S. (2007). Sikap ibu terhadap pertanyaan anak tentang seksualitas.
Psikologika, 12, 147-155.
Lestari, S. (2010). Youth courtship sexual behavior, exposure to pornography, and parental sexual
communication. Anima, 25 (4),257-264.
Lestari, S., Suparno, & Restu, Y. S. (2011). Identifikasi kebutuhan informasi seksualitas pada
remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5 (2), 180-188.
Madani, Y. (2004). Sex educations for teens. Pendidikan seks remaja dalam Islam. Jakarta:
Hikmah.
Miqdad, A. A. A. (2001). Pendidikan seks bagi remaja menurut hukum Islam. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
National Guidelines Task Force.(1996).Guidelines for Comprehensive Sexuality Education,
Kinergarten-12th Grade. second edition. New York: SIECUS.

20 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

PKBI (2001). Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Laporan
need assesment di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya.
Diakses dari: www.PKBI.or.id.
Rate, A. C. (2005). Preach or teach? Value-based sexuality education. Diakses dari
http://www.opendoors.com.au\educateB.htm, pada tanggal 10 November 2006.
Sugiarto, 2006. Hasil survei PSS PKBI DIY: Pelajar sudahlakukan seks bebas. Diakses dari
www.cyberman.cbn.net.id pada tanggal 15 Maret 2006.
Tim Penyusun Terjemah. (1975). Al-Quran dan terjemahnya . Departemen Agama Republik
Indonesia.

Lampiran:
Sri Lestari. Menyelesaikan pendidikan ilmu psikologi S-1, S-2, dan S-3 di Fakultas Psikologi
UGM. Berminat dalam kajian psikologi keluarga terutama parenting dan pendidikan seksualitas.
Aktif melakukan penelitian dan menulis artikel pada jurnal ilmiah. Beberapa karyanya telah
diterbitkan antara lain dalam jurnal Arkhe, Anima, Buletin Psikologi, Jurnal Psikologi,
Humaniora, dan Indigenous. Buku pertama yang telah diterbitkan adalah Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Kencana Prenada Media Group,
2012).