BAB 7 PERENCANAAN ELEKTRIKAL UTILITASpdf

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

BAB 7
PERENCANAAN
ELEKTRIKAL & UTILITAS
7.1.

FASILITAS TENAGA LISTRIK

Dalam menentukan kebutuhan daya listrik serta instalasi listriknya untuk Terminal 3,
disesuaikan dengan fasilitas bangunan yang ada sehingga dalam menghitung kebutuhan
daya listrik dan perencanan instalasi serta fasilitas-fasilitas dan peralatan yang dioperasikan
dapat beroperasi dengan baik yang disesuaikan dengan pengembangan pada sisi darat
maupun sisi udaranya selama jam operasi yang ditetapkan di Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Dalam mengantisipasi perkembangan ke depan haruslah dipersiapkan pengembangan
fasilitas yang ada termasuk diantaranya fasilitas listriknya, baik kapasitas, kualitas serta
keandalannya sehingga kegiatan di sisi darat dan sisi udara dapat saling mendukung dalam
melayani arus lalu lintas penumpang dan barang yang mempergunakan jasa angkutan udara.
Selain dari fasilitas listrik sebagai pendukung di Terminal 3, harus memenuhi syarat-syarat

umum antara lain :
1. Kapasitas Tenaga listrik dapat memenuhi kebutuhan nominal di Terminal 3;
2. Memiliki keandalan dan keterpaduan yang

tinggi dan baik dalam memberikan

pelayanan secara kontinu;
3. Keamanan terhadap manusia dan lingkungan.
Selain syarat-syarat di atas fasilitas tenaga listrik dalam pelaksanaannya harus memenuhi
ketentuan dan standar sebagai berikut :
1. Standar dari ICAO (International Civil Aviation Organisation) Annex 14;
2. Standar PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);
3. Standar dari SPLN/LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan);
4. Standar IES (Illuminating Engineering Society).
PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta


VII–1

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

7.1.1. Sistem Penyediaan dan Distribusi Tenaga Listrik
Tenaga listrik PLN direncanakan sebagai sumber listrik utama dan genset sebagai
sumber listrik cadangan bila PLN mengalami gangguan. Dalam menghidupkan sumber
daya cadangan genset dilakukan secara otomatis setelah sumber daya PLN tidak
berfungsi.
Terminal

3

dalam

mengatasi

perkembangan


kedepan

harus

mempersiapkan

pengembangan fasilitas yang ada termasuk fasilitas elektrik, baik kapasitas, kualitas
maupun keandalannya.
Fasilitas elektrik yang akan mendukung Proyek Perluasan Terminal 3 harus memenuhi
syarat-syarat umum sebagai berikut :


Kapasitas minimal harus dapat memenuhi kebutuhan nominal Terminal 3;



Harus memiliki keandalan dan keterpaduan yang tinggi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan bandar udara memberikan pelayanan secara terpadu;



Selain

Harus memenuhi syarat-syarat keamanan dan dampak lingkungan.
syarat-syarat

umum

tersebut,

fasilitas

elektrik

masing-masing

dalam

pelaksanaannya harus pula mengikuti peraturan-peraturan atau mengacu pada standarstandar berikut :



International Standart and Practices ICAO, khususnya Annex 14;



PUIL (Peraturan Umum Instansi Listrik) untuk instalasi listrik;



SP PLN/LMK, SS untuk komponen-komponen listrik;



Standart IES (Illumination Engineering Society) untuk instansi penerangan.

Sumber daya listrik utama tetap menggunakan daya listrik komersial yang disediakan
PLN. Hanya untuk meningkatkan keandalan karena kapasitas daya dari PLN harus
dinaikkan. Selain itu untuk mengurangi kemungkinan munculnya gangguan maka harus
diupayakan agar kebutuhan listrik di Terminal 3 disuplai dari dua Feeder yang berbeda
dan kalau dimungkinkan gardu bandar udara mendapat suplai dari Feeder khusus.

7.1.2. Sistem Jaringan dan Distribusi Tenaga Listrik
Pembagian jaringan distribusi yang akan dikembangkan sedikitnya dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok kritikal, kelompok essential dan kelompok non essential.
PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–2

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang



Kelompok Kritikal
Melayani peralatan-peralatan atau fasilitas seperti komputer, radar, navigasi,
komunikasi dan lain-lain yang alirannya tidak boleh terputus. Jaringan Kritikal

mendapat aliran dari sumber daya utama dan sumber cadangan yang didukung pula
oleh UPS (Un-Interrupted Power Supply) yang dipasang di lokasi peralatan.



Kelompok Essential
Jaringan essential melayani sebagian dari instansi penerangan dalam gedung.
Instansi visual aids, TX, RX, ILS, penerangan apron, stasiun pompa air bersih, internal
dan eksternal signs, lift, baggage conveyors dan lain-lain. Jaringan essential
mendapat aliran dari sumber daya utama yang didukung oleh sumber daya cadangan.



Kelompok Non Essential
Jaringan non essential melayani sebagian besar dari instansi-instansi penerangan
dalam gedung eskalator, lampu jalan, tempat parkir, dan lain-lain. Jaringan non
essential mendapat aliran dari sumber daya utama tetapi tidak didukung oleh sumber
daya cadangan.

Jaringan distribusi akan dilengkapi dengan pengamanan arus lebih/surge dan penangkal

petir yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam PUIL. Penangkal petir
sangat beragam jenis pancaran radiusnya. Untuk kawasan Terminal 3 direncanakan
menggunakan penangkal petir beradius 100 M dan ditempatkan pada beberapa Tiang
Lampu Flood Light.
Untuk melindungi instansi listrik terhadap gangguan orang-orang yang tidak berwenang
maka peralatan dan instansi listrik harus dibangun atau dibuat sedemikian rupa sehingga
terlindungi terhadap gangguan tersebut di atas.
7.1.3. Gardu Induk dan Kabel Pengumpan (Feeder)
Gardu induk dan kabel pengumpan (feeder) untuk mendistribusikan daya listrik ke
Bandara adalah tegangan 20 KV yang diturunkan oleh transformator penurun tegangan.
Selain itu perlu juga disediakan transformator cadangan (stand by back up) untuk trafo
penurun tegangan bilamana salah satu trafo mengalami kerusakan atau gangguan pada
saat dilakukan maintenance. Dan kabel pengumpan (Feeder) dari PLN diusahakan
berupa jaringan kabel bawah tanah, dimana suplai sedikitnya dari dua jalur kabel tanah
dengan sumber yang berbeda untuk menjaga keandalan serta kontinuitas suplai ke
Terminal 3.
PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1

Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–3

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

7.1.4. Sistem Distribusi Listrik
a. Suplai Utama
Suplai utama diambil dari PLN, bila ternyata tidak sanggup dengan jumlah beban
sebesar itu, maka kebutuhan listrik harus dibagi 2 bagian dari bandara sendiri dan
dari PLN. Sebaiknya kalau sistem ini yang digunakan maka genset harus dibuat
sinkron dengan PLN sehingga suplai dapat tercukupi dan berjalan dengan baik.
b. Suplai Untuk Emergency
Sesuai dengan ketentuan ICAO, suplai listrik untuk emergency diharuskan dan waktu
alih antara sumber utama dan sumber emergency harus dalam waktu singkat, dalam
kasus tertentu tidak boleh terhenti sama sekali.
Untuk kasus yang terakhir ini sumber tenaga listrik harus menggunakan No Break
Genset atau Uninterrupted Power Supply (UPS). Alat ini digunakan selama tidak ada

daya yang menggalir selama waktu pengalihan dari sistem normal ke sistem
emergency. Dalam hal ini peralihan antara PLN ke Genset.
c. Peralatan Sub-Station
Ada beberapa sub-station (gardu listrik) yang di tempatkan di area bandara. Dalam
sub-station ini terdapat trafo, panel distribusi dan sistem proteksi jaringan distribusi.
Kondisi peralatan dalam masing-masing sub-station akan dimonitor di gedung Power
Station.
7.1.5. Penerangan
Ada standar penerangan yang digunakan, standard IES (Illimination Engineering Society) atau
Standar Pekerjaan Umum. Tetapi dalam hal tertentu. Kedua standar tersebut bisa saling
mengisi. Kalau menggunakan standar IES kadang biaya menjadi tinggi. Sedangkan bila di
suatu ruangan dibutuhkan standar tinggi sebaiknya menggunakan standard IES.
Adapun dalam perhitungan tingkat pencahayaan (Illumination Levels) jumlah luminair atau
titik lampu yang digunakan sebaiknya menggunakan metoda lumen metoda dengan working
plane 0.85 m di atas lantai. Sedangkan untuk faktor maintenance, digunakan nilai 0.65
untuk daerah yang mudah kotor dan debu. Untuk daerah seperti ruangan kantor dan ruangan
umum digunakan nilai 0.8 – 0.85.
Sedang untuk sistem pengontrolan lampu sebaliknya digunakan secara sentral untuk lampu
yang berada di daerah umum seperti area check-in, area kedatangan dan sebagainya.
PT. INDULEXCO


LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–4

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

7.2.

SPESIFIKASI DAN ST AND ARD ACUAN



ICAO (International Civil Aviation Organization);



IEC (International Electrotechnical Commission);



PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik);



FAA (Federal Aviation Administration);



DGAC (Directorate General of Air Communication).

7.3.

ANALISA PEKERJAAN AIRFIELD LIGHTING SYSTEM

7.3.1. Taxiway Dan Apron Edge Light
Sesuai persyaratan ICAO Annex 14, maka untuk Taxiway dan Apron Edge harus dilengkapi
juga dengan lampu dengan persyaratan sama dengan Runway Edge Light.


Lampu Taxiway dan Apron Edge Light adalah LED 25 watt, 6.6 Ampere yang
dicatu dari satu CCR Sub Station Power House dengan kapasitas 4 KVA,



Kabel yang digunakan adalah jenis FL2XCy 1 x 6 mm2 5000 Volt untuk primer dan
NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt untuk sekunder.



Kabel ditanam di dalam tanah dengan persyaratan sesuai dengan runway edge
light.



Setiap lokasi lampu dilengkapi pula dengan fondasi dan pit transformer lengkap
dengan

tutupnya,

yang

dimaksudkan

untuk

memudahkan

pada

saat

pemeliharaan dan perbaikan. Dalam pekerjaan ini pembongkaran dan
pemasangan taxiway edge light, hanya pada area intersection runway dan
taxiway.


Ukuran besaran pondasi, pit trafo, jalur kabel dan lain-lain dapat dilihat pada
gambar detail design.

7.3.2. Taxiway Guidance Sign (TGS)
a. Beberapa jenis TGS yang akan digunakan dengan mengacu Advisory Circular dari FAA
adalah sebagai berikut :


Directional, Destination dan Boundary dengan warna huruf hitam dengan dasar
kuning (type L858Y).



Taxiway & Runway location dengan warna huruf kuning dengan dasar hitam (type
L858L)

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–5

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

b. Untuk Mandatory Instruction warna huruf putih dengan dasar merah (type L858R);
c. Ukuran dari TGS adalah sebagai berikut :


Size 2 :
Tinggi Panel Box

=

610 mm

Tebal Panel Box

=

200 mm

Lebar Panel Box max

=

3690 mm

Max Tinggi Panel Box berikut kaki

=

910 mm

Max Tinggi Huruf

=

380 mm (sesuai produk vendor/pabrik)

d. Catu daya listrik TGS dari circuit Taxiway Edge Light, dengan arus kerja dari 4.8
Ampere ke 6.6 Ampere.
e. Kabel yang digunakan adalah jenis FL2XCy 1 x 6 mm2 5000 Volt untuk primer dan
NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt untuk sekunder.
7.3.3. Apron Flood Light (ALI)
a. Persyaratan Umum
Apron flood light dipasang untuk penerangan area parkir pesawat pada saat bongkar
muat barang, penumpang, dan kegiatan ground handling lainnya. Lokasi dan tiang
lampu ALI disesuaikan dengan tata letak parkir pesawat agar didapatkan sudut
pancaran yang tepat agar tidak menimbulkan silau pada penerbang dan juga bagi
kendaraan-kendaraan ground handling.
b. Persyaratan Rinci :


Lampu Apron dipasang di atas tiang menggunakan braket atau rangka besi untuk
dudukan lampu flood light, obstruction light, serta penangkal petir.



Tiang ALI (menggunakan High Mast 21 m with counter weight) berdiri di atas
pondasi beton menggunakan 4 (empat) buah angkur besi yang dimaksudkan agar
dudukan base plate ALI dapat duduk pada pondasi dengan level yang tepat dan
tegak lurus.



Tiang flood light dari besi tahan karat hot dip galvanished (minimal 500 gr/m
pada bagian luar dan dalam tiang).



Lampu ALI dari jenis Asymmetric Narrow Beam Sodium High Pressure (SONT)
1000 watt, 220 Volt, 50 Hz dengan sudut ±62,5° atau mengacu ke spesifikasi
pabrik pembuat.



Lampu ALI terdiri dari rumah lampu dari aluminium atau galvanish steel, reflector,
beam control, lampu, fitting E.40, terminal box, igniter+ballast, serta kabel
instalasi.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–6

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang



Perhitungan cahaya untuk ALI mengacu pada ICAO Annex 14, Aerodrome Design
Manual, Part 4, Chapter 13 sebagai berikut;
 Average Horizontal Illuminance ±40 lux.
 Average Vertical Illuminance dari 70 m – 25 m di depan tiang ALI harus lebih
besar dari 25 lux.

c. Semua flood light harus ditanahkan (grounding) dengan kabel copper BC 35 mm2
yang disambungkan ke masing-masing elektroda tanah dengan kedalaman minimal 3
m agar didapatkan tahanan tanah maksimum 2 Ohm. Grounding ini dapat juga
disambungkan dengan penangkal petir pada masig-masing tiang.
d. Catu daya listrik untuk masing-masing ALI disiapkan panel box lengkap dengan MCB
proteksi, contactor’s kabel, relays dan penunjang lainnya yang dicatu dari sub station
listrik terdekat dan dapat dikontrol dan dimonitor dari tower (ATC room).
7.3.4. Obstruction Light (OLI)
a. Persyaratan Umum
Obstruction Light (OLI) dipersyaratkan pada obyek bangunan yang tingginya kurang
dari 45 m, atau bangunan-bangunan vital yang ada pada restricted area yang
dianggap perlu diberi tanda sebagai obstacle object.
b. Persyaratan Rinci :


Sesuai persyaratan ICAO Annex 14, lampu OLI berwarna merah (omnidirection)
100 watt 220 Vol, lifetime 5.000 jam yang dipasang pada semua ujung tiang
flood light, menara pengawas lalu lintas udara (ATC Tower) di atas tiang wind
sock, dan bangunan-bangunan tinggi atau bangunan-bangunan yang berada pada
kawasan sekitar runway atau taxiway (middle marker, outer marker, glide path)



Lampu OLI dinyalakan secara remote control dari RCD tower atau pada kondisi
khusus dinyalakan dengan sun switch (photocell system) terutama bangunan
yang jauh dari lokasi tower.

7.3.5. Constant Current Regulator (CCR)
a. CCR dipasang di Sub Station CCR sebagai catu daya listrik AFL, dalam pekerjaan ini
CCR baru untuk runway light system.
b. CCR yang direncanakan dari type thyristor dengan kontrol semi conductor control unit
dengan persyaratan sebagai berikut :


Output current dari 2.8 – 6.6 Amp, 5 step brightness, control 48 Volt DC.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–7

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang



Input power 380 V 50 Hz.



Power factor 90% pada full load.

c. CCR dilengkapi dengan sistem proteksi sebagai berikut :


Open circuit protection;



Over current protections;



Over voltage protections;



Earth fault protection;

7.3.6. Under Ground Cable
a. Semua kabel yang ditanam di dalam tanah harus dilengkapi dengan metal armoring
dan tahan terhadap rayap dan bahan kimia.
b. Khusus untuk kabel primer AFL sesuai persyaratan menggunakan kabel tipe FL2XCy 1
x 6 mm2 5000 V, serta dilengkapi dengan sertifikat garansi dari pabrik pembuat.
c. Untuk kabel sekunder digunakan kabel tipe NyyHy 2 x 4 mm2 600 Volt.
d. Untuk kabel power outdoor menggunakan kabel tipe NyFGBy dan kabel indoor
menggunakan kabel NYY. Besarnya diameter kabel ditentukan oleh besarnya beban
arus listrik peralatan.
e. Untuk kabel grounding digunakan kabel BC 1 x 35 mm2 dan 4 mm² untuk masing
lampu AFL.
7.3.7. Isolation Transformer
a. Isolating transformer (series trafo) type water proof, dan dapat ditanam di dalam
tanah atau ditempatkan pada pit trafo. Setiap series trafo dilengkapi dengan 2 (dua)
sambungan kabel primer dan 1 (satu) sambungan sekunder yang menjadi satu
kesatuan desain.
b. Series trafo yang digunakan adalah :
TYPE
L.831 -– 1

30/45

PRIMER
AMPERE
6.6

L.831 – 4
L.831 – 6
L.831 – 18

100
200
150

6.6
6.6
6.6

PT. INDULEXCO

WATT

SEKUNDER
AMPERE
6.6
6.6
6.6
6.6

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–8

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

c. Tegangan pada sisi primer max 5000 Volt dan 600 Volt pada sisi sekunder. Tahanan
isolasi jenis transformer terhadap ground minimal 50 m.ohm dengan megger test
5000 Volt DC.
d. Tegangan pada sisi primer max 5000 Volt dan 600 Volt pada sisi sekunder. Tahanan
isolasi jenis transformer terhadap ground minimal 50 m.ohm dengan megger test
5000 Volt DC.
7.3.8. Earthing System
a. Peralatan Earthing System (ES) yang direncanakan di dalam pekerjaan ini ialah untuk
proteksi peralatan AFL (cable tray, lampu-lampu, panel distribusi, rangka besi, panelpanel CCR, dan lain-lain) yang dimaksudkan untuk memperkecil beda potensial
terutama pada saat terjadinya kebocoran arus pada sistem tersebut.
b. Peralatan ES dihubungkan ke tanah, dan khusus lampu AFL pentanahan dilakukan
setiap 300 m, menggunakan elektroda tembaga diameter 1 inch, yang tersambung ke
setiap unit lampu AFL menggunakan kabel BC 35 mm2 untuk jalur utama dan 4 mm2
untuk masing-masing lampu series transformer.
c. Tahanan tanah untuk setiap elektroda tembaga adalah maksimum 1 ohm, untuk itu
bila dianggap perlu untuk mendapatkan tahanan tanah yang baik maka elektroda
tembaga ditanam pada daerah yang basah, atau diberi bahan kimia seperti
Magnesium Sulphate (MgSO4) atau Copper Sulphate (CuSO4) untuk menaikkan soil
conductivity.
d. Pada bagian atas elektroda tembaga dibuatkan pit concrete ukuran 30 x 30 cm untuk
memudahkan pada saat pemeliharaan.
e. Kabel BC 35 mm2 untuk ES ditanam dalam satu galian tanah bersama-sama dengan
kabel series untuk AFL pada kedalaman ± 40 cm.
7.3.9. Flight Test
a. Semua peralatan AFL bila telah terpasang di samping diadakan tes secara teknis
maka dilkukan juga flight test untuk mengetahui bahwa semua peralatan AFL
tersebut telah berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Flight Test Calibration diadakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan
dilaksanakan bersamaan dengan tes peralatan navigasi, ILS, radio navigasi, dll.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–9

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

7.3.10. Testing & Commissioing
Sebelum semua peralatan terpasang, maka diharuskan melakukan pengujian, pemeriksaan
terhadap peralatan-peralatan tersebut apakah telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
a. Pengujian secara individual pada peralatan antara lain sebagai berikut :
1. Constant Current regulator
 Arus primer dan sekunder masing-masing brightness CCR;
 Temperatur CCR;
 Tegangan catu daya listrik;
 Sistem proteksi.
Semua pengujian harus mengacu pada manual book dan pabrik pembuat.
2. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).
MCCB tersebut harus dilengkapi dengan uji tes dari pabrik pembuat yang
menjamin bahwa setiap peralatan di dalam MCCB tersebut telah berfungsi
dengan baik dan bekerja secara baik dan sempurna pada saat terjadi gangguan
berupa : under voltage, over current, over heating, short circuit, dll serta
pengukuran tahanan isolasi phase to phase, phase to ground dan phase to netral.
3. Kabel-kabel tegangan menengah dan tegangan rendah.


Untuk kabel tegangan menengah sertifikat lulus pengujian dari PLN yang telah
menjamin bahwa bahan isolasi telah sesuai dengan standar PLN atau DGAC
dan ICAO.



Nilai tahanan isolasi minimal 50 Mega ohm dalam kondisi telah terpasang
(ditanam di dalam tanah).



Pemberian beban pada kabel tegangan menengah dan tegangan rendah
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pemberi kerja (direksi
pekerjaan).

4. Pentanahan/grounding
Pengujian pentanahan dari semua sistem harus dilakukan pengukuran tanahan
dengan maksimum 1 ohm pada masing-masing pentanahan (pentanahan
dilakukan pada saat cuaca tidak turun hujan).
5. Alat Ukur & Tool Kit


Semua alat ukur : Voltmeter, Amperemeter, KWH meter, Cas φ meter dll,
harus sudah dilengkapi dengan hasil tes uji dari pabrik pembuat atau
mencantumkan standar dari IEC, PUIL (PLN),

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–10

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang



Kontraktor wajib menyerahkan special tools atau maintenance tools untuk
semua system yang terpasang sesuai dengan produknya masing-masing
semua peralatan-peralatan tersebut dalam kondisi yang baru dan asli dari
pabrik pembuatnya.

b. Factory Acceptance Test (FAT)
1. Factory Acceptance Test (FAT)


FAT dilaksanakan di pabrik pembuat peralatan AFL, untuk melaksanakan
pengetesan secara sistim (fisik dan kinerja peralatan) dan diikuti oleh teknisi
bandara dan teknisi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.



Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan FAT, pihak
kontraktor menyerahkan buku petunjuk materi FAT kepada pihak pemberi
tugas untuk mendapatkan pengesahan.



Semua

biaya

FAT

(transportasi,

akomodasi,

materi

FAT,

dokumen

keberangkatan dan lain-lain) menjadi tanggung jawab kontraktor.
2. Factory Training (F.T)


Pelaksanaan F.T dilaksanakan di pabrik pembuat peralatan AFL.



Materi training meliputi, Sistim (hardware/software) dengan peserta

4

(empat) orang teknisi dari pemberi tugas, dan dilaksanakan sekurang
kurangnya 5 (lima) hari atau lebih tergantung dari materi training.


Semua biaya FT (transportasi, akomodasi, materi FT, dokumen keberangkatan
dll.) menjadi tanggung jawab kontraktor.



Kontraktor harus menyerahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum
pelaksanaan FT berupa buku petunjuk dan jadwal materi training kepada
pemberi tugas untuk mendapatkan pengesahan.

3. Site Training (S.T)


Training di lokasi dilaksanakan setelah peralatan selesai terpasang dengan
sempurna dan telah melewati masa uji coba operasional, serta menyerahkan
materi training 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan S.T.



Materi training adalah perawatan, trouble shooting dan pengoperasian
peralatan dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang diikuti oleh
5 (lima) teknisi dan operator dari Bandara Soekarno-Hatta.



Semua biaya Site Training (transportasi, materi training, lumpsum dll.)
menjadi tanggung jawab kontraktor.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–11

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

4. Syarat-Syarat Lain


Pemborong berkewajiban memberikan jaminan atas kerusakan barang–
barang terpasang selama 360 hari kalender setelah serah terima barang dan
harus dibuat tertulis dan bermaterai.



Jaminan/garansi yang dimaksud termasuk penyediaan suku cadang, semua
biaya yang timbul menjadi tanggung jawab pemborong.



Masa perawatan dilakukan setelah uji-coba teknis (commissioning) selama 90
hari kalender. Pengujian dilakukan oleh Tim commissioning yang ditunjuk.



Serah terima pertama pekerjaan, pelaksanaannya, dapat dilakukan setelah
dilakukan uji coba dan dapat berhasil dengan baik, serta dinyatakan dalam
berita acara.



Penyerahan kedua dilaksanakan setelah masa pemeliharaan selesai dan
peralatan terpasang beroperasi dengan baik.

7.4.

AIRCRAFT GROUND SERV ICE EQUIPMENT

Beberapa bandar udara menerapkan sistim ground untuk equipment untuk mencegah
terjadinya penumpukan kendaraan service pada areal Apron pada proses loading dan
unloading pesawat, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan kerusakan pada
pesawat akibat benturan benturan kecil kendaraan terhadap badan pesawat. Kebutuhan
kendaraan pada saat loading dan unloading pesawat sangat bervariasi tergantung dari jenis
pesawat yang akan dilayani. Berikut gambaran jenis-jenis kendaraan yang beroperasi pada
saat proses loading dan unloading pesawat Airbus A380.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–12

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

Gambar 7.1.
Typical Ramp Lay-Out Open Apron

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–13

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

Gambar 7.2.
Typical Ramp Lay-Out Gate Apron

Kondisi ini cukup banyak memakan waktu, dan kurang effisien untuk saat ini, dimana waktu
yang di butuhkan dengan proses ini menjadi cukup panjang. Didalam perencanaan ini, untuk
daerah apron terminal khususnya, penggunaan aircraft ground service equipment ini akan
sangat membantu didalam kecepatan dan efisiensi tenaga, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas khususnya di daerah apron.
Penggunaan service pits di apron akan sangat membantu semua pihak, baik pengelola
Bandar udara maupun juga airline yang melayani jasa penerbangan, dengan adanya ground
service ini akan banyak mengurangi waktu loading dan unloading pesawat dan juga
mengurangi resiko kerusakan pada badan pesawat akibat hal hal yang tidak diharapkan
dengan banyaknya kendaraan di sekitar pesawat. Gambaran mengenai waktu yang
dibutuhkan didalam proses servicing pesawat dapat dilihat didalam gambar berikut ini.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–14

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

Gambar 7.3.
Typical Turn-Round Time -- Two Bridges
Servicing Via Main Deck

Hal-hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan service pits ini antara lain :


Fuel;



Lavatory Service Box;



Fresh Water Box;



Air Conditioning Box;



400 Hz Electrical;

Penempatan pits/box ini tertentu mengacu pada jenis pesawat dan konfigurasi pesawat,
sehingga penempatan pits service ini dapat optimal. Gambar mengenai penempatan pits
secara umum dapat dilihat sebagaimana gambar dibawah ini.

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–15

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR PUSAT
Gedung 600 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

Gambar 7.4.
Typical Service Pits

PT. INDULEXCO

LAPORAN AKHIR
Rancangan Teknik Terinci (RTT) Extension Taxiway NP1 dan SP1
Bandara Internasional Soekarno-Hatta

VII–16