KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN MAKNA RUANG JALAN DI KOTA LAMA KUPANG MENURUT PENGGUNA RUANG PEDAGANG INFORMAL DAN FORMAL.

203

BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN

7.1.Kesimpulan
Penelitian mengenai makna ruang jalan di Kota Lama Kupang pada penggal
jalan Soekarno dan Siliwangi menemukan 2 konsep makna ruang yakni ruang
sebagai tempat bertahan hidup dan sebagai kesatuan hidup setempat atau
komunitas. Konsep tersebut terbentuk dari berbagai temuan tema-tema empiris
lapangan meliputi (1) Ekonomi, (2) Kekerabatan, (3) Kebersamaan, (4) Gender,
(5) Keterikatan dengan tempat dan (6) Event tahuhan.

Gambar 157 Makna ruang jalan di Kota Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016

Temuan penelitian ini menegaskan bahwa pengguna ruang jalan di kota lama
khususnya pedagang informal dan formal memaknai ruang sebagai sarana untuk
bertahan hidup dan membentuk suatu kesatuan hidup setempat atau komunitas.
Para pengguna ruang melakukan berbagai aktifitas atau kegiatan diantaranya
sebagai pedagang jajanan Air Mata, tukang sol sepatu, pedagang rokok - makanan


204

dan minuman ringan, pedagang pakaian emperan, tukang reparasi dan servis jam,
pedagang parang, pisau dan perkakas lainnya, pedagang kaset, pedagang sirih
pinang, pedagang aksesoris, dan tukang parkir. Kegiatan berdagang dilakukan
agar menghasilkan kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidup.
Adanya hubungan kesatuan dengan tempat atau komunitas sangat mendukung
keberadaan mereka pada ruang jalan tersebut.
Hal-hal yang melatarbelakangi konsep bertahan hidup dan komunitas adalah :
(1) Ekonomi : Pengguna ruang menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat
mencari rejeki hidup dari waktu ke waktu, dengan berbagai aktivitas yang
dilakukan, (2) Kekerabatan : ruang jalan dengan aktifitas ekonomi yang tinggi
melibatkan kekerabatan, hal ini sangat mendukung keberadaan para pengguna
ruang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
(3) Kebersamaan : Pada ruang jalan Soekarno dan Siliwangi terlihat
kebersamaan dari para pengguna ruang yang terbentuk karena tempat kehidupan.
Adanya kebersamaan dalam kehidupan setempat menghadirkan rasa solidaritas,
menghargai tempat kehidupan dalam melakukan hubungan interaksi sosial
diantara pengguna ruang sehingga terwujud hal-hal yang diperjuangkan dalam

hidup (4) Gender : adanya pembagian peran sosial dalam kehidupan yang
berubah, dimana ada para ibu-ibu menggantikan peran suami sebagai penopang
hidup. Hal tersebut tentunya didasari oleh kebutuhan hidup yang mengharuskan
mereka bekerja seperti kepala rumah tangga.

205

(5) Keterikatan dengan tempat : pada ruang jalan Soekarno dan Siliwangi
terdapat para pengguna yang memiliki keterikatan dengan ruang yang membawa
mereka mendapatkan hal yang tak terlupakan dalam hidup terkait dengan
keberadaan mereka hingga sekarang. (6) Event tahunan : Ada dua event tahunan
yang diselenggarakan pada ruang jalan Siliwangi yang mendukung keberadaan
pengguna ruang dan masyarakat sekitarnya.
Makna ruang bertahan hidup dan Komunitas seperti yang dijelaskan diatas
adalah makna non-fisik yang terbentuk dari keberadaan pengguna ruang. Ruang
memiliki arti yang sangat dalam untuk kehidupan pengguna sehingga dengan
segala cara tetap eksis. Untuk mendapatkan ekonomi yang baik, didukung oleh
keberdaan kerabat serta jalinan kebersamaan dengan pengguna lainnya. Pengguna
memiliki keterikatan dengan tempat, hal ini dilatarbelakangi oleh hal-hal yang
tidak terlupakan dalam menjalani kehidupan diruang ruang jalan ini. Dalam

mempertahankan hidup, para pengguna yang sebagian perempuan menggantikan
peran suami sebagai kepala rumah tangga. Kemudian adanya event tahunan yang
selalu mengikut sertakan pengguna ruang sehingga mereka merasa bersatu dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar.
Makna Bertahan hidup dan Komunitas pada ruang jalan Soekarno dan
Siliwangi di dukung oleh aspek-aspek keruangan tema-tema pendukung. Tema
ekonomi berperan penting karena ruang berada pada kawasan perdagangan

206

strategis dan mudah di akses oleh angkutan umum serta dekat dengan pantai
Tedys salah satu ruang rekreasi di Kota Kupang. Tema Kekerabatan berperan
mendukung keberadaan pengguna, hal ini terlihat dari cara mereka menggunakan
ruang emperan toko dan bahu jalan. Letak ruang dagang satu dengan lainnya
berdekatan dan berjualan jenis dagangan yang sama.

Gambar 158 Letak salah satu contoh hubungan kekerabatan
pada ruang jalan di Kota Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016


Tema Kebersamaan dalam aspek keruangan terlihat ketika pengguna
menggunakan emperan

dan bahu-bahu jalan untuk menggelar dagangan dan

menjual jasa, dengan profesi yang sama dan bertahun-tahun berada pada ruang
yang sama. Adanya jalinan hubungan interaksi yang baik, sekalipun diantara
mereka tidak memiliki hubungan kekerabatan. Tema Gender berperan serta dalam
aspek keruangan, dimana para perempuan mendominasi beberapa ruang pedagang
dan adanya pengelompokan-pengelompokan sesuai jenis kelamin, hal ini
mendukung keberadaan dan rasa nyaman saat berinteraksi sehari-hari.

207

Tema keterikatan dengan tempat terkait dengan aspek keruangan, letak ruang
strategis mudah di akses dan tempat dagang telah dikenal lama oleh para
pelanggan serta adanya modifikasi ruang yang dibuat. Kemudian tema Event
tahunan berperan dalam aspek keruangan. Ruang terbuka seperti parkiran dan
jalan umum dialih fungsikan sebagai diselenggarakan kegiatan. Ruang yang
digunakan strategis dan mudah diakses, berada dekat dengan komunitas

penyelenggara serta berada pada pusat kelurahan LLBK.

Gambar 159 Letak salah satu contoh hubungan kebersamaan pada ruang jalan di Kota
Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016

Gambar 160 Letak salah satu contoh hubungan Gender
pada ruang jalan di Kota Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016

208

Gambar 161 Letak salah satu contoh hubungan Keterikatan dengan tempat
pada ruang jalan di Kota Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016

Gambar 162 Letak salah satu contoh hubungan Event tahunan pada ruang jalan di Kota
Lama Kupang
Sumber : Analisis Peneliti, 2016


7.2.Rekomendasi
Penelitian ini merupakan awal untuk mendalami fenomena makna ruang di
kota lama Kupang khususnya pada ruang jalan Soekarno dan Siliwangi, serta

209

kelanjutan untuk penelitian lainnya yang sejenis. Penulis menyadari, temuan
penelitian ini hanya sebagian kecil dari seluruh keadaan di lapangan. Kelanjutan
pendalaman pada ruang jalan Kota lama Kupang perlu dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai fenomena ruang di kota lama kupang dan
sekitarnya untuk mendukung tercapainya konsep makna yang lebih tajam.
Ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan
kota dan para investor kota mengenai pembangunan kawasan ekonomi
perdagangan pada kawasan kota lama diantaranya : (1) Saat ada intervensi dari
pemerintah terhadap ruang tersebut, maka penataan yang dilakukan harus
memperhatikan keberadaan pengguna ruang dengan pertimbangan latar belakang
makna yang mendasari keberadaan pengguna. (2) Perlu memperhatikan kekhasan
lingkungan fisik yang terbangun terkait keberadaan sektor informal yang
mendominasi ruang saat ini.


210

DAFTAR PUSTAKA
Andre Z. Soh, M. N. (2008). Timor Kupang, Dahulu dan Sekarang. Jakarta: Yayasan
Kelopak.
Badan Pusat Statistik. (2014). Kota Kupang dalam angka 2014. Kupang: BPS Kota
Kupang.
Daldjoeni, N. (1992). Seluk beluk masyarakat Kota. Bandung: Alumni.
Damsar, I. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.
Didik. J. Rachbini, A.H. (1994). Ekonomi Informal Perkotaan. Jakarta : PT Pustaka
LP3ES Indonesia.
Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. (1984). Sejarah
Sosial Kota Kupang Daerah Nusa Tenggara Timur 1945-1980. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat
Bahasa Edisi Ke empat. Jakarta: PT Gramedia.

Detaq, J. (1971). Naskah Seminar : Memperkenalkan Kota Koepang. Kupang. NTT

Haryadi, B. S. (2014). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah
Mada University.
Hendropuspito. (1989). Sosiologi sistematik. Yogyakarta: Kanisius.
Heryanto, B. (2011). Roh dan Citra Kota. Brilian Internasional.
I Nyoman Harry Juliarthana., 2012, Bentuk dan makna spasial konsep Catus Patha di
Kota Denpasar, Tesis, Universitas Gadjah Mada.

211

Kementrian Pekerjaan Umum, D. C. (2013). Rencana Tata Ruang dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Kota Lama Kupang-Provinsi NTT. Kupang: PT. Kaibon

Rasirekayasa.
Koentjaraningrat. (1972). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: P.T Dian
Rakyat.
Kusumohamidjojo, B. (2009). Filsafat Kebudayaan proses realisasi manusia.
Yogyakarta: Jalasutra.
Liliweri, A. (2014). Pengantar studi kebudayaan. Bandung: Nusa Media.
Luitnan, I. A. (2012). Koepang Tempo Doeloe. Depok: Ruas.
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.
Mulyandari, H. (2011). Pengantar Arsitektur Kota. Yogyakarta: Andi.
Norbeg-Schulz, C. (1984). Genius Loci. Italy: Rizzoli.
Purbadi, Yohanes Djarot, 2010, Tata Suku dan Tata Spasial pada Arsitektur
Permukiman Suku Dawan di Desa Kaenbaun di Pulau Timor , disertasi,

Universitas Gadjah Mada.
Purwanto, Edi., 2007, Rukun Kota: Ruang Perkotaan Berbasis Budaya Guyub, Poros
Tugu Pal Putih sampai dengan Alun-alun Utara-Yogyakarta, disertasi,

Universitas Gadjah Mada.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pres.