Mengenal Ubuntu Ubuntu Server 10.10

4. Kabel UTP model cross yang sudah lengkap dengan konektor RJ45 yang akan digunakan sebagai penghubung antara server dengan router diatasnya, server dengan konsentrator, dan client dengan konsentrator. 5. CDDVD Ubuntu Server 10.10 yang akan dijadikan sebagai sistem operasi server. 6. Aplikasi WebHTB yang akan dijadikan sebagai manajemen bandwidth.

3.2 Mengenal Ubuntu

Ubuntu merupakan salah satu distribusi Linux yang berbasiskan Debian. Proyek Ubuntu resmi disponsori oleh Canonical Ltd yang merupakan perusahaan milik seorang kosmonot asal Afrika Selatan, Mark Shuttleworth. Nama Ubuntu diambil dari nama sebuah konsep ideologi di Afrika Selatan, Ubuntu berasal dari bahasa kuno Afrika, yang berarti rasa perikemanusian terhadap sesama manusia. Tujuan dari distribusi Linux Ubuntu adalah membawa semangat yang terkandung di dalam filosofi Ubuntu ke dalam dunia perangkat lunak. Ubuntu adalah sistem operasi lengkap berbasis Linux, tersedia secara bebas dan mempunyai dukungan baik yang berasal dari komunitas maupun tenaga ahli profesional. Ubuntu memiliki 3 varian sistem operasi yang masing-masing digunakan untuk keperluan yang berbeda, yaitu: Ubuntu Desktop, Ubuntu Netbook, Ubuntu Server. Universitas Sumatera Utara

3.3 Ubuntu Server 10.10

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan Ubuntu Server 10.10 32-bit sebagai server yang akan digunakan untuk menangani lalu lintas data yang nantinya juga akan dijadikan sebagai tempat diletakkannya aplikasi WebHTB. Alasan penulis menggunakan Ubuntu Server 10.10 yang dibuat dengan kernel 2.6.35 ini karena Ubuntu adalah salah satu distro Linux yang terbilang memliliki banyak dukungan selain dari komunitas dan tenaga ahli, dukungan juga datang dari banyak perusahaan perangkat keras baik itu untuk versi desktop, netbook, maupun server dengan mengeluarkan perangkat keras yang bisa digunakan di Ubuntu termasuk di Ubuntu Server. Selain itu, Ubuntu Server juga dikenal stabil dalam menangani banyak persoalan, baik itu dalalm hal traffict management, file sharing samba, routing, firewall, proxy, dan lain sebagainya. Bagi perusahaan yang tidak ingin mengeluarkan banyak biaya dalam membangun infrastruktur teknologi informasi, Ubuntu Server adalah salah satu pilihan yang layak dipertimbangkan untuk dijadikan server.

3.3.1 Instalasi Ubuntu Server 10.10

Persiapan awal yang penulis lakukan adalah melakukan instalasi Ubuntu Server 10.10 pada komputer yang akan digunakan sebagai server. Ubuntu Server 10.10 sendiri memiliki spesifikasi perangkat keras minimal agar bisa berjalan dengan baik. Syarat Universitas Sumatera Utara minimal perangkat keras yang bisa digunakan untuk Ubuntu Server 10.10 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Syarat Minimal Hardware Ubuntu Server 10.10 Processor Memori Hard Drive Sistem Dasar Semua Tugas x86 AMD64 128MB 500MB 1GB Pada kesempatan ini penulis menggunakan komputer yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor : Core i5 2. RAM : 4 GB 3. Hard Drive : 50GB Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah dalam melakukan instalasi Ubuntu Server 10.10: 1. Nyalakan komputer yang akan diinstalkan Ubuntu Server 10.10 dan pastikan CD instalasi Ubuntu Server 10.10 sudah ada dalam CD-ROM dari komputer tersebut. 2. Masuk ke pengaturan BIOS dari komputer untuk mengatur firt boot agar langsung membaca CD-ROM dengan menekan tombol F2 atau Del atau F12 masing-masing komputer berbeda. Maka akan muncul jendela pengaturan. Universitas Sumatera Utara Masuk ke tab Boot dan geser CD-ROM ke urutan paling atas. Lalu tekan F10 untuk keluar dan menyimpan pengaturan. Gambar 3.1 Pengaturan Booting Awal Melalui CD-ROM 3. Komputer akan restart dan kembali melakukan booting. Untuk kali ini pengguna tidak menekan apapun, biarkan saja sampai muncul jendela yang mengharuskan pengguna untuk memilih salah satu bahasa yang akan digunakan untuk interface Ubuntu Server 10.10 dan bukan bahasa dalam instalasi. Pada kesempatan ini penulis menggunakan English. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Memilih Bahasa Interface 4. Setelah memilih bahasa, pengguna akan diteruskan ke tampilan jendela utama. Pengguna diharuskan memilih salah satu dari enam pilihan yang ada. Karena disini penulis akan melakukan instalasi, maka penulis memilih pilihan yang pertama, yaitu Install Ubuntu Server. Gambar 3.3 Tampilan Pemilihan Proses yang Akan Dilakukan Universitas Sumatera Utara 5. Jendela selanjutnya pengguna akan dihadapkan lagi pada pemilihan bahasa. Namun untuk bahasa yang akan dipilih pada tahap ini adalah bahasa yang digunakan untuk proses instalasi. Disini penulis masih tetap menggunakan English. Gambar 3.4 Pemilihan Bahasa Instalasi 6. Langkah berikutnya adalah menetukan negara. Pada tampilan awal dari jendela pemilihan negara, tidak terdapat pilihan Indonesia, jadi penulis memilih Other kemudian memilih Asia lalu memilih Indonesia. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.5 Memilih Negara Indonesia 7. Selanjutnya pengguna akan ditanyakan apakah ingin melakukan tes pada papan ketik keyboard yang digunakan, penulis menjawab No, karena penulis merasa tidak perlu melakukannya. 8. Masih berhubungan dengan papan ketik yang digunakan, tahap selanjutnya pengguna harus menentukan jenis papan ketik yang digunakan. Rata-rata papan ketik yang beredar di Indonesia adalah papan ketik dengan standar USA. Untuk itu penulis memilih USA sebagai Origin of the Keyboard dan Keyboard Layout. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6 Memilih Jenis Papan Ketik yang Digunakan 9. Langkah selanjutnya adalah menentukan primary network interface. Karena pada tugas akhir ini penulis menggunakan dua buah ethernet card yang penulis pasangkan di komputer, maka Ubuntu Server akan menanyakan manakah ethernet card yang menjadi primary. Penulis memilih eth0 yang menjadi primary ethernet card. Gambar 3.7 Memilih Primary Network Interface Universitas Sumatera Utara 10. Setelah menentukan primary network interface, Ubuntu Server akan langsung mencari DHCP Dynamic Host Configuration Protocol yang terkoneksi ke network interface Ubuntu Server. Karena Ubuntu Server belum terkoneksi dengan jaringan apapun, penulis menekan Cancel. Gambar 3.8 Pencarian DHCP Server 11. Selanjutnya pengguna dihadapkan pada tahap penentuan konfigurasi jaringan. Penulis akan melakukan konfigurasi jaringan pada saat setelah Ubuntu Server 10.10 ini selesai diinstal, jadi untuk tahap ini penulis memilih Do not configure the network at this time. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.9 Menentukan Metode Konfigurasi Jaringan 12. Proses selanjutnya adalah memasukkan nama host dari server yang akan dibangun ini. Disini penulis memberikan nama server01. Pemberian nama host ini tidak membenarkan adanya spasi. Gambar 3.10 Pemberian Nama Host Universitas Sumatera Utara 13. Selanjutnya pengguna diharuskan memilih zona waktu time zone sesuai dengan kota pengguna. Karena pada langkah sebelumnya penulis sudah memilih Indonesia sebagai negara penulis, maka disini terdapat empat pilihan yaitu: Jakarta, Pontianak, Makasar, Jayapura, dan terdapat satu pilihan Select from worldwide list jika zona waktu yang diinginkan tidak ada yang sesuai. Pada tugas akhir ini penulis memilih Jakarta, karena sesuai dengan zona waktu penulis berada. Gambar 3.11 Memilih Zona Waktu 14. Langkah selanjutnya adalah menetukan metode dalam memberikan partisi hard disk. Pada tugas akhir ini penulis menggunakan metode Manual, karena penulis ingin menentukan partisi sendiri. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.12 Menentukan Metode Melakukan Partisi Harddisk 15. Proses berikutnya adalah melakukan partisi hard disk, karena sebelumya penulis memilih melakukan partisi secara manual. Pilih hard disk yang akan dipartisi atau dibagi. Pada tugas akhir ini hard disk yang penulis gunakan dikenal dengan nama SCSI3 0,0,0 sda. 16. Setelah dipilih maka akan muncul dialog yang menanyakan apakah pengguna akan membuat partition table yang baru atau akan menggunakan yang lama. Pada tugas akhir ini penulis memilih Yes karena penulis akan membuat partition table yang baru dan menghapus yang lama. 17. Selanjutnya masih dalam tahap melakukan partisi hard disk. Pada langkah ini pengguna diharuskan membuat sebuah partisi baru dengan memilih hard disk kosong yang telah dibuat partition table-nya dan berstatus FREE SPACE dan belum memiliki format. Pada tugas akhir ini pertama kali penulis akan membuat partisi swap, dimana partisi ini digunakan untuk membantu kerja Universitas Sumatera Utara RAM pada komputer apabila sewaktu-waktu RAM tidak sanggup menangani kerja yang berlangsung. Gambar 3.13 Memilih Partition yang Masih Kosong 18. Tampilan berikutnya yang muncul adalah pertanyaan apa yang akan dilakukan oleh pengguna untuk free space ini. Karena tujuannya adalah untuk membuat partisi yang baru, penulis memilih Creat a new partition. 19. Setelah itu pengguna diwajibkan untuk memasukkan kapasitas dari partisi yang akan dibuat, yaitu partisi swap. Dalam membuat partisi swap terdapat formulasi yang bisa dijadikan acuan, yaitu apabila RAM berkapasitas lebih kecil 1GB maka jumlah swap yang disarankan adalah 2 x jumlah RAM, sedangkan jika RAM lebih besar atau sama dengan 1GB maka jumlah partisi swap yang disarankan adalah 1 x jumlah RAM. Namun aturan ini hanya berlaku untuk RAM yang tergolong berukuran kecil, apabila RAM yang digunakan sudah tergolong berkapasitas besar, maka partisi swap tidak perlu Universitas Sumatera Utara terlalu besar. Pada kesempatan ini penulis menggunakan RAM sebesar 4GB, jadi kapasitas swap yang penulis berikan adalah sebesar 1.5 GB. Gambar 3.14 Menentukan Besar Partisi Swap 20. Pengguna akan ditanya lagi terkait tipe dan lokasi dari partisi. Untuk tipe penulis menggunakan Primary dan untuk lokasi, penulis meletakkannya pada posisi Beginning. 21. Langkah berikutnya adalah melakukan pengaturan dari partisi swap. Pada Use as, penulis memilih swap area karena memang partisi ditujukan untuk swap. Pilih Done setting up the partition yang menandakan pengaturan swap cuma sampai disitu saja. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.15 Pengaturan Untuk Partisi Swap 22. Berikutnya adalah membuat partisi untuk sistem. Langkah-langkah yang dilalui hampir sama dengan membuat partisi swap yang diawali dari nomor 17, yaitu dengan memilih partisi yang berstatus FREE SPACE dan belum memiliki format file system, setelah itu pilih Create a new partition. 23. Kemudian memberikan kapasitas yang akan digunakan oleh partisi tersebut, karena penulis ingin menggunakan semua partisi sisa dari swap tadi 41,9 GB, maka penulis langsung saja menekan tombol Enter. Sedangkan untuk tipe dan lokasi masih sama dengan swap, yaitu bertipe Primary dan lokasi Beginning. 24. Untuk pengaturan partisi Partition settings hal yang dilakukan yaitu: pada Use as penulis menggunakan JFS journaling file system, karena file system ini sangat baik digunakan untuk server. Pada Label penulis memasukkan SYSTEM. Label digunakan untuk penamaan, jadi bisa apa saja yang diinginkan Universitas Sumatera Utara pengguna. Kemudian pilih Done setting up the partition yang artinya pengaturan partisi sistem sudah selesai. Gambar 3.16 Pengaturan Untuk Partisi Sistem 25. Pembagian partisi hampir selesai dilakukan. Selanjutnya penulis memilih Finish partitioning and write changes to disk untuk menyelesaikan pembagian partisi hard disk. Ubuntu Server akan memperlihatkan summary dari pembagian partisi yang sudah dilakukan, dalam tampilan ini pengguna juga akan ditanya apakah ingin menerapkannya kedalam hard disk, agar hard disk segera dapat digunakan penulis menjawab Yes dan instalasi sistem dasar pun dilakukan. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.17 Summary Dari Pembagian Partisi yang Sudah Dilakukan 26. Selanjutnya pengguna akan dihadapkah pada proses pemberian user dan password. Untuk yang pertama dilakukan adalah pemberian nama lengkap dari pengguna yang akan menggunakan sistem. Pada tugas akhir ini penulis memasukkan nama penulis yaitu Adam Kurniawan Mrg. Selanjutnya memasukkan user yang akan digunakan sebagai user login. Untuk ini penulis memasukkan adamkurniawan. Proses berikutnya memasukkan password yang akan digunakan untuk masuk ke sistem sebanyak dua kali. Kemudian Ubuntu Server menanyakan apakah pengguna ingin melakukan enskripsi terhadap home direcorty pengguna. Pada praktek ini penulis menjawab No. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.18 Memasukkan Username Untuk Login 27. Proses berikutnya Ubuntu Server akan menanyakan apakah pengguna ingin melakukan pembaharuan otomatis menggunakan internet atau tidak. Pada tugas akhir ini penulis memilih No automatic update karena penulis merasa tidak perlu melakukannya. 28. Tahap berikutnya adalah memilih peragkat lunak apa saja yang ingin dipasangkan di Ubuntu Server. Secara default Ubuntu Server 10.10 menyediakan perangkat lunak yang biasanya berjalan di server. Perangkat lunak yang disediakan oleh Ubuntu Server adalah sebagai berikut: DNS server, LAMP server, Mail server, OpenSSH server, PostgreSQL database, Print server, Samba file server, Tomcat Java server, dan Virtual Machine host. Untuk tugas akhir ini agar tidak terjadi loss dependecy, maka penulis memilih semuanya, karena apabila sewaktu-waktu ada dari perangkat lunak diatas yang dibutuhkan untuk keperluan yang tidak diduga, administrator tidak repot melakukan instalasi kembali. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.19 Pemilihan Perangkat Lunak yang Akan Dipasang 29. Setelah menekan tombol Enter, maka instalasi pun dimulai. Ditengah-tengah proses instalasi pengguna akan diminta memasukkan password untuk MySQL sebanyak dua kali. Masukkan password yang dinginkan dan dianggap aman. Masih pada proses instalasi perangkat lunak, kembali pengguna akan ditanya apakah ingin melakukan konfgurasi Postfix atau tidak. Postfix sendiri adalah perangkat lunak yang digunakan untuk Mail server. Pada kesempatan ini penulis memilih No configuration. Proses instalasi dilanjutkan. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.20 Pemilihan Konfigurasi Posfix 30. Setelah proses instalasi perangkat lunak selesai, pengguna akan kembali dihadapkan pada pilihan apakah pengguna ingin melakukan instalasi GRUB boot loader. Jika pengguna memilih Yes, maka pada saat booting awal jika ada lebih dari satu sistem operasi terinstal di dalam komputer, maka sistem operasi yang menjadi default-nya adalah Ubuntu Server 10.10. Jika memilih No, maka apabila pengguna ingin masuk ke Ubuntu Server harus memilih secara manual terlebih dahulu. Pada tugas akhir ini penulis memilih Yes. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.21 Pemilihan Instalasi Grub Loader 31. Setelah Grub Loader selesai diinstal, maka itu menandakan bahwa instalasi Ubuntu Server sudah selesai dilakukan. Selain itu ditandakan juga dengan munculnya tampilan baru Finish the installation. Pilih Continue, maka komputer akan melakukan restart, dan jangan lupa mengubah kembali fisrboot-nya ke hard drive. Gambar 3.22 Instalasi Ubuntu Server 10.10 Selesai Universitas Sumatera Utara 32. Setelah first boot diubah ke hard drive dan maka setelah selesai booting akan langsung muncul tampilan awal dari Ubuntu Server 10.10 yang langsung meminta pengguna untuk login dengan tampilan CLI Command Line Interface. Gambar 3.23 Tampilan Awal Ubuntu Server Setelah Instalasi

3.3.2 Konfigurasi IP Address Ubuntu Server 10.10

Antar muka dari Ubuntu Server 10.10 adalah text mode, tidak ada jendela, tidak ada klik, drag and drop, dan sebagainya yang biasa dilakukan pada mode GUI Graphic User Interface, semua operasi pada Ubuntu Server dilakukan dengan mengetikkan secara manual perintah melalui papan ketik keyboard. Sebenarnya Ubuntu Server 10.10 juga bisa dibuat dengan mode GUI, namun itu akan sangat memberatkan bagi server, karena harus melakukan instalasi mode GUI yang memakan banyak sumber daya, terutama Memory, selain itu juga, pada dasarnya tingkat keamanan dengan menggunakan mode CLI akan lebih baik ketimbang menggunakan mode GUI. Universitas Sumatera Utara Agar Ubuntu Server bisa melakukan koneksi ke jaringan, baik itu jaringan lokal maupun internet, maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan konfigrasi alamat IP. Untuk mengkonfigurasi alamat IP langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Masuklah menggunakan username dan password yang telah diatur pada langkah sebelumnya. Pada tugas akhir ini userame yang penulis gunakan adalah adamkurniawan dan password penulis juga adamkurniawan. Untuk password tidak akan terlihat pada saat diketikkan karena alasan keamanan. Tekan tombol Enter jika sudah yakin memasukkan username dan password dengan benar. 2. Setelah berhasil masuk akan diperlihatkan kapan pengguna adamkurniawan terakhir login. Pada baris paling bawah terlihat tulisan adamkurniawanserver01:~, ini berarti pengguna dengan id adamkurniawan masih berstatus sebagai pengguna biasa dan belum bisa melakukan pengaturan. Agar bisa melakukan pengaturan, pengguna harus masuk sebagai mode root atau mode tertinggi dalam sistem administrator dengan mengetikkan perintah sudo su, maka akan akan muncul tulisan [sudo] password for adamkurniawan: itu berarti sistem meminta password agar pengguna dengan id adamkurniawan bisa masuk sebagai mode root. Password yang digunakan untuk mode root ini adalah password yang sama yang digunakan untuk login pada awal tadi. Masukkan password-nya dan tekan Enter. Jika password yang dimasukkan benar, maka akan muncul tulisan rootserver01:homeadamkurniawan, ini berarti pengguna dengan id Universitas Sumatera Utara adamkurniawan sudah masuk sebagai mode root dan sudah bisa melakukan konfigurasi. 3. Sebelum melakukan konfigurasi pada alamat IP, cek terlebih dahulu apa nama kartu jaringan ethernet yang tersedia yang bisa digunakan dengan mengetikkan: ifconfig –a | more. Penamaan kartu jaringan pada sistem Linux diawali dengan eth lalu diikuti dengan nomor kartu jaringannya yang dimulai dengan 0, misal eth0, eth1, eth2, dan seterusnya. Karena pada tugas akhir ini penulis menggunakan dua buah kartu jaringan maka setelah diketikkan ifonfig –a | more, didapati bahwa nama kartu jaringan yang penulis miliki pada sistem linux dikenal dengan nama eth0 dan eth1. Gambar 3.24 Nama Kartu Jaringan Penulis yang Dikenal Ubuntu Server 4. ketikkan perintah nano etcnetworkinginterfaces untuk mulai melakukan konfigurasi alamat IP Ubuntu Server 10.10. Pada baris paling akhir ketikkan skrip berikut: Universitas Sumatera Utara auto eth0 iface eth0 inet static address 192.168.6.200 netmask 255.255.255.0 gateway 192.168.6.254 Skrip diatas adalah skrip yang digunakan untuk melakukan pengaturan kartu jaringan pertama eth0 yang akan dihubungkan ke internet. Alamat IP yang penulis berikan harus satu segmen dengan jaringan yang ada di atas Ubuntu Server 10.10 yang penulis gunakan dan gateway dari kartu jaringan pertama juga harus merupakan alamat IP dari perangkat yang bertindak sebagai gerbang dari Ubuntu Server 10.10 yang penulis gunakan ke internet. Sedangkan untuk pengaturan kartu jaringan kedua yang akan digunakan sebagai interface ke jaringan lokal adalah sebagai berikut: auto eth1 iface eth1 inet static address 10.10.1.254 netmask 255.255.255.0 Jika telah selesai tekan tombol Ctrl + O untuk menyimpan konfigurasi yang telah dilakukan, berikan nama berkas konfigurasi yang baru saja dibuat, pada tugas akhir ini penulis tidak memberikan nama baru, jadi penulis langsung saja menekan tombol Enter. Kemudia tekan tombol Ctrl + X untuk keluar. Restart kartu jaringan menggunakan perintah etcinit.dnetworking restart agar konfigurasi yang baru saja dilakukan bisa terbaca oleh sistem. Universitas Sumatera Utara 5. Pada umumnya, jika kartu jaringan belum pernah dikonfigurasi menggunakan Ubuntu Server 10.10 atau Ubuntu Server 10.10 yang digunakan masih baru diinstal fresh install, kartu jaringan yang tertanam di komputer sudah terbaca namun belum aktif. Untuk melihat apakah kartu jaringan sudah aktif atau belum, ketikkan perintah ifconfig. Pada tugas akhir ini, kartu jaringan yang penulis gunakan belum aktif. Gambar 3.25 eth0 dan eth1 Belum Terlihat Untuk mengaktifkannya ketikkan perintah ifconfig eth0 up mengaktifkan kartu jaringan pertama dan ifconfig eth1 up mengaktifkan kartu jaringan kedua. Setelah itu restart kembali kartu jaringan menggunakan etcinit.dnetworking restart. Jika dilakukan pengecekan kembali menggunakan perintah ifconfig, maka akan bisa dilihat bahwa kartu jaringan sudah aktif dan sudah memiliki alamat IP sesuai dengan yang sudah di konfigurasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.26 Kartu Jaringan Sudah Aktif dan Memiliki Alamat IP 6. Langkah selanjutnya adalah memberikan DNS Domain Name System. DNS digunakan sebagai penerjemah dari nama domain ke alamat IP, dan sebaliknya, yaitu dari alamat IP ke nama domain. Jadi apabila pengguna mengetikkan google.com di web browser, maka itu berarti pengguna memanggil alamat IP dari google.com yaitu 74.125.71.103. Untuk mengatur DNS di Ubuntu Server 10.10 pengguna harus membuat sebuah berkas baru bernama resolv.conf yang diletakkan di direktori etc dengan mengetikkan touch etcresolv.conf, namun sebelumnya pengguna harus masuk ke dalam mode root. Setelah berhasil membuatnya, selanjutnya adalah mengisi berkas resolve.conf tersebut dengan alamat IP yang bisa menerjemahkan nama domain ke alamat IP dan sebaliknya, dengan cara mengetikkan perintah nano etcresolv.conf. Kemudian ketikkan nameserver dan diikuti dengan alamat IP yang bisa digunakan sebagai DNS, pada tugas akhir ini penulis menggunakan 2 buah DNS, yaitu 192.168.4.254 yang merupakan alamat IP gateway Ubuntu Server 10.10 dan 8.8.8.8 yang merupakan alamat penyedia DNS yang dibuat oleh Google. Jadi penulisannya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara nameserver 192.168.4.254 nameserver 8.8.8.8. Simpan dengan menekan Ctrl + O, tekan tombol Enter untuk replace nama yang lama dan tekan Ctrl + X untuk keluar. Lakukan kembali restart jaringan dengan mengetikkan etcinit.dnetworking. Gambar 3.27 Membuat DNS di Ubuntu Server 10.10 7. Tahap berikutnya adalah melakukan pengecekan apakah Ubuntu Server 10.10 sudah bisa melakukan koneksi ke internet dan apakah DNS sudah bekerja dengan baik. Cara melakukannya adalah dengan melakukan ping ke sebuah alamat domain. Pada tugas akhir ini, penulis melakukan pengecekan dengan melakukan ping ke domain yahoo.com. Perintah yang diketikkan adalah ping yahoo.com. disini penulis sudah mendapatkan balasan dari yahoo.com dan berarti Ubuntu Server 10.10 yang digunakan sebagai server sudah terkoneksi ke internet dengan baik, begitu juga dengan DNS-nya. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.28 Ping Mendapatkan Balasan 8. Selanjutnya, lakukan konfigurasi agar semua klien yang berada pada jaringan lokal bisa mengakses ke jaringan yang berada di jaringan luar internet. Jika tidak dikonfigurasi maka paket-paket yang berasal dari kartu jaringan lokal eth1 tidak akan bisa diteruskan ke kartu jaringan yang mengarah ke internet eth0. Caranya adalah dengan mengetikkan perintah berikut ini: iptables –t nat –A POSTROUTING –o eth0 –j MASQUERADE, lalu tekan Enter. Jika ingin rule ini dijalankan pada saat komputer dinyalakan, maka ketikkanlah rule diatas pada file etcrc.local sebelum baris exit 0. Universitas Sumatera Utara

3.4 WebHTB