Latar Belakang PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Tindakan Swamedikasi Selesma Pada Anak Di Kelurahan Grobogan Purwodadi.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan medication error karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Masyarakat cenderung hanya tahu nama dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya Ariastuti, 2011. Mahalnya biaya dokter mengakibatkan masyarakat lebih cenderung memilih pengobatan sendiri swamedikasi sebagai alternatif penanganan pertama ketika sakit Atmoko dan Kurniawati, 2009. Swamedikasi banyak dipilih masyarakat untuk meredakanmenyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan Kartajaya, 2011. Menurut Kartajaya 2011 adapun dalam fenomena swamedikasi, peresepan sendiri termasuk pembelian obat tanpa resep ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, perkembangan teknologi informasi, dengan semakin berkembangnya teknologi, masyarakat menjadi lebih mudah dalam mengakses informasi, termasuk di dalamnya informasi mengenai kesehatan. Alasan swamedikasi, peresepan sendiri, atau pembelian obat tanpa resep di masyarakat Indonesia, adalah karena penyakitnya dinilai ringan 46, harga yang lebih murah 16, dan obat mudah didapat 9. Terlihat bahwa faktor biaya dan waktu menjadi alasan yang melatarbelakangi swamedikasi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan meliputi 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan Supratman, 2002. Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali mengenai tingkat pengetahuan dengan swamedikasi nyeri pada masyarakat di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan hasil signifikan yang berarti perilaku swamedikasi nyeri kepala 46,10 dikontribusi oleh pengetahuan. Pada umumnya masyarakat Banyudono Kabupaten Boyolali melakukan swamedikasi nyeri kepala dengan menggunakan obat modern selama kurang lebih 3 hari dan 95,17 dari mereka berperilaku baik dalam swamedikasi nyeri kepala Ariastuti, 2011. Menurut Supardi 1997 prevalensi orang sakit menurut kelompok umur, tertinggi pada anak di bawah umur 5 tahun, kemudian di atas 55 tahun. Umumnya, pada pergantian musim anak dan balita mudah terserang penyakit selesma. Bahkan, bayi di bawah usia satu tahun pun mudah terserang. Peningkatan kejadian pilek dapat dihubungkan dengan fakta bahwa lebih banyak anak berada di dalam ruangan dan dekat satu sama lain. Selain itu, virus flu banyak berkembang di kelembaban rendah, membuat saluran hidung kering dan lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena pada anak memiliki sistem kekebalan tubuh belum matang dan memiliki waktu terbatas untuk mendapatkan kekebalan terhadap virus umum. Oleh sebab itu gejala penyakit dan cara penanganannya perlu dikenali. Penanganan juga bukan hanya membantu penyembuhan, namun juga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh Puspitasari, 2010. Hasil survei pendahuluan peneliti di Puskesmas Grobogan, masyarakat yang mengalami batuk pilek pada tahun 2011 rata-rata tiap bulan sebanyak 357 orang. Sedangkan, dari 20 orang tua yang disurvei 12 orang diantaranya menjawab bahwa mereka pernah melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhan selesma pada anak mereka. Dari survei awal inilah peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan pengetahuan orang tua terhadap tindakan swamedikasi selesma pada anak di Kelurahan Grobogan Purwodadi Survei Peneliti, 2011.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegiatan Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa Dan Di Kota (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi)

2 54 160

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Orang Tua Tentang Pemberian Stimulasi Motorik Kasar Terhadap Kemampuan Berjalan Anak.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Orang Tua Tentang Pemberian Stimulasi Motorik Kasar Terhadap Kemampuan Berjalan Anak.

0 3 5

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN GROBOGAN KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 13

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN GROBOGAN KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 19

Bagian I PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN GROBOGAN KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA ANAK BALITANYA DI WILAYAH WONOGIRI.

0 1 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI SELESMA PADA ANAK DI Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Tindakan Swamedikasi Selesma Pada Anak Di Kelurahan Grobogan Purwodadi.

0 2 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI SELESMA PADA ANAK DI Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Tindakan Swamedikasi Selesma Pada Anak Di Kelurahan Grobogan Purwodadi.

0 1 15

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Swamedikasi Obat Demam pada Anak-Anak IMG 20151123 0001

1 1 1