TIPE KEPRIBADIAN PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

TIPE KEPRIBADIAN PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DAUN
YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dasef Maulana
1110013000104

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK
Dasef Maulana. NIM: 1110013000104. “Tipe Kepribadian pada Tokoh

Utama dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya
Tere Liye dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kepribadian tokoh utama dalam
menggambarkan kepribadian tokoh utama serta implikasinya dalam pembelajaran
sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan objektif. Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai
berikut. Kepribadian tokoh utama, Tania memiliki 13 kepribadian. Terbilang ada
9 sifat melankolis, intovert, berpikir keras, setia, teguh pendirian, sensitif, teliti,
perfeksionis, tegar, dan keras kepala. Selain memiliki kepribadian melankolis,
Tania juga memiliki 3 kepribadian lainnya, yakni phegmatis, koleris, dan
sanguinis. Sifat Tania yang tergolong ke dalam kepribadian phegmatis adalah
pengamat, kemudian yang termasuk dalam kepribadian koleris adalah tidak sabar,
lalu sisi kesanguinisannya terlihat pada jiwa sosial dan menyakinkan. Semua sifat
yang dimiliki Tania memiliki fungsi dalam pengembangan alur. Penelitian ini
dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas
XII semester ganjil. Peserta didik bisa belajar bagaimana cara menganalisis.
Selama ini, dalam pembahasan penokohan, peserta didik hanya diarahkan untuk

mendata sifat seperti apa yang dimiliki oleh seorang tokoh dan apa bukti
kutipannya. Dengan membaca penelitian ini, peserta didik bisa mengetahui
bagaimana cara menganalisis sifat-sifat tersebut dan juga belajar mengaitkan
unsur intrinsik yang satu dengan lainnya.

Kata kunci: tokoh utama, kepribadian, karakter, novel, Tere Liye.

i

ii

ABSTRACT
Dasef Maulana. NIM: 1110013000104 "Character types of lead role in Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin Novel by Tere Lliye and its
implications towards literature learning in high school. Department of
Indonesian Learning and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teachers
Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University.
This research was to examine the character of leading role in describing
the character of leading role with its implication towards literature learning in
high school. Method used in this research was analytical descriptive qualitative.

Approoach used in this research was objective approach. The result of this
research was as follow: the character of leading role, Tania had 13
personalities.There were 9 melancholy,introvert, think-out-loud, loyal, tenacious,
sensitive, meticulous, perfectionist, patience and stubborn. Besides melancholy,
Tania also had 3 other personalitie namely,phegmatic, choleris, and sanguinis.
Tania's character which was included in phegamatic personality was observe, then
which was included in choleris was impatience, then her angunicity could be seen
on her social life and convince.All of characters own by Tania has their function
in developing plot. This research can be implemented in Indonesian learning and
literature in twelfth class, odd semester. Students could learn how to analyze.
Before, in learning character, students were only directed on what a role has and
its proven citation. By reading this research, students could know how to analyze
that characters and also learn to relate intrinsic element each other.

Key words: Leading role, personality, characrer, novel, Tere Liye.

iii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabb al-„alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, kesehatan, kasih
sayang, dan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi berjudul “Tipe Kepribadian pada Tokoh Utama dalam Novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye dan Implikasinya pada
Pembelajaran Sastra di SMA” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam proses
penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan.
Tanpa bantuan dan peran serta dari berbagai pihak, skripsi ini rasanya hampir
mustahil dapat terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan;
2. Makyun Subuki, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia;
3. Dosen Pembimbing, Ahmad Bachtiar, M. Hum. yang selama ini tidak pernah
lelah membimbing penulis dalam memberikan arahan dan saran dalam
pengerjaan skripsi;

4. Para dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
menyampaikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis;
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Asnaf dan Ibu Onah yang telah merawat,
mendidik, mendoakan, dan mendukung penulis dengan kasih sayang
sepanjang masa;
6. Kakak-kakak, keponakan-keponakan tercintaku, dan segenap keluarga besar
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini;

iv

7. Segenap keluarga besar Uye, keluarga besar komunitas Majelis Kantiniyah,
teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2010, dan yang tak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Penulis
mengucapkan terima kasih karena telah mau menjadi teman berdiskusi yang
baik bagi penulis selama penulisan skripsi ini;
8. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan terima kasih.

Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih atas semua

yang membuat kelancaran proses penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pihak yang
telah membantu, semoga Allah swt. membalas kebaikan kalian semua. Akhirnya
sebagai manusia yang tidak sempurna, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam skripsi ini, maka dengan senang hati penulis akan menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya karya ilmiah ini.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 11 September 2015
Penulis

Dasef Maulana

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ……………………………………………………………………. i

ABSTRACT …………………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………. 4
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………… 4
D. Perumusan Masalah ………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 5
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 6
G. Metode dan Prosedur Penelitian ………………………………….. 6
1. Objek dan Waktu Penelitian ………………………………….. 6
2. Data dan Sumber Data ………………………………………... 7
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 8
4. Prosedur Analisis Data ………………………………………... 8
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………… 9
A. Psikologi Sastra ……...…………………………………………..... 9
B. Tipe-tipe Kepribadian…………………………………………….. 11
C. Tipe kepribadian ……………………………….............................. 12

D. Hakikat Novel …………………………………………………….. 13
1. Tema ……………………………………………………...……15
2. Tokoh dan Perwatakan ……...……...……...……...……...……16
3. Latar ...……...……...……...……...……...……...……...……... 20
4. Alur dan Plot ……...……...……...……...……...……...…….... 21

vi

5. Sudut Pandang ……...……...……...……...……...……...…….. 22
6. Gaya Bahasa ……...……...……...……...……...……...……..... 22
7. Amanat ……...……...……...……...……...……...……...…….. 23
E. Implikasi Pembelajaran Satra ……...……...……...……...……...…. 23
F. Penelitian yang Relevan ……...……...……...……...……...……..... 27
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………….. 30
A. Analisis Unsur Intrinsik ………………………………………….... 30
1. Tema …………………………………………………………… 30
2. Tokoh dan Penokohan ………………………………………… 31
a. Tania ………………………………………………………. 32
b. Danar ………………………………………………………. 32
c. Dede ……………………………………………………….. 33

d. Ratna ………………………………………………………. 35
3. Latar …………………………………………………………… 35
a. Tempat …………………………………………………….. 35
b. Suasana …………………………………………………….. 39
4. Alur …………………………………………………………….. 42
a. Peristiwa/tahap Awal ………………………………………. 43
b. Konflik …………………………………………………….. 44
c. Klimaks ……………………………………………………. 44
d. Leraian …………………………………………………….. 45
e. Penyelesaian ………………………………………………. 45
5. Sudut Pandang ……………………………………………….... 46
6. Gaya Bahasa …………………………………………………... 46
a. Hiperbola ………………………………………………….. 47
b. Simile ……………………………………………………… 47
c. Metafora …………………………………………………… 48
d. Personifikasi ……………………………………………….. 48
e. Retoris ……………………………………………………... 48
f. Pleonasme …………………………………………………. 49
g. Anafora ……………………………………………………. 49
7. Amanat ………………………………………………………… 50


vii

B. Analisis Kepribadian Tokoh Tania …………………………...…… 52
C. Implikasi Pembelajaran ……………………………………..…….. 65
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………... 68
A. Simpulan ……………………………………………………........... 68
B. Saran …………………………………………………………......... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus dan RPP Pembelajaran Novel Materi Kelas XII SMA
Lampiran 2. Uji Referensi
Lampiran 3. Daftar Referensi
Lampiran 4. Biodata Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum sastra terdiri dari cerpen, puisi, drama dan novel. Sastra
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah novel. Novel dapat dikaji dari
beberapa aspek, seperti: penokohan, isi, cerita, setting, alur, dan makna. Novel
dapat menceritakan tentang kehidupan tokoh-tokoh serta tingkah laku mereka
dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel
memiliki karakter yang berbeda-beda. Penokohan di dalam novel cukup
menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penokohan dikaji untuk mengetahui
bagaimana perwatakan dari setiap tokoh yang ada di dalam sebuah novel.
Tokoh sebagai salah satu unsur intrinsik dalam novel memiliki kedudukan
yang sangat penting. Karena tokoh menggambarkan kondisi psikologis dan
kepribadian seseorang, serta menjadi kunci penggerak sebuah cerita.
Suatu karya sastra khususnya novel yang mengangkat tema sifat tokoh
biasanya menceritakan suatu kepribadian yang terdapat pada tokoh. Kajian
kepribadian merupakan suatu proses yang harus dipahami dengan mempelajari
peristiwa yang mempengaruhi perilaku seseorang melalui kontribusi peristiwa
tersebut terhadap kepribadian si individu. Menurut pandangan sosial, kajian
kepribadian dalam kaitanya dengan konteks sosial dan perkembangan
kehidupan harus dipahami melalui kontribusi model dan peran kebudayaan itu
sendiri. Dengan demikian, kepribadian adalah suatu integrasi dari semua
aspek kepribadian yang unik dari seseorang menjadi organisasi yang unik,
yang menentukan dan dimodifikasi oleh upaya seseorang beradaptasi dengan
lingkungan yang selalu berubah.1
Kepribadian merupakan susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu
manusia. Kepribadian juga merupakan suatu organisasi yang hanya dimiliki
oleh manusia, yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya. Pusat
kepribadian seseorang adalah intensi-intensi yang sadar dan sengaja, berupa
1

Albertine Minderop, Psikologi Sastra (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 8

1

2

harapan-harapan, aspirasi-aspirasi, dan impian-impian. Tujuan-tujuan ini
mendorong kepribadian yang matang dan memberi petunjuk yang paling baik
untuk memahami tingkah laku sekarang. Salah satu cara melihat keterkaitan
lain mengenai kepribadian seseorang, kita bisa melihat empat tipe
kepribadian yang diajukan oleh Galenus, yaitu: sanguinis, melankolis, koleris,
dan plegmatis.
Pengajaran merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kepribadian,
pengendalian diri, kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pengajaran harus
sesuai dengan tujuan pengajaran nasional yaitu; mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Salah satu pengajaran yang membantu pembentukan intelektual dan
emosional adalah pengajaran bahasa dan sastra. Pengajaran bahasa pada
hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa
diarahkan

untuk

meningkatkan

kemampuan

pembelajar

dalam

berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Adapun pengajaran sastra merupakan
pembelajaran yang memaknai hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang
spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan
aspek kebahasaan maupun aspek makna.
Pengajaran sastra memiliki peran untuk membentuk karakter bangsa,
untuk membentuk karakter bangsa ini, sastra diperlakukan sebagai salah satu
media atau sarana pengajaran kejiwaan. Hal itu cukup beralasan sebab sastra
mengandung nilai etika dan moral yang berkaitan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Jadi, dengan mempelajari bahasa dan sastra, maka akan

3

dihasilkan seseorang siswa yang baik dalam budi pekerti dan tutur bahasanya.
Namun, pada penelitian ini pengajaran sastra lebih ditekankan.
Pengajaran sastra tidak hanya berbicara tentang diri sendiri
(psikologis), tetapi juga berkaitan dengan Tuhan (religiusitas), alam semesta
(romantik), dan juga masyarakat (sosiologis). Sastra mampu mengungkap
banyak hal dari berbagai segi.Sastra memiliki peran sangat fundamental
dalam pengajaran karakter.Hal ini disebabkan karya sastra pada dasarnya
membicarakan berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung
dengan pembentukan karakter manusia.Sastra dalam pengajaran berperan
mengembangkan bahasa, mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik,
mengembangkan kepribadian dan mengembangkan pribadi sosial.
Salah satu novel yang mengangkat masalah kepribadian adalah sebuah
novel karya Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010). Novel ini diangkat dari
kisah keluarga kurang mampu yang ditinggal mati oleh ayahnya, di mana ada
seorang laki-laki yang menolong kehidupannya.
Tere Liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil
dari bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu, dan nama aslinya adalah
Darwis. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere liye mempunyai
seorang istri yang bernama Riski Amelia, dan dikaruniai anak yang bernama
Abdullah Psai. Lahir dan besar di pedalaman sumatera, berasal dari keluarga
petani, anak keenam dari tujuh bersaudara. Darwis berasal dari Sumatra
Selatan, Indonesia. Riwayat pendidikannya nya: SDN 2 Kikim Timur
Sumasel, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9 Bandar Lampung, dan
Fakultas Ekonomi UI.
Tampaknya Tere-Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu
terlihat dari sedikitnya informasi yang pembaca dapat melalui bagian “tentang
penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel. Agak sulit ketika
mencari tahu tentang Tere-Liye. Tere Liye telah menghasilkan 14 buah novel.
Yaitu: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka
Umum, 2010, Pukat (Penerbit Republika, 2010), Burlian (Penerbit Republika,
2009), Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005), Moga Bunda Disayang

4

Allah (Republika, 2007), The Gogons Series: James & Incridible Incidents
(Gramedia Pustaka Umum, 2006), Bidadari-Bidadari Surga (Republika,
2008), Sang Penandai (Serambi, 2007), Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
(Grafindo, 2006; Republika 2009), Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint,
2005), Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006), Senja
Bersama Rosie (Grafindo, 2008).
Berdasarkan alasan-alasan di atas, penelitian ini akan berfokus pada
novel karya Tere Liye yaitu, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), sebagai rekaman kepribadian
seseorang yang terjadi di kehidupan bermasyarakat. Kepribadian dalam novel
ini kuat sekali dan menarik untuk dikaji. Novel yang bergenre romance ini
menampilkan sebuah kepribadian tokoh utama yang sangat menonjol.
Novel Tere Liye dianggap sangat ringan ketimbang novel dengan
diksi-diksi yang rumit. Namun tetap sarat akan misteri dan kedalaman dalam
merespon gejala-gejala kepribadian yang terjadi dalam diri seseorang. Oleh
karena itu, penulis tertarik meniliti kepribadian tokoh utama yang ada dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dengan menggunakan
tinjauan psikologi sastra serta implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan
sastra di sekolah.

B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang ada, maka identifikasi
masalah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurangnya kesempatan dalam mempelajari novel, kalaupun ada terlalu
menitik beratkan pada pembahasan novel sebagai ilmu sastra.
2. Kurangnya pembahasan tentang kepribadian yang terkandung dalam
sebuah novel, khususnya pada novel Tere Liye.

C. Pembatasan Fokus Masalah
Fokus penelitian ini yaitu pada kepribadian tokoh utama di dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin karya Tere Liye. Dalam
novel karya Tere Liye yaitu, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

5

terdapat banyak temuan masalah, maka dari itu, penulis membatasi dan
memfokuskan penelitian pada:
1. Kepribadian tokoh utama pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye menurut teori kepribadian Galenus.
2. Implikasi pembahasan kepribadian tokoh utama dan fungsi kepribadian
tokoh utama dalam pengembangan alur pada novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye pada pembelajaran Sastra di
SMA.

D. Perumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah tersebut dapat dituliskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kepribadian tokoh utama dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye menurut teori kepribadian
Galenus dan apa fungsi kepribadian tokoh utama dalam pengembangan
alur?
2. Bagaimana implikasi pembahasan kepribadian tokoh utama dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye pada
pembelajaran sastra di Sekolah?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai sistem kepribadian dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yang mencakup:
1.

Untuk mengetahui kepribadian tokoh utama novelDaun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye menurut teori kepribadian
Galenus.

2.

Untuk mengetahui implikasi pembahasan kepribadian tokoh utama dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
pada pembelajaran sastra di Sekolah.

6

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun secara praktis, manfaat tersebut di antaranya:
1. Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Untuk menambah pemahaman mengenai karya sastra khususnya
novel

b.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan
dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dan dapat membantu penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan kajian psikoanalisis

c.

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk menambah khazanah
pengetahuan tentang perkembangan sastra Indonesia.

2.

Kegunaan Praktis
Kegunaan Praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Untuk melihat kepribadian bukan hanya dari sisi yang tampak saja
tapi juga melihat kepribadian yang tersembunyi jauh di dalam diri
sang tokoh

b.

Agar memiliki pandangan tersendiri untuk menyikapi kepribadian
tokoh utama dalam novel ini

c.

Dapat meningkatkan minat baca siswa untuk lebih tertarik lagi
terhadap karya sastra.

d.

Membantu para pengajar bahasa dan sastra Indonesia untuk dapat
memotivasi siswanya agar lebih menghargai dan mencintai karya
sastra.

G. Metode dan Prosedur Penelitian
1. Objek dan Waktu Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai

langkah-langkah

sistematis.2

Metode

penelitian

yang

digunakan adalah metode kualitatif dan metode analisis isi. Secara
2

h. 461

Paul A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994),

7

kualitatif, analisis isi dapat melibatkan suatu jenis analisis, di mana isi
komunikasi (percakapan, teks tertulis, wawancara, fotografi, dan
sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan.3 Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dan teori yang digunakan yaitu: teori
sastra,

struktural

dan

pendekatan

psikoanalisis

untuk

membantu

menganalisis fenomena yang ditemukan di dalam data.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, metode penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.4 Dalam hal ini penelitian kualitaitif menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya.
2. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010, Cetakan pertama). Selain itu sumber data yang lain yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data mengenai dinamika
kepribadian dalam bentuk kalimat, klausa, frase yang berhubungan dengan
tokoh dalam bentuk tertulis. Ada dua jenis data; data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data utama yang langsung diproses tanpa
melalui perantara. Sedangkan data sekunder adalah data yang berfungsi
untuk memperkaya, mempertajam analisis yang diambil dari jurnal, karya
tulis orang lain, majalah, buku-buku kritik sastra dan lainnya mengenai
novel ini.5
Sumber data primer dalam penelitian ini berupa novel yang
berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin karya Tere Liye,
sedangkan sumber data sekunder berupa buku teori psikologi sastra dan
buku-buku kritik sastra yang mendukung penelitian data primer, serta
review yang berhubungan dengan data primer.
3

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007), h. 284
4
Ibid., h. 4
5
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologis (Surakarta: Yuma Pustaka,
2010), h. 62-63.

8

3. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ini yaitu
dengan teknik data yang dikumpulkan dengan cara:
a. Membaca dan memahami isi cerita novel secara mendalam.
b. Melakukan proses identifikasi masing-masing struktur novel. yaitu
tokoh, perwatakan, alur, latar.
c. Melakukan klasifikasi dengan menggolongkan kutipan-kutipan dalam
novel yang mengandung kepribadian tokoh.
d. Mengadakan studi kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder
sebagai data pelengkap mengenai dinamika kepribadian dalam tokoh.
4. Prosedur Analisis Data
a) Analisis struktural dilakukan untuk mengetahui tokoh, alur, dan latar
dalam novel.
b) Analisis isi secara tematis dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
mengelompokkan perkembangan tokoh yang terdapat dalam isi novel
tersebut.

BAB II
KAJIAN TEORI
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah pendapat para ahli yang menunjang
penelitian. Teori-teori tersebut berupa: hakikat novel, psikologi sastra, hakikat
kepribadian, tokoh dan penokohan, tipe kepribadian menurut Galenus, implikasi
pembelajaran sastra, dan hasil penelitian yang relevan.

A. Psikologi Sastra
Psikologi

sastra

merupakan

pengkajian

karya

sastra

yang

berlandaskan oleh teori psikologi. Sejalan dengan pendapat Endraswara
bahwa Psikologi sastra (Psikoanalisis) adalah sebuah interdisiplin antara
psikologi dan sastra.1 Dengan mempelajari psikologi sastra sebenarnya kita
telah mempelajari manusia dari sisi dalam.Terkadang penilaian pengamat
terhadap sisi „dalam‟ ini memang sangan subjektif, itulah titik beratnya
sebuah karya sastra.
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah
yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang
terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan
objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah
aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.2 Psikologi sastra adalah
sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra.
Pengertian psikologi sastra berdasarkan pendapat Welek terbagi
menjadi empat kemungkinan, yaitu: studi psikologi pengarang sebagai
tipe/pribadi, studi proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang
diterapkan pada karya sastra, mempelajari dampak sastra pada pembaca
(psikologi pembaca).3 Ditambahkan oleh Nyoman Kuntha Ratna, pendekatan
1

Suwandi Endraswara, Metode Penelitian Sastra (Yogyakarta: FBS Universitas Negeri
Yogyakarta, 2003), h. 3
2
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), h. 344
3
Rene Welek, Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan Terjemahan (Jakarta:
Gramedia, 1993), h. 90

9

10

psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu:
pengarang, karya sastra dan pembaca dengan pertimbangan bahwa
pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan
karya sastra.4 Nyoman menambahkan, penelitian yang ditujukan kepada
pengarang maka model penelitiannya lebih dekat dengan penelitian ekspresif,
sedangkan jika penelitian ditujukan pada karya, maka model penelitiannya
disebut penelitian objektif.
Sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa pendekatan psikologi
adalah pendekatan bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa
kehidupan manusia.5 Selain itu karya sastra sering dikaitkan dengan gejala
kejiwaan, seperti: obsesi, kontemplasi, kompensasi, sublimasi bahkan sebagai
neurosis. Oleh karena itu, karya sastra sering disebut sebagai penyakit
kejiwaan.6
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pakar
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi sastra adalah pengkajian
karya sastra yang berlandaskan oleh teori psikologi, hal ini didasari oleh
keyakinan yang dalam bahwa karya sastra adalah gambaran dari penyakit
kejiwaan yang dialami oleh manusia yang digambarkan melalui karya sastra.
Pengarang

sastra

berusaha

mendalami

ilmu

psikologi

serta

menuangkan ide mengenai gambaran konflik kehidupan manusia yang
kompleks ke dalam karya sastra.Sehingga menimbulkan pertanyaan pada
penelaah sastra yang akhirnya memahami karya sastra dengan bantuan ilmu
psikologi.
Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan
mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra ialah pada
masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang
muncul dalam sastra, tetapi juga mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang

4

Nyoman Kuntha, op.cit, h. 61
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra (Bandung: Angkasa, 2012), h. 96
6
Nyoman Kutha, op.cit, h. 62

5

11

kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman
pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.7

B. Tipe-tipe Kepribadian
Bagi para psikologi, istilah kepribadian adalah pengutamaan alam
bawah sadar (unconsious) yang berada di luar sadar, yang membuat struktur
berpikir diwarnai oleh emosi.Mereka beranggapan, perilaku seseorang
sekedar wajah permukaan karakteristiknya, sehingga untuk memahami secara
mendalam kepribadian seseorang, harus diamati gelagat simbolis dan pikiran
yang paling dalam dari seorang tersebut. Mereka juga mempercayai bahwa
pengalaman masa kecil individu bersama orang tua telah membentuk
kepribadian kita.8
Menurut Agus Sujanto, menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu
totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam
tingkah lakunya yang unik.9 Definisi kepribadian dari George Kelly yang
dikutip oleh Yusuf yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang
unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.10
Sementara Santrock merumuskan kepribadian sebagai „sesuatu‟ yang terdapat
dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh
tingkah laku individu yang bersangkutan. Menurut Santrock, kepribadian
adalah pemikiran, emosi, dan prilaku tertentu yang menjadi ciri dari
seseorang dalam menghadapi hidupnya.11 Sedangkan menurut Carl Gustav
Jung, kepribadian adalah kesatuan atau potensi membentuk kesatuan yang
harus selalu dipertahankan kesatuan dan keharmonisan antar semua elemen
kepribadian.12
George Kelly dalam mengartikan kepribadian lebih terfokus kepada
pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup seseorang sehingga
7

Albertine Minderop, Psikologi Sastra (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h.

59
8

Ibid,. h. 9
Agus Sujanto, dkk. Psikologi Kepribadian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 12
10
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2008), h. 167
11
Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana,:2010), h. 177
12
Alwisol, Psikologi kepribadian (Malang:UMM Pres, 2010),h.39
9

12

membentuk kepribadian tertentu. Sedangkan pandangan Alport, Santrock dan
Jung dan Kelly memiliki pandangan terhadap kepribadian yang hamper sama,
yaitu mereka sama-sama memandang kepribadian adalah sesuatu yang telah
dimiliki sejak lahir dan merupakan ciri yang melekat pada seseorang.
Berdasarkan beberapa penjelasan dan teori yang telah dipaparkan,
dapatlah disintesiskan bahwa kepribadian merupakan suatu emosi, perilaku
dan perasaan seseorang yang terkait menjadi satu kesatuan yang harmonis,
yang menjadi ciri khas dari seseorang dan bisa terlihat dari luar. Kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan
pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.

C. Tipe Kepribadian
Teori kepribadian sebenarnya telah ditemukan pada tahun 460-370
SM oleh Hipocrates, tetapi teori kepribadian dipopulerkan oleh Galenus.
Hipocrates sering disebut sebagai Bapak dari ilmu pengobatan. Hipocrates
membedakan adanya empat tempramen, yaitu: Sanguin, Melankolik, Kolerik,
dan Flegmatik.13
Sekarang teori ini lebih dikenal dengan teori Galenus. Galenus
mengajukan empat tipe kepribadian yaitu: sanguinis, melankolis, kolenis, dan
plegmatis.
1. Kepribadian sanguinis: tipe kepribadian yang sikap dasarnya adalah
ekstrovert, suka berbicara dan optimis.
Kekuatan: ceria, sosial, meyakinkan, spontan, optimis
Kelemahan: suka pamer, pelupa, tidak disiplin
2. Kepribadian melankolis: tipe kepribadian yang sikap dasarnya adalah
tertutup, pemikir dan pesimis
Kekuatan: setia, teliti, sensitif, tetap pendirian, meyakinkan,
Kelemahan: susah memaafkan, menjauhi perhatian, suka memendam,
3. Kepribadian koleris: tipe kepribadian yang sikap dasarnya ekstrovert,
pelaku dan optimis.
Kekuatan: petualang, penyayang, yakin, positif
Kelemahan: blak-blakan, suka memerintah, tidak sabar

13

Iwan Gayo, Buku Pintar (Jakarta: Upaya Warga Negara, 1994), h. 660

13

4. Tipe kepribadian phlegmatis: tipe kepribadian yang sikap dasarnya
introvert pengamat dan pesimis
Kekuatan: mudah beradaptasi, tenang, sabar, pemalu
Kelemahan: hampa, ketakutan, kurang antusias.14
Inti dari tipe kepribadian Galenus adalah mampu menunjukan kekuatan serta
kekurangan yang ada dalam setiap tipe kepribadian.

D. Hakikat Novel
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra.
Novel sebagai karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam
bentuk cerita. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Nurgiyantoro
menjelaskan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang tidak selesai dibaca
sekali duduk dan terdiri dari tema, alur, plot, dan penokohan. Novel
merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk fiksi atau cerita rekaan,
namun ada pula yang merupakan kisah nyata.15 Dalam sebuah novel, si
pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca
kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung
dalam novel tersebut.
Novel berasal dari bahasa latin “novelius” yang diturunkan dari kata
“novies” yang berarti “baru”. Dikatakan baru sebab novel muncul belakangan
dibanding dengan bentuk puisi dan drama.16 Adapun menurut Jakob novel
adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran luas.17
Rene Wellek dan Austin menyebutkan bahwa novel merupakan
gambaran liku-liku kehidupan dan prilaku nyata dari zaman pada saat novel
itu ditulis.18 Novel merupakan jenis narasi yang menceritakan tentang likuliku kehidupan manusia. Dari segi bentuk, novel diwujudkan dalam karangan
prosa bebas

yang sangat

memungkinkan adanya unsur kepuitisan

bahasa.Novel adalah sebuah karya tulis prosa yang ditulis secara naratif
14

Florence Littauer, Personality Plus (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 22-27
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada Pres, 2000), h. 18.
16
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1984), h. 164.
17
Jakob Sumarjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1986), h. 29.
18
Rene Wellek, op.cit, h.282.
15

14

biassanya dalam bentuk cerita. Penulisan novel disebuat novelis. Novel
mengandung kata-kata minimal 35.000 kata sampai tak terbatas jumlahnya.19
Di sisi lain, novel merupakan suatu interprestasi kehidupan dan
prilaku yang nyata. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah
dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidiealkan, dunia imajinatif,
yang dibnagun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot,
tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya,
tentu saja, juga bersifat imajinatif.20
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel
adalah salah satu karya sastra yang merupakan cerita fiksi (rekaan) panjang,
novel dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat pelaku
didalamnya.
Menurut Nurgiyanto ada dua jenis novel yaitu novel serius dan novel
popular.21 Novel serius merupakan novel yang menampilkan permasalahan
kehidupan secara intens, berusaha meresapi hakiki kehidupan sehingga
terkadang sulit untuk dipahami, pembaca kadang harus membacanya
berulang-ulang untuk dapat mengerti makna cerita dalam sebuah novel serius.
Novel serius jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan konsentrasi
tinggi. Pengalaman dan permasalahan hidup yang ditampilkan dalam novel
sarius diungkapkan sampai pada inti hakikat kehidupan yang bersifat
universal. Hakikat hidup yang tertuang dalam novel serius biasanya akan
tetap bertahan sepanjang masa. Misalnya karya-karya Shakespeare, novel
Romeo dan Juliet dan Hamlet. Contoh karya sastra Indonesia adalah
Belenggu karya Armijn Pane (Jakarta: PT Pustaka Rakyat, 1957), Atheis
karya Achdiat K. Miharja (Jakart: Balai Pustaka, 1949), Jalan Tak Ada Ujung
karya Mochtar Lubis (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), dan lain-lain.
Adapun novel populer adalah novel yang memiliki masanya dan
penggemarnya, khususnya kalangan remaja. Memang menampilkan masalah
aktual dan sezaman, tapi hanya permukaannya saja. Ceritanya tidak
menampilkan kehidupan secara intens dan meresap. Jika masanya telah
19

Henry Guntur Tarigan, op.cit, h.165.
Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h.4.
21
Ibid, h.16.

20

15

habis, maka seiring berjalannya waktu, novel popular pun akan mengalami
penyurutan.
Salah satu unsur karya sastra (novel) yang membangun dari dalam
novel yaitu unsur intrinsik. Secara sederhana yang dimaksud dengan unsur
intrinsik adalah hal-hal yang keberadaanya wajib ada di dalam sebuah novel.
Unsur intrinsik ini mencakup beberapa hal. Semua hal tersebut kemudian
akan membentuk kesatuan cerita yang utuh. Novel sebagai sebuah karya fiksi
menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang
diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur
intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar sudut
pandang, dan lain-lain yang semuanya, tentu saja, dan bersifat imajinatif.22
1. Tema
Gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra
disebut tema.Tema merupakan suatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu
yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam
cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Tema adalah ide,
gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya
sastra.23
Tema-tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat
(langsung dapat terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung,
yaitu pembaca harus menyimpulkan sendiri). Tema dalam sebuah cerita
merupakan hal yang fundamental. Keberadaanya tentu wajib. Adalah hal
yang mustahil jika tak ada tema khusus dalam cerita termasuk dalam
bentuk novel. Dengan adanya tema cerita yang jelas, maka penulis akan
terhindar dari unsur-unsur yang tak perlu. Hal ini yang menjadikan tema
cerita sering disebut kompas cerita, sebab ia akan menentukan ke mana
arah cerita tersebut. Ada beragam tema yang bisa dipilih jika hendak
menulis novel, misalnya saja tema percintaan, keluarga, pendidikan dan
lain-lain.

22

Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 4
Zainuddin Fananie, Telaah Sastra. (Surakarta: Muhammadiyah Surakarta University Press,
2001), h. 84.
23

16

2. Tokoh dan Penokohan
Suatu karya sasta (novel) di bangun oleh usnur intrinsik dan
extrinsik, dalam unsur intrinsik suatu karya sastra di bangun dalam karya
itu sendiri yang menjadikan cerita tersebut menjadi utuh. Tokoh dan
penokohanlah unsur yang paling sering di sorat atau sering muncul dalam
suatu karya karena tokoh dan penokohan ini sangat sentral dan unsur
terpenting dalam menyajikan suatu cerita. Tokoh merupakan pelaku cerita
yang memerankan orang-orang yang ada dalam cerita. Istilah „tokoh‟
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap
pertanyaan: „siapa tokoh utama novel itu?‟ atau „ada berapa jumlah pelaku
novel itu?‟, atau „Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel
itu?‟ dan sebaginya. Adapun Robert staton menyatakan bahwa tokoh
adalah orang yang berperan penting dalan setiap cerita.24
Novel merupakan salah satu karya sastra yang menyuguhkan
tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun,
namun jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata
dan seolah kita dapat merasakan kejadian-kejadian dalam cerita
tersebut. Hal ini berarti novel bergumul dengan para tokoh yang terdapat
dalam karya tersebut. Walgito mengungkapkan bahwa setiap manusia
merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya.25 Manusia
mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan
sendiri yang berbeda dengan lainnya. Dalam novel para tokoh rekaan ini
menampilkan berbagai watak dan perilaku yang terkait dengan kejiwaan
dan pengalaman psikologis atau konflik-konflik sebagaimana dialami oleh
manusia dalam kehidupan nyata.
Salah satu unsur pembangun novel adalah tokoh. Tokoh
merupakan unsur yang penting dalam karya naratif, karena tokoh adalah
pembuat konflik atau “Siapa yang melakukan dan dikenai sesuatu dalam
cerita tersebut”. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan,
seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan
24
25

Robert Stanton, op.cit, h. 17
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 5

17

sekaligus, misalanya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal.
Menurut Nurgiyantoro tokoh-tokoh dalam novel yaitu tokoh utama dan
tambahan, tokoh protagonist dan antagonis, tokoh sederhana dan bulat,
tokoh statis dan berkembang, tokoh tipikal dan netral.26
Menurut Sayuti terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiap karya
fiksi menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh
utama (sentral) dan tokoh penunjang (periferal).27 Cara menentukan yang
mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah dengan
membandingkan setiap tokoh di dalam cerita. Adapun kriteria tokoh utama
adalah: bertindak sebagai pusat pembicaraan dan sering diceritakan,
sebagai pihak yang paling dekat kaitannya dengan tema cerita, dan lebih
sering melakukan interaksi dengan tokoh lain dalam cerita.
Penokohan atau disebut perwatakan merupakan proses yang
digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta
sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya. Watak, perwatakan dan
karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan
oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.28
Tokoh cerita (character) menurut Abrams adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapandan apa yang dilakukan dalam
tindakan.29
Dalam menggambarkan karakter atau watak seorang tokoh, penulis
bisa menuliskannya langsung atau “menitipnya” dalam dialog sang tokoh
tersebut. Penjelasan langsung bisa berupa gambaran fisiknya, lingkungan
kehidupannya, cara ia berkomunikasi, cara berjalan, pola pikir dan masih
banyak lagi lainnya. Sementara itu, jika penulis memilih gambaran melalui
dialog, maka ia harus menentukan gaya yang ia pilih: dialog atau
monolog. Menurut Stanton dalam Semi yang dimaksud dengan penokohan
26

Burhan Nurgiyantoro, op, cit h. 176-194
Suminto A Sayuti, Cerita Rekaan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 6
28
Burhan Nurgiantoro, op.cit, h. 165
29
Abram, Teori Pengantar Fiksi (Yogyakarta: Hanindita Graha Wida, 1981), h. 20
27

18

dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama: mengacu
kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita; yang kedua adalah
mengacu kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang
membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.30
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penokohan merupakan pelukisan
gambaran yang jelas dalam mengembangkan karakter tokoh-tokoh yang
berfungsi untuk memainkan cerita dan menyampaikan ide, motif, plot dan
tema yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan oleh
pembaca memiliki kualitas moral.
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, memiliki watak dan
perilaku tertentu. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.31 Aminuddin
menambahkan palaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan
tokoh.32
Tokoh merupakan unsur yang vital dalam karya sastra karena ia
merupakan pelaku yang berperan untuk mentransmisikan pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Sudjiman mendifinisikan
tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita.33Tokoh dikatakan sebagai individu
rekaan karena tokoh tidak betul-betul ada dalam kehidupan nyata. Akan
tetapi tokoh pasti memiliki beberapa kemiripan dengan individu tertentu
dalam kehidupan nyata karena dengan cara ini tokoh bisa menjadi relevan
dengan pembaca. Relevansi tokoh dengan pembaca inilah yang membuat
tokoh tersebut dapat diterima.
Tokoh dapat dilihat berdasarkan perkembangannya dalam cerita,
yaitu perubahan-perubahan watak yang terjadi pada tokoh dalam
perjalanan cerita.Berdasarkan perkembangan tersebut tokoh kompleks
30

M. Atar Semi, op. cit, h. 39
Melani Budianta, op.cit, h. 86
32
Aminuddin, Pengantar apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010),
31

h. 79
33

Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1988), h. 16

19

yang dalam perkembangan lakuan memperlihatkan berbagai segi
wataknya yang tidak sekedar hitam-putih.Kelemahan dan kekuatannya
tidak ditampilkan sekaligus melainkan berangsur-angsur.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh
adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengemban
peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita
tokoh merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya tokoh tidak
akan terjalin sebuah cerita.
Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah
laku, atau watak-watak tertentu.Pemberian watak pada tokoh suatu karya
disebut perwatakan.Sudjiman

mendefinisikan

penyajian watak dan penciptaan citra tokoh.

34

penokohan

sebagai

Adapun yang dimaksud

dengan penokohan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi,
pertama mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita,
yang kedua adalah mengacu kepada perbaruan dari minat, keinginan, dan
moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.35
Secara sederhana metode penokohan dibedakan menjadi dua, yaitu
metode langsung atau metode analitis dan metode tak langsung atau
metode dramatik.36 Metode langsung atau metode analitis memaparkan
sifat tokoh dan menyajikan secara langsung. Metode ini memperkecil
kemungkinan pembaca salah menafsirkan watak tokoh, akan tetapi metode
ini kurang memancing imajinasi pembaca karena semua wataknya telah
dipaparkan secara jelas.
Pada metode tidak langsung atau metode dramatik, para pembaca
dituntut untuk dapat menafsirkan watak tokoh-tokohnya melalui lakuan,
cakapan, pikiran, dan penampilkan fisik tokoh serta gambaran lingkungan
atau tempat tokoh berada.

34

Ibid., h.58.
M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa raya, 1998), h.39
36
Panuti Sudjiman, op.cit. h. 22
35

20

Menurut Waluyo, perwatakan tokoh biasanya terdiri dari tiga
dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi sosial dan dimensi psikis.37 Untuk
membentuk tokoh yang hidup, ketiga dimensi ini tidak dapat dipisahkan
atau tampil sendiri-sendiri. Dimensi fisik biasanya berupa usia, tingkat
kedewasaan, jenis kelamin, postur tubuh, deskripsi wajah dan ciri-ciri khas
fisik lain yang spesifik. Dimensi sosial merupakan deskripsi tentang status
sosial, jabatan, agama atau ideologi, aktivitas sosial dan suku atau bangsa.
Dimensi

psikis

meliputi

mentalitas,

ukuran

moral,

kecerdasan,

temperamen, keinginan, perasaan, kecerdasan dan kecakapan khusus.
Adapun Sumardjo dan Saini mengemukakan lima cara yang dapat
menuntun pembaca sampai pada karakter tokoh, yaitu: melalui apa yang
diperbuat

tokoh,

tindakan-tindakan

tokoh,

ucapan-ucapan

tokoh,

penggambaran fisik, pikiran-pikiran tokoh, dan melalui penerangan
langsung, yaitu watak tokoh dijabarkan secara langsung.38 Metode-metode
untuk analisis watak yang telah disebutkan diatas menjadi salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas tokoh dalam sebuah
karya.
Jadi, menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa penokohan merupakan cara pengarang menampilkan
tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para
tokoh itu. Penokohan dapat digambarkan melalui dialog antar tokoh,
tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau pikiran-pikiran tokoh.
Melalui penokohan