Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan

oleh seorang guru yang membimbing dan mengarahkan siswa menuju ke arah yang lebih baik. Dimyati dan Mudjiono 1999: 32 menyebutkan prinsip-prinsip yang hendaknya ada dalam dimensi program pembelajaran, antara lain: 1 tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa; 2 kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas siswa; 3 pemilihan dan penggunaan metode dan media multi-methods dan multi- media; 4 penentuan metode dan media fleksibel. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajartan yang sesuai, motode, dan penggunaaan media yang tepat.

b. Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan

Pembelajaran menulis karangan merupakan salah satu aspek pembelajaran Bahasa Indonesia yang tercakup dalam kelompok program adaptif di Sekolah Menengah Kejuruan. Menurut Sri Hastuti 1996: 21 pembelajaran bahasa adalah upaya untuk membuat pembelajar terampil, cekatan, dan cermat menggunakan unsur-unsur bahasa untuk berkomunikasi, baik komunikasi lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran menulis siswa harus berlatih secara berulang- ulang. Untuk melatih menulisnya, siswa dibantu oleh guru yang bertugas memberikan teori-teori tentang menulis, memotivasi siswa agar tertarik dengan kegiatan menulis dan memberi kesempatan kepada siswanya untuk berlatih menulis, guru juga harus bisa membuat siswa dapat mengungkapkan gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut sehingga membuat paragraf yang baik. Dengan demikian pembelajaran menulis karangan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa dalam mengembangkan kreativitas dan imajinasinya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, yaitu siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis.

c. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan

Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan Sarwiji Suwandi, 2008:15. Berkaitan dengan proses dan hasil tersebut, dalam hal ini penilaian pembelajaran menulis karangan juga dibagi menjadi dua, yakni 1 Penilaian kualitas proses pembelajaran, dan 2 Penilaian kualitas hasil pembelajaran. 1 Penilaian kualitas proses pembelajaran Penilaian proses belajar-mengajar merupakan menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar Nana Sudjana, 2005:1. Penilaian proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, terutama efisiensi, keefektifan, serta produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah a efesiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional, b keefektifan dan relevansi bahan pengajaran, c produktivitas kegiatan pembelajaran, d keefektifan sumber dan sarana pembelajaran, dan e keefektifan penilaian hasil dan proses pembelajaran Nana Sudjana, 2005:57. Masih menurut Nana Sudjana, 2005:60-62 kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1 Konsistensi kegiatan pembelajaran dengan kurikulum Kurikulum adalah program pembelajaran yang telah ditentukan sebagai acuan yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek: a tujuan-tujuan pengajaran, b bahan pengajaran yang diberikan, c jenis kegiatan yang dilaksanakan, d cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, e peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan, dan f penialaian yang digunakan untuk setiap tujuan. 2 Keterlaksanaan oleh guru Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat dilihat dalam hal: a mengondisikan kegiatan belajar siswa; b menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar; c waktu yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran; d memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran pada siswa; e melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran; f kegiatan menggeneralisasikan hasil pembelajaran dan tindak lanjutnya untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. 3 Keterlaksanaan oleh siswa Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal: a memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru; b semua siswa turut serta melakukan kegiatan pembelajaran; c tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya; d memanfaatkan semua sumber belajar yang disedioakan guru; e menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru. 4 Motivasi belajar siswa Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam hal: a minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; b semangat siswa untuk melaksanakan tugas belajarnya; c tanggung jawa siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; d reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 5 Keaktifan para siswa dalam kegiatan pembelajaran Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: a turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; b terlibat dalam pemecahan masalah; c bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; d berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; e melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; f melatih diri dalam memecahkan soal atau mesalah yang sejenis; g kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. 6 Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam: a tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; b bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok; c dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar; d senantiasa beradanya guru dalam situasi pembelajaran sebagai fasilitator pembelajaran; e tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya; f adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. 7 Kemampuan atau keterampilan guru mengajar Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerap[an semuan kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain: a menguasai bahan pelajaran yang disampaikan pada siswa; b terampil berkomunikasi pada siswa; c menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan siswa; d terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; e terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan. 8 Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat antara lain: a perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; b kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa; c jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai; d hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dijadikan pegangan dalam menilai kualitas proses pembelajaran agar upaya memperbaiki proses pembelajaran dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai dan bagian-bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Sekalipun kriteria tersebut masih bersifat umum, penilai dapat mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dengan bidang pelajaran yang diberikan atau diajarkan. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki beberapa karakteristik tertentu, baik dalam hal tujuan, bahan, metode mempelajarinya, maupun sistem penilaiannya. 2 Penilaian kualitas hasil pembelajaran Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Nana Sudjana, 2005:22. Horward Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan; b pengetahuan dan pengertian; c sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne, masih dalam Nana Sudjana membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal; b keterampilan intelektual; c strategi kognitif; d sikap; dan e keterampilan motoris. Sedangkan dalam hal ini adalah penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karangan, yang ditekankan pertama kali yaitu unsur bahasa, sedangkan yang kedua adalah gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas- tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasi dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat Burhan Nurgiyantoro, 2001: 298. Selanjutnya diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro, bahwa penilaian terhadap karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya objektifitas. Dalam hal ini, unsur subjektifitas penilai pasti berpengaruh. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai pun kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih model penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektifitas dirinya. Zaini Machmoed dalam Burhan Nurgiyatoro, 2001: 305 menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih memerinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik- edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Memerinci karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkatagorian itu bervariasi hendaknya kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu 1 kualitas dan ruang lingkup isi, 2 organisasi dan penyajian isi, 3 gaya dan bentuk bahasa, 4 mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan 5 respon afektif guru terhadap karya tulis. Hartfield dalam Burhan Nurgiantoro, 2001: 307 mengemukakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model penilain tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval No Aspek Penilaian Skor Kriteria 1. I S I 27-30 22-26 17-21 13-16 SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas. CUKUP-BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan tetapi tidak lengkap. SEDANG-CUKUP: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup. SANGAT KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan. 2. O R G A N I S A S I 18-20 14-17 10-13 7-9 SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif. CUKUP-BAIK: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. SEDANG-CUKUP: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis. SANGAT KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai. 3. K O S A K A T A 18-20 14-17 10-13 7-9 SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu. SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna. SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai. 4. PENGEM- BANGAN B A H A S A 22-25 18-21 11-17 5-10 SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai. 5. M E K A N I K 5 4 3 2 SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna. SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai. Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308 3 Bentuk dan alat penilaian Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan tagihan-tagihan. Setiap tagihan memerlukan seperangkat alat penilaian Sarwiji Suwandi, 2005:40. Dalam hal ini, bentuk dan alat penialainnya juga meliputi dua hal, yakni : 1 bentuk dan alat penilaian kualitas proses pembelajaran, serta 2 bentuk dan alat penilaianh kualitas hasil pembelajaran. a Bentuk dan alat penilain kualitas proses pembelajarn Alat penilaian yang digunakan untuk menuliai kualitas proses pembelajaran dapat berbentuk tes maupun non tes. Alat penilaian bentuk tes dapat berupa tes uraian maupun tes objektif. Sedangkan alat penilaian bentuk nontes yang akan diuraikan dalam hal ini berupa kuesioner, wawancara, skala, dan observasi. Dalam hal ini, penilaian kualitas proses pembelajaran cenderung pada penggunaan bentuk penilaian nontes, yang meliputi: 1 Wawancara Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara bebas tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga penilai tinggal mengategorikannya pada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah data yang dihasilkan mudah diolah dan dianalisis untuk disimpulkan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban belum disiapkan sebelumnya sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Dan keuntungannya ialah bahwa informasi yang diperoleh lebih padat dan lengkap, sekalipun dalam menganalisisnya lebih sulit karena jawabannya beranekaragam. 2 Kuesioner Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih apabila pernyataannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun terbagi menjadi dua jenis, yakni kuesioner terstruktur dan kuesioner terbuka. 3 Skala Skala merupakan alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dan lain sebagainya. Dalam hal ini skala yang diuraikan hanya yang berkaiatan dengan proses pembelajaran yakni skala penilaian dan skala sikap. Skala penilaian rating scale merupakan penilaian yang menggunakan skala penilaian yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian ini terentang dari nilai tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten Sarwiji Suwandi, 2008:83. Skala sikap merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung positif, menolak negatif, atau netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseprang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut Nana Sudjana, 2005:80. 4 Observasi Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat digunakan untuk mengukur atau menulai kualitas proses pembelajaran Nana Sudjana, 2005:84. b Bentuk dan alat penilaian kualitas hasil pembelajaran Dalam hal ini alat yang diguanakan untuk penilaian hasil pembelajaran berbentuk tes. Alat penilaian dalam bentuk tes ini meliputi tes uraian maupun tes objektif. 1 Tes Uraian Tes uraian secara umum dapat diartikan sebagai tes dengan pertanyaan yang menuntuk siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur Nana Sudjana, 2005:35. 2 Tes Objektif Pada umumnya tes objektif digunakan untuk menilai kualitas hasil pembelajaran. Hal ini disebabkan antara lain karena luasnya bahan pembelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menulai jawaban yang diberikan. Soal-soal bentuk tes objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban, bentuk pilihan benar- salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi Nana Sudjana, 2005:44.

3. Hakikat Teknik Koreksi Teman Sebaya a. Pengertian Teknik Koreksi Teman Sebaya

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009 (Penelitian Tindakan Kelas)

2 12 83

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AK 1 SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

3 15 200

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X.2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 10 86

EFEKTIVITAS TEKNIK INGATAN BAYANGAN MAJU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SMA PARULIAN 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2008/2009.

0 0 45

PENGARUH ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA Tahun Ajaran 2009/2010.

0 1 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI WIDYAWISATA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 2 7

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 2 DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 1 9

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI, TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN Penerapan Strategi Komposisi, Terkendali Dan Terarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Talak Broto 2 Tahun Ajaran

0 0 15

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI, TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN Penerapan Strategi Komposisi, Terkendali Dan Terarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Talak Broto 2 Tahun Ajaran

0 1 31

KIAT BEROLEH KEMAMPUAN MENULIS: KOREKSI KARANGAN OLEH TEMAN SEJAWAT

0 0 5