Analisa Perbandingan Pengaruh Pembebanan Resistif, Induktif, Kapasitif Dan Kombinasi Beban R L C Terhadap Regulasi Tegangan Dan Efisiensi Pada Generator Sinkron Tiga Phasa ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT- USU)
ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF, KAPASITIF DAN KOMBINASI BEBAN R L C
TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT- USU)
Oleh :
NAMA : AHMAD FAISAL N I M : 060402010
Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada
Departemen Teknik Elektro
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF, KAPASITIF DAN KOMBINASI BEBAN R L C
TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT- USU)
Oleh :
NAMA : AHMAD FAISAL N I M : 060402010
Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada tanggal 16 Juli tahun 2011 didepan penguji : 1. H. Ir. Satria Ginting, MT : Ketua Penguji
2. Ir. Syarifuddin Siregar : Anggota Penguji 3. Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si : Anggota Penguji
Diketahui oleh : Disetujui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir
Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si Ir. A. RACHMAN HASIBUAN NIP. 195405311986011002 Nip. 1949 1212 19820 3 1003
(3)
ABSTRAK
Generator sinkron merupakan mesin listrik yang merubah energi mekanis
berupa putaran menjadi energi listrik bolak balik (AC), Energi mekanis diberikan
oleh penggerak mulanya. Sedangkan energi listrik bolak balik (AC) akan
dihasilkan pada rangkaian jangkarnya. Dengan ditemukannya Generator Sinkron,
telah memberikan hubungan yang penting dalam usaha pemanfaatan energi yang
terkandung dalam batu bara, gas, minyak, air uranium kedalam bentuk yang
bermanfaat yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.
Dalam kondisi berbeban generator sinkron akan bervariasi tergantung pada
faktor daya beban. Perubahan beban dapat terjadi sewaktu-waktu pada system.
Akibat perubahan beban yang dilayani oleh generator sinkron akan
mempengaruhi tegangan dan daya keluaran dari generator tersebut. Sehingga
menyebabkan perubahan regulasi tegangan dan efisiensi. Dalam Tugas Akhir ini
akan dibahas perbandingan pengaruh pembebanan resistif, induktif, kapasitif dan
kombinasi beban R L C terhadap regulasi tegangan dan efisiensi generator sinkron
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
Ayahanda, dan Ibunda. Serta Kakak, Abang, dan Adik tercinta yang merupakan
bagian hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak
penulis lahir hingga sekarang. Dan juga kepada keluarga besar di Siabu.
Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, penulis
banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir,
yang telah banyak meluangkan waktu dan ilmu yang beliau miliki demi
penyelesaian tugas akhir ini.
2. Bapak H. Ir. Satria Ginting, MT, Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, dan Bapak
Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si, Selaku Dosen Pembanding Tugas Akhir.
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT-USU dan Bapak Rachmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris
Departemen Teknik Elektro FT-USU.
4. Bapak Ir. Syamsul Amin, M.Si, selaku Kepala Laboratorium Konversi
(5)
5. Bapak Isroy, ST, selaku Pegawai di Laboratorium Konversi Energi Listrik
Fakultas Teknik Elektro USU.
6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh
Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.
7. Teman-teman Asisten, Taufiq, Martua, Iqbal, Fahdi, Veri, Syawali,
Ardiansyah, Syarif, dan Aji di Laboratorium Konversi Energil Listrik
Fakultas Teknik Elektro USU.
8. Teman-teman angkatan ’06, Azhary Siregar, Fauzi, Fahmi, Hendra,
Habibi, Alfi, Ijonk, Mitro, Nasir, Teguh, Qibar, Ibenk, Teku, Rozi,
Supenson, Salman, Zaimi, Agung, Randy, dan lain-lain yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
9. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini
bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk pengembangan selanjutnya
Medan, 25 Juni 2011 Penulis
AHMAD FAISAL NIM: 060402010
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... ( i )
KATA PENGANTAR ... ( iii )
DAFTAR ISI ... ( iv )
DAFTAR GAMBAR... ( vii )
DAFTAR TABEL ... ( ix )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 2
1.3 Manfaat Penulisan ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Metode Penulisan... 3
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA 2.1 Umum ... 6
2.2 Konstruksi Generator Sinkron ... 6
2.3 Rangkaian Belitan Stator dan Rotor ... 13
2.3.1 Belitan Stator...13
2.3.2 Belitan Rotor...15
2.4 Metode Eksitasi Pada Generator Sinkron ... 15
2.5 Prinsip Kerja Generator Sinkron ... 22
2.6 Reaksi Jangkar ... 24
(7)
2.8 Karakteristik dan Penentuan Parameter-parameter Generator Sinkron Tiga Phasa ... 28 2.8.1 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator
Sinkron Tanpa Beban... 28 2.8.2 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator
Sinkron Hubung Singkat... ...30 2.8.3 Karakteristik dan Penentuan Parameter
Generator Sinkron Berbeban ... 33 2.8.4 Karakteristik Luar Generator ... 34 2.8.5 Karakteristik Pengaturan Generator Sinkron... 36
BAB III PENGARUH BEBAN RESISTIF, KAPASITIF, DAN INDUKTIF TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
3.1 Faktor Daya ... 39
3.2 Regulasi Tegangan Generator Sinkron Dengan Metode
Impedansi Sinkron ... 41
3.3 Efisiensi Generator Sinkron ... 49
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF, KAPASITIF, DAN KOMBINASI BEBAN R L C TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
4.1 Umum ... 47
4.2 Peralatan Yang Digunakan ... 48 v
(8)
4.3 Percobaan Menentukan Parameter Generator Sinkron Tiga
Phasa ... 49
4.3.1. Percobaan Beban Nol ... 49
4.3.2. Percobaan Hubung Singkat ... 51
4.3.3 . Penentuan parameter Generator Sinkron... 54
4.4 Percobaan Berbeban ... 55
4.5 Analisa Data Perbandingan Pengaruh Pembebanan Resistif, Induktif, Kapasitif, dan Kombinasi Beban R L C Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Phasa Pada Faktor Daya Tertentu ... 59
4.5.1 Regulasi Tegangan ... 59
4.5.2 Efisiensi ... 63
4.5.3 Tabel Analisa Data Percobaan ... 65
4.5.4 Kurva Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Phasa ... 67
BAB V KESIMPULAN ... 69 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konstruksi Generator Sinkron Secara Umum ... 7
Gambar 2.2 Rotor Generator Sinkron ... 8
Gambar 2.3 Rotor Kutub Menonjol Generator Sinkron ... 9
Gambar 2.4 Rotor Kutub Silinder Generator Sinkron ... 10
Gambar 2.5 Stator Generator Sinkron ... 11
Gambar 2.6 Bentuk-bentuk Alur ... 12
Gambar 2.7 Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Phasa ... 13
Gambar 2.8 Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron Tiga Phasa ... 14
Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Menggunakan Generator Arus Searah ... 16
Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Statis ... 18
Gambar 2.11 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai... 19
Gambar 2.12 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa ... 20
Gambar 2.13 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator ... 21
Gambar 2.14 Model Reaksi Jangkar ...24
Gambar 2.15 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Perphasa Tanpa Beban.26 Gambar 2.16 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron... 26
Gambar 2.17 Penyederhanaan Rangkaian Generator Sinkron ... 27
Gambar 2.18 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Phasa ... 28
Gambar 2.19 Rangkaian Test Tanpa Beban ... 29
Gambar 2.20 Karakteristik Hubung Terbuka ... 30
Gambar 2.21 Gambar Rangkaian Hubung Singkat ... 31
Gambar 2.22 Karakteristik Hubung Singkat ... 32
Gambar 2.23 Diagram Phasor dan Medan Magnet Saat Hubung Singkat ... 33
Gambar 2.24 Rangkaian Generator Sinkron Berbeban ... 34
(10)
Gambar 2.26 Karakteristik Luar Generator Beban Induktif ... 36
Gambar 2.27 Karakteristik Pengaturan Generator ... 38
Gambar 3.1 Diagram Phasor ... 40
Gambar 3.1(a) Beban Resistif... 40
Gambar 3.1(b) Beban Induktig ... 40
Gambar 3.1(c) Beban Kapasitif ... 40
Gambar 3.2 Diagram Karakteristik Metode Impedansi Sinkron ... 42
Gambar 3.3 Diagram Phasor Generator Sinkron Untuk Menggambarkan Regulasi Tegangan...42
Gambar 3.3(a) Beban Resistif... 43
Gambar 3.3(b) Beban Induktif ... 43
Gambar 3.3(c) Beban Kapasitif ... 43
Gambar 3.4 Diagram Aliran Daya Generator Sinkron ... 44
Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol ... 49
Gambar 4.2 Karakteristik Beban Nol ... 51
Gambar 4.3 Rangkaian Hubung Singkat... 52
Gambar 4.4 Karakteristik Hubung Singkat ... 53
Gambar 4.5 Karakteristik Percobaan ... 54
Gambar 4.5(a) Karakteristik Percobaan Hubung Singkat ... 54
Gambar 4.5(a) Karakteristik Percobaan Hubung Beban Nol ... 54
Gambar 4.6(a) Rangkaian Percobaan Berbeban ... 56
Gambar 4.6(b) Rangkaian Beban Resistif ... 56
Gambar 4.6(c) Rangkaian Bbeban Kapasitif ... 56
Gambar 4.6(d) Rangkaian Beban Resistif ... 56
Gambar 4.6(e) Rangkaian Beban R L C ... 56
Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Regulasi Tegangan ... 67
Gambar 4.8 Grafik Pengaruh Perubahan Beban Terhadap efisiensi ... 68 viii
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tegangan Induksi Sebagai Fungsi Arus Medan ... 50
Tabel 4.2 Arus Hubung Singkat Sebagai Fungsi Arus Medan ... 53
Tabel 4.3(a) Data Percobaan Pada Beban Resistif ... 58
Tabel 4.3(b) Data Percobaan Pada Beban Induktif ... 58
Tabel 4.3(c) Data Percobaan Pada Beban Kapasitif... 59
Tabel 4.3(d) Data Percobaan Pada Beban Kombinasi R L C ... 59
Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Pengaruh Pembebanan Resistif Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron ... 65
Tabel 4.5 Hasil Analisa Data Pengaruh Pembebanan Induktif Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron ... 65
Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Pengaruh Pembebanan Kapasitif Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron ... 65
Tabel 4.7 Hasil Analisa Data Pengaruh Pembebanan Kombinasi R L C Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron ... 65
(12)
ABSTRAK
Generator sinkron merupakan mesin listrik yang merubah energi mekanis
berupa putaran menjadi energi listrik bolak balik (AC), Energi mekanis diberikan
oleh penggerak mulanya. Sedangkan energi listrik bolak balik (AC) akan
dihasilkan pada rangkaian jangkarnya. Dengan ditemukannya Generator Sinkron,
telah memberikan hubungan yang penting dalam usaha pemanfaatan energi yang
terkandung dalam batu bara, gas, minyak, air uranium kedalam bentuk yang
bermanfaat yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.
Dalam kondisi berbeban generator sinkron akan bervariasi tergantung pada
faktor daya beban. Perubahan beban dapat terjadi sewaktu-waktu pada system.
Akibat perubahan beban yang dilayani oleh generator sinkron akan
mempengaruhi tegangan dan daya keluaran dari generator tersebut. Sehingga
menyebabkan perubahan regulasi tegangan dan efisiensi. Dalam Tugas Akhir ini
akan dibahas perbandingan pengaruh pembebanan resistif, induktif, kapasitif dan
kombinasi beban R L C terhadap regulasi tegangan dan efisiensi generator sinkron
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Generator Sinkron merupakan mesin listrik yang mengubah energi mekanis
berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis diberikan oleh penggerak
mulanya. Sedangkan energi listrik akan dihasilkan pada rangkaian jangkarnya.
Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan
hubungan yang penting dalam usaha pemanfaatan energi yang terkandung pada
batu bara, air, minyak, gas uranium ke dalam bentuk yang bermanfaat dan mudah
digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.
Konstruksi umum dari suatu Generator Sinkron adalah Penggerak Mula,
Rotor atau bagian yang berputar, Stator atau bagian yang diam, dan celah udara
antara Stator dan Rotor. Konstruksi Rotor sendiri terdiri atas Rotor Silinder dan
Rotor Kutub Sepatu yang masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda.
Disamping itu juga perlu rangkaian eksitasi sebagai penghasil tegangan induksi
pada terminal jangkar. Untuk Generator Sinkron yang besar, Rangkaian Jangkar
diletakkan pada Stator untuk menghindari timbulnya bunga api jika Rangkaian
Jangkar pada bagian Rotor. Untuk Rangkaian Eksitasi dapat dibagi atas eksitasi
dengan sikat dan tanpa sikat.
Generator tiga fasa dituntut untuk bekerja stabil dalam tegangan yang
dihasilkan, dan frekuensi. Ketidak stabilan kedua hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap beban terutama beban-beban elektronik. Salah satu penyebab alternator
bekerja tidak stabil adalah factor daya dari beban yang dipikul yang mana hal itu
(14)
induktif, dan kapasitif, yang ketiga beban tersebut memiliki factor daya yang
berbeda.
Untuk itu perlu dilakukan pengujian baik berupa analisa perbandingan
untuk ketiga beban tersebut terhadap regulasi tegangan dan efisiensi sebuah
generator sinkron.
1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara perubahan arus beban dengan factor daya tertentu (beban resistif,
induktif, kapasitif dan kombinasi R L C) pada generator sinkron 3 phasa terhadap
regulasi tegangan dan efisiensinya, kecepatan rotor dan arus medan dijaga
konstan.
1.3.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Untuk lebih memahami generator sinkron, kususnya tentang regulasi
tegangan generator sinkron dengan beban resistif, induktif, kapasitif dan
kombinasi R L C.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
mengenai pengaruh pembebanan resitif, induktif, kapasitif dan kombinasi
(15)
1.4.Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas, dan untuk menjaga
pembahasan materi dalam Tugas Akhir ini lebih terarah, maka penulis
menetapkan suatu batasan masalah sebagai berikut :
a. Generaotor Sinkron yg digunakan sebagai aplikasi adalah Generator
Sinkron 3 phasa pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT. USU.
b. Keadaan yg dipakai adalah keadaan mantap.
c. Beban yang digunakan pada percobaan pembebanan generator sinkron
3 phasa ini adalah resistif, induktif, dan kapasitif.
d. Tidak membahas rugi-rugi generator sinkron 3 phasa.
e. Metode yang dipakai dalam perhitungan adalah metode impedansi
sinkron.
1.5.Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka
yang relevan mendukung dalam penulisan tugas akhir ini
2. Studi Laboratorium
Melakukan percobaan di laboratorium untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan
3. Studi Bimbingan
Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini
(16)
Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi
Listrik, asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman
sesama mahasiswa.
1.6.Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran menyeluruh tentang apa yang
diuraikan dalam Tugas Akhir ini, yaitu pembahasan tentang latar
belakang penulisan, maksud dan tujuan penulisan, batasan
masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
Bab ini menjelaskan teori umum mengenai generator sinkron,
konstruksi generator sinkron tiga phasa, rangkaian ekivalen,
prinsip kerja, diagram fasor, reaksi jangkar, penentuan parameter
generator sinkron.
BAB III PENGARUH BEBAN RESISTIF, KAPASITIF, DAN INDUKTIF TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR SINKRON
Bab ini membahas tentang faktor daya, regulasi tegangan, efisiensi,
(17)
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF, KAPASITIF, DAN KOMBINASI BEBAN R L C TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
Bab ini berisikan tentang jenis komponen dan spesipikasi peralatan
percobaan, rangkaian percoban, prosedur percobaaan, data
percobaan, analisis dan grafik hasil percobaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini dituliskan tentang hal-hal yang dianggap penting
(18)
BAB II
GENERATOR SINKRON 2.1Umum
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan generator
sinkron. Oleh sebab itu generator sinkron memegang peranan penting dalam
sebuah pusat pembankit listrik. Generator sinkron (sering disebut alternator)
merupakan sebuah mesin sinkron yang berfungsi mengubah energi mekanik
berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC).
Generator AC (alternating current), atau generator sinkron. Dikatakan
generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran
medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar
rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama
dengan medan putar pada stator. Mesin sinkron tidak dapat start sendiri karena
kutub-kutub tidak dapat tiba-tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu
sakelar terhubung dengan jala-jala. Generator sinkron dapat berupa generator
sinkron tiga phasa atau generator sinkron satu phasa.
2.2Konstruksi Generator Sinkron
Pada prinsipnya, konstruksi Generator sinkron sama dengan motor
sinkron. Secara umum, konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian
yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron
memiliki celah udara ruang antara stator dan rotor yang berfungsi sebagai tempat
(19)
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat konstruksi sederhana dari sebuah generator sinkron
secara umum :
Gambar 2.1 Konstruksi Generator Sinkron Secara Umum
a. Rotor
Rotor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu :
1. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan
ke-slip ring ini kemudian dihubungkan kesumber arus searah melalui
sikat (brush) yang letaknya menempel pada slip ring.
2. Sikat
Sebagaian dari generator sinkron ada yang memiliki sikat ada juga
yang tidak memiliki sikat. Sikat pada generator sinkron berfungsi
sebagai saklar putar untuk mengalirkan arus DC ke-kumparan medan
(20)
3. Kumpara rotor (kumparan medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus
searah dari sumber eksitasi tertentu.
4. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana
pada poros tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap
poros rotor.
Bentuk suatu rotor dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar
2.2 berikut:
Gambar 2.2 Rotor Generator Sinkron
Rotor pada generator sinkron pada dasarnya sebuah elektromagnet
yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient pole (kutub
(21)
1. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)
Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak.
Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi
laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy,
kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub
menonjol ditandai dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya
pendek.
Selain itu jenis kutub salient pole, kutub magnetnya menonjol
keluar dari permukaan rotor. Belitan-belitan medan dihubung seri. Ketika
belitan medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan
membentuk kutub yang berlawanan. Bentuk kutub menonjol generator
sinkron tampak seperti Gambar 2.3 berikut :
Gambar 2.3 Rotor Kutub Menonjol Generator Sinkron
Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron
dengan kecepatan putaran rendah dan sedang (120-400 rpm). Generator
(22)
pada sistem pembangkit listrik. Rotor kutub menonjol baik digunakan
untuk putaran rendah dan sedang karena :
• Konstruksi kutub menonjol tidak terlalu kuat untuk menahan tekanan mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.
• Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi yang besar dan bersuara
bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.
2. Rotor kutub tak menonjol (Rotor Silinder)
Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang
mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya
slot-slot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub
pun sedikit yang dapat dibuat. Belitan-belitan medan dipasang pada
alur-alur di sisi luarnya dan terhubung seri yang di enerjais oleh eksiter.
Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat
panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih
baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub
menonjol (salient pole rotor). Gambar bentuk kutub silinder generator
sinkron tampak seperti pada Gambar 2.4 berikut:
(23)
Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron degan
kecepatan putaran tinggi (1500 atau 3000 rpm) biasanya digunakan untuk
pembangkit listrik berkapasitas besar misalnya pembangkit listrik tenaga
uap dan gas. Rotor silinder baik digunakan pada kecepatan tinggi karena:
• Distribusi disekeliling rotor mendekati bentuk gelombang sinus
sehinggu lebih baik dari kutub menonjol.
• Konstruksinya memiliki kekuatan mekanik pada kecepatan putar
tinggi.
b. Stator
Stator atau armatur adalah bagian generator yang berfungsi sebagai tempat
untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban
disalurkan melalui armatur, komponen ini berbentuk sebuah rangka silinder
dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Armatur selalu diam (tidak
bergerak). Oleh sebab itu komponen ini juga disebut sebagai stator.
Bentuk suatu stator dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 2.5
berikut:
(24)
Stator terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Rangka Stator
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang merupakan inti jangkar
generator sinkron.
2. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik
khusus yang terpasang kerangka stator.
3. Alur (slot) dan Gigi
Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator yaitu
kumparan jangkar. Ada 3 (tiga) bentuk alur stator yaitu, terbuka, setengah
terbuka, dan tertutup. Ketiga bentuk alur (slot) tersebut tampak seperti
Gambar 2.6 berikut
Gambar 2.6 Bentuk-bentuk Alur
4. Kumparan Stator (Kuparan Jangkar)
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini
(25)
2.3Rangkaian Belitan Stator dan Rotor 2.3.1 Belitan stator
Ada dua jenis belitan stator yang banyak digunakan untuk
generator sinkron 3 phasa, yaitu:
a. Belitan Satu Lapis (Single Layar Winding)
Dari Gambar 2.7 memperlihatkan belitan satu lapis karena hanya
ada satu sisi lapisan didalam masing-masing alur. Bila kumparan tiga
phasa dimulai pada Sa, Sb, dan Sc dan berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa
disatukan dalam dua cara, yaitu hubungan bintang dan segitiga. Antara
kumparan phasa dipisahkan sebesar 120 derajat listrik atau 60 derajat
mekanik, satu siklus ggl penuh akan dihasilkan bila rotor dengan 4 kutub
berputar 180 derajat mekanis. Satu siklus ggl penuh akan menunjukkan
360 derajat listrik, adapun hubungan antara sudut rotor mekanis αmek, dan sudut listrik αlis, adalah : αlis Pαmek
2 =
(26)
b. Belitan Berlapis Ganda (Double Layar Winding)
Kumparan jangkar hanya mempunyai satu lilitan per kutub per
phasa, akibatnya masing-masing kumparan hanya dua lilitan secara seri.
Bila alur-alur tidak terlalu lebar, masing-masing penghantar yang berada
dalam alur akan membangkitkan tegangan yang sama , masing-masing
tegangan phasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per penghantar
dan jumlah total dari penghantar per phasa.
Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang
efektif dalam penggunaan inti setator, karena variasi kerapatan fluks dalam
inti dan juga melokalisir pengaruh panas dalam daerah alur dan
menimbulkan harmonik. Untuk mengatasi masalah ini, generator
praktisnya mempunyai kumparan terdistribusi dalam beberapa alur per
kutub per phasa.
Gambar 2.8 Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron 3 Phasa
Gambar 2.8 memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan jagkar
yang secara umum banyak digunakan. Pada masing-masing alur ada dua
(27)
terletak ke dalam alur biasanya disebut winding overhang, sehingga tidak
ada tegangan dalam winding overhang.
2.3.2 Belitan rotor
Belitan rotor pada generator sinkron biasanya terbuat dari kawat
yang halus dan diisolasi untuk tegangan yang rendah pada rotor silinder,
belitan rotor ditempatkan pada alur rotor dan kedua ujungnya dihubungkan
dengan sumber tegangan atau arus searah untuk memberikan eksitasi pada
rotor.
2.4Metode Eksitasi Pada Generator Sinkron
Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator sinkron,
sistem eksitasi terdiri dari dua jenis yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan
sikat (brushless excitation) dan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat
(brushless). Ada dua jenis sistem eksitasi dengan menggunakan sikat yaitu :
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
2. Sistem eksitasi statis.
Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat terdiri dari :
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator (PMG).
a. Sistem Eksitasi Konvensional (Menggunakan Generator Arus Searah)
Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh dari
(28)
sinkron dan generator arus serah tersebut terkopel dalam satu poros, sehingga
putaran generator arus searah sama dengan putaran generator sinkron.
Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan
kebelitan rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip ring. Akibatnya
arus searah mengalir ke dalam rotor atau kumparan medan dan menimbulkan
medan magnet yang diperlukan untuk dapat menghasilkan tegangan arus
bolak-balik pada kumparan utama yang terletak distator generator sinkron.
Pada generator konvensional ini ada beberapa kerugian yaitu generator
arus searah merupakan beban tambahan untuk penggerak mula. Penggunaan slip
ring dan sikat menimbulkan masalah ketika digunakan untuk mensuplai sumber
arus searah padabelitan medan generator sinkron. Terdapat sikat arang yang
menekan slip ring sehingga timbul rugi gesekan pada generator utamanya. Selain
itu pada generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang menekan
komutator. Selama pemakaian slip ring dan sikat harus diperiksa secara teratur,
generator arus searah juga memiliki keandalan yang rendah. Karena hal-hal
seperti diatas dipikirkan hubungan lain dan dikenal apa yang dikenal sebagai
generator sinkron static exciter (penguat statis). Gambar 2.9 adalah sistem eksitasi
yang menggunakan generator arus searah.
Generator Arus Searah Generator
Sinkron
(29)
b. Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak
bergerak (static), artinya peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama dengan
rotor generator sinkron. Sistem eksitasi statis (static excitation sistem) atau
disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang tidak
memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron.
Sumber eksitasi pada sistem eksitasi statis berasal dari tegangan output
generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan
penyearah thyristor.
Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa, manet sisa ini akan
menimbulkan tegangan pada stator tegangan ini kemudian masuk dalam
penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan magnet yang
dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai
dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu
mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan.
Bersama dengan penyearah, blok tersebut sering disebut AVR.
Dibandingkan dengan generator yang konvensional generator dengan
sistem eksitasi statis memang sudah jauh lebih baik yaitu tidak ada generator
arus searah (yang keandalannya rendah) dan beban generator arus searah pada
penggerak mula hilang. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak berputar yaitu
penyearah karena itu disebut eksiter statis. Gambar 2.10 berikut adalah sistem
(30)
PT
CT
AVR
Transformator eksitasi System Tiga Phasa
Konverter
Gambar 2.10 Sistem Esitasi Statis
Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem
eksitasi statis dilengkapi dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan karena
generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan tegangan sendiri untuk
mensuplai kumparan medan. Penggunaan slip ring dan sikat pada eksitasi ini
menyebabkan system eksitasi ini tidak efisien dan efektif.
c. Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai
Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron, dimana
suplai arus searah kebelitan medan dilakukan tanpa melalui sikat. Arus searah
untuk suplai eksitasi untuk awal start generator digunakan suplai dari baterai,
yang sering dinamakan penguat mula, dimana arus ini selanjutnya disalurkan ke
belitan medan AC exiter. Tegangan keluaran dari generator sinkron ini
disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang disebut rotating
(31)
rotor generator sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut ikut berputar sesuai
dengan putaran rotor, seperti pada Gambar 2.11 berikut:
Gambar 2.11 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai
Dari Gambar 2.11 diatas, untuk menghindari adanya kontak geser pada
bagian rotor generator sinkron, maka penguat medan generator dirancang
sedemikian sehingga arus searah yang dihasilkan dari penyearah langsung
disalurkan kebagian belitan medan dari generator utama. Hal ini dimungkinkan
karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki
bersama-sama oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus medan pada
generator utama dikontrol oleh arus yang mengalir pada kumparan medan
(32)
Setelah tegangan generator mencapai tegangan nominalnya maka catu
daya DC (baterai) biasanya dilepasdan digantikan oleh penyearah. Penguatan
yang dipakai adalah sistem self exitation system yaitu sistem dimana sumber
daya untuk penguatannya diperoleh dari keluaran tiga phasa generator itu
sendiri. Gambar 2.12 menggambarkan sistem eksitasi tanpa sikat dengan suplai
tiga phasa.
Gambar 2.12 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa
Pada Gambar 2.12, untuk membangkitkan arus medan digunakan
penyearah, dimana arus yang disearahkan diperoleh dari keluaran tiga phasa
generator itu sendiri melalui transformator atau sering disebut Eksitasi
Transformator, berfungsi menurunkan tegangan keluaran generator untuk
(33)
d. Sisten Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator
Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet yang
berputar agar generator tersebut menghasilkan tegangan pada statornya. Medan
magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor yang disuplai dengan sumber
listrik arus searah. Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada rotor
adalah dengan menggunakan magnet permanen sebagai sumber eksitasinya ini
disebut dengan permanen magnet generator (PMG).
Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya menggunakan
sistem eksitasi brushless yang dilengkapi dengan permanen magnet generator.
Hal ini dimaksudkan agar sistem eksitasi dari generator sama sekali tidak
tergantung pada sumber daya listrik dari luar mesin itu. Pada Gambar 2.13 dapat
dilihat bentuk skematik dari sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen
Magnet Generator.
(34)
Dari Gambar 2.13, bahwa pada bagian mesin yang berputar (rotor) terdapat
magnet permanen, kumparan jangkar generator eksitasi, kumparan medan generator
utama. Hal ini memungkinkan generator tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat
dalam pengoperasiannya sehingga lebih efektif dan efisiensi.
2.5Prinsi Kerja Generator Sinkron
Adapun prinsip kerja dari suatu generator sinkron adalah
1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber
eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan
medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan
medan maka akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu
adalah tetap.
2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.
p f
n=120. ...(2.1) dimana : n = Kecepatan putar rotor (rpm)
p = Jumlah kutub rotor
f = frekuensi (Hz)
3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang
dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada
rotor, akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada
kumparan jangkar yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik
yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks
(35)
induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan
persamaan :
dt d N
e=− ϕ
dt t Sin d
N ϕmaks ω
− =
t Cos
Nωϕmaks ω
− = dimana : ω=2πf
( )
f Cos tN 2π ϕmaks ω
− = dimana : 120 np f = t Cos np
N π ϕmaks ω
− = 120 2 maks maks np N
E ϕ
= 120 . 14 , 3 . 2 2 120 . 14 , 3 . 2 ( 2 maks maks eff np N e E ϕ = = , 120 44 ,
4 Npnϕ
=
dimana : )
120 44 , 4
( Np =C
ϕ Cn
= ………..(2.2)
dimana : E = ggl induksi (Volt) N = Jumlah belitan
C = Konstanta P = Jumlah kutub
n = Putaran (rpm) f = Frequensi )Hz)
(36)
Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar
yang ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan
kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada
ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama
lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.
2.6Reaksi jangkar
Bila beban terhubung ke terminal generator maka pada belitan stator akan
mengalir arus, sehigga timbul medan magnet pada belitan stator. Medan magnet
ini akan mendistorsi medan magnet yang dihasilkan belitan rotor. Seperti yang
dijelaskan pada Gambar 2.14.
BR
EAmax
IAmax
ω
BR
ω
EAmax
m
EAmax
BR
IAmax
stat BS
E
EAmax
BR
IAmax
stat BS
E Bnet
Vф
(a) (b)
(c) (d)
(37)
Pada Gambar 2.14.a. Medan magnet yang berputar akan menghasilkan
tegangan induksi EA. Bila generator melayani beban dengan induktif, maka arus
pada stator akan tertinggal seperti pada Gambar 2.14.b. Arus stator tadi akan
meghasilkan medan magnet sendiri Bs dan tegangan stator Estat, seperti pada
Gambar 2.14.c. Vektor penjumlahan antara Bs dan BR menghasilkan Bnet, dan
penjumlahan Estat dan EA akan menghasilkan Vφ pada terminal jangkar.
Saat beban terhubung ke beban induktif, arus jangkar akan tertinggal
terhadap tegangan jangkar. Arus pada belitan stator akan menghasilkan medan
magnet Bs, yang kemudian kan menghasilkan tegangan stator Estat. Dua tegangan
yaitu tegangan jangkar EA dan tegangan reaksi jangkar Estat akan menghasilkan
Vt, dimana:
Vt = EA + Estat ……….(2.3)
Tegangan Reaksi Jangkar Estat = -jXIa
Sehingga Persaman (2.3) dapat ditulis kembali sebagai :
Vt = EA -jXIa...(2.4)
Selain pengaruh reaksi jangkar ini, pengurangan tegangan induksi generator
sinkron juga karena adanya tahanan Ra dan Induktansi belitan stator Xa, ,dan
penjumlahan X dan Xa sering disebut Reaktansi Sinkron Xs, sehingga Persamaan
(2.4) dapat ditulis kembali sebagai:
Vt = EA-jXIa-jXaIa-IaRa ………..(2.5)
Vt = EA-jXsIa-IaRa ………..(2.6)
dimana : Vt = Tegangan terminal generator (Volt)
(38)
EA = GGL pada jangkar (Volt)
Xs = Impedansi Sinkron (Ohm)
Ia = Arus Jangkar (Amper)
Ra = Tahanan Jangkar (Ohm)
Xar = Impedansi armature (Ohm)
Dari Persamaan (2.6) dapat dibuat model rangkaian ekivalen generator sinkron
per fasa seperti pada Gambar 2.15 berikut:
If Ia
Rf
Lf
Ra XS
j
V Vf
t EA
Gambar 2.15 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Perfasa Tanpa Beban
2.7Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron
Stator terdiri dari belitan-belitan. Suatu belitan konduktor akan terdiri dari
tahanan Ra dan induktansi Xla maka rangkaian ekivalen suatu generator sinkron
dapat dibuat seperti Gambar 2.16.
X X R
E R
V V
L
I
Radj ar la a
a
a f
f f
(39)
Dengan melihat Gambar 2.16 maka dapat ditulis Persamaan tegangan generator
sinkron sebagai berikut :
Ea = V + jXarIa + jXlaIa + Ra Ia………(2.7)
Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis
V = Ea – jXarIa – jXlaIa – Ra Ia...(2.8)
Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor
sebagai reaktansi sinkron, atau Xs = Xar + Xla dapat dilihat pada Gambar 2.16
maka persamaan menjadi:
V = EA – jXsIa – RaIa (Volt)……….(2.9)
X R
E R
V V
L
I
Rf S a
t a
f f f
j a
Gambar 2.17 Penyederhanaan Rangkaian Generator Sinkron
Karena tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron adalah
tegangan bolak-balik, maka biasanya diekspresikan dalam bentuk fasor. Diagram
fasor yang menunjukkan antara tegangan induksi perfasa dengan tegangan
(40)
X R
E R
V V
L
I I
S
f
a
t a
f f f
j a
2
2
2
X R
E V
I
S a
t a
j a
3
3
3
X R
E V
I
S a
t a
j a
1
1
1
Gambar 2.18 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Phasa
2.8 Karakteristik dan Penentuan Parameter-parameter Generator Sinkron Tiga Phasa
2.8.1 Karakteristik dan Penentuan Parameter Tanpa Beban : E0 = E0 (If) Karakteristik tanpa beban (beban nol) pada generator sinkron dapat
ditentukan dengan melakukan test beban nol (open circuit) yang memiliki
langkah-langkah sebagai berikut :
a.) Generator diputar pada kecepatan nominal (n)
b.) Tidak ada beban yang terhubung pada terminal
c.) Arus medan (If) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap
(41)
X
R
E
R
V
V
L
S adj
Φ
0 f
f f
R
aGambar 2.19 Rangkaian Test Tanpa Beban
Dari Gambar dapat diperoleh Persamaan umum generator :
E0 = VΦ + Ia (Ra + jXs)……….(2.10)
Pada hubungan generator terbuka (beban nol), Ia = 0. Maka,
E0 = VΦ= cnΦ ………..(2.11)
Karena tidak ada beban yang terpasang, maka Φ yang dihasilkan hanya Φf. Sehingga :
E0 =
cn
Φf ………...(2.12)E0 =
cnI
f.
…………. ……….(2.13)Nilai cn adalah konstan sehingga Persamaan menjadi :
E0 =
k
1.I
f.
……….…. (2.14)dimana : E0 = Tegangan beban nol (Volt)
If = Arus medan (Amper)
k = Konstanta
Berikut diperlihatkan gambar grafik hubungan VΦvs If yang disebut juga
dengan karakteristik hubung terbuka dari generator atau OCC (Open-Circuit
(42)
OCC Air gap line
I
O f(A)
(V) VΦ
Gambar 2.20 Karakteristik Hubung Terbuka (OCC)
Dari Gambar 2.20 di atas terlihat bahwa pada awalnya kurva berbentuk hampir
benar-benar linear. Hingga pada harga-harga arus medan yang tinggi, bentuk
kurva mulai terlihat saturasi. Inti besi yang tidak jenuh dalam bingkai mesin
sinkron memiliki reluktansi beberapa ratus kali lebih rendah daripada reluktansi
air gap. Sehingga pertama-tama hampir seluruh MMF melewati celah udara dan peningkatan fluksi yang terjadi linear. Ketika inti besi mengalami saturasi,
reluktansi besi meningkat secara drastis dan fluksi meningkat lebih lambat dengan
peningkatan nilai MMF. Bentuk linear dari grafik OCC disebut karakteristik air
gap line.
2.8.2 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator Sinkron Hubung Singkat : Isc = Isc (If)
Untuk menentukan karakteristik dan parameter generator sinkron yang
dihubung singkat terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain :
a.) Generator diputar pada kecepatan nominal
(43)
c.) Hubung singkat terminal
d.) Ukur arus armatur (Ia) pada setiap peningkatan arus medan (If)
Dimana, rangkaian test hubung singkat pada generator sinkron akan diperlihatkan
pada Gambar 2.21 berikut.
R
aXs
Radj
R
V
ff
L
fIa
V
Φ=0
E
aGambar 2.21 Gambar Rangkaian Hubung Singkat
Dari gambar, Persamaan umum generator sinkron dihubung singkat adalah :
E = VΦ + Ia (Ra + jXs)………..(2.15)
Pada saat generator sinkron dihubung singkat, VΦ = 0 dan Ia = Isc . Maka :
E = Isc (Ra + jXs) ………. (2.16)
cnΦ = Isc (Ra + jXs) …………. (2.17)
Karena cn dan (Ra + jXs) bernilai konstan, maka :
cn = k1 ……….. (2.18)
(Ra + jXs) = k2 ………. (2.19)
Sehingga Persamaan menjadi :
k1.If = Isc. k2 ………. (2.20)
Isc = If
k k 2 1
(44)
Pada karakteristik generator hubung singkat bentuk kurva adalah linear. Hal ini
disebabkan oleh medan magnet yang terjadi sangat kecil sehingga inti besi tidak
mengalami saturasi. Gambar 2.22 berikut ini akan memperlihatkan karakteristik
hubung singkat pada generator sinkron.
SCC
I (A)a
If(A)
o
Gambar 2.22 Karakteristik Hubung Singkat
Ketika generator dihubung singkat, arus armatur :
(Ia) = Isc =
s a
a
jX R
E
+ ……….(2.22)
Harga Mutlaknya adalah :
Ia = Isc =
2 2
s a
a
jX R
E
+ ……….(2.23)
dimana : E0 = Tegangan beban nol (Volt)
Ia = Arus Jangkar (Amper)
Isc = Arus Hubung singkat (Amper)
Ra = Tahanan jangkar (Ohm)
(45)
Gambar 2.23 berikut menunjukkan diagram phasor dan medan magnet yang
dihasilkan pada generator yang dihubung singkat.
E B
B B
R
stat net
R a
a
Ia
Ia jX
sIa
V = 0Φ
(i) Diagram Phasor (ii) Medan Magnet
Gambar 2.23 Diagram Phasor dan Medan Magnet saat Hubung Singkat
Karena Bstat hampir meniadakan BR, medan magnet Bnet sangat kecil. Oleh
karena itu, mesin tidak saturasi dan SCC berbentuk linear.
Dari kedua test tersebut di atas diperoleh :
- Ea dari test beban nol (Open Circuit)
- Ia dari test hubung singkat (Short Circuit)
Diperoleh impedansi sinkron :
Zs =
a a s a
I E jX
R 2+ 2 = ………(2.24)
Karena Ra << XS, maka impedansi sinkron menjadi : Zs≈ Xs ≈ a
a
I E
2.8.3 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator Sinkron Berbeban : V = V(If)
Beberapa langkah untuk menentukan parameter generator sinkron
berbeban antara lain sebagai berikut :
(46)
c.) Arus medan (If) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap
d.) Catat tegangan terminal (Vt) pada setiap peningkatan arus medan (If)
R
Radj a Xs
R L
V V
f
f
f Φ
L O A D Ia
Ea
Gambar 2.24 Rangkaian Generator Sinkron Berbeban
Dari Gambar 2.24 diperoleh persamaan umum generator sinkron berbeban :
Ea = VΦ + Ia (Ra + jXs)…………..(2.27)
VΦ = Ea - Ia (Ra + jXs) …………. (2.28)
Pada generator berbeban, Ia = IL bernilai konstan karena beban (ZL) tetap. Ia(A)
If (A) k2/k2
k2
0
CosΦ = 0 lagging CosΦ = 0 leading
CosΦ = 0,8 lagging
Gambar 2.25 Karakteristik Generator Sinkron Berbeban
2.8.4 Karakteristik Luar Generator Sinkron : VΦ = f (IL)
Karakteristik ini akan memperlihatkan pengaruh dari perubahan arus
(47)
karakteristik luar generator sinkron, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a.) Kecepatan putar generator sinkron (n) tetap
b.) Arus medan (If ) konstan
c.) Faktor daya (cosφ) tetap
Dari gambar rangkaian generator sinkron berbeban yang telah
diperlihatkan pada Gambar 2.24 sebelumnya, diperoleh persamaan :
Ea = VΦ + Ia (Ra + jXs)………….(2.29)
Sehingga Persamaan tegangan terminal VΦ generator sinkron dalam keadaan berbeban :
VΦ = Ea - Ia (Ra + jXs) …………. (2.30)
Dalam hal ini, arus yang mengalir pada stator sama dengan arus yang mengalir
pada beban atau:
Ia = IL
maka :
VΦ = Ea – IL (Ra + jXs) …………. (2.31)
VΦ = cnΦ – ILZs ………..….. (2.32)
VΦ = cnIf – ILZs ……….... (2.33)
Karena c, n dan If konstan :
VΦ = k1 – ILZS ………... (2.34)
Nilai Zs tetap, sehingga :
(48)
Jika arus beban (IL) = 0 (beban nol), maka :
VΦ = k1
Jika tegangan terminal (VΦ) = 0 (hubung singkat), maka :
cn Z I cn V
I l s
f +
Φ
= If =………. (2.36)
Berikut ini merupakan gambar karakteristik luar generator sinkron dengan beban
induktif pada berbagai harga cosφ.
PF = 1
PF = 0,8 PF = 0,6
IL (A) VΦ (V)
0
Gambar 2.26 Karakteristik Luar Generator Beban Induktif
2.8.5 Karakteristik Pengaturan Generator Sinkron : If = f (IL)
Karakteristik ini menunjukkan hubungan antara perubahan arus beban (IL)
dengan terhadap arus medan (If) generator sinkron. Dimana, dalam karakteristik
ini perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a.) Tegangan terminal VΦ dijaga konstan
b.) putaran tetap
c.) Faktor daya (cosφ) tetap
Persamaan untuk generator berbeban (Gambar 2.24) :
(49)
Pada generator berbeban :
IL = Ia
sehingga :
Ea = VΦ + IL(Ra + jXS ) …………. (2.38)
cnΦ = VΦ + ILZS
cnIf = VΦ + ILZS
If =
cn Z I cn
V L S
−
φ
………..…. (2.39)
karena nilai c, n, VΦ, dan Zs konstan, maka :
cn = k1
VΦ = k2
Zs = k3
sehingga diperoleh :
If = IL
k k k k
1 3 1 2 −
………..…. (2.40)
jika,
4 1 2
k k k
=
5 1 3
k k k
= maka,
If = k4 – k5IL……….……. (2.41)
Gambar 2.27 berikut menunjukkan karakteristik pengaturan generator sinkron
(50)
(51)
BAB III
PENGARUH BEBAN RESISTIF, KAPASITIF, DAN INDUKTIF TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA
GENERATOR SINKRON 3 PHASA
3.1 Faktor Daya
Tegangan yang dibangkitkan pada generator sinkron adalah arus bolak-balik, maka biasanya digambarkan dalam bentuk phasor. phasor ini mempunyai dua besaran yaitu besaran saklar (magnitude) dan besaran sudut, dimana
hubungan keduanya harus digambarkan dalam dua dimensi. Bila EΦ Vt, jXSIa dan
IaRa digambar dalam satu gambar yang menunjukkan hubungan antara
besaran-besaran tersebut, maka hasil dari gambar ini dinamakan Diagram Phasor.
Gambar 3.1.a menunjukkan hubungan, dimana generator melayani beban
dengan faktor daya satu (beban resistif murni). Gambar 3.1, total tegangan Ea
berbeda dengan tegangan Phasa Vb ini disebabkan tegangan drop pada elemen
resistif dan induktif pada mesin. Semua tegangan dan arus dari Gambar 3.1.a ini
direferensikan terhadap Vt, (Vt sebagai referensi, Vt =Vt∠00 .
Diagram phasor ini dapat dibandingkan dengan diagram phasor untuk
generator yang melayani beban induktif dan kapasitif (lagging dan leading),
dimana diagram phasor untuk kedua beban ini masing-masing diperlihatkan pada
Gambar 3.1.b dan Gambar 3.1.c. Perlu dicatat bahwa arus jangkar dan tegangan
phasa yang diberikan, bahwa Ea yang dibutuhkan untuk beban langging (beban
(52)
kapasitif. Oleh karena itu, untuk beban lagging membutuhkan arus medan yang
besar untuk mendapatkan tegangan terminal yang sama, karena:
Ea = KΦω
Dimana dalam hal ini ω dijaga konstan untuk mendapatkan frekuensi konstan.
jXs.Ia
IaRa
Vt
Ia
EA
(a)
(b)
EA
Ia
IaRa
Vt
jXsIa
(c)
EA
jXsIa
IaRa
Vt
Ia
Gambar 3.1 Diagram Phasor Generator Sinkron. (a) Berbeban Resistif, (b) Berbeban Induktif, (c) Berbeban Kapasitif
(53)
3.2 Regulasi Tegangan Generatos Sinkron Dengan Metode Impedansi Sinkron
Dalam metode ini akan diperoleh nilai impedansi sinkron Zs (kemudian
reaktansi sinkron Xs) sebuah generator sinkron dari karakteristik beban nol (OCC)
dan hubung singkat (SCC). Oleh karena itu disebut metode impedansi sinkron.
Metode ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut.
- Gambar karakteristik beban nol (OCC) dari data yang diberikan test beban nol
(gambar 3.2)
- Gambar karakteristik hubung singkat (SCC) dari data yang diberikan oleh test
hubung singkat (gambar 3.2). kedua kurva tersebut digambarkan pada dasar
nilai arus medan yang sama.
Arus medan dilambangkan dengan (If). Tegangan beban nol (hubung terbuka)
yang berpotongan dengan arus medan If dilambangkan dengan (E1). Ketika
terminal-terminal jangkar dihubung singkat, tegangan terminal (VΦ) bernilai
nol. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa seluruh tegangan E1 digunakan
untuk menggerakkan (sirkulasi) arus hubung singkat yang disimbolkan dengan
I1 melawan impedansi sinkron (Zs) .
Maka, E1 = I1Zs
) (
) (
1 1
circuit short I
circuit open E
Zs= ...(3.1)
(54)
OCC
SCC
Ihs
E0
Zs
If (A)
If
Arus Hubung Singkat
Tegangan Tanpa Beban
Gambar 3.2 Diagram Karakteristik Metode Impedansi Sinkron
- Karena Ra diabaikan, maka Zs = Xs
- Dari vektor diagram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 dapat dibuat
persamaan Ea untuk beban Resistif, induktif, dan kapasitif dan faktor dayanya.
Untuk beban resistif dari Gambar 3.3a diperoleh :
( )
2(
)
2A S
A V X I
E = ϕ + ...(3.3)
Untuk beban Induktif dari Gambar 3.3b diperoleh :
(
)
2(
)
2cos
sinθ θ
ϕ S A s A
A V X I X I
E = + + ...(3.4)
Untuk beban Kapasitif dari Gambar 3.3c diperoleh :
(
)
2(
)
2cos
sinθ θ
ϕ S A s A
A V X I X I
E = − + ...(3.5)
Maka regulasi tegangan adalah :
% regulasi tegangan 0 x100%
V V
E −
(55)
jXs Ia δ
Ia
EA
(a)
(b)
EA
Ia
XsIa Sin θ Vt
jXsIa
(c)
EA jX sI
a Ia
δ
XsIa Cos
θ
θ
θ
XsIa Sin θ
XsIa Cos
θ
θ
δ
θ
V
V
Gambar 3.3 Diagram Phasor Generator Sinkron Untuk Menggambarkan Regulasi
Tegangan, (a) Beban Resistif, (b) Beban Induktif, (c) Beban Kapasitif
3.3 Efisiensi Generator Sinkron
Secara teori bahwa semua daya mekanis yang dihasilkan oleh penggerak
mula (daya output penggerak mula juga sebagai daya input generator sinkron)
(56)
sebagai rugi-rugi (losses) mesin. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.4. Daya input
mekanis pada poros generator (Pin) : Pin = τappωm. Dan daya yang dikonversikan dari mekanikal menjadi elektrikal yang prosesnya terjadi dalam mesin.
PCONV= τind.ωm
PCONV = 3EAIAcosγ
Dimana γ adalah sudut antara EA dengan IA. Perbedaan antara daya input ke
generator dan daya yang dikonversikan dalam generator dipresentasikan sebagai
rugi-rugi mekanis dan rugi-rugi inti pada mesin.
Gambar 3.4 Diagram Aliran Daya Generator Sinkron
Seperti halnya dengan mesin-mesin listrik lainnya, maupun transformator, maka
efisiensi generator sinkron dapat dituliskan sebagai berikut :
% 100 x P P
in out
=
η ...(3.7) dimana :
(57)
Pout = daya keluaran
Pin = daya masukan
Rugi-rugi yang terdapat pada generator sinkron terurai menjadi beberapa bagian
diantaranya :
1. Rugi-rugi tembaga rotor dan stator (copper losses)
2. Rugi-rugi inti (core losses)
3. Rugi-rugi mekanik (mechanical losses)
4. Rugi-rugi nyasar (stray losses)
Rugi-rugi angin dan gesekan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari
bagian yang berputar, rancangan sudu kipas rotor, desain bantalan (bearing) dan
susunan rumah (housing) mesin. Rugi yang hilang tersebut berupa daya yang
diperlukan untuk memutar kipas guna mensirkulasi udara pendingin dan gesekan
bantalan dan sikat.
Rugi-rugi inti dan besi (Pi) disebabkan oleh fluksi utama mesin yang
terjadi terutama pada gigi-gigi stator (jangkar), pada bagian inti jangkar dekat
gigi-gigi stator dan pada permukaan kutub rotor. Inti stator umumnya dibentuk
dari laminasi tipis baja silikon yang terisolasi satu sama lain untuk membatasi
rugi-rugi histeresis dan arus eddy pada baja.
Rugi-rugi mekanik dan inti sering digabung bersama yang disebut dengan
rugi-rugi beban nol pada mesin. Pada keadaan beban nol, daya input mesin
digunakan untuk mengatasi rugi-rugi ini. Oleh karena itu pengukuran daya input
(58)
Rugi-rugi tembaga rotor (PRCL = If2.Rf) dihitung dari arus medan dan
tahanan arus searah dari kumparan penguat pada suhu 750 C. Jatuh tegangan pada
cincin kolektor sikat umumnya diabaikan, tapi bisa juga disertakan dalam
rugi-rugi penguat. Rugi-rugi-rugi tembaga kumparan jangkar (PSCL = 3IA2.RA) pada
(59)
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF, KAPASITIF, DAN KOMBINASI BEBAN R L C
TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA PHASA
4.1 Umum
Untuk dapat melihat bagaimana pengaruh perubahan beban terhadap
regulasi tegangan dan efisiensi generator sinkron tiga phasa maka diperlukan
beberapa percobaan yaitu :
1. Percobaan beban nol
2. Percobaan hubung singkat
3. Percobaan berbeban
Parameter generator sinkron yang diperlukan adalah XS dan ZS yang
diperoleh dari percobaan beban nol dan hubung singkat, sedangkan tahanan
jangkar Ra diabaikan. Parameter ini diperlukan untuk mendapatkan tegangan
beban nol untuk perhitungan regulasi tegangan.
Percobaan berbeban dilakukan untuk mendapatkan variabel daya masukan
dan keluaran, disamping itu juga untuk mendapatkan jatuh tegangan Vt ketika
dihubungkan dengan beban. Kondisi beban yang dipakai adalah resisitif, induktif
dan kapasitif yang dirangkai sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan besar
arus jangkar dan faktor daya yang diinginkan. Percobaan dilakukan dengan arus
(60)
4.2 Peralatan yang digunakan a. Generator Sinkron
Tegangan : 220 V
Hubungan belitan jangkar : Delta (∆)
Arus nominal jangkar : 7 Amper
Daya generator : 2,67 kW
Putaran nominal : 1500 rpm
Faktor daya : 0,8 tertinggal
Kelas isolasi : B
b. Motor arus searah penguatan bebas
Tegangan : 220 V
Arue jangkar : 22,7 Amper
Daya : 5 kW
Tegangan medan : 220 V
Arus medan : 0,17 Amper
Kelas isolasi : F
c. 3 PTDC d. B eban-beban
Beban resistif (tahanan variabel dan tahanan geser) Beban kapasitif (Kapasitor 16 µF 450 Volt 3 buah)
(61)
e. Alat-alat
Cos ϕ meter
Volt meter AC dan DC
Amper meter AC dan DC
Watt meter
Torsi meter
Tacho meter
4.3 Percobaan Menentukan Parameter Generator Sinkron Tiga Phasa 4.3.1 Percobaan Beban Nol
a. Rangkaian Percobaan
Rangkaikan percobaan beban nol yang digunakan seperti
Gambar 4.1 dibawah ini :
P
T
D
C
1
M
V1
S1
G
n A
B C
PTDC 2 PTDC 3
S3
A2 If
S2 A1
V2
(62)
b. Prosedur Percobaan
1. Alat-alat dirangkai seperti Gambar 4.1, PTDC pada posisi
minimum.
2. Tutup S2 dan atur arus penguat motor dengan mengatur
PTDC2 hingga harga nominal.
3. Tutup S1 dan atur tegangan motor (V1) dengan mengatur
PTDC1 hingga diperoleh harga nominal.
4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum
dinaikkan (If = 0).
5. Tutup S3 dan naikkan arus penguat generator secara bertahap
dengan mengatur PTDC3. Dimana, putaran dijaga konstan
pada setiap kenaikkan arus penguat generator, kemudian catat
tegangan terminal.
6. Turunkan arus penguat generator (PTDC3 minimum) lalu
buka S3. Minimumkan PTDC1 dan PTDC2 hingga nol, lalu
buka S1 dan S2.
7. Percobaan selesai.
c. Data Percobaan
Data percobaan beban nol dapat di lihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Tegangan induksi sebagai fungsi arus medan
Putaran : 1500 rpm
No If (mA) V (Volt)
1 0 12
2 20 40
3 40 63
4 60 89
(63)
d. Kurva Karakteristik Beban Nol
Gambar 4.2 Karakteristik Beban Nol
4.3.2 Percobaan Hubung Singkat a. Rangkaian Percobaan
Rangkaikan percobaan beban nol yang digunakan seperti Gambar
4.3 dibawah ini.
6 100 138
7 120 156
8 140 177
9 160 195
10 180 209
11 200 220
12 220 229
13 240 236
14 260 240
15 280 249
16 300 253
17 320 257
(64)
P
T
D
C
1
M
V1
S1
G
n A
B C
PTDC 2 PTDC 3
S3
A2 If
S2
A1
Ia
Gambar 4.3 Rangkaian Hubung Singkat
b. Prosedur Percobaan
1. Alat-alat dirangkai seperti Gambar 4.3, PTDC pada posisi
minimum.
2. Tutup S2 dan atur arus medan motor dengan mengatur
PTDC2 hingga harga nominal.
3. Tutup S1 dan atur tegangan motor (V1) dengan mengatur
PTDC1 hingga diperoleh harga nominal.
4. Tutup S3 dan naikkan arus penguat generator (If) secara
bertahap dengan mengatur PTDC3.
5. Catat arus hubung singkat generator generator (Ia) untuk
setiap tahapan arus medan generator (If) dengan putaran
generator dijaga konstan.
6. Turunkan arus medan generator (If) hingga nol, lalu buka S3.
Minimumkan PTDC1 dan PTDC2 hingga nol, lalu buka S1
dan S2.
(65)
c. Data Percobaan
Data percobaan hubung singkat dapat di lihat pada Tabel 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.2 Arus hubung singkat sebagai fungsi arus medan
Putaran : 1500 rpm
No Arus Medan If (mA) Arus Hubung Singkat Isc (A)
1 0 0,42
2 20 1,42
3 30 1,84
4 40 2,24
5 50 2,62
6 60 3,06
7 70 3,49
8 80 4,05
9 90 4,44
10 100 4,89
d. Kurva Karakteristik Hubung Singkat
(66)
4.3.3 Penentuan Parameter Generator Sinkron
Untuk menghitung parameter generator sinkron, maka dapat
diketahui dari karakteristik hubung singkat dan beban nol seperti gambar di
bawah ini.
(a)
(b)
(67)
a. Impedansi Sinkron
Besar nilai impedansi Zs dapat ditentukan seperti Persamaan 3.1
I E
ZS = (Ohm). Maka nilai impedansi sinkron untuk kondisi saturasi
seperti pada gambar 4.5 dapat dirumuskan sebagai berikut :
SC nl S
I E
Z = (Ohm). Dari gambar 4.5 nilai Enl adalah 249 Volt dengan arus
medan (If) sebesar 280 mA. Untuk arus medan yang sama maka arus
hubung singkat Isc pada kurva hubung singkat adalah sebesar 15,2 A.
Maka besar impedansi sinkron Zs adalah
Ohm
ZS 16,4
2 , 15
249 = =
b. Reaktansi Sinkron
Karena tahanan jangkarnya besarnya sangat kecil maka tahanan
jangkar diabaikan (Ra≈0) sehingga diperoleh reaktansi sinkron Zs = Xs = 16,4 ohm.
4.4 Percobaan Berbeban
Percobaan ini untuk melihat hubungan antara arus beban dan faktor daya
tertentu dengan efisiensi dan arus beban dengan regulasi tegangan, dimana arus
medan dan putaran rotor dijaga konstan.
a. Rangkaian Percobaan
Rangkaian percobaan dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini.
Beban yang digunakan adalah beban resistif, induktif, kapasitif dan
(68)
P T D C 1 M V1 S1 G n
PTDC 2 PTDC 3
S3
A2 If
S2
A1
A4
Cos Φ meter V2
Watt meter K L R S T
R1 S4 t (a) A A4 C B R1 (b) R S4 R1 R S4 C R1 R S4 L R1 R S4 L C
(c) (d) (e)
A A A A
B B B B
C C C C
Gambar 4.6 (a) Rangkaian Percoban Berbeban (b) Rangkaian Beban Resitif,
(c) Rangkain Beban Kapasitif, (d) Rangkaian Beban Induktif,
(e) Rangkaian Kombinasi Beban R L C
b. Peralatan Percobaan
1. PTDC 1 : Sebagai sumber tegangan arus searah bagi belitan jangkar
M1.
2. PTDC 2 : Sebagai sumber tegangan arus searah bagi belitan medan
motor M1.
c. PTDC 3 : Sebagai sumber arus searah bagi belitan medan
generator (G).
(69)
e. G : Generator sinkron tiga Phasa.
f. V1 : Voltmeter, mengukur tegangan keluaran PTDC 1.
g. A1 : Amperemeter, mengukur arus hubung singkat belitan
jangkar M1.
h. A4 : Amperemeter, mengukur arus hubung singkat belitan
jangkar generator (G).
i. A2 : Amperemeter, mengukur arus medan bagi M1.
j. A3 : Amperemeter, mengukur arus medan bagi generator (G).
k. n : Tachometer, mengukur putaran Generator.
l. T : torsimeter, mengukur torsi generator (G).
m. Wattmeter dan cosφ meter
n. Beban : Kapasitor (3 buah @16 μF), tahanan geser, induktor (0,4 kVA)
c. Prosedur Percobaan
1. Rangkaian dirangkai seperti Gambar 4.6 di atas. Semua saklar dalam
keadaan terbuka dan PTDC dalam keadaan minimum.
2. Saklar S1, S2 ditutup dan PTDC 1 dan PTDC 2 diatur untuk
memberikan tegangan ke terminal jangkar dan arus medan motor
sampai dicapai putaran nominal generator.
3. Saklar S3 ditutup dan PTDC 3 diatur sampai arus medan yang terbaca
pada A3 sebesar 0,05 A.
4. Beban resistif dipasang dengan menutup saklar S4. Beban dinaikkan
(70)
5. Untuk setiap penambahan beban, dicatat nilai yang terbaca pada alat
ukur Wattmeter, A4, V2 dan besar torsinya. V2 adalah besar tegangan
terminal generator.
6. Setelah itu PTDC diturunkan hingga nol dan semua saklar dibuka.
7. Untuk percobaan dengan beban induktif, kapasitif, dan kombinasi RLC
dilakukan dengan cara yang sama seperti dengan beban resistif.
8. Percobaan selesai.
d. Data Percobaan
Tabel 4.3.a Data percobaan pada beban resistif
Putaran Rotor : 1500 rpm
Arus Medan : 0,05 Amper
Faktor Daya : 1
Pin
975 . . 1000 : Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt)
Torsi Kg-m
1 0,7 83 415,4 95 0,27
2 1,0 80 523 140 0,34
3 1,5 72 646,15 180 0,42
4 2,0 53 661,53 200 0,43
Tabel 4.3.b Data percobaan pada beban induktif
Putaran Rotor : 1500 rpm
Arus Medan : 0,05 Amper
Faktor Daya : 0,8 Lagging
Pin
975 . . 1000 : Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt)
Torsi Kg-m
1 0,7 66 338,5 65 0,22
2 1,0 61 430,77 95 0,28
3 1,5 50 553,85 140 0,36
(71)
Tabel 4.3.c Data percobaan pada beban kapasitif
Putaran Rotor : 1500 rpm
Arus Medan : 0,05 Amper
Faktor Daya : 0,7 Leading
Pin
975 . . 1000 : Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 88 400 90 0,26
2 1,0 86 538,46 140 0,35
3 1,5 81 692,3 195 0,45
4 2,0 61 753,84 200 0,49
Tabel 4.3.d Data percobaan pada beban kombinasi RLC
Putaran Rotor : 1500 rpm
Arus Medan : 0,05 Amper
Faktor Daya : 0,2 Leading
Pin
975 . . 1000 : Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 70 353,85 65 0,23
2 1,0 64 461,54 105 0,30
3 1,5 58 569,23 145 0,37
4 2,0 45 600 155 0,39
4.5 Analisa Data Perbandingan Pengaruh Pembebanan Resistif, Induktif, Kapasitif, dan kombinasi beban R L C Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Phasa Pada Faktor Daya Tertentu
4.5.1 Regulasi Tegangan
Untuk mencari nilai tegangan nol Ea maka dihitung dengan
menggunakan metode impedansi sinkron yaitu persamaan 3.3, 3.4,
(72)
a. Beban Resistif, cosφ = 1
Eo = (Vϕ)2 +(XSIA)2 Untuk Ia= 0,7 A
Eo = (83)2 +(16,4×0,7)2 =83,79Volt
100% 0,95%
83 83 79 , 83 = × − = VR
Untuk Ia = 1,0 A
Eo = (80)2 +(16,4×1)2 =81,66Volt
100% 2,07%
80 80 66 , 81 = × − = VR
Untuk Ia = 1,5 A
Eo = (72)2 +(16,4×1,5)2 =76,08Volt
100% 5,66%
72 72 08 , 76 = × − = VR
Untuk Ia = 2,0 A
Eo = (53)2 +(16,4×2)2 =62,32Volt
100% 17,58%
53 53 32 , 62 = × − = VR
b. Beban Induktif, Cosφ = 0,8 Lagging
2 2
) (
)
(Vϕ X I Sinθ X I Cosθ
Eo = + S A + S A
Untuk Ia = 0,7 A
2 2 ) 87 , 36 7 , 0 4 , 16 ( ) 87 , 36 7 , 0 4 , 16 66
( Sin Cos
Eo = + × + ×
= 73,46 Volt
% 3 , 11 % 100 66 66 46 , 73 = × − = VR
(73)
Untuk Ia = 1,0 A 2 2 ) 87 , 36 1 4 , 16 ( ) 87 , 36 1 4 , 16 61
( Sin Cos
Eo = + × + ×
= 72,04 Volt
% 1 , 18 % 100 61 61 04 , 72 = × − = VR
Untuk Ia = 1,5 A
2 2 ) 87 , 36 5 , 1 4 , 16 ( ) 87 , 36 5 , 1 4 , 16 50
( Sin Cos
Eo = + × + ×
= 67,68 Volt
% 36 , 35 % 100 50 50 68 , 67 = × − = VR
Untuk Ia = 2,0 A
2 2 ) 87 , 36 2 4 , 16 ( ) 87 , 36 2 4 , 16 40
( Sin Cos
Eo = + × + ×
= 65,2 Volt
% 63 % 100 40 40 2 , 65 = × − = VR
c. Beban Capasitif, Cos φ= 0,7 Leading
2 2
) (
)
(Vϕ X I Sinθ X I Cosθ
Eo = − S A + S A
Untuk Ia = 0,7 A
2 2 ) 57 , 45 7 , 0 4 , 16 ( ) 57 , 45 7 , 0 4 , 16 88
( Sin Cos
Eo = + × + ×
= 80,2 Volt
% 86 , 8 % 100 88 88 02 , 80 − = × − = VR
Untuk Ia = 1,0 A
2 2 ) 57 , 45 1 4 , 16 ( ) 57 , 45 1 4 , 16 86
( Sin Cos
Eo = − × + ×
(74)
% 6 , 12 % 100 86 86 17 , 75 − = × − = VR
Untuk Ia = 1,5 A
2 2 ) 57 , 45 5 , 1 4 , 16 ( ) 57 , 45 5 , 1 4 , 16 81
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 65,73 Volt
% 85 , 18 % 100 81 81 73 , 55 − = × − = VR
Untuk Ia = 2,0 A
2 2 ) 57 , 45 2 4 , 16 ( ) 57 , 45 2 4 , 16 61
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 44,036 Volt
% 8 , 27 % 100 61 61 036 , 44 − = × − = VR
d. Beban kombinasi R L C, Cos φ= 0,2 Leading
Akibat penambahan beban kapasitif dan induktif akan
terjadi resultan faktor daya dari dua jenis sifat beban yang
berbeda yaitu beban kapasitif yang menghasilkan faktor daya
leading dan beban induktif yang menghasilkan faktor daya
lagging. Dalam kasus kali ini beban yang dipakai penulis
menghasilkan faktor daya 0,2 leading.
2 2
) (
)
(Vϕ X I Sinθ X I Cosθ
Eo = − S A + S A
Untuk Ia = 0,7 A
2 2 ) 46 , 78 7 , 0 4 , 16 ( ) 46 , 78 7 , 0 4 , 16 70
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 58,8 Volt
% 16 % 100 70 70 8 , 58 − = × − = VR
(75)
Untuk Ia = 1,0 A 2 2 ) 46 , 78 1 4 , 16 ( ) 46 , 78 1 4 , 16 64
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 48,04 Volt
% 93 , 24 % 100 64 64 04 , 48 − = × − = VR
Untuk Ia = 1,5 A
2 2 ) 46 , 78 5 , 1 4 , 16 ( ) 46 , 78 5 , 1 4 , 16 58
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 34,25 Volt
% 1 , 40 % 100 58 58 25 , 34 − = × − = VR
Untuk Ia = 2,0 A
2 2 ) 46 , 78 2 4 , 16 ( ) 46 , 78 2 4 , 16 45
( Sin Cos
Eo = − × + ×
= 14,44 Volt
% 9 , 67 % 100 45 45 44 , 14 − = × − = VR
4.5.2 Efisiensi (η)
Efisiensi dapat diperoleh dengan persamaan :
% 100 × = in out p p η
a. Beban Resistif, Cos φ = 1
Untuk Ia = 0,7 A
% 87 , 22 % 100 4 , 415 95 = × = η
Untuk Ia = 1,0 A
% 76 , 26 % 100 523 140 = × = η
(76)
Untuk Ia = 1,5 A % 85 , 27 % 100 15 , 646 180 = × = η
Untuk Ia = 2,0 A
% 23 , 30 % 100 53 , 661 200 = × = η
b. Beban Induktif, Cos φ = 0,8 Lagging
Untuk Ia = 0,7 A
% 2 , 19 % 100 5 , 338 65 = × = η
Untuk Ia = 1,0 A
% 05 , 22 % 100 77 , 430 95 = × = η
Untuk Ia = 1,5 A
% 27 , 25 % 100 85 , 553 140 = × = η
Untuk Ia = 2,0 A
% 32 , 27 % 100 6 , 584 160 = × = η
c. Beban Kapasitf, Cos φ = 0,7 Leading
Untuk Ia = 0,7 A
% 5 , 22 % 100 400 90 = × = η
Untuk Ia = 1,0 A
% 26 % 100 46 , 538 140 = × = η
Untuk Ia = 1,5 A
% 16 , 28 % 100 3 , 692 195 = × = η
(1)
(2)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Regulasi tegangan pada beban induktif adalah lebih positif dari pada beban resistif, kapasitif dan beban kombinasi RLC (VRinduktif > VRresistif > VRkapasitif > VRkombinasi RLC), hal ini disebabkan pada beban induktif semakin besar arus beban yang diberikan maka semakin besar pula jatuh tegangan terminal Vt, begitu juga pada beban resistif namun jatuh tegangannya tidak sebesar pada beban induktif, sedangkan pada beban kapasitif memiliki nilai regulasi tegangan yang negatif dimana kenaikan pada arus beban mengakibatkan kenaikan tegangan terminal Vt.
Semakin besar beban yang di berikan maka semakin besar pula nilai efisiensinya, untuk beban yang memiliki nilai efisiensi terbesar adalah beban resistif, kemudian diikuti oleh beban induktif, kapasitif dan kombinasi RLC (ηresistif >ηinduktif >ηkapasitif >ηkombinasiRLC).
5.2 Saran
Untuk penyempurnaan penelitian sebaiknya percobaan dilakukan dengan memberikan arus medan dan arus beban sampai mencapai arus nominalnya guna memberikan gambaran yang lebih jelas lagi tentang pengaruh perubahan beban.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan percobaan dengan arus beban yang konstan sedangkan faktor daya yang
(3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text Book of Electrical Tecnology”, New Delhi, S.Chand and Company.,Ltd., 2001.
2. Lister, Eugene C. & Golding, Michael R., “Electric Circuits and Machines”, First Canadian Edition, Canada, Mc Grauw-Hill Ryerson Limited, 1987. 3. Siburian, Boby Bilyard Hasiholan, “Pengaruh Perubahan Beban Terhadap
Regulasi Tegangan dan Efisiensi Generator Sinkron Tiga Phasa”, Medan, 2009.
4. Wijaya, Mochtar, ”Dasar-Dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.
5. Chapman, Stephen J, ”Electric Machinery Fundamentals”, 3rd Edition, Mc Graw – Hill Book Company, Singapore, 1999.
6. Sumanto, DRS, ” Motor Listrik Arus Bolak-Balik”, Edisi Pertama, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1993.
7. Bimbra,P.S,”Generalized Circuit Theory of Electrical Machines”, Khanna Publisher, India, 1975.
8. Richardson, Donal V, Caisse, Arthur J, “Rotating Electric Machinery and Transformer Technologi”, 4rd Edition, Penerbit Prentice Hall, New Jersy, 1997.
(4)
LAMPIRAN
DATA HASIL PERCOBAAN
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK USU
DATA HASIL PERCOBAAN
I. Data Percobaan Beban Nol.
Tegangan induksi sebagai fungsi arus medan Putaran : 1500 rpm
II. Data Percobaan Hubung Singkat.
Arus hubung singkat sebagai fungsi arus medan Putaran : 1500 rpm
No If (mA) V (Volt)
1 0 12
2 20 40
3 40 63
4 60 89
5 80 117
6 100 138
7 120 156
8 140 177
9 160 195
10 180 209
11 200 220
12 220 229
13 240 236
14 260 240
15 280 249
16 300 253
17 320 257
18 340 261
No Arus Medan If (mA) Arus Hubung Singkat Isc (A)
1 0 0,42
(5)
III.Data Percobaan Berbeban
a. Data percobaan pada beban resistif Putaran Rotor : 1500 rpm Arus Medan : 0,05 Amper Faktor Daya : 1
Pin
975 . . 1000
: Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 83 415,4 95 0,27
2 1,0 80 523 140 0,34
3 1,5 72 646,15 180 0,42
4 2,0 53 661,53 200 0,43
b. Data percobaan pada beban induktif Putaran Rotor : 1500 rpm Arus Medan : 0,05 Amper Faktor Daya : 0,8 Lagging Pin
975 . . 1000
: Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 66 338,5 65 0,22
2 1,0 61 430,77 95 0,28
3 1,5 50 553,85 140 0,36
4 2,0 40 584,6 160 0,38
c. Data percobaan pada beban kapasitif Putaran Rotor : 1500 rpm
Arus Medan : 0,05 Amper Faktor Daya : 0,7 Leading Pin
975 . . 1000
: Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 88 400 90 0,26
6 60 3,06
7 70 3,49
8 80 4,05
9 90 4,44
(6)
Putaran Rotor : 1500 rpm Arus Medan : 0,05 Amper Faktor Daya : 0,2 Leading Pin
975 . . 1000
: Tn
No Ia (A) Vt (Volt) Pin (Watt) Pout (Watt) Torsi Kg-m
1 0,7 70 353,85 65 0,23
2 1,0 64 461,54 105 0,30
3 1,5 58 569,23 145 0,37
4 2,0 45 600 155 0,39
Medan, Mei 2011 Asisten