84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis berkenaan dengan konsep asuransi syariah dalam menanggulangi bencana alam, maka dapat disimpulkan suatu
jawaban dari permasalahan yang ada, yaitu: 1.
Terdapat beberapa peluang pada asuransi syariah dalam menerapkan konsep penanggulangan bencana alam, dimana Indonesia merupakan termasuk Negara
yang rawan dari bencana, sehingga terdapat kebutuhan akan perlindungan terhadap risiko tersebut, serta jumlah pemilik tempat tinggal di Indonesia sangat besar,
sehingga ini menjadi potensi bisnis bagi industri perasuransian, mengingat asuransi ini nantinya merupakan asuransi wajib bagi pemilik tempat tinggal. Oleh karena
itu konsep asuransi syariah ini sangat memungkinkan untuk digunakan pada produk
asuransi bencana,
mengingat konsep
asuransi syariah
dapat menguntungkan baik bagi peserta, pengelola maupun pemerintah. Sementara
tantangan yang dihadapi asuransi syariah dalam penanggulangan bencana alam terletak pada beberapa aspek, yakni:
a. Aspek Regulasi; Siapa pihak pengelola asuransi bencana ini. Apakah dari
Pemerintah Negara ataupun dari Asuransi Milik Negara Swasta.
84
85
b. Sosialisasi; pihak pengelola harus memaksimalkan bentuk sosialisasi tentang
pentingnya asuransi bencana ini, sehingga masyarakat merasa program ini menjadi sebuah kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan sekaligus kebersamaan
untuk membantu pihak yang mengalami musibah bencana alam. c.
Peraturan pengumpulaan kontribusi premi bagi setiap pemilik tempat tinggal; apakah harus melalui Undang-undang atau cukup dengan peraturan pemerintah
saja. Peraturan tersebut sangat dibutuhkan karena asuransi ini merupakan asuransi wajib, apabila tidak merupakan asuransi wajib sukarela maka akan
kemungkinan terjadi seleksi risiko. Dengan demikian maka solusi yang tepat dalam penanggulangan bencana ini
adalah dengan pembentukan suatu perusahaan asuransi syariah yang khusus menangani risiko gempa bumi, sehingga semua perusahaan asuransi syariah yang
mengcover risiko gempa bumi harus mensesikan ke perusahaan tersebut konsorsium dan bekerja secara amanah, karena dalam menanggulangi dampak
kerugian yang diakibatkan gempa bumi ini dapat dilakukan dengan cara risk sharing yaitu dengan bentuk compulsory insurance asuransi wajib yang
diberlakukan bagi semua masyarakat khususnya yang memilki tempat tinggal residential baik itu masyarakat yang tinggal dirawan gempa ataupun yang tingal
didaerah aman daerah yang tidak rawan gempa. Dengan kebijakan pemerintah agar di adakan atau diberlakukan asuransi wajib ini diharapkan masyarakat
mengerti akan kebutuhan suatu proteksi asuransi khususnya dalam hal bencana
86
gempa. Apalagi statement ini di pertegas tentang wilayah kita yang memang benar-benar rawan gempa sehingga memang benar-benar dibutuhkan suatu
lembaga manjemen risiko yang bertindak sebagai lembaga sosial yang dapat menyediakan finansial untuk mengantisipasi kerugian yang di akibatkan bencana
gempa. Mengenai sistem syariah yang digunakan, pemerintah dapat menjelaskan konsep yang ditawarkan perusahaan ini, yaitu dengan cara memberitahukan
kelebihan yang diberikan khususnya penumpukkan dana yang merupakan milik bersama dari peserta, bukan milik perusahaan.
2. Skema produk yang tepat dalam melindungi dan menanggulangi risiko akibat
bencana alam adalah dengan pembentukan suatu perusahaan asuransi syariah yang khusus menangani risiko gempa bumi, sehingga semua perusahaan asuransi
syariah yang mengcover risiko gempa bumi harus mensesikan ke perusahaan tersebut konsorsium. Hal ini guna untuk meringankan beban pertanggungan
akibat bencana alam. Selain itu pemerintah ikut berperan dalam menciptakan suatu peraturan yang mewajibkan masyarakat untuk dapat mengikuti asuransi tersebut.
Sementara operasional perusahaan khusus tersebut dikelola dengan cara konsep asuransi syariah pada umumnya, namun apabila mengalami surplus dalam satu
tahun, maka dana tabarru’ akan lebih diprioritaskan alokasinya kedalam dana
cadangan tabarru’.
87
B. Saran 1. Peran Pemerintah