Pandangan Terhadap Perda No 05 Tahun 2002

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN

PEKERJA SEKS KOMERSIAL MELALUI PERDA NO 05 TAHUN 2002 DIKOTA PEKANBARU

A. Pandangan Terhadap Perda No 05 Tahun 2002

Melalui Perda No 05 Tahun 2002 pemerintah kota Pekanbaru membuat peraturan tentang tertib susila yang tertuang dalam bab VI pasal 23 dan 24 yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 23 1. Wali kota atau pejabat yang ditunjuk dapat memerintah menutup sebuah rumah yang menurut keyakinannya merupakan tempat untuk melakukan perbuatan asusila perzinahan 2. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, Walikota atau pejabat yang ditunjuk menugaskan seseorang petugas untuk menempelkan salinan surat perintah penutupan tersebut pada rumah atau pekarangan sedemikian rupa, sehingga terlihat jelas dari jalan 3. Dilarang mengunjungi rumah yang telah ditutup berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal ini 4. Tidak dianggap sebagai pengunjung tamu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 pasal ini adalah a. Mereka yang tinggal menetap bersama-sama di dalam rumah itu demikian pula keluarganya. b. Mereka yang berada di rumah itu untuk melakukan pekerjaannya c. Petugas yang berada ditempat tersebut untuk kepentingan Dinas Pasal 24 4. Dilarang setiap orang melakukan atau menimbulakn persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan di rumah-rumah gedung, hotel, wisma, penginapan, dan temapt-tempat usaha. 5. Dilarang setiap orang yang tingkah lakunya menimbulkan persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan untuk berda di jalan, taman, dan tempat umum. 6. Dilarang bagi setiap orang untuk menyuruh, menganjurkan dengan cara lain pada orang lain untuk melakukan perbutan asusila atau perzinahan di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum Selain dua pasal tersebut, pemerintah kota Pekanbaru menetapkan sanksi dalam pelanggaran Peraturan Daerah kota Pekanbaru, yang tertuang dalam bab VIII tentang ketentuan pidana pasal 26 yang berbunyi: 1. Pelanggaran tehadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000 Lima Juta Rupiah. 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah pelanggaran. 52 Dalam hukum Islam pelacuran merupakan salah satu bentuk kriminalitas, pelacuran merupakan perbuatan zina. Hukum Islam memberikan sanksi yang jelas bagi pelaku tindakan perzinahan yaitu cambuk bagi pelaku yang ghairu mukhsan 53 , sedangkan bagi pelaku yang mukhsan 54 hukumannya adalah rajam. Upaya penanggulangan terhadap pekerja seks komersial merupakan manivestasi dalam pemeliharaan keturunan atau dalam hukum Islam dikenal dengan sebutan Hifz Al- Nashl. Pekerja seks komersial adalah perilaku zina jelas-jelas dilarang dalam hukum. 55 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Kertetiban Umum Pelaku zina yang belum pernah menikah jejaka Pelaku zina yang sudah pernah menikah Soedjono S. SH, Pelacuran Ditinjau dari Hukum dan Kenyataan Dalam Masyrakat, Bandung: Karya Nusantara, 1977, h. 44 Karena sebab tersebut diatas serta sebab lainnya, maka islam menetapkan hukuman yang sangat keras dan berat terhadap pelalku zina. Hukuman tersebut kelihatannya memang sangat berat namun masih lebih ringan jika dibandingkan dengan akibat kejahatan yang ditimbulkan dari perbuatan zina itu sendiri terhadap masyarakat. Untuk ini Islam memilih mana yang lebih ringan diatara memberikan hukuman berat kepada si pelaku zina dengan mempetimbangkan kepentingan umum. 56 Maka hukuman rajam dan hukuman cambuk seratus kali bagi pelaku zina tidak berati apa-apa jika dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkannya, yaitu bisa merusak keturunan. B. Pandangan Terhadap Kebijakan Preventif dan Represif 1. Kebijakan Preventif Bentuk penanggulangan preventif terhadap pekerja seks komersial yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Pekanbaru dan instansi terkait yaitu dengan cara meningkatkan kegiatan penertiban yang bersipat rutin, selektif serta pernertiban insidensif dan pembinaan seperti memeberi bekal ketrampilan, dengan tujuan mempersempit ruang gerak para para pekerja seks komersial dalam melakukan Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 9, Terjemahan: Moh. Nabhan Husein, Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1995, h. 87 transaksi seksnya, selain itu pemerintah kota Pekanbaru mengeluarkan undang- undang yang mengatur tentang pekerja seks komersial yang tertuang dalam perda Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum Aturan hukum pidana Islam yang memandang perilaku zina sebagai perbuatan yang sangat buruk dan keji yang sifatnya yang diharamkan Allah, merupakan aturan hukum yang sangat sesuai dengan akal sehat serta dapat dipandang adil karena di dalamnya terdapat keseimbangan antara yang hak dan kewajiban individu dengan individu yang dalam masyarakat dan adanya keseimbangan antara kejahatan yang dilakuka dengan hukuman terhadap pelakunya. Jika masyrakat atau akal sehat memandang perbuatan zina adalah perbuatan buruk atau sangat buruk maka sudah barang tentu mestinya masyarakat atau manusia yang berakal sehat menginginkan perbuatan zina itu tidak terjadi dalam masyarakat. Karena itu hukuman yang keras yang bernilai daya prevetif dan edukatif paling tinggi. Sebab apabila hukuman terhadap pelaku perbuatan zina tidak keras atau hanya ringan-ringan saja yang tidak bernilai daya preventif dan edukatif tinggi, maka harapan agar perbuatan zina itu tidak ada artinya hukuman tersebut karena masyarakat yang sekaligus merupakan tujuan syari’at tidak akan tercapai. Jadi untuk mencegah terjadinya perbuatan zina tersebut atau untuk meminimalisasi terjadinya perbutan zina diperlukan adanya undang-undang ataupun peraturan-peraturan yang melarang perbuatan zina dilakukan oleh siapapun di dalam masyarakat dengan sanksi hukum yang berat secara fisik dan mental spritual dan mempunyai daya preventif yang tinggi. 57 Dalam hadist dinyatakan: B B CD E6ﻡ 0?E6ﻡ F-G ,ﻡ Artinya: “Siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya melalui kekuasaan yang dimilikinya” . H.R. Muslim dari Abu sa’id al-khuduri. 58 Dari segi hukum Islam rutinitas pekerjaan seks komersial masuk dalam kategori perzinahan. Sanksi yang diberikan bagi pelaku zina meurut hukum islam dilakukan secara berangsur-angsur seperti penetapan hukuman minuman keras dan pelaksanaan puasa. Untuk pertama kalinya berbentuk teguran, sesuai dengna firman Allah swt. Surat An-Nisa ayat 16 berbunyi: U 5ی W6 0E6ﻡ 5 3R ] _ DM- O = W6= N DR. H. Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zuna Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h. cde Muh. Bin ‘Ilan as-Siddiqi asy-Syafi’I al-Asy,ari al-Makki, Dalil al-Falihin, Juz I, h.464 ﺡG Artinya: ’’Dan terhadap dua orang diantara kamu yang melakukan perbuatan keji diantara kamu maka berilah hukuman keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki dir, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat Lagi Maha Penyayang. QS. An-Nisak: 16 59 2. Kebijakan Represif Masyarakat pada umumnya memandang perilaku zina adalah buruk karena manusia berakal sehat pada dasarnya menginginkan kehidupan dirinya dan keluarganya adalah kehidupan yang tertib, nyaman dan tidak banyak persoalan. Dalam aturan hukum Isalam ada berbagai hukuman bagi pelaku zina yaitu cambuk seratus kali bagi pelaku yang belum menikah ghairu muhsan dan hukuman rajam atau hukuman mati bagi pelaku yang sudah menikah. Sedangkan hukuman moral psikologis dan sosial, pelaksanaan hukuman ini terhadap pelaku perbuatan zina hendaklah disaksikan oleh sekelompok orang-orang beriman, karena dengan Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang, PT Karya Toha Putra, 1995, Surat An-Nisa, Ayat 16 disaksikan oleh orang banyak berarti si pelaku perbuatan zina dipermalukan di depan orang banyak karena terjadinya perbuatan zina rasa si pelaku sudah luntur. 60 Oleh sebab itu rasa malu pelaku perlu ditumbuhkan kembali dan juga dipermalukan ini mempunyai nilai preventif terhadap sipelaku agar tidak mengulangi kembali perbuatannya tersebut, dan juga bernilai preventif bagi orang lain yang berniat melakukan perbuatan zina. 61 Karena itu seharusnya pelaku sendiri tidak melakukan perbutan zina dengan orang lain sebab dampak negatifnya sangat besar terutama baga kaum wanita, karena kaum wanita yang lebih banyak merasakan nestapanya. Setiap orang berakal sehat pasti tidak mengingkan nestpa terjadi bagi anggota keluarganya. Apa yang buruk bagi kita buruk juga bagi orang lain dan apa yang diinginkan baik untuk kekuargan kita juga dingingkan baik oleh orang lain dan keluarganya. 62 C. Analisa Penulis DR. H. Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zuna Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h. 249 Ibid Ibid Agama Islam mengharamkan perbuatan zina dan menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat yaitu hukuman rajam sampai mati bagi pelaku yang muhsan dan hukuman cambuk seratus kali dan nafyu sanah bagi pelaku yang ghairu muhsan dengan pelaksanaan hukuman disaksikan orang banyak, karena perilaku zina merupakan perbuatan burukdan bahkan sangat buruk karena menimbulkan kemudharatan yang sangat besar kepada para pelaku, anggota keluarga, dan masyarakat luas. 63 Perilaku zina menurunkan martabat manusia dari makhluk berakal sehat, berakhlak mulia, kepada martabat makhluk hewan yang tidak berakal dan tidak berakhlak. Hal ini itu disebabkan perilaku zina mencerminkan manusia pelaku membiarkan nafsu seksual dalam dirina mendominasi akal sehatnya. Dengan nafsu seksual mendominasi akal sehatnya manusia juga telah merusak agamanya, merusak aqidah tuhudnya, merusak hidup dan kehidupannya, merusak akal sehatnya, merusak keturunannya dan kehormatan keluagan, serta merusak atau menyalahgunakan harta kekayaan atau rezki yang diberikan Allah kepadanya dan bahkan jika keinginan nafsu seksualnya tidak mungkin atau khawatir tidak akan tercapai maka dia tidak segan- segan atau melakukan kekerasan atau menghabisi nyawa oaring lain. Perilaku zina di lingkungan masyarakat Indonesia mendapat peluang yang besar karena KUHP sebagai pedoman hukum positif mengatur atau tidak melarang ibid perbutan zina secara lengkap dan jelas serta tidak memadai baik dari segi meteri hukum, proses penuntutan maupun bobot sanksi hukuman yang tidak pasati. Maka KUHP tersebut tidak bias diharapkan akan dapat membawa masyarakat ke arah yang berakhlak mulia, tapi justru akan menjuruskan kepada masyarakat yang bermorak rendah dan berakhlak buruk. Hal ini terbukti dari semakin maraknya perilaku perzinahan dalam masyarakat dewasa ini, karena orang tidak takut akan ada sanksi dari hukum Negara yang pasti akan dikenakan pada pelaku tersebut. Oleh karena itu undang-undang hokum pidana yang ada dalam KUHP sekarang tidak ada mamfaatnya untuk mencegah perbutan zina dalam masyarakat, tapi justru telah berperanan member peluang maraknya perilaku zina dalam masyarakat. Oleh karena itu undang-undang hukum pidana sebagaiman termuat dalam KUHP sekarang dan RUU-KUHP yang dipersiapkan oleh Departemen kehakiman RI harus segera diubah dan disempurnakan atau digantikan dengan yang baru dengan memasukkan aturan-aturan hukum pidana Islam jarimah had zina yang jelas, tegas, mencakup seluruh pelaku perbuatan zina dan mempunyai daya preventif dan edukatif serta kepastian hukum yang tinggi dan sesuai dengan rasa keadilan mayoritas masyarakat yang beragama Islam. Upaya yang ditwarkan oleh hukum pidana Islam dalam upaya penanggulangan pekerja seks komersial melalui upaya meningkatkan kualitas akhlak seseorang dengan menghilangkan atau memperbaikai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku perzinahan pekerja seks komersial. Langkah dasar dalam upaya penanggulangan pekerja seks komersial dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Memperbaiki kehidupan keluarga serta membina rumah tangga bahagia serta harmonis, sehingga dalam kondisi apapun anak-anak tetap dalam pengamatan, asuhan dan bimbingan orang tua 2. Pembinaan dan perkembangan yang sehat jasmani dan rohani 3. Campur tangan pemerintah dengan segala aparatur pemerintah, yaitu dengan melakukan penertiban fasilitas dan membatasinya. Contohnya melakukan kepada siapapun yang memberikan atau menunjukkan pornografi dan pornoaksi 4. Penyehatan dalam lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitar dari unsur-unsur perusak moral, baik secara preventif, promotif dan edukatif, termasuk didalamnya penertiban dan pembinaan seperti cara berpakaian dan cara bergaul 5. Pendidikan agama secara rutin penting bagi setiap pribadi seseorang, karena agama adalah keyakinan, pengabdian dan kepercayaan yang dianut oleh setiap, serta agama mengandung peraturanmengikat juga menghubungkan manusia dengan sang pencipta Tujuan dari pendidikan Islam untuk setiap manusia adalah mendidik dan membina manusia agar berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Dan tujuan dari hukum Islam itu sendiri adalah untuk kemaslahatan umat. Perbedaan antara hukum Islam dengan hokum positif signifikan sekali, dimana hukum pidana Islam lebih mengedepankan unsur-unsur kerjasama antara berbagai elemen, walaupun pada hal-hal tertentu pidana Islam bertindak secara tegas seolah-seolah tidak mentolerir dan memberikan ruang gerak bagi pelaku tindak kejahatan, bahkan dalam konsep hukum pidana Islam terdapat rekonsilasi antara korban dan pelaku tindak kejahatan. Menurut analisis penulis upaya penanggulangan Pekerja Seks Komersial yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru sudah sangat baik yaitu dengan cara : 1. Membuat Peraturan Daerah No 05 tahun 2002 tetang ketertiban umum 2. Melakukan kegiatn penertiban yang terdiri dari: d. Penertiban yang bersifat rutin e. Penertiban yang bersifat selektif f. Penertiban yang bersifat insidentif Disamping itu pula, praktek prositusi di Kota Pekanbaru dapat ditekan populasinya dengan mengupayakan kerja sama antara pihak pemerintah daerah kota Pekanbaru dengan masyarakat dalam mengurangi keberadaan pekerja seks komersial. Ditambah lagi harus ada penegasan hukum yang kongkrit secara yurudis formal dan sosialisasi kepada masyarakat tentang upaya yang ditawarkan oleh hukum pidana Islam dlam penanggulangan pekerja seks komersial di kota Pekabaru. 64 Jadi syarat utama yang harus dipenuhi untuk upaya penanggulangan pekerja seks komersial melalui pandangan hokum Islam adalah dengan memasukkan pelanggaram zina yang dilakukan oleh semua orang dengan hukuman had zina yang keras dan pasti mengandung unsur represif jawabir, preventif zawajir dan edukatif ta’dib yang tinggi dan juga memenuhi persyaratan filosofis serta sosiologis yang diperlukan untuk mejadi sebuah atuaran hukum. Wawancara Penulis dengan Pihak Pemerintah Kota Pekanbaru

BAB V PENUTUP