Pengenceran Minyak Kelapa Murni Dengan Berbagai Konsentrasi Hasil Pemeriksaan Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni VCOvirgin coconut oil

- Bakteri Pseudomonas aeruginosa Dari stok kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil dengan menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9 steril lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2 o C selama 3 jam sampai diperoleh transmitan 25 pada panjang gelombang 580 nm, menggunakan spektrofotometer Ditjen POM, 1995.

3.9 Pengenceran Minyak Kelapa Murni Dengan Berbagai Konsentrasi

Vial dikalibrasi 10 ml. Kemudian sebanyak 1 ml minyak kelapa murni dimasukkan kedalam vial yang telah dikalibrasi lalu dicukupkan dengan gliserin hingga batas kalibrasi. Konsentrasi minyak kelapa murni adalah 10, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh minyak kelapa murni dengan konsentrasi 8, 6, 4, dan 2.

3.10 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni VCOvirgin coconut oil

3.10.1 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Dipipet sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri menggunakan mikropipet ke dalam cawan petri yang berisi media NA dengan suhu 45-50 °C sebanyak 15 ml, kemudian cawan digoyang-goyang agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat ditanam cincin pencadang logam, dan ditetesi ekstrak sebanyak 0,1 ml dengan berbagai konsentrasi dan sebagai blanko digunakan etanol, kemudian diinkubasi pada Universitas Sumatera Utara suhu 35° ± 2 °C selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter bening disekitar cincin pencadang diukur menggunakan jangka sorong. Pekerjaan dilakukan sebanyak tiga kali. Data dapat dilihat pada tabel 3 halaman 35.

3.10.2 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Uji aktivitas antibakteri dari sampel terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan prosedur yang sama seperti pada bakteri Staphylococcus aureus hanya bakterinya diganti dengan Pseudomonas aeruginosa. Dilakukan tiga kali pengulangan.

3.11 Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni VCOvirgin coconut oil.

3.11.1 Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrien agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45- 50 o- C. Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang gelas, kemudian krim minyak kelapa murni sebanyak 0,1 g yang ditambah beberapa tetes akuades steril, dimasukkan ke dalam pencadang dengan berbagai konsentrasi minyak kelapa murni, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2 o C selama 18-24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan zona jernih pertumbuhan di sekitar Universitas Sumatera Utara pencadang dengan menggunakan jangka sorong Brooks, 1983. Hasil dapat dilihat pada tabel 4 halaman 36.

3.11.2 Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Uji aktivitas antibakteri dari krim minyak kelapa murni terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan prosedur yang sama seperti pada bakteri Staphylococcus aureus hanya bakterinya diganti dengan Pseudomonas aeruginosa. Dilakukan tiga kali pengulangan. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAHAN 4.1 Hasil Pemeriksaan Krim 4.1.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Hasil pemeriksaan homogenitas diketahui bahwa selama 12 minggu masing-masing krim yang mengandung nipagin mempunyai konsistensi yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar pada objek glass, sedangkan krim minyak kelapa murni tanpa nipagin pada minggu ke 9 tidak homogen karena adanya butir-butir kasar pada objek glass. Hal ini kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu, tidak adanya nipagin didalam sediaan sehingga dasar krim sendiri tidak mampu mempertahankan konsistensinya, ketidak seimbangan fase air dan fase minyak dalam sediaan juga merusak homogenitas sediaan tersebut serta pengaruh dari minyak kelapa murni yang bersifat asam yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi yang ditandai dengan terbentuknya butir-butir kasar, dimana semakin banyak jumlah minyak kelapa murni yang terkandung didalam sediaan krim akan menyebabkan krim tersebut semakin bersifat asam sehingga mempercepat terbentuknya butir-butir kasar Data dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 43.

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Krim

Pada pemeriksaan penampilan dapat dilihat bahwa formula A dasar krim yang mengandung nipagin mempunyai penampilan setengah padat Universitas Sumatera Utara dan secara visual mempunyai konsistensi yang lunak, berwarna putih, tidak berbau dan tidak mengalami perubahan penampilan warna dan bau selama pengamatan 12 minggu. Demikian juga formula B, formula C, formula D, formula E, dan formula F. Hal ini disebabkan karena didalam sediaan mengandung bahan gliserin, yang merupakan fase berair yang tidak mudah menguap, sehingga dapat mempertahankan konsistensi sediaan menjadi tetap stabil lunak, selain itu juga mengandung bahan-bahan tambahan pengawet seperti nipagin sehingga sediaan krim tersebut tidak terurai dengan adanya mikroba Anief, 1999. Demikian juga krim minyak kelapa murni VCOvirgin coconut oil yang tidak mengandung nipagin, hal ini dikarenakan dalam minyak kelapa murni mengandung asam laurat paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Asam ini merupakan asam lemak jenuh yang tergolong ke dalam kelompok asam lemak rantai sedang MCFAMedium Chain Faty Acids yang berfungsi sebagai antibakteri. Tingginya asam lemak jenuh menyebabkan minyak kelapa tahan terhadap proses ketengikan akibat oksidasi. MCFA stabil pada suhu tinggi, misalnya tidak mengental meskipun dalam waktu yang lama digunakan pada suhu penggorengan suhu tinggi. Warna MCFA juga tidak berubah akibat penambahan panas, sehingga krim yang mengandung minyak kelapa murni VCOvirgin coconut oil tetap stabil tidak mengalami perubahan penampilan secara organoleptis Syah, A.N, 2005. Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Hasil Pengukuran pH Krim Minyak Kelapa Murni Mengandung Nipagin Dan Tidak Mengandung Nipagin

Selama pengamatan 12 minggu pH formula A dasar krim mengalami kenaikan menjadi sedikit basa dari pH 7,5 menjadi 7,8 hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar krim mengandung asam stearat dan trietanolamin yang bereaksi membentuk trietanolaminstearat yaitu suatu sabun yang bersifat basa lemah Voight, 1994. Formula B krim dengan kadar minyak kelapa murni 2 mempunyai pH 7,5, setelah pengamatan pada minggu pertama stabil tetapi pada minggu ke 12 pHnya turun menjadi 6,7. Begitu juga dengan formula C krim dengan kadar minyak kelapa murni 4, formula D krim dengan kadar minyak kelapa murni 6, formula E krim dengan kadar minyak kelapa murni 8, dan formula F krim dengan kadar minyak kelapa murni 10 masing-masing mengalami penurunan pH yaitu formula C dari 7,5 menjadi 6,5, formula D dari 7,5 menjadi 6,5 formula E dari 7,5 menjadi 6,5 dan formula F dari 7,5 menjadi 6,4. Penurunan pH yang terjadi pada krim minyak kelapa murni disebabkan karena banyaknya asam-asam organik yang terkandung dalam minyak kelapa murni sehingga mempengaruhi penurunan pH dari krim minyak kelapa murni, dimana semakin besar konsentrasi minyak kelapa murni dalam sediaan krim maka sediaan tersebut akan semakin bersifat asam. Data dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46. Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan Krim

Pada pemeriksaan stabilitas sediaan yang mengandung nipagin data dapat dilihat pada lampiran 1, formula A, formula B, formula C, formula D, formula E, dan formula F selama penyimpanan pada suhu kamar, suhu 4 o C, dan suhu 40 o C tetap stabil tidak mengalami pemisahan fase, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karena adanya nipagin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berasal dari kontaminasi udara pada lingkungan penyimpanan sehingga krim minyak kelapa murni yang mengandung nipagin tidak dapat terurai oleh mikroorganisme dari udara, dan asam lemak rantai sedang yang terkandung didalam minyak kelapa murni dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Alamsyah, A.N, 2005, “Dalam minyak kelapa murni terdapat Medium Chain Fatty Acids MCFA. MCFA merupakan komponen asam lemak rantai sedang. MCFA stabil pada suhu tinggi dan rendah, misalnya tidak mengental meskipun dalam waktu yang lama digunakan pada suhu penggorengan suhu tinggi. Warna MCFA juga tidak berubah hitam akibat penambahan panas”. Selain itu adanya pengawet seperti nipagin membuat sediaan krim tersebut tidak terurai dsengan adanya mikroba Anief, 1999. Pada sediaan tanpa nipagin terlihat kurang stabil. Pemisahan fase ini disebabkan karena ketidak seimbangan volume dari fase air dan fase minyak dalam sediaan sehingga menyebabkan pecahnya sediaan. Perbandingan volume fase dari suatu emulsi mempunyai pengaruh skunder terhadap kestabilan produk. Umumnya suatu perbandingan fase volume 5050 menghasilkan emulsi yang paling stabil. Kenyataan ini ditemukan secara Universitas Sumatera Utara empiris oleh ahli farmasi bertahun-tahun yang lalu, dan emulsi-emulsi obat umumnya dibuat dengan perbandingan 50 bagian minyak dengan 50 bagian air Martin, 1993. Kenaikan temperatur serta tidak adanya nipagin sehingga mikroorganisme dari udara dapat memacu peruraian zat-zat ataupun mengoksidasi asam lemak sehingga minyak rusak yang dapat menyebabkan emulsi pecah karena terjadinya perubahan viskositas dan naiknya butiran- butiran kasar yang diakibatkan oleh perubahan sifat dari emulgator Anief, 1999. Data dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 47.

4.2 Hasil Pemeriksaan Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni VCOvirgin coconut oil

Hasil analisis minyak kelapa VCOvirgin coconut oil terhadap daya aktivitasnya sebagai antibakteri adalah sangat besar karena pada konsentrasi 2 masih mempunyai daya hambat 40,48 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 35,63 mm untuk Pseudomonas aeruginosa. Data dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni VCOvirgin coconut oil Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Diameter hambat pertumbuhan mm No Konsentrasi VCO Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa 1 10 43,38 40,36 2 8 42,96 37,68 3 6 41,83 37,39 4 4 41,22 36,27 5 2 40,48 35,63 6 Blanko - - Keterangan: Blanko = gliserin Universitas Sumatera Utara = Hasil rata-rata tiga kali pangamatan - = Tidak ada diameter hambatan pertumbuhan bakteri Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni dalam Sediaan Krim Tanpa Nipagin Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa hal ini disebabkan oleh kandungan asam lemak rantai sedang yang dikenal sebagai Medium Chain Fatty Acids MCFA. MCFA merupakan asam lemak khusus yang mempunyai rantai karbon yang panjang dari C8-C12 yang bersifat jenuh asam kaprat, kaprilat, dan laurat yang bermanfaat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus dan antiprotozoa. Asam lemak dari MCFA yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat Ahkam Subroto, 2006. Bagian-bagian tertentu bakteri tersusun dari lemak, misalnya membrane sel serta bagian tertentu dinding sel nya. Bakteri memiliki enzim lipase yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol Tim mikribiologi FK Unibraw, 2003. Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni tanpa Nipagin Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Diameter hambatan pertumbuhan mm No Konsentasi VCO Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa 1 10 22,96 19,73 2 8 22,43 18,45 3 6 22.00 17,66 4 4 21,20 16,76 5 2 21.00 15,93 6 0 10,58 10.23 Keterangan: Blanko = Dasar krim tanpa minyak kelapa murni 0 Universitas Sumatera Utara  = Hasil rata-rata tiga kali pangamatan Dari tabel diatas terlihat bahwa krim dari minyak kelapa murni mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri sangat baik pada Staphylococcus aureus maupun Pseudomonas aeruginosa. Kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa minyak kelapa murni disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar krim mengandung asam stearat dan trietanolamin yang bereaksi membentuk trietanolaminstearat yaitu suatu sabun anionik yang bersifat basa lemah Voight, 1994 yang dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri dan juga karena minyak kelapa murni sendiri mempunyai kandungan asam lemak rantai sedang yang dikenal sebagai Medium Chain Fatty Acids MCFA. MCFA merupakan asam lemak khusus yang mempunyai rantai karbon yang panjang dari C8- C12 yang bersifat jenuh asam kaprat, kaprilat, dan laurat yang bermanfaat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus dan antiprotozoa. Asam lemak dari MCFA yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat Ahkam Subroto, 2006. Bagian-bagian tertentu bakteri tersusun dari lemak, misalnya membrane sel serta bagian tertentu dinding sel nya. Bakteri memiliki enzim lipase yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol Tim mikribiologi FK Unibraw, 2003. Adanya enzim lipase pada bakteri maka trigleserida minyak kelapa murni dapat diubah menjadi bentuk asam lemak yang memiliki sifat antimikroba. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pembuatan Sabun Madu Transparan Dengan Minyak Kelapa Murni (VCO), Minyak Kelapa Sawit, dan Minyak Kedelai Serta Uji Aktivitas Antibakteri

14 74 77

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

7 51 67

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Analisa Komponen Kimia dan Uji Antibakteri Asap Cair Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Bakteri Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

2 6 109

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Murni - Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 11

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 13