menimbulkan warna ungu yang dapat diukur serapannya pada panjang gelombang visibel.
Tabel V. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum DPPH
Konsentrasi larutan DPPH
maksimum hasil scanning nm
maksimum yang digunakan
maksimum teoritis
20 516
516 517
30 516
40 516
Panjang gelombang serapan maksimum yang didapatkan yaitu 516 Tabel V, sedangkan panjang gelombang serapan maksimum secara teoritisnya 517 nm.
Perbedaan panjang gelombang yang diperoleh dengan panjang gelombang secara teoritis masih dapat diterima karena menurut Farmakope Indonesia edisi IV
1995, pergeseran panjang gelombang yang diperbolehkan yaitu 2 nm dari batas yang ditentukan.
I. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah buni dilakukan dengan metode penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrihidrazil DPPH. Metode
DPPH merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu tanaman. Prinsip metode DPPH adalah penangkapan
elektron bebas dari senyawa radikal yang menyebabkan berkurangnya intensitas warna radikal DPPH dari warna ungu menjadi kuning Dehpour et al., 2009.
Metode ini tidak spesifik untuk antioksidan jenis tertentu, tetapi dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan secara keseluruhan dalam sampel yang
dianalisis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan jika mampu mendonorkan elektronnya sehingga membuat DPPH menjadi stabil. Peristiwa
tersebut menyebabkan penurunan intensitas warna DPPH dari berwarna ungu menjadi kuning, hal ini menandakan bahwa sifat DPPH sebagai radikal bebas
menurun atau bahkan hilang. Pada pengukuran dengan spektrofotometer visibel nilai absorbansi yang terbaca adalah nilai warna ungu DPPH yang tersisa.
Menurut Molyneux 2004, penurunan warna DPPH ini diikuti juga oleh penurunan absorbansi DPPH sehingga aktivitas antioksidan penangkapan radikal
dapat diketahui dengan menghitung rasio penurunan absorbansi DPPH. Makin kuat suatu senyawa antioksidan yang ada dalam senyawa uji dapat menyebabkan
warna DPPH makin memudar. Dalam penelitian ini menggunakan rutin sebagai kontrol positif karena
rutin merupakan senyawa golongan flavonoid yang telah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan.
Rutin memiliki gugus fenol didalam strukturnya yang bertanggung jawab dalam aktivitas antioksidan dengan mereduksi DPPH sehingga terjadi penurunan
intensitas warna ungu menjadi kuning. Perubahan warna tersebut sebanding dengan jumlah radikal bebas DPPH yang ditangkap oleh senyawa antioksidan.
Parameter pengukuran aktivitas antioksidan mengunakan DPPH adalah IC
50
. Inhibitory concentration 50 adalah konsentrasi dari senyawa atau ekstrak yang mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat menghambat radikal bebas
dalam penelitian ini DPPH sebesar 50 yang diperoleh dari suatu persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa atau ekstrak
dengan IC. Semakin kecil konsentrasi yang dapat menimbulkan IC
50
maka aktivitas antioksidan dari senyawa atau ekstrak tersebut semakin baik Zou et al.,
2004.
Tabel VI. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH
Replikasi Konsentrasi
Absorbansi kontrol
DPPH Absorbansi
larutan rutin
IC Persamaan
regresi linear
1 29,4
0,535 0,403
24,6730 y = 0,8259x
+ 0,4674 r = 0,9990
39,2 0,361
32,5234 49
0,315 41,1215
58,8 0,268
49,9065 68,6
0,233 56,4486
2 30
0,501 0,365
27,1457 y = 0,6467x
+ 8,4231 r = 0,9963
40 0,324
35,3293 50
0,300 40,1198
60 0,260
48,1038 70
0,235 53,0938
3 30
0,514 0,373
27,4319 y = 0,7529x
+ 5,2335 r = 0,9993
40 0,332
35,4086 50
0,290 43,5798
60 0,255
50,3891 70
0,218 57,5875
Gambar 16. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan rutin replikasi 3
y = 0.7529x + 5.2335 r = 0.9993
10 20
30 40
50 60
70
20 40
60 80
I C
Konsentrasi μgmL
Tabel VII. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah buni dengan metode DPPH
Replikasi Konsentrasi
Absorbansi kontrol
DPPH Absorbansi
ekstrak etanol buah buni
IC Persamaan
regresi linear
1 600
0,577 0,403
20,1040 y = 0,0222x
+ 6,8271 r = 0,9980
1000 0,361
28,0763 1400
0,315 39,1611
1800 0,268
47,1404 2200
0,233 54,9393
2 600
0,605 0,504
16,6942 y = 0,0221x
+ 3,7190 r = 0,9992
1000 0,444
26,6116 1400
0,400 33,8843
1800 0,342
43,4711 2200
0,288 52,3967
3 599.76
0,590 0,480
18,6441 y = 0,0211x
+ 5,4739 r = 0,9987
999.6 0,423
26,6116 1399.44
0,371 33,8843
1799.28 0,330
43,4711 2199.12
0,284 52,3967
Gambar 17. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah buni replikasi 2
Dari gambar 16 dan 17 dapat dilihat bahwa kurva persamaan regresi linear rutin replikasi 3 dan ekstrak etanol buah buni replikasi 2 mempunyai nilai r paling
y = 0.0221x + 3.719 r = 0.9992
10 20
30 40
50 60
500 1000
1500 2000
2500
IC
Konsentrasi gmL
baik yaitu yaitu 0,9993 dan 0,9992. Menurut Gandjar dan Rohman 2007 persamaan regresi dengan linieritas terbaik yaitu jika nilai r mendekati 1.
Dari tabel VI dan VII dapat dilihat bahwa konsentrasi rutin dan ekstrak buah buni berbanding lurus dengan IC. Hal ini dikarenakan semakin besar
konsentrasi rutin ataupun ektrak etanol buah buni maka semakin banyak pula pendonor elektron yang mereduksi DPPH, sehingga warna DPPH menjadi
memudar. Pengukuran aktivitas antioksidan rutin dan ektrak etanol buah buni dilakukan sebayak 3 kali replikasi.
Tabel VIII. Hasil IC
50
rutin dan ekstrak etanol buah buni
Rutin Replikasi IC
50
Rata-rata ± SD CV 1
59,9741 61,2413 ± 2,6536
4,3330 2
64,2909 3
59,4588 Ekstrak Etanol Buah Buni
Replikasi IC
50
Rata-rata ± SD CV 1
1944,7252 2049,7099 ± 91,2742
4,4530 2
2094,1629 3
2110,2417 Hasil pengukuran aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam nilai IC
50
ditunjukkan pada tabel VIII. Rata-rata IC
50
rutin adalah 61,2413 ± 2,6536 ,
hasil IC
50
dalam penelitian ini berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Sintayehu et al. 2012 dengan IC
50
rutin sebesar 3,53 , Sedangkan
rata – rata IC
50
ekstrak etanol buah buni adalah 2049,7099 ± 91,2742 ,
Penelitian yang dilakukan oleh Haripyaree et al. 2010 didapatkan IC
50
ekstrak metanol buah buni sebesar 100,08
, sedangkan hasil kadar antioksidan pada penelitian ini tergolong kecil.
Perbedaan IC
50
yang besar tersebut disebabkan perbedaan pelarut, dan cara ekstraksi yang digunakan peneliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
etanol 96, sehingga tidak semua fenolik yang bersifat polar tersari secara sempurna. Etanol 96 merupakan pelarut polar tetapi tidak lebih polar daripada
metanol. Menurut Boeing et al. 2014 solvasi etanol dalam melarutkan senyawa fenolik yang berefek antioksidan lebih rendah daripada metanol, karena etanol
mempunyai rantai C yang lebih panjang daripada metanol, sehingga senyawa senyawa fenolik yang bersifat polar akan lebih terlarut pada metanol. Jika kadar
senyawa fenolik yang diperoleh kecil maka dapat dimungkinkan kadar antioksidan yang diperoleh juga kecil.
Perendaman yang terlalu lama menyebabkan buah buni kontak dengan etanol terlalu lama. Menurut Maslukhah et al. 2016 terlalu lama kontak dengan
pelarut dapat berdampak negatif pada ekstrak yang dihasilkan. Waktu paparan dengan pelarut yang terlalu lama menyebabkan paparan oksigen lebih banyak,
sehingga meningkatkan peluang terjadinya oksidasi senyawa fenolik. Waktu ekstraksi yang berlebihan, tidak dapat mengekstrak komponen fenolik lebih
banyak, hal ini telah dijelaskan dalam hukum kedua difusi yaitu bahwa kesetimbangan akhir akan dicapai antara konsentrasi zat terlarut dalam matriks
tanaman dan pelarutnya setelah waktu tertentu. Hal ini menyebabkan fenolik yang terekstrak menjadi turun, sehingga kadar antioksidan yang dihasilkan pun juga
kecil. Terdapat perbedaan besar antara IC
50
rutin dan ekstrak etanol buah buni, nilai IC
50
rutin lebih rendah daripada ekstrak etanol buah buni. Menurut Fidrianny PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
et al. 2014 kekuatan antioksidan dapat digolongkan menjadi 4, yaitu sangat kuat, kuat, sedang, dan lemah. Dalam penelitian ini hasil yang didapatkan yaitu rutin
memiliki daya antioksidan yang kuat sedangkan ekstrak etanol buah buni memiliki daya antioksidan yang lemah.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan rutin lebih besar daripada ekstrak etanol buah buni. Terdapat korelasi antara kandungan fenolik
total dengan aktivitas antioksidan IC
50
, semakin banyak senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu ekstrak maka aktivitas antioksidan semakin tinggi IC
50
semakin kecil Sivaci dan Duman, 2014. Uji statistik dilakukan setelah mendapatkan nilai IC
50
, hal ini untuk menguji kebermaknaan nilai IC
50
rutin dan ekstrak etanol buah buni. Uji statistik dilakukan menggunakan software R seri i386 3.2.4. Pertama, dilakukan uji
normalitas data untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Jumlah data yang dimiliki oleh peneliti kurang dari 50, maka digunakan uji
normalitas Shapiro-Wilk Dahlan, 2012. Hasil uji statistik yang didapatkan yaitu, nilai p-value IC
50
rutin adalah 0,1857 sedangakan p-value IC
50
ekstrak etanol buah buni adalah 0,1684. Nilai p- value rutin dan ekstrak etanol buah buni lebih besar dari 0,05 taraf kepercayaan
95, hal ini menandakan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan, sehingga nilai IC
50
rutin dan ekstrak etanol buah buni terdistribusi secara normal.
Uji yang kedua yaitu uji variansi data yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua kelompok data atau lebih mempunyai variansi yang sama atau tidak.
Hasil yang didapatkan untuk uji variansi ini adalah p-value = 0,001689. Nilai p yang didapatkan 0,05 taraf kepercayaan 95 sehingga dapat disimpulkan
bahwa IC
50
rutin dan ekstrak etanol buah buni mempunyai variansi data yang tidak homogen.
Uji yang ketiga adalah uji parametrik yaitu uji t tidak berpasangan, hal ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara dua kelompok data dengan objek yang
berbeda yaitu kontrol negatif dan ekstrak etanol buah buni, dilihat dari perbedaan rata
– ratanya IC
50.
Hasil pengujian statistik diperoleh nilai p-value sebesar 6,4695 x 10
-3
. Nilai p-value tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah buni berbeda bermakna bermakna dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak etanol buah buni mempunyai aktivitas antioksidan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Kandungan fenolik total ekstrak etanol buah buni sebesar 0,2794 ±
0,0048 mg ekivalen asam galat per gram ekstrak etanol buah buni. 2.
Nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah buni menggunakan metode DPPH yang dinyatakan sebagai IC
50
sebesar 2049,7099 ± 91,2742
gmL.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi lama waktu metode ekstraksi dengan maserasi
terhadap kandungan senyawa fenolik pada buah buni. 2.
Perlu dilakukan identifikasi semua kandungan senyawa spesifik yang berefek sebagai antioksidan pada buah buni.