Grafik 1. Grafik perubahan viskositas
Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa pada kelima formula terjadi perubahan viskositas selama periode cycling test. Gel cenderung mengalami kenaikan
viskositas yang signifikan hingga siklus 3 p0,05, kemudian mengalami penurunan viskositas yang signifikan pula hingga akhir periode uji p0,05.
Sepanjang siklus 1-5, gel formula III dan IV mengalami perubahan viskositas yang signifikan antar formula, sedangkan pada formula I, II, dan V perubahan
viskositas gel cenderung tidak signifikan antar formula. Pada awal periode uji siklus 0 dan akhir periode uji siklus 6 perubahan viskositas tidak signifikan
p0,05 sehingga kelima formula dinilai stabil secara viskositas. Formula I memenuhi kriteria viskositas sepanjang periode cycling test, sementara formula
lain menunjukkan viskositas di atas kriteria uji sepanjang siklus 1-5. Sediaan gel dianggap memiliki stabilitas yang baik jika memiliki
persentase perubahan viskositas 15 Zath dan Kushla, 1996. Tabel XIV menunjukkan perubahan viskositas tiap formula.
0,00000 0,20000
0,40000 0,60000
0,80000 1,00000
1,20000 1,40000
1,60000
1 2
3 4
5 6
V IS
K O
S ITA
S P
a. S
SIKLUS
formula I formula II
formula III formula IV
formula V
Tabel XIV. Perubahan viskositas
Dari tabel XIV terlihat jika formula I mengalami perubahan viskositas paling besar. FI adalah formula dengan konsentrasi CMC-Na paling rendah dan
konsentrasi propilen glikol paling tinggi diantara formula lain dalam penelitian. Proporsi ini menyebabkan FI menghasilkan matriks gel paling sedikit dan jarak
antarmatriks paling jauh sehingga kekuatan ikatan yang dihasilkan paling lemah. Hal ini menyebabkan ketegaran matriks gel rendah sehingga perlakuan suhu
selama cycling test berpengaruh paling besar pada viskositas FI. Formula III mempunyai perubahan viskositas lebih kecil dari formula I,
sedangkan perubahan viskositas formula V lebih kecil dari FI dan FIII. Formula II mempunyai perubahan viskositas paling rendah dibanding formula lain.
Seharusnya perubahan viskositas menurun dari FI ke FV. Hasil yang tidak sesuai teori ini dapat disebabkan karena random error dalam penelitian. Namun, secara
keseluruhan, perubahan viskositas kelima formula cenderung menurun seiring kenaikan konsentrasi CMC-Na yang diikuti penurunan konsentrasi propilen
glikol dalam formula. Perubahan viskositas semua formula 15 sehingga dinyatakan stabil.
Perubahan viskositas yang bersifat reversible setelah siklus 6 disebabkan karena perlakuan suhu selama cycling test. Menurut Tranggono 2007, sediaan
Formula Perubahan
Viskositas
FI 5,78
FII 0,22
FIII 5,24
FIV 5,46
FV 4,82
topikal bebasis CMC-Na dapat mengalami perubahan viskositas dengan perlakuan suhu tertentu. Gel basis CMC-Na dikatakan bersifat termoreversible. Jika
disimpan dalam suhu lebih tinggi dari suhu ruang, viskositas gel akan turun. Sebaliknya, jika disimpan dalam suhu rendah, viskositasnya akan naik. Selain
karena suhu, perubahan viskositas gel basis CMC-Na juga dapat dipengaruhi oleh pH. Gel basis CMC-Na stabil pada pH 2-10, dengan pH optimum 5 Rowe, dkk.,
2009. Jika pH 2 gel rentan mengalami instabilitas viskositas akibat presipitasi. Jika pH sediaan turun, viskositas akan turun. Jika pH sediaan naik, viskositas akan
naik. Dalam penelitian, pH gel di awal-selama-dan akhir periode uji terukur stabil 6, sehingga perubahan viskositas tidak disebabkan oleh pH.
b. Perubahan Daya Sebar gel setelah cycling test Perubahan daya sebar adalah parameter kedua yang menentukan
stabilitas formula. Sama seperti viskositas, pada daya sebar juga dilakukan analisis statistik untuk mengetahui kebermaknaan perubahan daya sebar tiap
formula. Perubahan daya sebar kelima formula tersaji dalam grafik 2.
Grafik 2. Grafik perubahan daya sebar
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00 45,00
1 2
3 4
5 6
D A
Y A
S EB
A R
c m
2
SIKLUS
formula I formula II
formula III formula IV
formula V
Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa pada kelima formula terjadi perubahan daya sebar selama enam siklus cycling test. Gel mengalami penurunan daya sebar
yang signifikan hingga siklus 3 p0,05. Kemudian, hingga akhir periode uji siklus 6, pada formula II dan V, gel mengalami peningkatan daya sebar yang
signifikan p0,05. Sedangkan pada formula I, III, dan IV gel mengalami peningkatan daya sebar yang tidak signifikan p0,05. Sepanjang periode uji
siklus 1-5, perubahan daya sebar kelima formula gel cenderung tidak signifikan sehingga dinilai stabil secara daya sebar.
Berdasarkan pengamatan organoleptis, warna dan bau gel tidak mengalami perubahan selama periode uji stabilitas, yaitu tetap hijau khas herba
pegagan dan berbau khas pegagan. Parameter penting dalam uji stabilitas menggunakan cycling test adalah sineresis. Tidak terjadi sineresis pada lima
formula hingga akhir periode uji stabilitas. pH terukur tetap stabil pada 6. Tabel XV menunjukkan perbandingan hasil uji kelima formula untuk
mengetahui formula yang paling baik menurut kriteria dalam penelitian.
Tabel XV. Perbandingan hasil uji
Keterangan : = memenuhi kriteria uji
X = tidak memenuhi kriteria uji
Formula Parameter Uji
Korelasi Viskositas-
Daya Sebar Sifat Fisik
Stabilitas Fisik Organoleptis
pH Visko-
sitas Daya
Sebar Perubahan
Viskositas Daya
Sebar I
II
III
X IV
X V
X
X
Data yang menunjukkan bahwa formula V tidak memenuhi kriteria uji sifat fisik daya sebar dapat dilihat pada tabel XIII. Perubahan viskositas
berbanding terbalik dengan perubahan daya sebar, dimana jika gel mengalami kenaikan viskositas, maka daya sebarnya akan turun. Formula I dan formula II
mempunyai korelasi yang baik antara perubahan viskositas dan daya sebar yang dihasilkan. Gel mengalami kenaikan viskositas antara siklus 0-3, sedangkan
antara siklus 3-4 gel mengalami penurunan viskositas. Kemudian, gel mengalami kenaikan viskositas antara siklus 4-5 sebelum akhirnya mengalami penurunan
antara siklus 5-6. Sebaliknya, gel mengalami penurunan daya sebar antara siklus 0-3, sedangkan antara siklus 3-4 gel mengalami kenaikan daya sebar. Kemudian,
gel mengalami penurunan daya sebar antara siklus 4-5 sebelum akhirnya mengalami kenaikan antara siklus 5-6.
Formula III, IV, dan V tidak memiliki korelasi yang sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan karena perbedaan ketelitian alat uji. Rheosys memiliki
ketelitian tinggi dan dapat mengukur viskositas gel secara otomatis. Sedangkan daya sebar diukur dengan penggaris seacara manual sehingga ketelitian
pengukuran lebih rendah. Dari perbandingan hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik terhadap kelima
formula gel ekstrak pegagan, formula I dinyatakan sebagai formula terbaik karena memenuhi semua kriteria uji yang ditetapkan dalam penelitian. Formula I
memiliki warna hijau dan bau khas herba pegagan yang tidak berubah selama periode uji, tidak mengalami sineresis setelah diformulasikan maupun setelah
cycling test, pH stabil 6, viskositas dan daya sebar sesuai dengan produk
pembanding setelah dibuat dan tetap berada pada range kriteria sepanjang periode uji stabilitas. Sementara viskositas formula lainnya melebihi range kriteria
sepanjang periode uji stabilitas siklus 1-5, sebelum akhirnya kembali masuk range kriteria di akhir periode uji siklus 6.
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN