22
D. Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut
Cagar Alam Dolok Saut ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan GB. Nomor 36 Tanggal 4 Februari 1922 seluas 39 Ha dan direncanakan sebagai hutan
tutupan lindung berdasarkan Surat Nomor 63770 tanggal 28 Juli 1922. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Sumatera Utara tahun 2003-2018,
kawasan hutan Dolok Saut tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 44 tahun 2005 tentang
Penunjukan Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, Cagar Aalam Dolok Saut juga tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam.
Kawasan Cagar Alam Dolok Saut berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan
hutan lindung Aek Raut. Letak geografis Cagar Alam Dolok Saut berada di koordinat 99
o
11’10” Bujur Timur dan 01
o
54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 sd 1.360 mdpl. Secara administrasi pemerintah Cagar Alam
Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.
Penataan batas cagar alam dolok saut berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan adalah sepanjan 1,4 km. Berdasarkan informasi dari balai
pemantapan kawasan hutan wilayah I medan dan dari dokumen yang ada di kawasan ini belum dilakukan penataan batas. Berdasarkan data yang diperoleh
dari dinas kehutanan tapanuli utara bahwa proses verbal tentang pengumuman batas-batas hutan yang telah dibuat diatur berdasaekan kebulatan mufakat pada
tangal 25 oktober 1935 dengan catatan bahwa terdapat 5 buah pal yaitu NM. 5, namun dokumen tersebut saat ini belum ditemukan. BBKSDASU, 2011.
Universitas Sumatera Utara
12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak dilakukan eksplorasi terhadap bahan tanaman yang mengandung bahan bioaktif dan bermanfaat sebagai pengendali hama yang ramah
lingkungan, seperti penggunaan tanaman perangkap dan pestisidainsektisida nabati. Cara terbaik untuk mengatasi atau mengurangi dampak bahaya
penggunaan pestisida kimia terhadap manusia maupun lingkungan perlu dicari alternatif pengendalian dengan menggunakan bahan alam yang bersifat racun bagi
hama tanaman atau yang disebut dengan biopestisida. Masalah besar yang dihadapi petani atau pengusaha hutan dalam kegiatan
produksi adalah hama penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani menggunakan pestisida kimia.
Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal
pada produk pertanian dapat memicu penyakit pada manusia. Biopestisida merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan biopestisida juga digunakan untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Usaha penggunaan bahan biopestisida dapat dimulai dengan bahan-bahan tumbuhan yang telah diketahuidikenal baik, misalnya bahan ramuan obat
tradisional atau jamu, bahan-bahan berkemampuan tertentu misalnya mengandung rasa gatal, pahit, langu, tidak disenangi hamaserangga serta bahan-bahan
Universitas Sumatera Utara
13
tumbuhan yang memang jelas memiliki kemampuan racun terutama bagi hama
dan penyakit tanaman.
Penelitian ini memilih tempat di CA.Dolok Saut, karena penulis menduga bahwa hutan tersebut memiliki potensi flora yang tinggi dan diduga memiliki
potensi sebagai sumber bahan biopestisida yang melimpah dan belum pernah dilakukan penelitian di lokasi ini. Secara administrasi pemerintah Cagar Alam
Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis melalukan
eksplorasi tumbuhan yang terdapat di CA.Dolok Saut, terutama yang termasuk tumbuhan beracun, agar nantinya dapat diaplikasikan sebagai bahan biopestisida.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi tumbuhan beracun serta mengetahui jenis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis
tumbuhan beracun yang berpotensi sebagai sumber biopestisida di kawasan Cagar Alam Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan,
Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.
B. Manfaat Penelitian