Karakteristik Demografi Responden Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi dengan jumlah responden sebanyak 53 orang dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Pada penelitian ini data demografi responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan aktivitas sosial. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut: Tabel. 1.1.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Data Demografi Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Data Demografi Responden. Data Demografi Frekuensi Persentase Usia - 60 – 74 tahun - 75 – 90 tahun Pendidikan - Tidak tamat SDSD - SMP - SMA - PT Pekerjaan - Bekerja - Tidak bekerja 46 7 38 5 8 2 13 40 86,8 13,2 71,7 8,7 15,1 3,8 24,5 75,5 Universitas Sumatera utara Pernikahan - Menikah - Janda Penghasilan - 500.000 - 500.000 – 1000.000 - 1000.000 Aktivitas sosial - Ada - Tidak ada 21 31 35 15 3 53 41,5 58,5 66,0 28,3 5,7 100 Dari tabel diatas berdasarkan usia dapat diketahui mayoritas berusia 60 – 74 tahun 86,8. Usia terendah responden adalah 60 tahun, usia tertinggi 79 tahun, rata- rata usia 66,55. Berdasarkan pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan aktivitas sosial dapat diketahui bahwa mayoritas responden 38 orang 71,7 dengan tingkat pendidikan tidak tamat SDSD, tidak bekerja 40 orang 75,5, janda 31 orang 58,5, berpenghasilan Rp.500.000 yaitu 35 orang 66,0, dan memiliki aktivitas sosial yaitu 100.

1.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan

Padang Hulu, Tebing Tinggi. Tabel. 1.2.1 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Kualitas Hidup Wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Kualitas Hidup Frekuensi Persentase Buruk Cukup baik Baik 5 42 6 9,4 79,2 11,3 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia adalah cukup baik. Universitas Sumatera utara Tabel. 1.2.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi berdasarkan Usia. Umur Kualitas hidup Total Buruk Cukup baik Baik F F F F 60 – 74 2 4,34 38 82,6 6 13,04 46 100 75 – 90 3 42,85 4 57,14 7 100 Dari tabel diatas bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik umur 60 – 74 dan umur 75 – 90 tahun adalah cukup baik . Tabel. 1.2.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Kategori Pendidikan. Pendidikan Kualitas hidup Total Buruk Cukup baik Baik F F F F Tidak tamat SD SD 5 13,15 32 84,2 1 2,63 38 100 SMP SMA 5 5 100 62,5 3 37,5 5 8 100 100 PT 2 100 2 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia dengan tingkat pendidikan tidak tamat SDSD, SMP, SMA adalah cukup baik. Pada tingkat pendidikan PT cenderung memiliki kualitas hidup baik . Tabel. 1.2.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pekerjaan . Pekerjaan Kualitas hidup Total Buruk Cukup baik Baik F F F F Bekerja 1 6,66 10 66,66 4 26,66 15 100 Tidak bekerja 4 10,52 32 84,2 2 5,26 38 100 Universitas Sumatera utara Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja adalah cukup baik. Tabel. 1.2.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pernikahan. Pernikahan Kualitas hidup Total Buruk Cukup baik Baik F F F F Menikah 18 81,81 4 18,18 22 100 Janda 5 16,12 24 77,41 2 6,45 31 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang menikah maupun janda adalah cukup baik. Tabel. 1.2.6 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Penghasilan. Penghasilan Kualitas hidup Total Buruk Cukup baik Baik F F F F 500.000 5 14,7 28 82,35 1 2,9 34 100 500.000 - 1000.000 14 93,33 1 6,66 15 100 1000.000 4 100 4 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang berpenghasilan 500.000 dan 500.000 – 1000.000 adalah cukup baik. Sedangkan responden yang berpenghasilan 1000.000 cenderung memiliki kualitas hidup yang baik. Universitas Sumatera utara Tabel. 1.2.7 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Aktivitas Sosial . Aktivitas sosial Kualitas hidup Total Baik Cukup baik Buruk F F F F Ada 5 9,4 42 79,24 6 11,32 53 100 Tidak ada Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang memiliki aktivitas sosial adalah cukup baik. 2. PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian diantaranya kualitas hidup wanita lansia, kualitas hidup wanita lansia berdasarkan faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, penghasilan, dan faktor hubungan dengan orang lain aktivitas sosial. 2.1 Kualitas Hidup Wanita Lansia Hasil penelitian ini menemukan bahwa kualitas hidup wanita lansia memiliki kualitas hidup yang cukup baik, yaitu dengan persentase 79,2 . Coons dan Kaplan 1994 dalam Larasakti, 2009 mengatakan bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil Penelitian Nofitri, 2009 bahwa kualitas hidup pada penduduk Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini disebabkan responden adalah dewasa, memiliki pendidikan minimal SMA, dan memiliki Universitas Sumatera utara status sosial ekonomi menengah ke atas. Berbeda dengan kualitas hidup pada penelitian ini bahwa responden wanita lansia, pendidikan minimal tidak tamat SD, dan mayoritas responden memiliki penghasilan dibawah Rp.500.000. Kualitas hidup akan mempengaruhi kelangsungan hidup wanita itu sendiri terkait dengan harapan hidupnya. Jika memiliki kualitas hidup yang baik, maka akan memiliki harapan hidup yang baik pula Glasier dan Gabbie, 2008. 2.2 Kualitas Hidup Wanita Lansia Berdasarkan Usia , Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan,Pernikahan dan Aktivitas sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup wanita lansia baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial adalah cukup baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana pada teori dan penelitian sebelumnya bahwa faktor – faktor tersebut mempengaruhi kualitas hidup. Moons, dkk 2004 dan Dalkey 2002 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, Lett 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer 1998 dalam Nofitri, 2009, individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Universitas Sumatera utara Pada penelitian mengenai pendidikan Moons, dkk 2004 dan Baxter 1998 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Wahl, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009, dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Semakin tinggi pendidikannya, kualitas hidup wanita lansia semakin baik. Dalam penelitian Moons, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, dan penduduk yang tidak mampu bekerja atau memiliki disablity tertentu. Penelitian ini sesuai dengan Wahl, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita. Moons, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun jandaduda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver 1981 dalam Nofitri, 2009 .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, Universitas Sumatera utara individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. Baxter, dkk 1998 dan Dalkey 2002 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani 2007 dalam Nofitri, 2009 juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. Kualitas hidup wanita lansia pada penelitian ini baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial memiliki kualitas hidup cukup baik. Hal ini terkait dengan usia wanita lansia dengan tahap perkembangannya saat ini dan masa kehidupannya. Selain itu ada faktor yang tidak diteliti yaitu standar referensi. Menurut O’Connor 1993 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL Power, 2003 dalam Nofitri, 2009, bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr 1987 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan Universitas Sumatera utara kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya dimana secara psikologis dan fisiologis hal ini berpengaruh terhadap kualitas hidup. Universitas Sumatera utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN