Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa bersalah mahasiswa mengakses pornografi (situs porno)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RASA
BERSALAH MAHASISWA MENGAKSES SITUS PORNO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:
Wahyu Syahputra
10507002404

FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/ 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RASA
BERSALAH MAHASISWA MENGAKSES SITUS PORNO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh :

Wahyu Syahputra
NIM: 105070002404

Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I

Pembimbing II

Ikhwan Lutfi, M.Psi
NIP. 1973710 200501 1 006

S. Evangeline Suaidy. I. M, Si, Psi
NIP. 150411217

Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

MAHASISWA MENGAKSES SITUS PORNO telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 5 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 5 Desember 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan/Ketua
Merangkap anggota

Pembantu Dekan/ Sekretaris
merangkap anggota

Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.
NIP. 19561223 198303 2001
Anggota


Ikhwan Lutfi, M. Psi
NIP. 1973710 200501 1 006

S. Evangeline Suaidy. I. M.Si. Psi
NIP.150411217

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Wahyu Syahputra
NIM : 105070002404

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Rasa Bersalah Mahasiswa Mengakses Situs Porno adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya
bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang
jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya

orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, Agustus 2011

Wahyu Syahputra
NIM : 105070002404

MOTTO

Apa yang berharga pada tanah liat ini
selain separuh ilusi?
Sesuatu yang kelak retak
dan kita membikinnya abadi
1973
(Goenawan Muhammad)

ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) September 2011

(C) Wahyu Syahputra
(D) Faktor-faktor yang Memengaruhi Rasa Bersalah Mahasiswa
Mengakses Situs Porno
(E) Xiii + 120 Halaman
(F) Mengakses situs porno dapat menimbulkan rasa bersalah karena individu
merasa telah melakukan sebuah kesalahan. Seperti yang dipaparkan oleh
Young (2000) bahwa rasa bersalah adalah hasil dari tekanan yang
didapatkan setelah membuka situs porno, karena berhubungan dengan
anggapan individu akan timbulnya berbagai permasalahan seperti isolasi
sosial, masalah dalam keluarga, masalah dalam persahabatan, perceraian,
kehilangan pekerjaan dan performa kerja yang menurun. Rasa bersalah
menurut Coleman (1985) didefenisikan sebagai emosi yang bersifat
universal yang dimiliki oleh setiap manusia. Satu hal yang dirasakan
seseorang pada saat dia melakukan suatu kesalahan dan diberlakukan
terhadap dirinya sendiri penilaian terhadap diri sendiri.
Menurut Cohen, dkk (2010), bahwa rasa bersalah berhubungan secara
positif dan signifikan dengan religiusitas, dan moral. Religiusitas menurut
Djamaludin Ancok (1994) berarti pengalaman yang menyangkut hubungan
antara agama dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk bertingkah laku

yang sesuai dengan agamanya. Moral suatu nilai yang merujuk pada kode
etik yang diajukan oleh masyarakat, agama, dan budaya, untuk dijadikan
acuan berperilaku seseorang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 83 orang
mahasiswa aktif yang kuliah di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda yang diperoleh dari hasil perhitungan skala rasa bersalah,
moral yang terdiri dari tingkatan moral pra konvensional, konvensional
dan pasca konvensional, serta religiusitas yang terdiri dari dimensi
keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengamalan, dan
penghayatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
moral (pra konvensional, konvensional, dan pasca konvensional) serta
religiusitas (dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama,
pengamalan, penghayatan). Berdasarkan proporsi varians pengaruh IV
(religiusitas, moral, jenis kelamin, durasi mengakses situs porno, dan asal
sekolah) terhadap DV (rasa bersalah) sebesar 63,1%.

Apabila dilihat dari koefisien regresi masing-masing variabel, ditemukan

lima variabel yang berpengaruh signifikan terhadap rasa bersalah yaitu:
dimensi pengetahuan agama dimensi pengamalan, dimensi penghayatan,
moral pra konvensional, dan moral konvensional. Selanjutnya, jika dilihat
berdasarkan proporsi varians masing-masing variabel maka terdapat empat
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap rasa bersalah. Proporsi
varians yang diberikan dimensi keyakinan sebesar 26,6%, dimensi
pengetahuan agama sebesar 11,0%, dimensi penghayatan sebesar 11,6%
dan moral Pra konvensional 8,3%.

(G) Bahan bacaan : 44 (1967-2009)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat
segala kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
walaupun masi jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. serta pengikutnya sampai
akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta jajarannya. Pudek bagian akademik Ibu Dra. Fadhilah
Suralaga, M.Si, Pudek bagian keuangan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan
Pudek bagian kemahasiswaan Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si.

2.

Bapak Ikhwan Lutfi M.Psi. Psi dan Ibu Evangeline Suaidy, M.Si.,Psi yang
telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis banyak mendapatkan masukan, ide,
pengetahuan, serta wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di
kampus tercinta ini, terimakasih atas waktu dan kesabaran Bapak dan Ibu
dalam membimbing penulis.

3.


Bapak Ikhwan Lutfi M.Psi. Psi, Pembimbing Akademik yang hari-harinya
cukup dipadati oleh kami yang selalu membutuhkan bimbingan dan motivasi.

4.

Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan, semoga Allah SWT, memberikan berlipat-lipat pahala atas amal
yang telah diberikan.

5.

Untuk kedua orang tua penulis, A. Syafii dan Zulfarida. Karena cinta mereka
berdua penulis masih bisa berdiri tegak.

6.

Saudara-saudaraku Fazar Siddik dan Muhammad Akbar, mari kita menjadi
kebanggan orang tua dan akan menemani mereka sampai di surga kelak amin.


7.

Muharnia Dewi Adelia, Sebagai pencetus gagasan-gagasan baru dalam hidup
penulis serta teman setia yang selalu berada dibelakang penulis untuk
mendorong menyelesaikan skripsi ini jika penulis mundur.

8.

Untuk seluruh teman-teman psikologi angkatan 2005 khususnya Budi, Idham,
Syafii, Rojak, Agung, Ruhyat, Adi, Juju, Rizki, Makki, Ahmad Baydhowi.

9.

Untuk sahabat-sahabat PMII cabang Ciputat, dan khususnya sahabat-sahabat
PMII komisariat Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Untuk teman-teman MAHACHALA, KOMPAK, dan Komunitas WARUNG
KOPI.
11. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak


membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam
pembelajaran di kampus tercinta ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral,
doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan
manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang
membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, 5 Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan oleh Panitia Ujian................................................................. i
Lembar Pengesahan Pembimbing ......................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Skripsi.................................................................................. iii
Motto ..................................................................................................................... iv
Abstrak .................................................................................................................. v
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................ ix
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ....................................................................................................... xiv

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 5
1.2.1. Pembatasan Masalah ..................................................... 5
1.2.1. Perumusan Masalah ...................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.5. Sistematika Penulisan .............................................................. 9

BAB II

LANDASAN TEORI ..................................................................... 11
2.1. Rasa Bersalah ............................................................................ 11
2.1.1. Definisi Rasa Bersalah..................................................... 11
2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rasa Bersalah ........... 13
2.1.3. Perbedaan Kategori Dalam Rasa
Bersalah........................................................................... 14
2.1.4. Macam-Macam Rasa Bersalah....................................... 17
2.1.5. Dimensi Rasa Bersalah................................................... 18
2.1.6. Akibat-Akibat Rasa Bersalah......................................... 19
2.2. Moral ......................................................................................... 21

2.2.1. Definisi Moral.................................................................. 21
2.2.2. Tingkat Perkembangan Moral......................................... 23
2.3. Religiusitas ............................................................................... 25
2.3.1. Definisi Relgiusitas.......................................................... 25
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Religiusitas .............. 26
2.3.3. Dimensi Religiusitas ........................................................ 27
2.3.4. Fungsi Dimensi Religiusitas.............................................29
2.4. Situs Porno ................................................................................ 31
2.4.1. Definisi Situs Porno..........................................................31
2.4.2. Tipe-Tipe Pengguna Situs Porno......................................32
2.4.4. Klasifikasi Perilaku Situs Porno.......................................33
2.5. Kerangka Berpikir ..................................................................... 34
2.6. Hipotesis Penelitian .................................................................. 40

BAB III

METODE PENELITIAN ............................................................. 42
3.1. Populasi dan Sampel ................................................................ 42
3.1.1. Populasi............................................................................42
3.1.2. Sampel.............................................................................42
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel............................................43
3.2. Variabel Penelitian ................................................................... 43
3.2.1. Definisi Variabel Penelitian............................................ 43
3.2.2. Definisi Konseptual Variabel.......................................... 44
3.2.3. Definisi Operasional Variabel ........................................ 45
3.3. Pengumpulan Data.....................................................................47
3.3.1. Metode Dan Instrumen ................................................... 47
3.3.2. Skala Tingkat Moral ....................................................... 49
3.3.3. Skala Dimensi Religiusitas..............................................49
3.3.4. Skala Dimensi Rasa Bersalah..........................................51
3.4. Teknik Uji Instrumen ............................................................... 52
3.4.1. Uji Validitas Skala .......................................................... 53
3.4.2. Uji Reliabilitas Skala ..................................................... 54

3.6. Teknik Analisis Data ................................................................ 59
3.7. Prosedur Penelitian ................................................................... 61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ......................... 71
4.1. Gambaran Umum Responden .................................................. 71
4.2. Deskripsi Skor Variabel Rasa Bersalah, Religiusitas,
dan Moral...................................................................................72
4.2.1. Skor Variabel Rasa Bersalah, Religiusitas, dan Moral ... 72
4.3. Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin....................................... 73
4.3.1.1 Uji Beda Untuk Rasa Bersalah Berdasarkan Jenis
Kelamin..................................................................................... 73
4.3.1.2 Uji Beda Untuk Religiusitas Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................................... 75
4.3.1.3 Uji Beda Untuk Moral Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................................... 76
4.3.1.4. Uji Beda Beda Untuk Keyakinan, Praktek, Pengetahuan
Agama, Pengamalan, dan Penghayatan dari Religiusitas
Berdasarkan Jenis Kelamin......................................................77
4.3.1.5. Uji Beda Beda Moral Pra Konvensi, Moral Konvensi,
dan Moral Pasca Konvensi Berdasarkan Jenis
Kelamin....................................................................................80
4.4. Uji Beda Berdasarkan Durasi Akses Internet............................ 82
4.4.1.1. Uji Beda Untuk Rasa Bersalah Berdasarkan Durasi
Akses Internet.......................................................................... 84
4.4.1.2. Uji Beda Untuk Religiusitas Berdasarkan Durasi
Akses Internet.......................................................................... 85
4.4.1.3. Uji Beda Untuk Moral Berdasarkan Durasi Akses
Internet .................................................................................... 86
4.4.1.4. Uji Beda Untuk Keyakinan, Praktek, Pengetahuan
Agama, Pengamalan, Penghayatan dari Religiusitas
Berdasarkan Durasi Akses Internet ......................................... 86

4.4.1.5. Uji Beda Untuk Moral Pra Konvensi, Moral Konevnsi,
dan Moral Pasca Konvensi Berdasarkan Durasi Akses Internet
................................................................................................91
4.5. Uji Beda Berdasarkan Asal Sekolah.........................................95
4.5.1.1. Uji Beda Untuk Rasa Bersalah Berdasarkan Asal
Sekolah.................................................................................94
4.5.1.2. Uji Beda Untuk Religiusitas Berdasarkan Asal
Sekolah.................................................................................95
4.5.1.3. Uji Beda Untuk Moral Berdasarkan Asal
Sekolah.................................................................................96
4.5.1.4. Uji Beda Untuk Keyakinan, Praktek, Pengetahuan
Agama, Pengamalan, Penghayatan dari Religiusitas
Berdasarkan Asal
Sekolah.................................................................................97
4.5.1.5. Uji Beda Untuk Moral Pra Konvensi, Moral Konvensi,
Moral Pasca Konvensi Berdasarkan Asal
Sekolah................................................................................101
4.6. Uji Koefisien Analisa Regresi dari Religiusitas dan Moral
terhadap Rasa Bersalah.........................................................103
4.7. Uji Hipotesis Koefisien Analisa Multiple Regresi serta Proporsi
varian....................................................................................106
4.8. Kofisien Analisa Regresi Pada Jenis Kelamin........................111
4.9. Kofisien Analisa Regresi Pada Durasi Mengakses
Internet.................................................................................112
4.10. Kofisien Analisa Regresi Pada Asal Sekolah.......................114

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .................................117
5.1. Kesimpulan..............................................................................117
5.2. Diskusi ....................................................................................118
5.3. Saran ...................................................................................... 122
5.3.1. Saran Teoritis ................................................................ 122

5.3.2. Saran Praktis ................................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 125
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini, dipaparkan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

1.1.

Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang dimungkinkan adanya transformasi

informasi yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi di era globalisasi telah berdampak positif dan negatif
bagi kehidupan masyarakat. Positifnya, setiap kegiatan manusia dipermudah dan
diperluas penyebarannya tanpa perlu melakukan aktifitas yang menggunakan
banyak biaya dan waktu (Lisa, 2010). Sementara menurut Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar (dalam
Antaranews, 2010) salah satu contoh teknologi informasi yang berdampak negatif
adalah mudahnya mengakses pornografi melalui jaringan internet oleh anak-anak
generasi penerus bangsa.

Seperti yang dilaporkan GoodMagazine, sebanyak 12% situs di dunia
mengandung pornografi. Materi pornografi yang dicari melalui search engine
mencapai 25%,dan 35% data yang di-download dari Internet adalah pornografi.
Setiap detiknya, sekitar 28.258 pengguna Internet melihat pornografi, dan US$
89.00 dihabiskan untuk pornografi di internet per detik (arthazone.com, 2007).

Survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek
tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses
materi pornografi melalui situs-situs internet. Sebagian besar dari mereka
merupakan pelajar yang sedang mencari bahan pelajaran untuk memenuhi tugas
sekolah.

Dari hasil penelitian pendahuluan pada tanggal 21 desember 2010 yang
dilakukan oleh peneliti pada 30 orang mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah, bahwa 77% dari sampel pernah mengakses pornografi dan 66%
berusia antara 19 sampai 22 tahun, 50 % pertama kali mengakses pornografi
ketika sampel duduk di bangku SMA, 26% pertama kali mendengar dari cerita
teman, jika melihat dari intensitasnya sebanyak 83% tidak tentu mengakses
pornografi, dan saat ini 63% dari sampel menggunakan internet untuk mengakses
pornografi.

Menurut Sandra Fikawati (2009) Efek paparan pornografi tidak hanya
berupa pengetahuan tentang pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan
bahkan kecenderungan untuk berperilaku. Efek paparan yang ditemukan terdiri
atas beberapa tahap, yaitu adiksi, ekskalasi, desensitisasi, dan act out. Tahap
adiksi adalah ketika seseorang menyukai materi pornografi lalu ketagihan dan
berusaha ingin selalu mendapatkan materi tersebut. Setelah sekian lama
mengonsumsi pornografi, remaja yang ketagihan akan mengalami peningkatan
kebutuhan terhadap materi seks yang lebih berat, lebih eksplisit, lebih sensasional,

dan lebih menyimpang dari yang sebelumnya dikonsumsi (tahap eskalasi). Sampai
akhirnya materi seks yang tadinya tabu, tidak bermoral, dan merendahkan
martabat, secara perlahan dianggap menjadi sesuatu hal yang biasa dan tidak
sensitif lagi (tahap desensitisasi). Setelah itu terjadi kecenderungan untuk
membawa materi seksual yang ditontonnya ke dalam kehidupan nyata (tahap actout) (Sandra Fikawati, 2009).

Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia (2006) menyatakan bahwa
Indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga
mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling rentan penetrasi
pornografi terhadap anak-anak (BKKBN, 2004). Saat ini remaja merupakan
populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Menurut Attorney General’s
Final Report on Pornography (dalam ASA Indonesia 2005) konsumen utama
pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain) adalah remaja lakilaki berusia 12 sampai 17 tahun.

Remaja yang sedang menjalani masa pubertas didukung oleh sarana
internet yang menyediakan banyak akses menuju pornografi dan menimbulkan
kerugian pada remaja dalam kejiwaannya seperti munculnya rasa bersalah.

Lee (2011) memaparkan remaja mengambil resiko yang besar ketika
beranggapan bahwa keterlibatannya dengan aktifitas seksual secara online
(cybersex) menyebabkan bermasalahnya hubungan mereka dengan dunia sosial

serta tanpa menyadari bahwa mereka sudah masuk dalam lingkup adiksi. Mereka
akan menghadapi konsekuensi negatif dari rusaknya hubungan mereka yang
menyebabkan rasa bersalah yang tinggi muncul dengan ketidakmampuan mereka
menghadapinya.

Sementara menurut Bryant (2009), terdapat kerugian dari pornografi
secara fisik, sosial, dan kejiwaan (menyebabkan rasa bersalah, malu, cemas,
bingung, ikatan sosial yang lemah dan adiksi).

Mental Illness of Victoria (2008), menjelaskan bahwa rasa bersalah adalah
sebuah pengalaman dalam diri seseorang, dan ini berhubungan dengan respon
emosi, termasuk marah, kesedihan, keadaan memalukan, dan keputus-asaan

Menurut coleman (1985) yang menyebabkan rasa salah adalah kritik-diri
dan rasa tidak mampu. Kritik diri dan rasa tidak mampu itu sendiri timbul karena
kita tidak mampu memenuhi harapan yang kita buat sendiri atau yang dibuat oleh
orang lain. Ini berhubungan dengan mengakses situs porno yang tidak disetujui
atau dianggap tidak pantas oleh norma yang berlaku.

Cohen dan Maltby (2010), menyatakan rasa bersalah berhubungan secara
positif dan signifikan dengan religiusitas dan moral. Rasa bersalah ditemukan
terkait dengan religiusitas yang sifatnya pribadi sementara religiusitas yang
bersifat sosial ditemukan terkait rasa bersalah dalam standar moral.

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di awal, bahwa religiusitas
dan moral sebagai IV menjadimemiliki hubungan dengan rasa bersalah sebagai
DV. Selain itu, Penulis juga menjadikan jenis kelamin, durasi mengakses internet,
dan asal sekolah sebagai variabel tambahan dalam penelitian ini.

Penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa, karena mahasiswa
merupakan individu yang menuju tahap dewasa dalam perkembangannya dan
mahasiswa Fakultas Psikologi untuk memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian ini.

Sebagai sebuah fakta di Indonesia, Penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi rasa bersalah perilaku mengakses situs porno akan memberikan
manfaat bagi masyarakat umum dan ilmu pengetahuan. Dengan berpegangan pada
berbagai alasan di atas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang memengaruhi rasa bersalah mahasiswa mengakses situs
porno”.

1.2.

Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka perlu suatu
pembatasan masalah, adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1.

Penelitian ini meneliti “Rasa bersalah mahasiswa mengakses situs porno”.
 Rasa bersalah: Berdasarkan jurnal Mental Illness of Australia (2008),
dijelaskan bahwa rasa bersalah adalah sebuah pengalaman dalam diri
seseorang yang berhubungan dengan respon emosi, termasuk marah,
kesedihan, keadaan memalukan, dan keputus-asaan.

2.

Faktor-faktor yang akan diuji memengaruhi rasa bersalah dibedakan
menjadi faktor psikologis dan faktor demografi, yaitu:
 Faktor Psikologis:
o Religiusitas yang dimaksud di sini adalah pengalaman atau
fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dengan
penganutnya atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
(penganut agama) yang mendorong untuk bertingkah laku yang
sesuai dengan agamanya. Dalam penelitian ini, religiusitas
berkaitan dengan dimensi akidah, dimensi praktek agama, dimensi
pengetahuan

agama,

dimensi

pengamalan,

dan

dimensi

penghayatan.

o Moral yang dimaksud di sini adalah suatu nilai yang merujuk pada
kode etik yang diajukan oleh masyarakat, agama, dan budaya,
untuk dijadikan acuan berperilaku seseorang. Dalam penelitian ini,
moral yang dimaksud adalah tingkat perkembangan moral individu
berdasarkan dengan tahapan perkembangan moral dari teori

Kohlberg, yaitu: pra konvensional, konvensional, dan pasca
konvensional.

 Faktor demografi yang diteliti adalah jenis kelamin, durasi mengakses
situs porno, dan asal sekolah.

3.

Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
pernah mengakses pornografi.

1.2.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari religiusitas dan tingkat
perkembangan moral terhadap rasa bersalah mahasiswa mengakses situs
porno?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas keyakinan,
pengetahuan agama, praktek agama, pengamalan, dan penghayatan dari
religiusitas terhadap rasa bersalah mahasiswa mengakses situs porno?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari tingkat perkembangan moral
pra konvensional, tahapan moral konvensional dan tahapan moral pasca
konvensional terhadap rasa bersalah mahasiswa mengakses situs porno?
4. Berapakah proporsi varian dari tiap variabel terhadap rasa bersalah?

1.3.

Tujuan dan manfaat penelitian

1.3.1

Tujuan Penelitian

1. Menemukan faktor mana yang memiliki pengaruh terhadap rasa bersalah
mahasiswa mengakses situs porno.
2. Melihat proporsi varian dari tiap variabel terhadap rasa bersalah.

1.3.2

Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada berbagai pihak khususnya pembaca, antara lain:
1.

Secara teoritis
a. Menambah khazanah penelitian di bidang psikologi terutama yang
berkaitan dengan kajian psikologi klinis.
b. Memberikan wawasan mengenai pengakses pornografi (situs porno)
dan rasa bersalahnya.
c. Memberikan sebuah penjelasan bahwa pornografi (situs porno) dan rasa
bersalah merupakan hal yang patut diperhatikan.
d. Memberikan wawasan kepada mahasiswa baik secara klinis, psikis,
maupun sosial.

2.

Secara Praktis
Dapat digunakan pada semua kalangan, baik digunakan oleh para
akademisi untuk menambah wawasan dalam pembelajaran khususnya
psikologi klinis dan umumnya pada masyarakat umum, untuk menyikapi
secara intensif rasa bersalah saat mengakses situs porno

1.4.

Sistematika Penulisan

BAB I :

Pada bab satu pendahuluan, penulis membagi kedalam beberapa
bagian latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II :

Pada bab dua penulis membahas kajian teori pengertian. Pengertian
rasa bersalah, faktor-faktor yang mempengaruhi atau berkorelasi
dengan

rasa

bersalah

diantarnya

moral

dan

religiusitas,

penggambaran rasa bersalah, perbedaan kategori dalam rasa
bersalah, macam-macam rasa bersalah, akibat-akibat rasa bersalah,
cara mencegah rasa bersalah, cara mengatasi rasa bersalah,
pengertian moral, moral, perkembangan moral, faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku moral, perubahan dasar dalam moral,
pengertian religiusitas, dimensi religiusitas, faktor-faktor yang
memengaruhi religiusitas, fungsi dimensi religiusitas, pengertian
pornografi (situs porno), ciri-ciri pornografi, tipe-tipe pengguna
situs porno, resiko situs porno bagi pengguna, klasifikasi perilaku
pengguna situs porno, kerangka berpikir dan hipotesi.

BAB III :

Bab ini membahas tentang jenis penelitian, metode peneltian,
populasi sampel, teknik pengambilan sampel, definisi konseptual,
definisi operasional, metode pengumpulan data, teknik analisis
data dan uji hipotesa.

BAB IV :

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek
penelitian, deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian

BAB V :

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian
dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat
diskusi dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan landasan teori penelitian, diantaranya mengenai teori rasa
bersalah, teori religiusitas, teori moral serta kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1.

Rasa Bersalah

2.1.1. Definisi Rasa Bersalah
Menurut Chaplin (2006) rasa bersalah adalah perasaan emosional yang
berasosiasi dengan realisasi bahwa seseorang melanggar peraturan sosial, moral,
atau etis/susila. Sedangkan menurut psikoanalis, perasaan bersalah tidak disadari,
dan beberapa perasaan bersalah sifatnya justru imajiner atau khayalan. Pada
pendapat terakhir, diduga bahwa perasaan bersalah yag diimajinasikan itu adalah
simbol dari perasaan bersalah yang benar-benar salah dan ditekan-tekan dalam
ketidaksadaran.

Mental Illness of Victoria (2008), menjelaskan bahwa rasa bersalah adalah
sebuah pengalaman dalam diri seseorang yang berhubungan dengan respon emosi,
termasuk marah, kesedihan, keadaan memalukan, dan keputus-asaan.

Menurut Coleman (1985) rasa salah adalah suatu emosi yang bersifat
universal yang dimiliki oleh setiap manusia. Satu hal yang dirasakan seseorang

pada saat dia melakukan suatu kesalahan dan diberlakukan terhadap dirinya
sendiri, seperti cinta yang dapat merusak seperti rasa benci.

Sedangkan Lewis dan Havilan (1993) menyatakan bahwa rasa bersalah
adalah emosi penyesalan yang dihasilkan ketika seseorang menilai prilaku mereka
sendiri sebagai kegagalan. Jadi rasa bersalah diasosiasikan (hubungan) sebagai
rasa malu untuk dapat memperbaiki tindakan yang dapat individu ambil (tidak
diambil dalam kebutuhan) untuk memperbaiki kegagalan.

Sementara menurut Tracy dan Robins (dalam Cohen, dkk, 2010), rasa
bersalah adalah kesadaran emosi diri ditimbulkan oleh refleksi diri dan evaluasi
diri, dan itu dibantu dengan regulasi diri (peraturan-diri).

Cohen, dkk (2010) juga berpendapat bahwa rasa bersalah berhubungan
dengan perasaan pribadi yang menyangkut melakukan perilaku yang salah atau di
sebuah keadaan yang menyakiti orang lain.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasa bersalah
adalah sebuah emosi yang universal, alamiah dan bernilai, yang berhubungan
dengan penilaian atas kegagalan diri karena merasa menyakiti dan melanggar
norma yang berlaku pada masyarakat dan nilai spiritual.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rasa Bersalah
Cohen dan George (2010) berpendapat, bahwa rasa bersalah berhubungan
secara positif dan signifikan dengan religiusitas dan moral. Moral mencangkup
perasaan

bersalah

dan

perasaan

menyesal

yang

digambarkan

sebagai

ketidaknyamanan setelah melakukan pelanggaran

Sementara Olson (1996) memaparkan bahwa rasa bersalah berkaitan erat
dengan moral. Rasa bersalah muncul ketika seseorang melakukan kesalahan
dalam berperilaku yang berhubungan dengan keyakinan untuk berperilaku sesuai
dengan norma masyarakat.

Mosher, dkk (1967) menjelaskan bahwa moral secara signifikan
berhubungan dengan rasa bersalah yang dinilai dengan menggunakan standarisasi
tahap perkembangan moral Kohlberg.

Hoffman (1970) menyatakan bahwa moral seseorang bersinggungan
dengan rasa bersalah. Tetapi rasa bersalah bukanlah sebuah hal yang diinginkan
dalam kehidupan seseorang. Rasa bersalah adalah hal yang normal sebagai
tanggapan atas kesalahan berperilaku, dan rasa bersalah tidak dapat dilepaskan
dari tahapan moral seseorang.

Menurut Gilbert (2003) rasa bersalah lebih lanjut terkait dengan moral
yang berfungsi sebagai pemusatan dan penegasan tanggung jawab dan perhatian
terhadap orang lain.

Menurut Maltby (2010), Rasa bersalah ditemukan terkait dengan
religiusitas yang sifatnya pribadi sementara religiusitas yang bersifat sosial
ditemukan terkait rasa bersalah dalam standar moral.

Marlene (2006) Rasa bersalah yang kuat dapat dipengaruhi oleh
religiusitas, ketika melakukan hal yang dilarang tuhan rasa bersalah muncul
dengan ketakukan akan sebuah hukuman. Orang dengan pendidikan agama yang
kuat dikondisikan

untuk cepat merasa

bersalah karena

takut bahwa

mereka

mungkin telah berdosa.

Dari berbagai penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa rasa
bersalah terkait erat dengan religiusitas dan moral.

2.1.3. Perbedaan Kategori Dalam Rasa Bersalah
Menurut Bruce Narramore (2005), rasa bersalah ada dalam setiap masalah
psikologis yang dihadapi setiap orang. Sehingga rasa bersalah di bagi dua kategori
yaitu:

a)

Rasa Bersalah yang Obyektif
Adalah rasa bersalah yang menjadi masalah oleh karena ada peristiwa
pelanggaran hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Meskipun demikian, orang yang melakukan pelanggaran itu sendiri
mungkin tidak merasa bersalah. Rasa bersalah yang objektif ada empat
yaitu:
1. Legal-guilt, yaitu rasa bersalah yang menjadi masalah karena
pelanggaran terhadap hukum

yang berlaku dalam masyarakat.

Pembunuhan, pencurian, dll. Sehinga menimbulkan masalah meskipun
tidak semua orang yang melakukan rasa salah.
2. Social-guilt, yaitu rasa bersalah yang menjadi masalah karena
pelanggaran terhadap hukum yang tidak tertulis yang berlaku dalam
masyarakat. Misalnya: penghinaan, ancaman terhadap sesama manusia,
yang mungkin tidak ada bukti-bukti konkrit sehingga bisa dibawa ke
pengadilan,

bahkan

mungkin

tidak

ada

hukum

tertulis

yang

menggariskan tentang hal-hal itu, tetapi muncul masalah.
3. Personal-guilt, yaitu rasa bersalah yang menjadi masalah di karena
pelanggaran terhadap "conscience" atau kesadaran akan kebenaran yang
ada di dalam hati orang yang bersangkutan. Misalnya: rasa bersalah
yang muncul karena orangtua memukul anaknya tanpa alasan yang
benar atau suami yang makan malam di luar sendiri meskipun tahu
bahwa istrinya menantikan dia, dan sebagainya.

4. Theological-guilt, yaitu rasa bersalah yang menjadi masalah di karena
pelanggaran terhadap hukum-hukum. Dalam memberikan standarstandar tingkah laku manusia, jika itu dilanggar, baik dengan pikiran
maupun perbuatan, maka muncul masalah walaupun orang yang
bersangkutan tidak bersalah. Kebanyakan orang merasa gelisah
kemungkinan karena merasa bersalah, jika melakukan pelanggaranpelanggaran di atas.

Meskipun demikian, banyak pula yang begitu keras hati sehingga
mematikan perasaan bersalahnya. Banyak juga orang yang melakukan
pelanggaran terhadap hukum namun tidak merasa bersalah, hal ini mungkin
disebabkan karena keberhasilannya dalam mematikan rasa bersalahnya atau
mungkin juga disebabkan karena kurangnya pengenalan terhadap kebenaran
agama (spiritual) atau nilai-moral dalam masyarakat, jadi hanya
pelanggaran-pelanggaran tertentu yang menimbulkan guilty feeling.

b)

Rasa Bersalah yang Subyektif
Adalah rasa bersalah yang menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal
dalam diri orang yang bersangkutan. Bahkan, orang yang bersangkutan bisa
merasakan ketakutan, putus asa, cemas, dan terus-menerus menyalahkan diri
sendiri oleh karena perbuatan atau pemikiran, yang dianggapnya melanggar
prinsip-prinsip kebenaran yang selama ini mereka yakini. Mungkin, apa
yang mereka lakukan atau pikirkan sebenarnya tidak melanggar kebenaran

yang sesungguhnya berlaku di masyarakat, namun mereka merasa bersalah.
Dalam hal ini Narramore (1974) membagi subjective-guilty ini dalam tiga
bagian, yaitu:
1.

A fear of punishment (takut akan hukuman)

2.

A loss in self-esteem (perasaan kehilangan harga diri).

3.

A feeling of loneliness, rejection or isolation (perasaan kesepian,
penolakan, atau pengasingan).

Rasa bersalah yang semacam ini tidak selamanya buruk, karena merupakan
dorongan untuk memperbaiki tingkah laku dan menimbulkan dorongan serta
kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan. Meskipun tidak jarang guilty
feeling yang semacam ini juga bisa menjadi hal yang merusak. Subjectiveguilty, bisa begitu kuat dan juga lemah, bisa "appropriate" memang sesuai
atau beralasan, dan juga "inappropriate" dimana untuk pelanggaran yang
besar seorang tidak merasa bersalah, untuk pelanggaran kecil (bahkan
mungkin tidak sama sekali) seseorang merasakan amat bersalah.

2.1.4. Macam-macam Rasa Bersalah
Yusuf (2007) menyatakan bahwa rasa bersalah dapat dibagi dalam empat
jenis emosi yaitu:
a. Rasa bersalah palsu adalah perasaan yang tak dikehendaki bukan disebabkan
oleh perbuatan salah, tetapi oleh mekanisme pertahanan jiwa melawan rasa
sakit.

b. Rasa bersalah yang membangun adalah sangat alami dalam jumlah yang
sangat kecil dan penting untuk mengembangkan keperibadian dan hati nurani
seseorang.
c. Rasa bersalah yang menghancurkan adalah tak diinginkan dan adalah akibat
dari menjadi bagian dari dunia yang melanggar.
d. Rasa bersalah yang timbul adanya rasa malu adalah diman untuk menjelaskan
jika seseorang menghadang perilaku kita, kita perlu berhenti dan menetapkan
jika kita bersalah karena melakukan pelanggaran.

2.1.5. Dimensi rasa bersalah
Menurut jurnal Mental Illness of Victoria (2008) dengan judul
“Understanding Guilt”, rasa bersalah dapat digambarkan:
1. Merasa bertanggung jawab terhadap keadaan negatif yang telah terjadi
pada dirinya dan orang lain.
2. Merasa menyesal untuk kenyataan ataupun membayangkan tentang
kelakuan buruk atau tidak senonoh.
3. Perasaan menyesal yang sangat dalam dari pemikiran, perasaan, atau sikap
yang bersifat mencela tidak diterima oleh diri sendiri dan orang lain.
4. Merasakan sebuah kewajiban yang dijalani tidak memuaskan, tidak
menolong, atau tidak menentramkan seseorang.
5. Merasa bingung dan tidak mampu merenspon sebuah situasi yang dihadapi
6. Merasa kehilangan dan malu karena tidak mampu melakukan atau berkata
sesuatu kepada seseorang yang tidak akan lama bersama.

7. Menerima tanggung jawab dari kemalangan atau masalah setiap orang
dikarenakan ketidakmampuan melihat orang yang sedang menderita
8. Memiliki perasaan moral yang kuat akan kesalahan dan kebenaran, yang
mana menghalangi \pemilihan sebuah bagian kesalahan dari tindakan
9. Berperilaku dengan terpaksa atau bersembunyi yang mana kepercayaan
yang tidak logis muncul

2.1.6. Akibat – akibat dari Rasa Bersalah
Menurut Coleman (1985), ada beberapa akibat yang ditimbulkan dari rasa
bersalah:
1. Merasa rendah diri. Banyak kemungkinan rasa salah yang mempengaruhi kita
dapat disejajarkan dengan jumlah sumber rasa salah yang berpotenial. Rasa
salah tidak hanya melahirkan rasa rendah diri, rasa tidak aman, dan rasa malu,
merasa kacau, rasa takut, rasa salah bisa jadi sumber berkembangnya
persoalan emosional seperti kasihan diri. Rasa salah yang asl dapat dengan
mudah tertutup oleh keseluruhan rangkain trauma mental. Oleh karena itu,
sering sekali kitak mempercayai ungkapan ’kompleks rasa salah’ yang mudah
dimengerti.

2. Gangguan fisik yang dapat ditimbulkan. Banyak kasus mata rantai antara
penyakit fisik dan rasa salah tidak mudah didefinisikan, mungkin lebih
realistisnya kita melihat terlebih dahulu mata rantai umum antara pikiran dan
tubuh, kemudian mencari tipe rasa salah yang tampaknya paling mungkin

membuahkan stres dan ketegangan yang menimbulkan penyakit tersebut.
Daftar penyakit fisik yang amat panjang sekarang ini diakui yang disebabkan
oleh stres dan ketegangan. Nyeri dada, salah cerna, sakit jantung, tukak
lambung, debaran jantung, sakit punggung, diare, penyakit kulit, sesak nafas,
kelelahan, tidak enak badan dan sebagainya hanyalah kelainan khusus yang
ditemukan mempunyai kuat dengan pikiran. Stres berhubungan dengan
penyakit fisik maka rasa salah harus selalu dianggap sebagai sumber utama
stres mental. Dapat ditambahkan bahwa perasaan bersalah seperti kelelahan
dan tidak enak badan pun biasanya dihubungkan dengan gangguan pikiran.

3. Hal-hal yang baik. Sejauh ini rasa bersalah adalah alat yang penting dan
berguna agar kita dapat menahan diri, tanpa rasa salah kita tidak kesempatan
untuk membina hubungan pribadi atau bermasyarakat (bersosialisasi). Rasa
salah juga dapat menentukan kearah keberhasilan dalam banyak hal dalam
kehidupan. Rasa salah serta rasa takut yang berkaitan dengan rasa salah
sehingga membuat kita jujur, berhati-hati, salah satu yang membuat kita
cermat, bermoral, baik hati, murah hati, ambisius, berkerja keras, kreatif,
paling adil, dan paling penuh perhatian,mentaati hukum, rasa sesal . Melawan
rasa salah tidak dapat menjadi sesuatu yang lain bila mereka berhasil
mengalahkan hati nurani mereka sendiri.

2.2.

Tingkat Perkembangan Moral

2.2.1. Definisi Moral
Moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Kata mors ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals , sedangkan
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilainilai atau prinsip-prinsip moral.

Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) ada dua pengertian
yang pertama yaitu ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, dan kewajiban, dan yang kedua adalah kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan berdisiplin.

Menurut Bernard Gert (2008) moral adalah pembentukan suatu nilai yang
merujuk pada kode etik yang diajukan oleh masyarakat, agama, dan budaya, untuk
dijadikan acuan berperilaku seseorang.

Allott (1991) menjelaskan Moral adalah kode-kode perilaku anggota
masyarakat yang harus diikuti, tapi isi kode dapat sangat bervariasi. Moralitas
adalah atribut khusus manusia.

Khalid (2008) memaparkan bahwa moral adalah standarisasi nilai yang
dijadikan acuan bagi seseorang tentang baik dan buruk, yang menggiring
seseorang mengendalikan keinginan yang tidak disetujui Tuhan.

Sementara menurut Sumaryo (2003) Moral dan etika pada hakekatnya
merupakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menurut keyakinan seseorang atau
masyarakat dapat diterima dan dilaksanakan secara benar dan layak. Dengan
demikian prinsip dan nilai-nilai tersebut berkaitan dengan sikap yang benar dan
yang salah yang mereka yakini.

Dalam http://id.wikipedia.org moral merupakan kondisi pikiran, perasaan,
ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.
moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang
dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

Menurut Amril (2006) pada dasarnya moral merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam pengembangan eksistensialitas manusia, bahkan tidak
berlebihan untuk dikatakan bahwa eksistensialitas manusia itu pada prinsipnya
adalah moralitas.

Gray (2011) melibatkan apa yang harus kita lakukan, benar dan salah, baik
dan buruk, nilai-nilai, keadilan, dan kebajikan.

2.2.2. Tingkat Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg (2007) tahapan moral adalah:

1. Tingkat Prakonvensional
Pada level ini subjek ingin mendengarkan hukum masyarakat yang mana
baik atau buruk, salah atau benar. Tingkat ini terbagi dua:
a) Orientasi ketaatan dan hukuman. Akibat psikis dari sebuah perilaku
ditentukan oleh baik dan buruk, tanpa memperhatikan arti
kemanusiaan atau nilai dalam akibat ini
b) Orientasi relativis-instrumental. Perilaku yang benar terdiri dari
pemenuhan kebutuhannya, adakalanya kebutuhan orang lain.

2. Tingkat konvensional
Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau
bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri,
tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata, Tingkatan ini memiliki
dua tahap:
a) Orientasi antara kesepakatan pribadi atau orientasi anak manis.
Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang
lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak
konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku
mayoritas atau "alamiah.

b) Orientasi hukuman dan ketertiban. Terdapat orientasi terhadap
otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib/norma-norma
sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban
sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada,
sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri

3. Tingkat setelah konvensi
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai
dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas
dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu
dua tahap pada tingkat ini:
a) Orientasi kontrak sosial Legalitas. Pada umumnya tahap ini amat
bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung
dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang
telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.
Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat
pribadi sesuai dengannya.
b) Orientasi Prinsip Etika Universal. Hak ditentukan oleh keputusan
suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan
yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi
logis.

2.3.

Religiusitas

2.3.1. Definisi Religiusitas
Menurut Kasdi (2003) Religiusitas berasal dari kata religion yang berarti
agama, menurut bahasa sangsekerta agama artinya peraturan atau ajaran, ada pula
yang berpendapat agama berasal dari kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya
rusak, maksudnya adalah agama mengatur kehidupan manusia agar tidak rusak
atau tidak terjerumus ke jalan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Sementara Fuad Nashori & Mucharam, (2002) memaparkan bahwa agama
adalah sesuatu yang alamiah dalam kehidupan manusia. Ketika manusia belum
dilahirkan ke dunia ini, ruh manusia mengadakan perjanjian primordial dengan
Tuhan. Isi perjanjian itu adalah pengakuan manusia akan keberadaan Allah Azza
wa jalla sebagai Tuhannya. Pengakuan ini menunjukkan manusia memiliki bibitbibit religiusitas dalam alam ruhaninya. Ulama-ulama Islam berpendapat bahwa
dalam diri manusia terdapat fitrah., dalam fitrah terkandung pengertian bahwa
pengetahuan tentang Allah, rasa cinta kepada Allah, dan komitmen untuk
melaksanakan perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia
telah terdapat potensi keyakinan dan komitmen keberagamaan semenjak
penciptaannya.

Menurut Ricky religiusitas adalah hubungan antara manusia dan tuhan,
yang mana hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya, serta nampak dalam
ibadah yang dilakukannya dan sikap kesehariannya.

Sementara menurut Regan (2004) religiusitas adalah kehidupan dunia yang
memiliki perhatian pada tujuan akhir dan arti hidup, dan menganggap tuhan
adalah kekuatan utama, dan tercipta di dalam perilaku di kehidupan sehari-hari.

Sedangkan religiusitas menurut Djamaludin Ancok (1994) berarti
pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan
antara agama dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang
sesuai dengan agamanya.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Religiusitas merupakan pemahaman, pengalaman atas apa yang terkandung dan
tertera dalam arti agama

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Dalam hal ini, ada beberapa yang mempengaruhi tingkat religiusitas
seseorang yaitu : faktor intelektual, faktor emosional, faktor sosial dan faktor
hidayah.
1. Faktor Intelektual
Kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya
sebagai alat untuk membedakan yang benar dan yang salah merupakan
keberhasilan menusia yang bisa diharapkan pengaruhnya terhadap
perkembangan tingkat religiusitas/keagamaan. (Thouless, 1995).

2. Faktor Emosional
Dorongan untuk taat kepada ajaran agama yang dipeluknya dan
berperilaku yang baik dengan sesama manusia, dan nilai emosi keagamaan
itu harus dinilai dari keberhasilannya dalam membantu tercapainya tujuantujuan itu (Thouless, 1995).
3. Faktor Sosial
Faktor sosial berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan,
mulai dari pendidikan yang kita terima pada masa kanak-kanak, berbagai
pendapat dan sikap orang-orang di sekitar kita dari apa yang mereka
katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan kita, dan berbagai
tradisi yang kita terima dari masa lampau. (Thouless, 1995).
4. Faktor Hidayah
Ada orang-orang yang memperoleh hidayah dari Allah dengan mudah.
Tetapi ada pula yang sukar mendapatannya, bahkan tidak berhasil sama
sekali mendapatkannya. Hal itu semua tergantug kepada kehendak Illahi
samata-mata (Soetarjo, 2