ii
“berdasarkan fasilitas dan kewenangan sudah bagus, jangan kita bandingkat dengan angkatan
laut.” Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Camat Pantai Labu Bapak
Ayub, S.Sos, M.Si pada tanggal 10 Juni 2015 yang mengatakan bahwa : “Kinerjanya masih terbentur oleh dana, akan tetapi mereka masih tetap
berbuat dan frekuensi kontrol mereka itu sangat kecil karena harus di dukung sarana dan prasarana yang mencukupi.”
4.3 Hambatan Dalam Kinerja Pokmaswas
Setiap program ataupun kebijakan yang dibuat pemerintah pasti memerlukan yang namanya dana dalam pelaksanaannya. Selain dana, sarana dan prasarana juga menjadi
bagian penting dalam proses sosialisasinya bahkan dalam proses pelaksanaan kinerjanya. Sama halnya dengan kinerja POKMASWAS ini, diperlukan yang
namanya dana serta sarana dan prasarana yang baik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Namun, dalam kinerja POKMASWAS tidak hanya dana, sarana dan
prasarana saja yang menghambat. Akan tetapi kerjasama nelayan dan dukungan pemerintah juga diperlukan.
Dana untuk program kegiatan POKMASWAS sebenarnya sudah dimasukkan ke dalam APBD namun dana yang diberikan masih kurang mencukup untuk kegiatan
pengawasan yang dilakukan POKMASWAS. Pada dasarnya kegiatan patroli POKMASWAS dilakukan dua kali setiap bulannya, yang dimana pada kegiatan ini
dana tersebut diberikan. Akan tetapi, masalah di lapangan tidak dapat di prediksi dengan pasti. Terkadang bisa saja tiba-tiba POKMASWAS harus turun ke lapangan
Universitas Sumatera Utara
untuk meninjau lokasi apabila nelayan melaporkan jika ada masalah. Hal-hal semacam ini yang tak jarang pula POKMASWAS harus menggunakan dana
pribadinya untuk terjun ke lapangan. Seperti yang dikatakan Bapak Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M.Si selaku Ketua Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang
pada tanggal 18 Juni 2015 mengatakan bahwa : “Dana masih kurang karena keterbatasan APBD. Sudah pernah mengajukan
penambahan akan tetapi kondisi APBD kita ini masih kecil minta ke pusat.” Dalam pengajuan penambahan APBD bagi POKMASWAS ini sebenarnya sudah
dilakukan oleh dinas perikanan dan kelautan. Namun, pengajuan penambahan dana tersebut ditolak dengan alasan kewenangan POKMASWAS hanya sebatas
mengawasi. Seperti yang di katakana oleh Bapak Abdul Rachman, SP selaku Sekretaris Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 18
Juni 2015 mengatakan bahwa : “Peralatan merekakan dapat dikatakan sederhana, kemudian kita kan sekarang
ini dana untuk pengawasan kecil karena mau kita besarkan ada kewenangan yang boleh kita tampung ada yang tidak boleh karena pengawasan patroli kelaut kan itu
harus melibatkan angkatan laut bukan kita lagi, jadi mereka hanya sebagai informan aja gitu. Memberitahu bahwa begini-begini pak, secara langsungnya mereka kita
ikutkan juga Cuma dalam tim mereka gak memiliki kemampuan untuk bergerak sendir
i tidak memiliki kewenangan.”
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Camat Pantai Labu, Bapak Ayub, S.Sos, M.Si pada tanggal 10 Juni 2015 yang menatakan bahwa :
“Masalah POKMASWAS dari kelompok masyarakat, mereka juga butuh biaya pengawasan dan kontrol serta dukungan dana yang sangat minim. Jadi kita
berupayalah untuk POKMASWAS agar bisa di dukung dengan anggaran untuk biaya operasional POKMASWAS supaya dapat menjaga nelayan-nelayan ini khususnya
yang nelayan tradisional. Dana mereka sangat kecil, jadi kalau bisa mendapatkan perhatian agar bisa membiayai mereka untuk operational
”
Universitas Sumatera Utara
ii
Selain dana, ada juga hambatan atau permasalahan yang dihadapi oleh POKMASWAS yaitu masalah dari nelayan itu sendiri. Dimana terdapat kurangnya
kerjasama yang dimiliki nelayan yang terkadang membuat kinerja POKMASWAS menjadi terhambat. Contohnya saja dalam kegiatan pembuatan dokumen kepemilikan
kapal, yang dimana pembuatan dokumen tersebut dilakukan POKMASWAS guna untuk membantu membebaskan nelayan apabila nantinya mereka tertangkap oleh
Pemerintah Malaysia karena secara tidak sengaja berada pada zona Malaysia. Hal tersebut sering terjadi akhir-akhir ini pada nelayan Pantai Labu. Meskipun hal ini
bukan dalam cakupan tugas POKMASWAS, akan tetapi mereka secara suka rela membantu nelayan untuk meminta ijinkan kepada Dinas Perhubungan dan Dinas
Perikanan dan Kelautan dalam pembuatan dokumen tersebut. Akan tetapi, hanya 30 nelayan yang sudah menyerahkan berkas-berkasnya. Padahal dalam hal ini
POKMASWAS sangat membantu sekali dalam memperjelas administrasi nelayan, supaya jika tertangkap lagi seperti sejadian sebelumnya yang dimana nelayan pantai
labu ditangkap pemerintah Malaysia dapat bisa proses dengan cepat karena dokumen- dokumen juga sudah lengkap. Apabila dokumen-dokumennya tidak lengkap akan
susah untuk memulangkan nelayan-nelayan yang tertangkap ini seperti kejadian kemarin-kemarin. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhsan selaku ketua
POKMASWAS pada tanggal 9 Juni 2015 yang mengatakan bahwa : “Adapun hambatan itu yang nelayan ini kan mau kita terapkan juga untuk
pembuatan suatu pendokumen kapal untuk pembuatan suatu pendokumenman kapal di iyakan tapi ya tahu lah nelayan ini hanya sekitar 30 yang membuat dokumen-
dokumen kapal. Sementara dokumen kapal itu juga uda kita bantu dari dinas perhubungan dan dinas perikanan dan kelautan juga uda mengarahkan kepada kita
untuk pembuatan suatu dkumen-dokumen agar dokumen-dokumen nelayan ini biar
jelas.”
Universitas Sumatera Utara
Namun, tidak hanya dana, sarana dan prasarana, serta kerjasama nelayan saja yang menjadi hambatan. Ada juga masalah pencurian barang-barang milik
POKMASWAS, misalnya pencurian perlengkapan kapal patroli. Hal ini disebabkan karena banyaknya pemakai narkoba di pantai labu ini, karena pantai labu ini
merupakan daerah yang paling mudah dalam pengedaran narkoba. Seperti yang dikatakan oleh bapak muhsan selaku ketua POKMASWAS yang mengatakan bahwa :
“Kapal itu memang semua sudah di lengkapi tapi situasi kapal sekarang itu tahulah kalau dip anta labu ini mngkin uda agak-agak terkenal apalagi uda terlalu
banyak narkoba, apa yang di taro apapun hilang. Memang persoalan itu namanya di pesisir namanya narkoba terlalu marak disini. Ampun untuk menjaga barang-barang
itu. Namanya juga pencuri kita jaga dia jaga kita juga. Padahal yang jaga di TPI
orangnya, itu tetap aja hilang.” Selain hal-hal diatas, ada juga yang menghambat kinerja POKMASWAS adalah
kebijakan pemerintah berupa Undang-Undang. Dimana masih banyak permasalahan- permasalahan yang merugikan nelayan tradisional belum dimasukan di dalam
undang-undang. Misalnya dalam penggunaan cakar kerang, dimana penggunaan cakar kerang ini sangat merugikan nelayan tradisonal. Karena cakar kerang ini akan
mengambil kerang-kerang dengan menggunakan alat cakar dari besi. Hal ini sangat merugikan ibu-ibu nelayan kerang yang rata-rata mereka menggunakan tangan
sebagai alat tangkapnya. Namun dengan belum adanya Undang-Undang yang melarangnya, maka dari itu sampai sekarang masalah ini belum dapat diselesaikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhsan selaku Ketua POKMAWAS Pantai Labu pada tanggal 9 Juni yang mengatakan bahwa :
“Masalah cakar kerang sangat susah diberikan jalan keluar karena belum ada larangan dari Undang-U
ndang.”
Universitas Sumatera Utara
ii
Akan tetapi tidak hanya dana dan sarana prasarana POKMASWAS aja yang kurang, bahkan dana dan sarana prasarana Dinas Perikanan Dan Kelautan Bidang
Pengawasan Dan Pengendalian Deli Serdang juga minim. Bahkan kapal-kapal untuk dinas patroli masih kurang mencukupi. Mesipun begitu, jika ada masalah yang
laporkan ke mereka masih tetap diselesaikan dengan anggaran yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sada Ukur Br. Karo, SH selaku Ketua Bidang Pengawasan Dan
Pengenalian Deli Serdang yang pada tanggal 29 Mei 2015 mengatakan bahwa : “Anggaranya minim dan kita gak ada kapal untuk patrol dari dinas perikanan
dan kelautan. Kalaupun ada masalah di lapangan gak ada gunanya kita yang selesaikan Cuma gak ada anggaranya. Masalah-masalah yang di lapangan itu ya
kita selesaikan walaupun tidak ada anggranya.”
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP