Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik Pembuatan Lubang Resapan Biopori

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi tingkat partisipasi warga dalam melaksanakan program Green and Clean ini, seperti kondisi lingkungan yang terdiri dari banyak gang sehingga menghambat proses sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan oleh penyelenggara program, masih terdapat kesenjangan sosial antar warga terutama mengenai status sosial sehingga sulit dilakukan kerjasama antar warga terutama dalam hal pengelolaan sampah di lingkungan dan juga tidak meratanya bantuan yang diberikan oleh pihak pemerintah.

a. Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik

Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan formulir check list mengenai pengolahan sampah, dapat kita lihat sebenarnya hampir seluruh ibu rumah tangga yang menjadi responden telah melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik di rumah mereka. Ada beberapa rumah yang mendapat tong sampah yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, namun sebagian besar masih menggunakan tempat sampah biasa ataupun hanya menggunakan plastik biasa. Secara umum, kondisi lingkungan ini cukup bersih, dikarenakan mobil pengangkut sampah sudah masuk ke gang-gang untuk mengangkut sampah. Dalam melakukan daur ulang sampah dan pembuatan kompos, kegiatan ini hanya terpusat di beberapa rumah, tidak tersebar ke seluruh lingkungan. Jadi hanya beberapa responden saja yang rutin melakukannya. Permasalahan yang ada yakni kurangnya sosialisasi mengenai cara-cara mendaur ulang sampah. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad Fahmi dan Hendrawan mengenai evaluasi program Jakarta Green and Clean, pengolahan sampah merupakan indikator yang paling sulit diterapkan di masing- masing lingkungan dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kemauan dari warga masyarakat. Banyaknya waktu yang dibutuhkan dan juga biaya yang diperlukan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut.

b. Pembuatan Lubang Resapan Biopori

Dari hasil pengamatan untuk pembuatan lubang resapan biopori, masih banyak warga yang kurang mengetahui kegunaan dan seberapa dalam lubang ini harus dibuat. Lubang yang mereka buat hanya berdasarkan ukuran mereka sendiri dengan menggunakan ukuran tangan saja. Untuk ukuran standar lubang biopori seharusnya dibuat dengan kedalaman 80-100 cm dan dengan diameter 10- 30 cm agar lubang biopori tersebut dapat berfungsi dengan baik. Sebagian besar warga yang membuat lubang biopori ini hanya menggunakan lubang ini untuk daerah resapan air padahal di dalam lubang biopori juga dapat dilakukan pengomposan dengan memasukkan sampah organik atau sampah basah kedalamnya. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan menjadi salah satu penyebab rendahnya pengetahuan ibu dan masih banyak ibu yang menganggap bahwa belum terlalu penting untuk membuat lubang biopori ini. Universitas Sumatera Utara 5.3 Hubungan Umur dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara umur responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, responden yang melakukan pengolahan sampah tidak terpaku pada jenis umur tertentu. Pada umumnya, responden yang berumur 50 tahun keatas seharusnya lebih mempunyai banyak waktu untuk mengolah sampah yang ada dirumahnya dikarenakan tidak memiliki kegiatan di luar rumah, tetapi banyak juga dari mereka yang malas dan beranggapan tidak punya waktu untuk mengolah sampah yang ada di rumah mereka. Ibu rumah tangga yang berumur 15-49 tahun atau dapat dikategorikan ibu yang masih muda, pada kenyataannya memang banyak yang tidak mau mengolah sampah, dikarenakan kesibukan atau ketidakpedulian mereka. Tetapi bagi ibu yang punya kesadaran lebih baik, mereka juga melakukan pengolahan sampah dengan baik. 5.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan terakhir berdasarkan wawancara peneliti kepada ibu rumah tangga sebagai responden kebanyakan adalah tamatan SLTP dan SLTA. Hal ini dianggap wajar karena wilayah Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II ini merupakan lingkungan sederhana dan hal ini sudah cukup baik. Namun, karena kelurahan Pulo Brayan Darat II masih dalam wilayah perkotaan banyak juga responden yang melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi dikarenakan tuntutan pekerjaan ataupun keinginan responden sendiri. Ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan sedang maupun pendidikan tinggi, umumnya memiliki pengetahuan yang baik tentang sampah dan mengetahui bagaimana cara mengolah sampah dengan baik dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan rendah. 5.5 Hubungan Status Pekerjaan dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Umumnya bagi mereka yang bekerja tidak memiliki cukup waktu untuk mengolah sampah yang ada di rumah. Mereka yang bekerja lebih sibuk dengan urusan pekerjaan dan lebih beranggapan bahwa sampah hanya cukup dibuang saja dan sudah ada petugas yang akan mengangkut sampah mereka. Sedangkan responden yang tidak bekerja atau tidak memiliki kesibukan di luar rumah lebih mempunyai banyak waktu untuk bergotong royong melakukan pengolahan Universitas Sumatera Utara sampah di lingkungan mereka. Namun, ada juga responden yang tidak bekerja tetapi tidak mau melakukan pengolahan sampah dengan alasan tidak perlu dan membuang-buang waktu saja. 5.6 Hubungan Jumlah Penghasilan dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara penghasilan responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Asumsi penulis, dengan keadaan ekonomi sekarang ini, dimana harga kebutuhan sehari-hari terus melonjak naik, sehingga menurunkan daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, sangatlah sulit untuk memikirkan hal lain, karena beban hidup yang ditanggung tidak ringan. Tetapi berdasarkan hasil wawancara peneliti, ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah maupun berpenghasilan tinggi, tidak mempengaruhi mereka dalam melakukan pengolahan sampah. Meskipun mengolah sampah juga membutuhkan biaya, mereka tidak keberatan untuk melakukannya. Justru, mereka yang berpenghasilan tinggi enggan mengeluarkan sedikit uangnya untuk mengolah sampah yang ada di rumah maupun lingkungan mereka. 5.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Umumnya ibu yang memiliki pengetahuan baik dan sedang dapat meningkatkan perilaku mereka dalam melaksanakan kebersihan lingkungan salah satunya dengan melakukan pengolahan sampah domestik. Masih kurangnya pengetahuan sebagian ibu disebabkan oleh tingkat pendidikan maupun kurangnya sosialisasi dan penyuluhan dari pihak pemerintah dan penyelenggara program. Menurut Tim Ahli WHO 1984 bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya jika melihat tetangganya juga melakukan hal yang sama. Begitu juga dengan pelaksanaan pengolahan sampah, biasanya ibu-ibu akan mau mengikuti hal-hal yang dilakukan oleh teman-teman sejawatnya. Tingkat pengetahuan responden secara umum dapat ditingkatkan melalui penyuluhan dan sosialisasi yang baik oleh pemerintah setempat dan didukung oleh tokoh masyarakat di daerah tersebut. 5.8 Hubungan Sikap dengan Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II Kota Medan Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan pengolahan sampah domestik di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat II. Purwanto 1998 dalam Sinaga 2009 mengatakan bahwa sikap merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa tingginya jumlah responden yang memiliki sikap kategori baik sebanding dengan tingginya responden yang memiliki pengetahuan kategori baik dan sedang. Notoatmodjo 2003 juga mengatakan secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan, ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti, bahwa responden dengan sikap yang baik cenderung melakukan pengolahan sampah dengan baik. Pengetahuan dan sikap yang sudah baik dari responden adalah modal dasar untuk melakukan tindakan yang baik pula, hanya dibutuhkan rangsangan-rangsangan atau motivasi untuk melakukan hal yang tidak pernah dilakukan, serta meningkatkan dan terus melakukan hal-hal positif yang telah dilakukan. Umumnya jika ibu rumah tangga sebagai responden telah paham mengenai pengolahan sampah, maka hal tersebut otomatis menjadi kebutuhan, karena pada dasarnya melakukan pengolahan sampah adalah tindakan yang berdampak positif dalam banyak hal, seperti kesehatan, ekonomi dan sosial. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan