Pencegahan pencemaran lingkungan oleh logam berat krom limbah cair penyamakan kulit (studi kasus di Kabupaten Bogor)
'ad1 u!z! Muoq unnddo qnluaq uolop !u! s!lnq ohoq ynmlas noqo ug6oqas quhuoq~adurawuop uqurnurn6uaur 6uo~ol!az
'ad] ~ b ! b
6ubA
~ ub6u!luadaq ubq!6n~awqbp!l ubd!ln6uad .q
'~D~DSDLU
nPns UD~D!URnow q!l!~qum!lnuad 'uo~odoluounmAuad 'yo!url! D A J ucqlnuad
~
'uo!q!lauad 'uoq!p!puad uo6u!quadaq qnlun ~15uoy
uod!qnljuad 'D
uaqurns uoqqnqahuaur uop uoqwnqumuaur oduoq !u! s!lnj ohoq ynrnlas nojo uq6oqas d!jn6uaur 6uo~ol!a'1
Ijuopun-Buopun !Bunpu!l!a oqd!3 q o ~
A $ ! s J ~ A !l u
e ~ n l l n 3 ! J~ 6O~~
O ~
LJuvuguC!ue+.Idd +ll+!+sul)wdl q!I!Ul e+u!a qCH
ABSTRAK
ETI ROHAETI. Pencegahan Pencemaran Lingkungan oleh Logam Berat Krom
Limbah Cair Penyamakan Kulit (Studi Kasus di Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh
MUCHAMMAD SRI SAENI, BIBIANA WIDIYATI LAY dan ASTIANA
SASTIONO
Mengurangi limbah pada sumber pencemarnya merupakan upaya terbaik
mencegah pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri. Pada penelitian ini telah
diamati pola penanganan limbah cair kegiatan penyamakan kulit (tannery) serta
penerapan teknik perolehan kembali krom (chromium recovery) sebagai upaya
engurangi pembuangan krom pada kegiatan penyamakan kulit di Kabupaten Bogor.
erolehan kembali krom dilakukan dengan mengendapkan krom yang terdapat pada
$imbah cair proses penyamakan (lanning) dengan cara menambahkan larutan NaOH
d , 5 M pada limbah tersebut sehingga dicapai pH 8 atau 9. Pemilihan pH bertujuan
hP) t u k mendapatkan konsentrasi krom pada filtrat sebesar 20 ppm, yaitu batas
$onsentrasi pengendapan krom yang masih efisien. Selanjutnya, krom yang masih
gersisa pada filtrat dijerapkan pada zeolit menggunakan dua cara. Cara pertama
pengalirkan filtrat ke dalam unggun zeolit (fzxed-bed method); dan cara kedua
Qnengocok filtrat dengan zeolit (batch method). Zeolit yang digunakan berasal dari
qenambangan di daerah Cikalong, Lampung dan Cikembar. Pengukuran kemampuan
&enjerapan zeolit terhadap larutan horn simulasi telah juga dilakukan sebagai
5pembanding.
'CI
Pola penanganan limbah cair penyamakan kulit di Kabupaten Bogor adalah
(D
henggabungkan semua jenis limbah cair, baik limbah cair tanning maupun limbah
zcair lain dalam satu bak penampung. Tidak ditemukan perlakuan khusus terhadap
aimbah tanning. Tidak ada penerapan teknik penggunaan ulang limbah tanning baik
osecara
langsung (reuse) maupun melalui perolehan kembali krom. Larutan penyamak
a
$selalu dibuat dari bahan baku krorn yang baru. Berdasarkan debit pembuangan limbah
tanning dan kadar krom pada limbah tersebut yang berkisar antara 1.595 sampai
4.357 ppm pada Penyamakan A dan 2.669 sampai 3.966 pada Penyamakan B serta
jumlah pemakaian krom pada proses retanning di Penyamakan C maka dapat
ditentukan jumlah krom yang terbuang dari l im bah cair penyamakan kulit di
Kabupaten Bogor sebesar 14,22-36,62 kg/hari. B ila dilakukan teknik perolehan
kembali krom maka penggunaan krom dapat dihemat sebesar 13,20-35,60 kghari.
Penghematan ini sekaligus potensi menahan pencemaran krom pada lingkungan.
Pengendapan limbah tanning dan perlakuan pada zeolit menunjukkan hasil
sebagai berikut : Konsentrasi krom dan kation lain pada filtrat dipengaruhi oleh
onsentrasi krom pada limbah tanning awal, pH serta cara pengendapan. Konsentrasi
rom pada filtrat paling mendekati 20 ppm diperoleh pada pengendapan limbah
0
a d e n g a n konsentrasi awal 2.669 ppm pada pH 9 (kondisi pengendapan 11). Pada
0kondisi tersebut diperoleh endapan dengan kadar krom lebih dari 17,8%. Kapasitas
ljerapan maksimum terhadap ion krom asal limbah pada penjerapan cara batch
h e b e s a r 681, 856 dan 86 mglkg masing-masing untuk zeolit Cikalong, Lampung dan
mcikembar;
sementara pada cara unggun sebesar 237, 299 dan 66 mglkg. Kapasitas
1
Tjjerapan maksimum terhadap ion krom simulasi pada cara batch sebesar 1.747, 2.466
c dan 1.150 mglkg; dan cara unggun sebesar 1.732, 2.444 dan 85 1, masing-masing
Zuntuk zeolit Cikalong, Lampung dan Cikembar.
Q'
h
V
4
s
3
C
3
-.
<
0
3
-.
u"
ABSTRACT
ETI ROHAETI. Prohibition of an Environmental Pollution caused by Chromium
Tanning Wastewater (A Bogor District Case). Supervised by MUCHAMMAD SRI
SAENI, BIBIANA WIDlYATl LAY and ASTIANA SASTIONO
Reducing any waste directly from its sources had been the best way to cope
with industrial-based environmental pollutions. In this research the system of waste
water management of tannery activities and the application of chromium recovery as
means of reducing chromium waste from tanning activities in Bogor District was
bserved. The chromium recovery was conducted by precipitating the chromium in
anning wastewater by adding the NaOH 1.5 M solution until its pH reach 8 or 9.
s h e aims of selecting pH is to obtain the chromium in the fiftrat to be about 20 ppm,
s h a t is the limit of the concentration of chromium precipitation which is considered
z o be still efficient. Furthermore, the rest of chromium in the filtrate was adsorp in
geolites by using two methods. The first method was that by flowing its filtrate into a
golumn of zeolite (fixed-bed method), and the second was to stirring up the filtrate
#irectly with the zeolite (batch method). The zeolites used in this research were
Rbrigininated from mining areas of Cikalong, Lampung and Cikembar. The
aeasurement of zeolites absortivy to the chromium originated from simulation
3olution was also exercised for the comparison purpose.
c
The existing system of tanning wastewater management in Bogor district are
rC
aenerally done by integrating all wastewater into a storage container. There is no
$special treatment to the tanning waste. Neither, is the application of tanning waste re:use nor chromium recovery technique. In fact its tanning solution is always made of
P)
'new chromium as raw material. Based on the rate of tanning waste flow and the
:degree of chromium inside, that ranks whithin 1.595 to 4.357 pprn at the Tannery A;
0
:and 2.699 to 3.966 ppm at the Tannery B and also based on chromium consumption
-at the re-tanning process in Tannery C, then the amount of chromium disposal from
the tanning wastewater in Bogor district is whithin 14.22 - 36.62 kglday. By
implementing a chromium recovery technique the consumption of the chromium can
then be saved until1 13.2 - 35.06 kg/day. This amount also indicate the potential level
of managing the environmental pollution that is cause by chromium.
The precipitation of tanning waste and the treatments appplied to the zeolites
suggested the following: The concentration of chromium and other cation in the
filtrate is affected by initial concentration of chromium in the tanning waste, pH and
the method of precipitation. The concentration of chromium at the filtrate that is the
losest by 20 ppm was obtained at the waste precipitation with initial concentration
,669 ppm at the pH of 9 (precipitation condition 11). Under such conditions it was
0
rnobtained
a filtrate with chromium level more than 17.8 %. Under batch method, the
omaxirnum capacity of zeolites to the chromium ion originated from the waste is
-respectively 681, 856, and 86 mg/kg each for Cikalong, Lampung and Cikembar
kzeolites); meanwhile under fixed-bed method it is respectively 237, 299 and 66
(Qmg/kg. By using chromium ion simulation, this figure is respectively 1,747, 2,466
=and 1,150 mglkg (batch method) and 1,732, 2,444 and 851 (fixed-bed method) each
0
c for Cikalong, Lampung and Cikembar.
8
h
@
e
sC
3
7'
(D
2
-.
u"
'ad] ~ b ! b
6ubA
~ ub6u!luadaq ubq!6n~awqbp!l ubd!ln6uad .q
'~D~DSDLU
nPns UD~D!URnow q!l!~qum!lnuad 'uo~odoluounmAuad 'yo!url! D A J ucqlnuad
~
'uo!q!lauad 'uoq!p!puad uo6u!quadaq qnlun ~15uoy
uod!qnljuad 'D
uaqurns uoqqnqahuaur uop uoqwnqumuaur oduoq !u! s!lnj ohoq ynrnlas nojo uq6oqas d!jn6uaur 6uo~ol!a'1
Ijuopun-Buopun !Bunpu!l!a oqd!3 q o ~
A $ ! s J ~ A !l u
e ~ n l l n 3 ! J~ 6O~~
O ~
LJuvuguC!ue+.Idd +ll+!+sul)wdl q!I!Ul e+u!a qCH
ABSTRAK
ETI ROHAETI. Pencegahan Pencemaran Lingkungan oleh Logam Berat Krom
Limbah Cair Penyamakan Kulit (Studi Kasus di Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh
MUCHAMMAD SRI SAENI, BIBIANA WIDIYATI LAY dan ASTIANA
SASTIONO
Mengurangi limbah pada sumber pencemarnya merupakan upaya terbaik
mencegah pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri. Pada penelitian ini telah
diamati pola penanganan limbah cair kegiatan penyamakan kulit (tannery) serta
penerapan teknik perolehan kembali krom (chromium recovery) sebagai upaya
engurangi pembuangan krom pada kegiatan penyamakan kulit di Kabupaten Bogor.
erolehan kembali krom dilakukan dengan mengendapkan krom yang terdapat pada
$imbah cair proses penyamakan (lanning) dengan cara menambahkan larutan NaOH
d , 5 M pada limbah tersebut sehingga dicapai pH 8 atau 9. Pemilihan pH bertujuan
hP) t u k mendapatkan konsentrasi krom pada filtrat sebesar 20 ppm, yaitu batas
$onsentrasi pengendapan krom yang masih efisien. Selanjutnya, krom yang masih
gersisa pada filtrat dijerapkan pada zeolit menggunakan dua cara. Cara pertama
pengalirkan filtrat ke dalam unggun zeolit (fzxed-bed method); dan cara kedua
Qnengocok filtrat dengan zeolit (batch method). Zeolit yang digunakan berasal dari
qenambangan di daerah Cikalong, Lampung dan Cikembar. Pengukuran kemampuan
&enjerapan zeolit terhadap larutan horn simulasi telah juga dilakukan sebagai
5pembanding.
'CI
Pola penanganan limbah cair penyamakan kulit di Kabupaten Bogor adalah
(D
henggabungkan semua jenis limbah cair, baik limbah cair tanning maupun limbah
zcair lain dalam satu bak penampung. Tidak ditemukan perlakuan khusus terhadap
aimbah tanning. Tidak ada penerapan teknik penggunaan ulang limbah tanning baik
osecara
langsung (reuse) maupun melalui perolehan kembali krom. Larutan penyamak
a
$selalu dibuat dari bahan baku krorn yang baru. Berdasarkan debit pembuangan limbah
tanning dan kadar krom pada limbah tersebut yang berkisar antara 1.595 sampai
4.357 ppm pada Penyamakan A dan 2.669 sampai 3.966 pada Penyamakan B serta
jumlah pemakaian krom pada proses retanning di Penyamakan C maka dapat
ditentukan jumlah krom yang terbuang dari l im bah cair penyamakan kulit di
Kabupaten Bogor sebesar 14,22-36,62 kg/hari. B ila dilakukan teknik perolehan
kembali krom maka penggunaan krom dapat dihemat sebesar 13,20-35,60 kghari.
Penghematan ini sekaligus potensi menahan pencemaran krom pada lingkungan.
Pengendapan limbah tanning dan perlakuan pada zeolit menunjukkan hasil
sebagai berikut : Konsentrasi krom dan kation lain pada filtrat dipengaruhi oleh
onsentrasi krom pada limbah tanning awal, pH serta cara pengendapan. Konsentrasi
rom pada filtrat paling mendekati 20 ppm diperoleh pada pengendapan limbah
0
a d e n g a n konsentrasi awal 2.669 ppm pada pH 9 (kondisi pengendapan 11). Pada
0kondisi tersebut diperoleh endapan dengan kadar krom lebih dari 17,8%. Kapasitas
ljerapan maksimum terhadap ion krom asal limbah pada penjerapan cara batch
h e b e s a r 681, 856 dan 86 mglkg masing-masing untuk zeolit Cikalong, Lampung dan
mcikembar;
sementara pada cara unggun sebesar 237, 299 dan 66 mglkg. Kapasitas
1
Tjjerapan maksimum terhadap ion krom simulasi pada cara batch sebesar 1.747, 2.466
c dan 1.150 mglkg; dan cara unggun sebesar 1.732, 2.444 dan 85 1, masing-masing
Zuntuk zeolit Cikalong, Lampung dan Cikembar.
Q'
h
V
4
s
3
C
3
-.
<
0
3
-.
u"
ABSTRACT
ETI ROHAETI. Prohibition of an Environmental Pollution caused by Chromium
Tanning Wastewater (A Bogor District Case). Supervised by MUCHAMMAD SRI
SAENI, BIBIANA WIDlYATl LAY and ASTIANA SASTIONO
Reducing any waste directly from its sources had been the best way to cope
with industrial-based environmental pollutions. In this research the system of waste
water management of tannery activities and the application of chromium recovery as
means of reducing chromium waste from tanning activities in Bogor District was
bserved. The chromium recovery was conducted by precipitating the chromium in
anning wastewater by adding the NaOH 1.5 M solution until its pH reach 8 or 9.
s h e aims of selecting pH is to obtain the chromium in the fiftrat to be about 20 ppm,
s h a t is the limit of the concentration of chromium precipitation which is considered
z o be still efficient. Furthermore, the rest of chromium in the filtrate was adsorp in
geolites by using two methods. The first method was that by flowing its filtrate into a
golumn of zeolite (fixed-bed method), and the second was to stirring up the filtrate
#irectly with the zeolite (batch method). The zeolites used in this research were
Rbrigininated from mining areas of Cikalong, Lampung and Cikembar. The
aeasurement of zeolites absortivy to the chromium originated from simulation
3olution was also exercised for the comparison purpose.
c
The existing system of tanning wastewater management in Bogor district are
rC
aenerally done by integrating all wastewater into a storage container. There is no
$special treatment to the tanning waste. Neither, is the application of tanning waste re:use nor chromium recovery technique. In fact its tanning solution is always made of
P)
'new chromium as raw material. Based on the rate of tanning waste flow and the
:degree of chromium inside, that ranks whithin 1.595 to 4.357 pprn at the Tannery A;
0
:and 2.699 to 3.966 ppm at the Tannery B and also based on chromium consumption
-at the re-tanning process in Tannery C, then the amount of chromium disposal from
the tanning wastewater in Bogor district is whithin 14.22 - 36.62 kglday. By
implementing a chromium recovery technique the consumption of the chromium can
then be saved until1 13.2 - 35.06 kg/day. This amount also indicate the potential level
of managing the environmental pollution that is cause by chromium.
The precipitation of tanning waste and the treatments appplied to the zeolites
suggested the following: The concentration of chromium and other cation in the
filtrate is affected by initial concentration of chromium in the tanning waste, pH and
the method of precipitation. The concentration of chromium at the filtrate that is the
losest by 20 ppm was obtained at the waste precipitation with initial concentration
,669 ppm at the pH of 9 (precipitation condition 11). Under such conditions it was
0
rnobtained
a filtrate with chromium level more than 17.8 %. Under batch method, the
omaxirnum capacity of zeolites to the chromium ion originated from the waste is
-respectively 681, 856, and 86 mg/kg each for Cikalong, Lampung and Cikembar
kzeolites); meanwhile under fixed-bed method it is respectively 237, 299 and 66
(Qmg/kg. By using chromium ion simulation, this figure is respectively 1,747, 2,466
=and 1,150 mglkg (batch method) and 1,732, 2,444 and 851 (fixed-bed method) each
0
c for Cikalong, Lampung and Cikembar.
8
h
@
e
sC
3
7'
(D
2
-.
u"