penyebaran yang lebih dari satu. Hal ini menunjukkan besarnya kemampuan setiap sektor dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan. Subsektor pariwisata yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran lebih
besar dari satu adalah hotel bintang 1.81143, jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata 1.40664, komunikasi, pos, dan giro 1.16925,
dan restoran, rumah makan, warung 1.10806. Arti dari nilai-nilai tersebut adalah bahwa keempat sektor tersebut memiliki kemampuan dalam mendorong
pertumbuhan sektor hilirnya di atas rata-rata. Nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu menunjukkan bahwa output dari sektor-sektor tersebut sebagian
besar digunakan untuk konsumsi langsung.
5.4. Analisis Dampak Multiplier
Analisis dampak multiplier bertujuan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel
eksogen seperti permintaan akhir. Analisis dampak pengganda yang digunakan terdiri dari dua tipe yaitu, tipe I yang diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matrik
kebalikan Leontief terbuka dan tipe II yang diperoleh dari matrik kebalikan Leontief tertutup. Pengganda tipe I dan tipe II adalah hasil dari proses mekanisme
dampak yang terdiri dari efek awal initial effect, efek putaran pertama first round effect, efek dukungan industry industrial support effect, dan efek induksi
konsumsi.
Pengganda tipe I diperoleh dengan jalan menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satu satuan efek awal,
sedangkan pengganda tipe II diperoleh dengan menjumlahkan semua tahap dalam proses mekanisme dampak untuk setiap satu satuan efek awal. Pada pengganda
output tipe I dan II, dampak diukur untuk tiap satu satuan perubahan output, sedangkan pada pengganda pendapatan tipe I dan II diukur setiap satu satuan
perubahan pendapatan.
5.4.1. Analisis Dampak Multiplier Output
Berdasarkan hasil analisis multiplier output pada Tabel 17, sektor yang mempunyai nilai multiplier output tipe I tertinggi adalah sektor jasa sosial
kemasyarakatan dengan nilai sebesar 1.9586. Sedangkan, sektor yang mempunyai
nilai multiplier output tipe II tertinggi adalah sektor jasa pemerintahan umum
dengan nilai sebesar 2.8546. Sektor pariwisata mempunyai nilai multiplier tipe I sebesar 1.5231. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan
permintaan akhir di sektor pariwisata sebesar satu rupiah, maka output pada semua sektor akan meningkat sebesar 1.5231 rupiah.
Apabila efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukkan rumah tangga ke dalam model, maka didapat nilai pengganda tipe II yang nilainya
selalu lebih besar dari tipe I. Nilai multiplier output tipe II sektor pariwisata adalah sebesar 1.9657, yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan pengeluaran
rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata sebesar satu rupiah, maka output di semua sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1.9657 rupiah.
Tabel 17. Multiplier Output Ssektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL
FIRST INDUST CONSM
TOTAL TYPE I TYPE II
Pertanian 1
0.3868 0.223
0.4007 2.0106
1.6098 2.0106
Tambang dan Galian
1 0.1961
0.1124 0.6662
1.9747 1.3085
1.9747 Sektor Industri
Pengolahan 1
0.4736 0.2745
0.4199 2.1681
1.7482 2.1681
Sektor Listrik dan Air Minum
1 0.0461
0.0212 0.4386
1.5059 1.0673
1.5059 Sektor Bangunan
1 0.3758
0.2031 0.5161
2.095 1.5789
2.095 Sektor
Perdagangan 1
0.2664 0.1442
0.4579 1.8685
1.4106 1.8685
Sektor Pariwisata 1
0.3402 0.183
0.4426 1.9657
1.5231 1.9657
Perbankan 1
0.3957 0.2094
0.2142 1.8193
1.6051 1.8193
Persewaan Bangunan dan
Tanah 1
0.0889 0.0501
0.0987 1.2377
1.139 1.2377
Lembaga Keuangan
Lainnya 1
0.3773 0.1674
0.4526 1.9973
1.5447 1.9973
Jasa Perusahaan 1
0.3652 0.1904
0.4984 2.054
1.5556 2.054
Jasa Pemerintahan
Umum 1
0.0736 0.0401
1.7409 2.8546
1.1137 2.8546
Jasa Sosial kemasyarakatan
1 0.6278
0.3308 0.6372
2.5958 1.9586
2.5958 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 13 Sektor diolah
Nilai multiplier output tipe I subsektor pariwisata yang dilihat berdasarkan Tabel 18 berkisar antara 1.1086-1.8372. Nilai multiplier output tipe I tertinggi
adalah subsektor travel biro dengan nilai 1.8372. Nilai tersebut menunjukkan jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output travel biro sebesar satu
rupiah, maka output pada semua sektor akan meningkat sebesar Rp. 1.8372. Tingginya nilai multiplier subsektor travel biro adalah karena sektor ini banyak
digunakan secara langsung oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara selama mereka berwisata di Provinsi Bali.
Tabel 18. Multiplier Output Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL FIRST
INDUST CONSM TOTAL TYPE I TYPE II
Restoran, rumah makan, warung
1 0.4888 0.2558
0.3839 2.1286
1.7447 2.1286
Hotel bintang 1 0.3247
0.171 0.4493
1.945 1.4957
1.945 Hotel non bintang
1 0.3654 0.1763
0.5623 2.104
1.5417 2.104
Angkutan umum darat dan angkutan
darat lainnya 1 0.3133
0.0901 0.419
1.8224 1.4035
1.8224 Angkutan carter
darat 1
0.272 0.0847
0.3644 1.7211
1.3567 1.7211
Angkutan laut antar pulaunegara
1 0.1908 0.061
0.6078 1.8596
1.2518 1.8596
Angkutan wisata 1 0.2062
0.0827 0.5867
1.8756 1.2889
1.8756 Angkutan
penyebrangan 1 0.0801
0.0284 0.7752
1.8838 1.1086
1.8838 Angkutan udara
1 0.3017 0.1726
0.4269 1.9013
1.4744 1.9013
Travel biro 1 0.5525
0.2847 0.4699
2.3071 1.8372
2.3071 Jasa penunjang
angkutan Lainnya 1 0.1543
0.0721 0.4534
1.6797 1.2264
1.6797 Komunikasi, pos,
dan giro 1 0.2531
0.1053 0.3124
1.6708 1.3584
1.6708 Money changer
1 0.3282 0.17
0.2633 1.7615
1.4982 1.7615
Atraksi budaya 1
0.218 0.1262
0.16 1.5041
1.3441 1.5041
Jasa hiburan lainnya 1 0.1906
0.0666 0.3609
1.6182 1.2573
1.6182 Jasa perorangan,
rumahtangga lainnya termasuk
pramuwisata 1 0.1625
0.0729 0.6049
1.8402 1.2353
1.8402 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 28 Sektor diolah
Apabila efek konsumsi rumah tangga dimasukkan ke dalam model, maka akan didapat multiplier output tipe II, dimana nilainya lebih besar dari multiplier
output tipe II. Nilai multiplier output tipe II subsektor pariwisata berkisar antara 1.2606-2.3071. Nilai multiplier output tipe II subsektor pariwisata tertinggi
berasal dari subsektor travel biro sebesar 2.3071. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja di
subsektor travel biro sebesar satu rupiah, maka output semua sektor akan meningkat sebesar Rp. 2.3071.
Dari hasil analisis di atas, tingginya nilai multiplier output baik tipe I maupun tipe II subsektor travel biro dibandingkan subsektor pariwisata lainnya
menunjukkan bahwa subsektor travel biro merupakan subsektor pariwisata yang mampu mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah output wilayah yang
berarti mampu mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah pada tingkat yang lebih baik.
5.4.2. Analisis Dampak Multiplier Pendapatan
Berdasarkan tabel 19, sektor ekonomi yang berada di urutan pertama adalah sektor perbankan. Nilai multipler pendapatan tipe I sektor perbankan
adalah 3.7231 dan nilai multiplier tipe II sebesar 4.7352. Sektor pariwisata memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1.4738, yang berarti bahwa
adanya peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara sektoral sebesar Rp. 1.4738 secara
langsung maupun tidak langsung. Nilai multiplier pendapatan tipe II sektor pariwisata adalah sebesar 1.8801. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi
peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah pada sektor pariwisata, maka pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata yang dibelanjakan
ke semua sektor perekonomian lainnya akan meningkat sebesar Rp. 1.8801, dimana rumah tangga dimasukkan sebagai variabel endogen dalam model.
Dilihat berdasarkan subsektor pariwisata pada Tabel 20, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor yang mempunyai potensi untuk mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat, dengan nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 2.4116 dan tipe II sebesar 3.0622. Subsektor lainnya yang memiliki
potensi dalam peningkatan pendapatan masyarakat yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung dan subsektor travel biro.
Tabel 19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL FIRST INDUST CONSM TOTAL TYPE I
TYPE II Pertanian
0.1221 0.0526 0.0302
0.0557 0.2606
1.6783 2.1345
Tambang dan Galian 0.2925 0.0313
0.0168 0.0926
0.4332 1.1645
1.4811 Sektor Industri
Pengolahan 0.1144 0.0633
0.037 0.0584
0.273 1.8763
2.3864 Sektor Listrik dan
Air Minum 0.2142
0.007 0.003
0.061 0.2852
1.0467 1.3313
Sektor Bangunan 0.1712 0.0644
0.0283 0.0717
0.3356 1.5416
1.9607 Sektor Perdagangan
0.1836 0.0306 0.0199
0.0636 0.2977
1.2747 1.6212
Sektor Pariwisata 0.1531 0.0482
0.0251 0.0615
0.2878 1.4783
1.8801 Perbankan
0.0294 0.0509 0.0292
0.0298 0.1393
3.7231 4.7352
Persewaan Bangunan dan
Tanah 0.0295 0.0135
0.0075 0.0137
0.0642 1.7135
2.1793 Lembaga Keuangan
Lainnya 0.1631 0.0453
0.0231 0.0629
0.2943 1.4188
1.8045 Jasa Perusahaan
0.1743 0.0537 0.0268
0.0693 0.3241
1.4622 1.8597
asa Pemerintahan Umum
0.8733 0.011
0.0057 0.242
1.132 1.0191
1.2962 Jasa Sosial
kemasyarakatan 0.1848 0.0948
0.0462 0.0886
0.4144 1.7628
2.242 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 13 Sektor diolah
Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan, dapat disimpulkan bahwa sektor perbankan adalah sektor yang paling potensial dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian, dan pendapatan daerah. Dilihat dari subsektor pariwisata, subsektor atraksi budaya merupakan
subsektor pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian, dan pendapatan daerah.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengalokasikan setiap satuan uang permintaan akhir untuk dibelanjakan kepada output sektor-sektor yang mempunyai angka
pendapatan tertinggi. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi peningkatan
pendapatan dalam perekonomian, yaitu dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat Provinsi Bali agar segera terbebas dari belenggu lingkaran setan
kemiskinan. Tabel 20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL FIRST
INDUST CONSM TOTAL TYPE I TYPE II
Restoran, rumah makan, warung
0.0922 0.068
0.0369 0.0532
0.2503 2.1374
2.714 Hotel bintang
0.16 0.0461
0.0246 0.0622
0.2929 1.4419
1.8308 Hotel non bintang
0.2061 0.0573
0.0252 0.0779
0.3665 1.4001
1.7779 Angkutan umum
darat dan angkutan darat lainnya
0.1282 0.0744
0.0124 0.058
0.2731 1.6772
2.1296 Angkutan carter
darat 0.1141
0.0615 0.0115
0.0505 0.2375
1.64 2.0825
Angkutan laut antar pulaunegara
0.2677 0.0352
0.0091 0.0842
0.3961 1.1655
1.4799 Angkutan wisata
0.2562 0.0339
0.011 0.0812
0.3824 1.1753
1.4924 Angkutan
penyebrangan 0.3788
0.0148 0.0044
0.1074 0.5053
1.0506 1.3341
Angkutan udara 0.1546
0.0401 0.0245
0.0591 0.2783
1.4175 1.7999
Travel biro 0.1158
0.084 0.0414
0.0651 0.3063
2.0836 2.6457
Jasa penunjang angkutan Lainnya
0.1963 0.0249
0.0115 0.0628
0.2955 1.1853
1.505 Komunikasi, pos,
dan giro 0.1069
0.0364 0.0171
0.0433 0.2037
1.5002 1.9049
Money changer 0.0818
0.0308 0.0225
0.0365 0.1716
1.6521 2.0978
Atraksi budaya 0.0341
0.03 0.0181
0.0222 0.1043
2.4116 3.0622
Jasa hiburan lainnya
0.1542 0.0213
0.0097 0.05
0.2352 1.2012
1.5253 Jasa perorangan,
rumahtangga lainnya termasuk
pramuwisata 0.2811
0.0191 0.0104
0.0838 0.3943
1.1047 1.4027
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 28 Sektor diolah
5.4.3. Analisis Dampak Multiplier Tenaga Kerja
Hasil analisis multiplier tenaga kerja pada Tabel 21, memperlihatkan bahwa sektor pariwisata berada di urutan ketiga untuk multiplier tenaga kerja tipe
I yaitu sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Nilai multiplier tenaga kerja sektor pariwisata tipe I sebesar 1.9531 berarti bahwa sektor pariwisata akan
menciptakan lapangan kerja sebanyak 2 orang pada semua sektor perekonomian apabila output sektor pariwisata meningkat sebesar satu juta rupiah. Nilai
multiplier tipe II sektor pariwisata sebesar 2.7533 berarti bahwa jika terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebesar satu unit, maka
akan mempunyai dampak peningkatan lapangan kerja sebesar 3 unit diseluruh sektor perekonomian.
Tabel 21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL FIRST INDUST CONSM TOTAL TYPE I
TYPE II Pertanian
0.0455 0.0133 0.0066
0.0109 0.0763
1.4376 1.6783
Tambang dan Galian 0.0198 0.0042
0.0029 0.0182
0.0451 1.3562
2.2737 Sektor Industri
Pengolahan 0.0287 0.0148
0.008 0.0115
0.063 1.794
2.193 Sektor Listrik dan
Air Minum 0.0032 0.0007
0.0005 0.012
0.0163 1.3761
5.1473 Sektor Bangunan
0.0236 0.0088 0.0054
0.0141 0.0519
1.6025 2.1996
Sektor Perdagangan 0.0278 0.0043
0.0034 0.0125
0.048 1.2785
1.7283 Sektor Pariwisata
0.0151 0.0092 0.0052
0.0121 0.0416
1.9531 2.7533
Perbankan 0.0058 0.0055
0.0051 0.0059
0.0222 2.8071
3.809 Persewaan
Bangunan dan Tanah
0.0058 0.0018 0.0012
0.0027 0.0115
1.5276 1.9932
Lembaga Keuangan Lainnya
0.0321 0.0057 0.004
0.0124 0.0541
1.3016 1.6872
Jasa Perusahaan 0.0343 0.0055
0.0051 0.0136
0.0585 1.3099
1.7072 asa Pemerintahan
Umum 0.0465 0.0012
0.001 0.0475
0.0963 1.0492
2.0724 Jasa Sosial
kemasyarakatan 0.0098 0.0105
0.0091 0.0174
0.0468 2.9939
4.7637 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 13 Sektor diolah
Berdasarkan Tabel 22, subsektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I tertinggi adalah subsektor atraksi budaya sebesar 6.4881. Nilai tersebut
mengandung arti bahwa subsektor atraksi budaya akan menciptakan lapangan kerja untuk 6 orang tenaga kerja di semua sektor perekonomian jika output sektor
tersebut meningkat sebesar Rp. 1 juta. Subsektor pariwisata lain yang memiliki
nilai multiplier tenaga kerja tipe I tinggi adalah subsektor travel biro dan subsektor restoran, rumah makan dan warung.
Tabel 22. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali
SECTOR INITIAL FIRST
INDUST CONSM TOTAL TYPE I
TYPE II Restoran, rumah
makan, warung 0.014
0.016 0.0072
0.0102 0.0474
2.6615 3.3951
Hotel bintang 0.0242
0.01 0.0047
0.012 0.0509
1.607 2.1019
Hotel non bintang 0.0312 0.0081
0.0044 0.015
0.0588 1.4021
1.8827 Angkutan umum
darat dan angkutan darat lainnya
0.0075 0.0045 0.0019
0.0112 0.0252
1.8575 3.3407
Angkutan carter darat
0.0067 0.0039 0.0017
0.0097 0.022
1.8373 3.2876
Angkutan laut antar pulaunegara
0.0157 0.0024 0.0014
0.0162 0.0357
1.2384 2.2691
Angkutan wisata 0.0151 0.0029
0.0018 0.0156
0.0354 1.3116
2.3511 Angkutan
penyebrangan 0.0223 0.0011
0.0006 0.0207
0.0447 1.0777
2.007 Angkutan udara
0.0091 0.0044 0.0045
0.0114 0.0293
1.975 3.2286
Travel biro 0.0068 0.0101
0.0075 0.0125
0.037 3.5927
5.4355 Jasa penunjang
angkutan Lainnya 0.0115 0.0028
0.0016 0.0121
0.0281 1.3878
2.436 Komunikasi, pos,
dan giro 0.0063 0.0031
0.0022 0.0083
0.0199 1.8411
3.168 Money changer
0.0161 0.0037 0.0034
0.007 0.0302
1.4427 1.8794
Atraksi budaya 0.0018 0.0066
0.0035 0.0043
0.0163 6.4881
8.7968 Jasa hiburan lainnya
0.0082 0.0021 0.0018
0.0096 0.0217
1.4726 2.646
Jasa perorangan, rumahtangga lainnya
termasuk pramuwisata
0.015 0.0029 0.0017
0.0161 0.0357
1.3097 2.3886
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 updating, Klasifikasi 28 Sektor diolah
Dilihat dari tabel 24, subsektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe II tertinggi adalah subsektor atraksi budaya sebesar 8.9587, artinya apabila
terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di subsektor atraksi budaya sebesar satu unit akan berdampak pada peningkatan lapangan kerja sebesar 9 orang di
seluruh sektor perekonomian. Sektor pariwisata lain yang memiliki nilai
multiplier tenaga kerja yang tinggi adalah sektor travel biro dan sektor restoran, rumah makan dan warung.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata melalui sub sektornya yaitu subsektor atraksi budaya yang memiliki nilai pengganda tenaga
kerja terbesar menjadi sangat sensitif dalam menciptakan lapangan kerja dibandingkan dengan sektor lain dalam pembangunan perekonomian Provinsi
Bali. Hal ini disebabkan sektor atraksi budaya bersifat padat tenaga kerja. Demikian pula sebaliknya, sektor dengan nilai pengganda tenaga kerja yang kecil
menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang sensitif dalam menciptakan lapangan kerja karena sektor tersebut lebih bersifat padat modal. Dengan penyerapan tenaga
kerja sektor pariwisata melalui subsektornya yaitu sektor atraksi budaya yang tinggi, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung sektor pariwisata
dapat mengurangi pengangguran di berbagai sektor ekonomi di Provinsi Bali, sehingga pemerintah dapat terus mengembangkan sektor ini dalam mengatasi
masalah pengangguran yang ada di Provinsi Bali.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN