pH Limbah Bahan Pemucat Setelah Recovery Bleach Power

32 Gambar 18. Diagram Warna Limbah Bahan Pemucat Setelah Recovery Warna limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol dan n-heksana pada gambar diatas berada pada kuadran I, nilai o Hue bahan pemucat untuk isopropanol ialah antara 74,28 – 75,29 o sedangkan untuk n-heksana antara 72,18 – 72,65 o . Nilai o Hue limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol cenderung lebih kuning cerah dibandingkan dengan limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan n-heksana, hal ini disebabkan karena residu pigmen yang ada cukup sedikit pada limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol sehingga warna kuning dari pigmen tersebut tidak terlalu pekat. Nilai Chroma limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol antara 95,59 – 97,20 sedangkan nilai Chroma limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan n-heksana antara 92,58 – 92,66, semakin tinggi nilai o Hue dan Chroma limbah bahan pemucat, menunjukkan warna lebih kuning dan intensitas warnanya lebih pekat.

7. pH Limbah Bahan Pemucat Setelah Recovery

Pengukuran nilai pH pada limbah bahan pemucat dilakukan untuk mengukur berapa tingkat keasaman limbah bahan pemucat setelah proses recovery. Nilai pH limbah bahan pemucat setelah recovery berkisar antara 3,21 sampai 3,43. Analisis keragaman α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pelarut memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap nilai pH limbah bahan pemucat. Hal ini 33 disebabkan karena jenis pelarut tidak merubah nilai pH limbah bahan pemucat ketika proses ekstraksi berlangsung. Hasil analisis keragaman untuk nilai pH limbah bahan pemucat dapat dilihat pada Lampiran 3g. Nilai pH limbah bahan pemucat tidak berubah secara signifikan meskipun telah dilakukan recovery. Nilai keasaman limbah bahan pemucat sangat penting karena berpengaruh terhadap kemampuan mengadsorpsi pigmen warna. Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben mempunyai pH mendekati netral Ketaren, 1986.

8. Bleach Power

Bentonit hasil recovery diukur bleach power, penentuan bleach power bertujuan untuk melihat kemampuan atau daya adsorb bahan pemucat setelah recovery , parameter yang ditentukan dalam bleach power adalah nilai transmiten minyak yang dipucatkan oleh bahan pemucat hasil recovery. Nilai T minyak sebelum dipucatkan degummed oil kurang dari 6. Pengukuran nilai T minyak hasil pemucatan dengan bahan pemucat hasil recovery dilakukan dengan mengencerkan minyak dengan pelarut dengan faktor pengenceran sebesar 100 kali. Nilai T pada minyak yang dipucatkan oleh bahan pemucat hasil recovery berkisar antara 30,0 – 39,9 . Histogram perlakuan terhadap bleach power disajikan pada Gambar 20. Gambar 20. Histogram Perlakuan Terhadap Nilai Kejernihan Minyak 34 Analisis keragaman α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pelarut organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap bleach power, pelarut isopropanol dan n-heksana memberikan pengaruh yang saling berbeda nyata terhadap nilai T minyak yang telah dipucatkan oleh limbah bahan pemucat hasil recovery. Hasil analisis keragaman untuk bleach power dapat dilihat pada Lampiran 3h. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan nilai bleach power paling tinggi adalah limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan pelarut isopropanol dengan nisbah 1 banding 7 yaitu sebesar 39,9 . Nilai bleach power limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol cenderung lebih tinggi dibandingkan menggunakan n-heksana, hal ini dikarenakan pori-pori pada limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan isopropanol cenderung terbuka karena pigmen yang ada sebelumnya telah terlarutkan ketika proses ekstraksi, sehingga pori-pori bahan pemucat tersebut lebih banyak mengadsorp pigmen warna. Pada limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan n-heksana, pori- porinya cenderung lebih tertutup karena masih banyak pigmen yang ada sehingga penyerapan pigmen warna pada minyak ketika proses pemucatan berlangsung menjadi terhambat. 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan Rendemen minyak yang dihasilkan dari proses recovery menggunakan pelarut isopropanol memberikan nilai rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan n-heksana yaitu mencapai 21,74 . Kepolaran pelarut organik selain berpengaruh terhadap rendemen juga berpengaruh terhadap kejernihan minyak. Kejernihan minyak hasil recovery menggunakan n-heksana lebih jernih dibanding dengan minyak hasil recovery menggunakan isopropanol. Minyak hasil recovery pada umumnya sudah rusak baik oleh oksidasi maupun hidrolisis. Kadar abu yang terdapat pada minyak hasil recovery bernilai kurang dari 1. Warna limbah bahan pemucat hasil recovery minyak dengan isopropanol memberikan nilai Lightness, o Hue dan Chroma yang lebih tinggi dibanding limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan n-heksana. Nilai pH limbah bahan pemucat tidak berubah setelah dilakukan proses recovery menggunakan pelarut. Nilai pH limbah bahan pemucat sebelum atau sesudah recovery pada umumnya bersifat asam, yang nilainya berkisar antara 3,21 - 3,43. Nilai Bleach power limbah bahan pemucat hasil recovery menggunakan pelarut isopropanol memberikan nilai T yang lebih tinggi dibanding dengan menggunakan n- heksana. Pemilihan pelarut untuk proses recovery dapat dipilih berdasarkan tujuan penggunaannya baik minyak ataupun bahan pemucat. Pelarut n-heksana lebih baik digunakan untuk mengekstraksi minyak yang ada pada limbah bahan pemucat, sedangkan untuk pelarut isopropanol lebih baik digunakan untuk pemanfaatan limbah bahan pemucat sebagai bahan pemucat kembali.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penggunaan limbah bahan pemucat hasil recovery untuk proses bleaching. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penggunaan minyak hasil recovery.