Tinggi Tanaman 5 MST Pengaruh Ketinggian Sumber Air

Gambar 12. Pengaruh interaksi ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus terhadap tinggi tanaman pada 2 MST Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman semakin besar seiring dengan pertambahan ketinggian sumber air pada semua perlakuan.

4. Tinggi Tanaman 5 MST Pengaruh Ketinggian Sumber Air

Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 12 dapat dilihat bahwa perlakuan ketinggian air memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 5 MST. Hasil uji Duncan pengaruh ketinggian sumber air terhadap tinggi tanaman pada 5 MST untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 13. Pengaruh ketinggian sumber air terhadap tinggi tanaman pada 5 MST Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman terbesar pada T 2 dengan nilai 219.40 cm dan tinggi tanaman terendah pada T 1 dengan nilai 153.3 cm.. Pengaruh Jarak Tanam Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 12 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 5 MST. Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap tinggi tanaman pada 5 MST untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Pengaruh jarak tanam terhadap tinggi tanaman pada 5 MST Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman yang terbesar terdapat pada D 1 dengan nilai 201.4 cm, sedangkan yang terendah pada D 2 dengan nilai 171.3 cm. Pengaruh Panjang Selang Infus Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 12 dapat dilihat bahwa perlakuan panjang selang infus memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 5 MST. Hasil uji Duncan pengaruh panjang selang infus terhadap tinggi tanaman pada 5 MST untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 15. Pengaruh panjang selang infus terhadap tinggi tanaman pada 5 MST Dari Gambar 15 dapat dilihat tinggi tanaman pada 5 MST yang terbesar terdapat pada P 2 dengan nilai 192.1 cm dan yang terkecil pada P 1 dengan nilai 180.6 cm. Pengaruh Interaksi Ketinggian Sumber Air, Jarak Tanam dan Panjang Selang Infus Pada analisa sidik ragam Lampiran 12 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 5 MST. Demikian juga dengan interaksi antara ketinggian sumber air dengan jarak tanam dan interaksi antara ketinggian sumber air dengan panjang selang infus. Sedangkan pengaruh interaksi yang tidak nyata hanya terdapat pada interaksi antara jarak tanam dengan panjang selang infus. Pengaruh interaksi ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus terhadap tinggi tanaman 5 MST pada garis regresi linier pada Gambar 16. Universitas Sumatera Utara Gambar 16. Pengaruh interaksi ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang Selang infus terhadap diameter batang pada 5 MST Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman semakin besar seiring dengan pertambahan ketinggian sumber air pada semua perlakuan. Produktivitas Buah Pengaruh Ketinggian Sumber Air Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 14 dapat dilihat bahwa perlakuan ketinggian air memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Hasil uji Duncan pengaruh ketinggian sumber air terhadap produktivitas buah untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 15. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 17. Pengaruh ketinggian sumber air terhadap produktivitas buah Dari Gambar 17 di atas dapat dilihat bahwa produktivitas buah yang terbesar diperoleh dari perlakuan ketinggian sumber air 2 meter dengan nilai 215.05 gram. Sedangkan yang terendah dari ketinggian sumber air 1 meter yaitu dengan nilai 155.616 gram. Terlihat bahwa faktor ketinggian sumber air memberikan hasil yang berbeda juga pada hasil buah mentimun. Pengaruh Jarak Tanam Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 14 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap produktivitas buah untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 15. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 18. Pengaruh jarak tanam terhadap produktivitas buah Dari Gambar 18 diperoleh bahwa produktivitas buah yang terbesar diperoleh dari jarak tanam 40 cm sebesar 207.7 gram. Sedangkan yang terendah diperoleh dari jarak tanam 20 cm dengan nilai 162.96 gram. Faktor jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas buah yang dihasilkan oleh tanaman mentimun. Pengaruh Panjang Selang Infus Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 14 dapat dilihat bahwa perlakuan panjang selang infus memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Hasil uji Duncan pengaruh panjang selang infus terhadap produktivitas buah untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 15. Sedangkan garis regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Pengaruh ketinggian sumber air terhadap produktivitas buah Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa produktivitas buah terbesar diperoleh dari faktor panjang selang infus 75 cm yaitu sebesar 191.91 gram. Sedangkan yang terendah diperoleh dari panjang selang infus 150 cm. Faktor panjang selang infus memberikan pengaruh juga terhadap produktivitas buah. Pengaruh Interaksi Ketinggian Sumber Air, Jarak Tanam dan Panjang Selang Infus Pada analisa sidik ragam Lampiran 15 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Demikian juga interaksi antara tinggi sumber air dengan jarak tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Sedangkan interaksi tinggi sumber air dan panjang selang infus memberikan pengaruh tidak nyata, lain halnya dengan interaksi jarak tanam dengan panjang selang infus yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap produktivitas buah rata-rata. Pengaruh interaksi ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus terhadap produktivitas buah pada garis regresi linier pada Gambar 20. Universitas Sumatera Utara Gambar 20. Pengaruh interaksi ketinggian sumber air, jarak tanam dan panjang selang infus terhadap produktivitas buah Dari Gambar 20 di atas dapat dilihat bahwa produktivitas buah meningkat seiring dengan meningkatnya ketinggian sumber air. Debit Air Keluar Rata-rata Debit adalah banyaknya volume air yang tertampung atau mengalir per satuan waktu. Debit untuk irigasi tetes tergantung dari jenis tanah dan tanaman Keller dan Bliesner, 1990. Debit air keluar rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1. Pada penelitian ini debit yang ditampung dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada hari pertama, hari kedua dan hari ketiga. Besarnya debit tertampung dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Volume air tertampung selama 1 jam pada hari pertama Perlakuan Volume pada lateral selama 1 jam ml Qa mljam L 1 L 2 L 3 T 1 D 1 P 1 38.2 39.2 38.6 522 T 1 D 2 P 1 26.3 27.4 26.8 805 T 1 D 1 P 2 34.3 35.2 34.8 580 T 1 D 2 P 2 29.3 29.9 29.5 887 T 2 D 1 P 1 59.6 62.4 61.6 918 T 2 D 2 P 1 43.6 44.1 43.9 1316 T 2 D 1 P 2 67.4 70.6 68.6 1033 T 2 D 2 P 2 47.5 49.3 48.2 1450 Dari data volume air tertampung selama 1 jam pada tabel di atas dapat dilihat bahwa volume air tertampung yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 1 P 2 pada L 2 yaitu 70.6 ml, dengan debit air keluar rata-rata sebesar 1033 mljam. Sedangkan volume air tertampung yang paling kecil diperoleh dari perlakuan T 1 D 2 P 1 pada L 1 yaitu 26.3 ml, dengan debit air keluar rata-rata 805 mljam. Data debit air keluar rata-rata yang terbesar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1450 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 522 mljam. Pada perlakuan faktor ketinggian sumber air 2 meter nilai Qa yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1450 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 2 D 1 P 1 918 mljam. Hasil yang diperoleh sesuai juga dengan faktor ketinggian 1 meter, dimana diperoleh nilai Qa yang paling besar pada perlakuan T 1 D 2 P 2 dengan nilai 887 mljam dan yang terkecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 522 mljam. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Volume air tertampung selama 1 jam pada hari kedua Perlakuan Volume pada lateral selama 1 jam ml Qa mljam L 1 L 2 L 3 T 1 D 1 P 1 36.0 37.2 36.6 477 T 1 D 2 P 1 24.3 25.4 24.8 745 T 1 D 1 P 2 31.4 32.2 31.8 549 T 1 D 2 P 2 36.0 37.2 36.6 797 T 2 D 1 P 1 57.4 60.4 59.6 887 T 2 D 2 P 1 41.6 42.1 41.9 1256 T 2 D 1 P 2 64.4 67.6 65.6 988 T 2 D 2 P 2 44.4 46.3 45.2 1359 Dari data volume air tertampung pada hari kedua selama 1 jam pada tabel di atas dapat dilihat bahwa volume air tertampung yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 1 P 2 pada L 2 yaitu 67.6 ml, dengan debit air keluar rata-rata sebesar 988 mljam. Sedangkan volume air tertampung yang paling kecil diperoleh dari perlakuan T 1 D 2 P 1 pada L 1 yaitu 24.3 ml, dengan debit air keluar rata-rata 745 mljam. Data debit air keluar rata-rata yang terbesar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1359 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 447 mljam. Pada perlakuan faktor ketinggian sumber air 2 meter nilai Qa yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1359 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 2 D 1 P 1 887 mljam. Hasil yang diperoleh sesuai juga dengan faktor ketinggian 1 meter, dimana diperoleh nilai Qa yang paling besar pada perlakuan T 1 D 2 P 2 dengan nilai 797 mljam dan yang terkecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 447 mljam. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Volume air tertampung selama 1 jam pada hari ketiga Perlakuan Volume pada lateral selama 1 jam ml Qa mljam L 1 L 2 L 3 T 1 D 1 P 1 34.0 35.2 34.6 447 T 1 D 2 P 1 21.4 22.4 21.8 656 T 1 D 1 P 2 32.0 33.2 32.6 489 T 1 D 2 P 2 24.3 24.9 24.5 737 T 2 D 1 P 1 55.8 58.4 57.6 859 T 2 D 2 P 1 38.7 39.1 38.9 1167 T 2 D 1 P 2 61.4 64.6 62.6 943 T 2 D 2 P 2 42.4 44.3 43.2 1299 Dari data volume air tertampung pada hari ketiga selama 1 jam pada tabel di atas dapat dilihat bahwa volume air tertampung yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 1 P 2 pada L 2 yaitu 64.6 ml, dengan debit air keluar rata-rata sebesar 943 mljam. Sedangkan volume air tertampung yang paling kecil diperoleh dari perlakuan T 1 D 2 P 1 pada L 1 yaitu 21.4 ml, dengan debit air keluar rata-rata 656 mljam. Data debit air keluar rata-rata yang terbesar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1299 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 477 mljam. Pada perlakuan faktor ketinggian sumber air 2 meter nilai Qa yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1299 mljam, sedangkan yang paling kecil pada perlakuan T 2 D 1 P 1 859 mljam. Hasil yang diperoleh sesuai juga dengan faktor ketinggian 1 meter, dimana diperoleh nilai Qa yang paling besar pada perlakuan T 1 D 2 P 2 dengan nilai 737 mljam dan yang terkecil pada perlakuan T 1 D 1 P 1 dengan nilai 477 mljam. Dari data volume air tertampung pada hari kedua selama 1 jam diperoleh volume air tertampung pada semua perlakuan semakin berkurang dibandingkan Universitas Sumatera Utara dengan volume air tertampung pada hari pertama. Hal ini karena air yang terdapat pada drum akan semakin berkurang, dengan berkurangnya volume drum maka debit yang dihasilkan akan cenderung berkurang juga. Hasil pengamatan pada hari ketiga sebanding dengan pengamatan pada hari kedua. Dari semua hasil pengamatan dapat dilihat bahwa debit air keluar rata- rata yang terbesar diperoleh dari perlakuan dengan tinggi sumber air 2 meter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erizal 2003 yang menyatakan bahwa semakin besar tinggi air penampungan akan semakin tinggi pula tekanan, oleh karena tekanan berpengaruh pada debit emiter. Dari data pada tabel di atas dapat dilihat debit keluaran emiter yang terbesar terjadi pada awal penyiraman air irigasi. Semakin lama air yang dialirkanditeteskan, semakin kecil debit yang dihasilkan, hal ini dikarenakan semakin sedikit ketersediaan sumber air yang berada di dalam tabung sumber air maka tekanan yang dihasilkan juga akan semakin kecil. Debit yang dihasilkan tiap jamnya relatif sama, namun pada saluran irigasi tetes, debit paling besar terjadi pada emiter yang berada di tengah tiap-tiap lateral, sedangkan debit terkecil terjadi pada emiter akhir dari tiap-tiap lateral. Keseragaman Air Irigasi Dalam budidaya tanaman secara hidroponik keseragaman air sangat penting untuk diperhatikan. Nilai keseragaman irigasi diperoleh dengan menghitung nilai koefisien keseragaman irigasi CUCoefficient Uniformity dengan menggunakan persamaan 2. Besarnya nilai keseragaman debit emiter disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Nilai Keseragaman Debit Emiter Hari T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 I 95.79 93.94 95.06 94.12 92.99 96.40 97.75 95.42 II 95.78 93.26 95.14 93.77 92.88 96.26 98.34 95.03 III 95.54 92.29 95.14 93.18 92.36 96.19 98.26 94.96 Rata-rata 95.70 93.16 95.11 93.69 92.74 96.28 98.12 95.14 Dari data yang disajikan di atas dapat dilihat keseragaman debit emiter yang paling tinggi terdapat pada perlakuan T 2 D 1 P 2 sebesar 98.12, sedangkan yang terendah pada perlakuan T 2 D 1 P 1 yaitu sebesar 92.74. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa keseragaman debit emiter dari semua perlakuan berada di atas 90, yang berarti nilai keseragaman debit keluaran emiter sudah memenuhi standar keseragaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sapei 2003 , besarnya nilai keseragaman irigasi tetes haruslah lebih besar dari 90. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan irigasi tetes mampu mendistribusikan air yang cukup merata pada tiap-tiap emiter dalam setiap perlakuan. Namun apabila nilai keseragaman irigasi tetes tidak mencapai 90, maka jaringan irigasi tetes dinilai tidak layak, karena pendistribusian air tidak merata yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil pengamatan diperoleh diameter batang yang terbesar baik pada periode tengah tanaman maupun akhir tanaman sama, yaitu pada perlakuan T 2 D 1 P 2 dengan nilai 0.337 cm dan 0.454 cm, sedangkan diameter batang yang terkecil dihasilkan dari perlakuan T 1 D 2 P 1 dengan nilai 0.202 cm dan 0.271 cm. 2. Dengan mengamati tinggi tanaman di lapangan diperoleh data yang sama baik pada periode pertengahan tanaman maupun akhir tanaman yang paling besar pada perlakuan T 2 D 1 P 2 sebesar 55 cm dan 232 cm, sedangkan yang paling rendah pada perlakuan T 1 D 2 P 1 yaitu sebesar 37.9 cm dan 133 cm. 3. Produktivitas buah mentimun Cucumis sativus L. yang terbesar diperoleh dari perlakuan T 2 D 1 P 2 dengan berat total 1469 gram, sedangkan yang terendah pada perlakuan T 1 D 2 P 1 dengan berat total 746.5 gram. 4. Debit air keluar rata-rata yang terbesar diperoleh dari perlakuan T 2 D 2 P 2 sebesar 1369.3 mljam, sedangkan yang terendah diperoleh dari perlakuan T 1 D 1 P 1 . 5. Besarnya nilai keseragaman Coefficient Uniformity CU yang paling besar diperoleh dari perlakuan T 2 D 1 P 2 sebesar 98.12, sementara yang paling rendah dari perlakuan T 2 D 1 P 1 dengan nilai 92.74. 6. Ditinjau dari diameter batang rata-rata, tinggi tanaman, produktivitas buah, dan keseragaman air irigasi perlakuan yang digunakan sebaiknya T 2 D 1 P 2 . Universitas Sumatera Utara Saran 1. Air yang digunakan untuk irigasi tetes sebaiknya air yang berasal dari mata airsumur atau air yang tidak mengandung karat dan kaporit, sehingga tidak terjadi penyumbatan pada emiter irigasi tetes 2. Emiter alternatif selang infus yang digunakan sebaiknya diperiksa berkala berupa pencucian emiter seminggu sekali untuk menghindari terjadinya penyumbatan berupa penumpukan karat, lumut, dan kotoran yang terkandung di dalam air irigasi 3. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan komoditi yang sama dan dengan media tanam yang berbeda Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Alwi, M., N. Fauziati dan Nurita. 2006. Serapan Hara dan Pertumbuhan Mentimun, Lobak, serta Sawi pada Kadar Air Tanah Gambut yang Berbeda. Anonim, 2008. Kemarau Datang Irigasi Mikro pada Lahan Kering Jadi Pilihan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 30 No. 3. BPS, 2006. Sumatera Utara dalam angka 2006. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan. Emigarden, 2008. Komponen Media Tanam. http:www.emirgarden.com [28 Juli 2009, 11:52 PM]. Erizal, 2003. Aplikasi Teknologi Irigasi Sprinkler dan Drip. Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Ginting, M., 1994. Irigasi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik USU, Medan. Hamzah, 2006. Dengan Irigasi Tetes Panen Bisa Diatur. http:www.cvbertokoh.com . [2 Juni 2009, 11:04 AM]. Hansen, V.E., O.W. Israelsen dan G.E Stringham, 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Penerjemah Endang P. Tachyan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hartus,T., 2002. Berkebun Hidoponik secara Murah. Penebar Swadaya, Jakarta. James, D.W., O.W. Israelsen, and G.E. Stringham, 1982. Modern Irrigated Soils, Department of Soil Science and Meteorology. Utah State University, Utah. Keller, J., and R.D Bliesner, 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. Publishing by Van Nostrand Reinhold, New York. Murty, V.V.N., 2002. Land and Water Management Engineering 3 rd edition. Kalyani Publisher, New Delhi. Najiyanti dan Danarti, 1993. Petunjuk Cara Menyiram Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Nasution, H., Y.N. Muhammad, A.N. Lubis, G.N. Sutopo, A.D. Muhammad, Go Ban dan H.H Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Unila Press, Lampung. Prastowo, 2003. Teknologi Irigasi Hemat Air. Pusat Pengkajian dan Penerapan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika CREATA. Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Sapriyanto, dan H.T. Nora, 1999. Efisiensi Penggunaan Air pada Sistem Irigasi Tetes dan Curah untuk Tanaman Krisan chrysantenum sp. Buletin Keteknikan Pertanian. Vol. 13 No. 7. Universitas Sumatera Utara Sumpena, U., 2007. Budidaya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, Secara Tumpang Gilir. Penebar Swadaya, Jakarta. Susila, D.A., 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB, Bogor. Sutiyoso, Y., 2003. Aeroponik Sayuran : Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Penebar Swadaya, Jakarta. Tim Penulis PS, 1997. Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta. Untung, O., 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT Nutrien Film Technique. Penebar Swadaya, Jakarta. Wuryaningsih, 2008. Media Tanam Tanaman Hias. http:www.kebonkembang.com . [21 Juli 2009, 1:00 AM]. Yustina, 2008. Fertigasi Pilihan Tepat untuk Efisiensi Air dan Pupuk P. http:www.tanindo.com . [13 Februari 2009, 9:33 PM]. Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Data tinggi tanaman pada 2 MST dan 5 MST Tinggi tanaman 2 MST cm Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 47.6 37.2 48.4 39.3 51.2 40.0 54.6 43.3 2 49.8 38.7 50.6 41.4 52.8 42.0 55.4 44.0 3 48.0 37.8 49.0 40.1 49.8 41.0 55.0 42.5 Rataan 48.5 37.9 49.3 40.3 51.3 41.0 55.0 43.3 Tinggi tanaman 5 MST cm Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 156.0 130.5 177.0 136.0 228.0 192.0 229.0 213.5 2 161.0 136.0 184.0 140.0 235.0 200.0 236.0 216.5 3 158.0 132.5 180.0 138.0 230.0 196.0 231.0 214.5 Rataan 158.3 133.0 180.3 138.0 231.0 196.0 232.0 214.8 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Produktivitas buah Produktivitas buah I Ulanga n T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 176.0 132.0 196.0 136.0 222.0 213.5 252.0 207.0 2 182.0 136.5 200.0 142.0 244.0 220.0 262.0 216.0 3 178.0 134.5 198.0 140.0 238.0 215.0 254.0 211.5 Total 536.0 403.0 594.0 418.0 704.0 648.5 768.0 634.5 Produktivitas buah II Ulanga n T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 168.0 112.0 182.0 120.5 204.0 174.0 230.0 186.0 2 178.0 117.5 189.0 125.0 206.0 179.0 237.0 191.0 3 170.0 114.0 185.0 122.5 200.0 176.0 234.0 189.0 Total 516.0 343.5 556.0 368.0 610.0 529.0 701.0 566.0 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Data Pengamatan Diameter Batang 2 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 T 1 D 1 P 1 0.244 0.250 0.246 0.740 0.247 T 1 D 2 P 1 0.198 0.205 0.202 0.605 0.202 T 1 D 1 P 2 0.264 0.272 0.268 0.804 0.268 T 1 D 2 P 2 0.218 0.219 0.216 0.653 0.218 T 2 D 1 P 1 0.292 0.300 0.294 0.886 0.295 T 2 D 2 P 1 0.221 0.226 0.223 0.670 0.223 T 2 D 1 P 2 0.334 0.340 0.336 1.010 0.337 T 2 D 2 P 2 0.240 0.244 0.242 0.726 0.242 Total 2.011 2.056 2.027 6.094 Rataan 0.251 0.257 0.253 0.254 Daftar Analisis Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST Sumber db JK KT Fhit F.05 F.01 sidik petak utama ulangan 2 0.000130083 0.00006504 faktor petak utama T 1 0.0100 0.010004167 240100 4.28 7.88 galat t 2 0.0000001 0.00000004 sidik anak petak faktor anak petak D 1 0.02574 0.0257415 13.49017 4.28 7.88 TxD 1 0.0019 0.001908167 864.0755 4.28 7.88 Galat d 4 0.000009 0.00000221 sidik anak-anak petak faktor anak-anak petak P 1 0.003552667 0.003552667 18.43945 4.28 7.88 TxP 1 0.00019 0.000192667 0.655329 tn 4.28 7.88 DxP 1 0.000294 0.000294 2.609467 tn 4.28 7.88 TxDxP 1 0.00011 0.000112667 37.81818 4.28 7.88 galat P 8 0.0000238 0.00000298 Umum 23 0.0420 Fk = 1.547 kk a = 0.08. kk b = 0.52. kk c = 0.79 = nyata pada taraf 1 tn = tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Data Pengamatan Diameter Batang 5 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 T 1 D 1 P 1 0.314 0.322 0.318 0.954 0.318 T 1 D 2 P 1 0.268 0.274 0.271 0.813 0.271 T 1 D 1 P 2 0.370 0.376 0.374 1.120 0.373 T 1 D 2 P 2 0.311 0.315 0.313 0.939 0.313 T 2 D 1 P 1 0.444 0.450 0.448 1.342 0.447 T 2 D 2 P 1 0.369 0.374 0.371 1.114 0.371 T 2 D 1 P 2 0.452 0.456 0.454 1.362 0.454 T 2 D 2 P 2 0.424 0.429 0.426 1.279 0.426 Total 2.952 2.996 2.975 8.923 Rataan 0.369 0.375 0.372 0.372 Daftar Analisis Sidik Ragam Diameter Batang 5 MST Sumber db JK KT Fhit F.05 F.01 sidik petak utama ulangan 2 0.000121 0.0000605 faktor petak utama T 1 0.0673 0.0673 124264.7 4.28 7.88 galat t 2 0.0000011 0.00000054 sidik anak petak faktor anak petak D 1 0.0167 0.0167 3311.479 4.28 7.88 TxD 1 0.0000050 0.000005 7.117647 4.28 7.88 Galat d 4 0.0000028 0.00000071 sidik anak-anak petak faktor anak-anak petak P 1 0.0095 0.00948 19.87326 4.28 7.88 TxP 1 0.000477 0.000477 1.038458 tn 4.28 7.88 DxP 1 0.000459 0.00046 0.322133 tn 4.28 7.88 TxDxP 1 0.00143 0.0014 1755.128 4.28 7.88 galat P 8 0.0000065 0.00000081 Umum 23 0.0960 Fk = 3.317 kk a = 0.08. kk b = 0.52. kk c = 0.79 = nyata pada taraf 1 = berbeda nyata pada taraf 5 tn= tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 T 1 D 1 P 1 47.6 49.8 48.0 145.4 48.5 T 1 D 2 P 1 37.2 38.7 37.8 113.7 37.9 T 1 D 1 P 2 48.4 50.6 49.0 148.0 49.3 T 1 D 2 P 2 39.3 41.4 40.1 120.8 40.3 T 2 D 1 P 1 51.2 52.8 49.8 153.8 51.3 T 2 D 2 P 1 40.0 42.0 41.0 123.0 41.0 T 2 D 1 P 2 54.6 55.4 55.0 165.0 55.0 T 2 D 2 P 2 43.3 44.0 42.5 129.8 43.3 Total 361.6 374.7 363.2 1099.5 Rataan 45.2 46.8 45.4 45.8 Daftar Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST Sumber db JK KT Fhit F.05 F.01 sidik petak utama ulangan 2 12.7675 6.38375 faktor petak utama T 1 79.57 79.57042 203.809 4.28 7.88 galat t 2 0.78083 0.390417 sidik anak petak faktor anak petak D 1 650.00 650.0004 309.463 4.28 7.88 TxD 1 2.10 2.100417 22.0131 4.28 7.88 Galat d 4 0.38 0.095417 sidik anak-anak petak faktor anak-anak petak P 1 31.9704 31.97042 11.1379 4.28 7.88 TxP 1 2.870 2.870417 6889 4.28 7.88 DxP 1 0.00042 0.000417 0.00013 tn 4.28 7.88 TxDxP 1 3.30 3.300417 8.44907 4.28 7.88 galat P 8 3.125 0.390625 Umum 23 786.49 Fk = 50370.884 kk a = 0.08. kk b = 0.52. kk c = 0.79 = nyata pada taraf 1 tn = tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 T 1 D 1 P 1 156.0 161.0 158.0 475.0 158.3 T 1 D 2 P 1 130.5 136.0 132.5 399.0 133.0 T 1 D 1 P 2 177.0 184.0 180.0 541.0 180.3 T 1 D 2 P 2 136.0 140.0 138.0 414.0 138.0 T 2 D 1 P 1 228.0 235.0 230.0 693.0 231.0 T 2 D 2 P 1 192.0 200.0 196.0 588.0 196.0 T 2 D 1 P 2 229.0 236.0 231.0 696.0 232.0 T 2 D 2 P 2 213.5 216.5 214.5 644.5 214.8 Total 1462.0 1508.5 1480.0 4450.5 Rataan 182.8 188.6 185.0 185.4 Daftar Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST Sumber db JK KT Fhit F.05 F.01 sidik petak utama ulangan 2 60.3958333 30.1979 faktor petak utama T 1 26246.12 26246.1 66112.7 4.28 7.88 galat t 2 0.79398148 0.39699 sidik anak petak faktor anak petak D 1 5440.07 5440.07 59.1045 4.28 7.88 TxD 1 92.04 92.0417 156.236 4.28 7.88 Galat d 4 2.36 0.58912 sidik anak-anak petak faktor anak-anak petak P 1 797.337963 797.338 31.4509 4.28 7.88 TxP 1 25.352 25.3519 219.04 4.28 7.88 DxP 1 0.11574074 0.11574 0.00026 tn 4.28 7.88 TxDxP 1 444.91 444.907 731.494 4.28 7.88 galat P 8 4.866 0.60822 Umum 23 33112.00 Fk = 833282.667 kk a = 0.08. kk b = 0.52. kk c = 0.79 = nyata pada taraf 1 tn = tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Data Pengamatan Produktivitas Buah Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 T 1 D 1 P 1 172.0 180.0 174.0 526.0 175.3 T 1 D 2 P 1 122.0 127.0 124.3 373.3 124.4 T 1 D 1 P 2 189.0 194.5 191.5 575.0 191.7 T 1 D 2 P 2 128.3 133.5 131.3 393.0 131.0 T 2 D 1 P 1 213.0 225.0 219.0 657.0 219.0 T 2 D 2 P 1 193.8 199.5 195.5 588.8 196.3 T 2 D 1 P 2 241.0 249.5 244.0 734.5 244.8 T 2 D 2 P 2 196.5 203.5 200.3 600.3 200.1 Total 1455.5 1512.5 1479.8 4447.8 Rataan 181.9 189.1 185.0 185.3 Daftar Analisis Sidik Ragam Produktivitas Buah Sumber db JK KT Fhit F.05 F.01 sidik petak utama ulangan 2 203.785833 101.89292 faktor petak utama T 1 21193.9267 21193.927 7514.467 4.28 7.88 galat t 2 5.64083333 2.8204167 sidik anak petak faktor anak petak D 1 12015.375 12015.375 16.50007 4.28 7.88 TxD 1 728.201667 728.20167 291.475 4.28 7.88 Galat d 4 9.99333333 2.4983333 sidik anak-anak petak faktor anak-anak petak P 1 1037.535 1037.535 61.02549 4.28 7.88 TxP 1 17.0016667 17.001667 0.045022 tn 4.28 7.88 DxP 1 377.626667 377.62667 6.692344 4.28 7.88 TxDxP 1 56.4266667 56.426667 60.83738 4.28 7.88 galat P 8 7.42 0.9275 Umum 23 35652.93 Fk = 824362.67 kk a = 0.91. kk b = 0.85. kk c = 0.52 = nyata pada taraf 1 = berbeda nyata pada taraf 5 tn = tidak nyata Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Data Debit Air Tertampung Data Debit Air Tertampung pada Hari Pertama Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 34.3 26.3 38.2 29.3 59.6 43.6 67.4 47.5 2 35.2 27.4 39.2 29.9 62.4 44.1 70.6 49.3 3 34.8 26.8 38.6 29.5 61.6 43.9 68.6 48.2 Total 104.3 80.5 116.0 88.7 183.6 131.6 206.6 145.0 Rataan 52.2 40.3 58.0 44.4 91.8 65.8 103.3 72.5 Data Debit Air Tertampung pada Hari Kedua Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 31.4 24.3 36.0 36.0 57.4 41.6 64.4 44.4 2 32.2 25.4 37.2 37.2 60.4 42.1 67.6 46.3 3 31.8 24.8 36.6 36.6 59.6 41.9 65.6 45.2 Total 95.4 74.5 109.8 109.8 177.4 125.6 197.6 135.9 Rataan 31.8 24.8 36.6 36.6 59.1 41.9 65.9 45.3 Data Debit Air Tertampung pada Hari Ketiga Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 31.4 21.4 32.0 24.3 55.8 38.7 61.4 42.4 2 32.2 22.4 33.2 24.9 58.4 39.1 64.6 44.3 3 31.8 21.8 32.6 24.5 57.6 38.9 62.6 43.2 Total 95.4 65.6 97.8 73.7 171.8 116.7 188.6 129.9 Rataan 31.8 21.9 32.6 24.6 57.3 38.9 62.9 43.3 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Data Keseragaman Air Irigasi Data keseragaman air irigasi hari I Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 96.23 94.30 96.02 94.54 93.44 95.87 96.69 95.78 2 95.51 93.86 95.51 93.94 93.46 96.35 98.20 95.05 3 95.64 93.65 93.65 93.89 92.07 96.99 98.36 95.43 Rataan 95.79 93.94 95.06 94.12 92.99 96.40 97.75 95.42 Data keseragaman air irigasi hari II Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 96.67 93.83 96.18 94.79 93.58 95.67 98.63 95.67 2 95.27 93.38 94.53 92.93 93.25 95.96 98.11 94.73 3 95.41 92.58 94.72 93.58 91.81 97.14 98.29 94.70 Rataan 95.78 93.26 95.14 93.77 92.88 96.26 98.34 95.03 Data keseragaman air irigasi hari III Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 96.47 92.80 96.17 93.83 92.54 95.81 98.56 95.47 2 95.00 92.50 94.53 92.37 93.01 96.16 98.02 94.50 3 95.14 91.56 94.71 93.06 91.53 96.61 98.21 94.90 Rataan 95.54 92.29 95.14 93.09 92.36 96.19 98.26 94.96 Data keseragaman air irigasi rata-rata Ulangan T 1 D 1 P 1 T 1 D 2 P 1 T 1 D 1 P 2 T 1 D 2 P 2 T 2 D 1 P 1 T 2 D 2 P 1 T 2 D 1 P 2 T 2 D 2 P 2 1 95.79 93.94 95.06 94.12 92.99 96.40 97.75 95.42 2 95.78 93.26 95.14 93.77 92.88 96.26 98.34 95.03 3 95.54 92.29 95.14 93.18 92.36 96.19 98.26 94.96 Rataan 95.70 93.16 95.11 93.69 92.74 96.28 98.12 95.14 Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Contoh Perhitungan Debit Air Keluaran Emiter Rata-rata Debit Air Keluaran untuk Perlakuan T 1 D 1 P 1 jam ml Np Ta G Qa 522 1 10 5220 . = × = = Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Contoh Perhitungan Keseragaman Irigasi Keseragaman Irigasi untuk perlakuan T 1 D 1 P 1 pada ulangan 1         − − = ∑ ∑ x x xi Cu 1 100 Dimana : 4 . 34 5 33 34 34 35 36 = + + + + = x 4 . 4 4 . 34 33 4 . 34 34 4 . 34 34 4 . 34 35 4 . 34 36 = − + − + − + − + − = − ∑ x xi ∑ = 172 x 44 . 97 172 4 . 4 1 100 =       − = Cu Universitas Sumatera Utara