Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
8. Pemungutan pajak harus efesien.
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak
tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu. 9.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan
pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib
pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
2.1.6.4 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pengertian bumi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.3 tahun 2011 sebagaimana yang telah diubah dalam Peraturan Daerah Kota Medan No.6 tahun 2012
Permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut dan wilayah kota. Pengertian bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah danatau perairan pedalaman danatau laut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Agus Santosa dalam Darwin 2009:6 pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi dan bangunan. Dalam hal ini yang
dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek pajak tidaklah penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak.
Pajak bumi bangunan adalah pajak daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah, untuk kota Medan diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah Kota Medan No.6 Tahun 2012 sebagai perubahannya, mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang di kemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa PBB merupakan pajak atas bumi dan bangunan atau iuran rakyat kepada negara yang
diambil berdasarkan obyek pajak berupa tanah atau perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan.
.
a. Objek PBB
Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan berdasarkan UU PDRD No.28 Tahun 2009 dan Perda kota Medan No. 3 Tahun 2011 adalah Bumi danatau Bangunan
yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bangunan jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut: jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olahraga, galangan kapal,
Universitas Sumatera Utara
dermaga, taman mewah, tempat penampungankilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan menara.
b. Objek Pajak yang Tidak Dikenakan PBB
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB pada UU PDRB No.28 Tahun 2009 dan Perda Kota Medan No.3 Tahun 2011 yakni:
1. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan.
2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah,
panti asuhan, candi, dan lain-lain. 3.
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu. 4.
Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak. 5.
Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 6.
Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh manfaat atas
Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh manfaat atas
Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas Bangunan.
d. Dasar Pengenaan PBB
Berdasarkan UU PDRD No. 28 Tahun 2009 pasal 79 ayat 1 dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan NJOP. Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 ditetapkan setiap 3 tiga tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya. 3 Penetapan besarnya
NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan oleh Kepala Daerah.
e. Tarif PBB
Besarnya tarif PBB adalah 0,5 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3 nol koma tiga persen. Tarif Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan Perda kota Medan No.3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan yang pasal 5 dalam perda tersebut di ubah berdasarkan Perda Kota Medan tentang Perubahan Atas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No. 6 Tahun
2012 ialah: 1.
NJOP sampai dengan Rp 499.999.999 di tetapkan sebesar 0,115 per tahun. 2.
NJOP Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 999.999.999 ditetapkan sebesar 0,125 per tahun.
3. NJOP Rp 1.000.000.000 sampai dengan Rp 1.999.999.999 ditetapkan sebesar 0,215
per tahun.
Universitas Sumatera Utara
4. NJOP 2.000.000.000 sampai dengan Rp 3.999.999.999 ditetapkan sebesar 0,225 per
tahun. 5.
NJOP diatas Rp 4.000.000.000 ditetapkan sebesar 0,275 per tahun.
Dengan berlakunya Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah No.28 Tahun 2009 yang di dalam salah satu pasalnya mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan menggantikan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan No.12 tahun 1994. Terdapat berbagai perbedaan Undang- undang Pajak Bumi Bangunan dengan
Undang-undang Pajak Daerah Retribusi Daerah dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan UU PBB dengan UU PDRD
UU PBB UU PDRD
Subjek Orang atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
danatau memperoleh manfaat atas bumi,
danatau memiliki, menguasai danatau
memanfaatkan atas bangunan
Pasal 4 Ayat 1
Sama
Pasal 78 ayat 1 2
Objek Bumi danatau
bangunan
Pasal 2
Bumi danatau bangunan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan Pasal 77
Ayat 1
Tarif Sebesar 0,5
Pasal 5
Paling Tinggi 0,3
pasal 80
NJKP 20 s.d. 100 PP 25
Tahun 2002 ditetapkan Tidak Dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
sebesar 20 atau 40 Pasal 6
NJOKP Setinggi-tingginya Rp12
Juta
Pasal 3 Ayat 3
Paling Rendah Rp10 Juta
Pasal 77 Ayat 4
PBB Terutang Tarif x NJKP x NJOP-
NJOPTKP
0,5 x 20 x NJOP- NJOPTKP atau
0,5 x 40 x NJOP- NJOPTKP Pasal 7
Max: 0,3 x NJOP- NJOPTKP
Pasal 81
Sumber : Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat
Jenderal Pajak. Agustus 2011
2.2 Definisi Konsep
Kerangka konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian
ilmu sosial Singarimbun,1987:32. Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan di teliti dalam defensi konsep yang digunakan dalam
pengertian ini adalah: 1. Evaluasi Kebijakan ialah menilai keberhasilankegagalan kebijakan berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditentukan. 2. Pajak bumi dan bangunan adalah pajak atas bumi dan bangunan atau iuran rakyat
kepada negara yang diambil berdasarkan objek pajak berupa tanah atau perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan penyelenggaraan
pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi penyampaian tujuan dan sasaran suatu kebijakan dengan jelas, agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan secara jelas.Dan kelompok
sasaran juga mengerti dan menerima kebijakan tersebut. 4. Sumber daya implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumberdaya baik
sumberdaya manusia, materi dan metoda. Sasaran, tujuan dan isi kebijakan walaupun
sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan
efektif dan efisien.
5. Disposisi ialah karakteristik yang menempel erat kepada implementator kebijakan program. Karakter yang penting dimiliki oleh implementator adalah
kejujuran, komitmen dan demokratis. 6. Struktur Birokrasi aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama
adalah mekanisme dan stuktur organisasi pelaksana sendiri. 7. standar dan sasaran kebijakan
.
Setiap kebijakan publik harus mempunyai standar suatu sasaran kebijakan jelas dan terukur. Dengan ketentuan tersebut tujuannya dapat
terwujudkan
Universitas Sumatera Utara