Demikian jugaa, homosistein itu sendiri dapat menyebabkan kerusakan DNA sperma.
2.6 Kadar homosistein dalam cairan semen
Pada manusia, gluthatione tiol GSH L- -glutamil-L-sistein-glisin berfungsi sebagai antioksidan endogen yang paling penting yang terlibat dalam
menjaga keseimbangan pro-oksidan-antioksidan dalam jaringan manusia. Tiol sistein endogen lainnya adalah Cys, homosistein hcy dan Cysteinglycine
CGS. GSH juga terlibat dalam metabolisme dan detoksifikasi senyawa sitotoksik dan karsinogenik dan dalam eliminasi Reactive Oxygen Species
ROS Tremellen et al, 2008. Tiol dan ROS terlibat dalam proses reproduksi manusia. Pada manusia,
spermatozoa menghasilkan ROS yang diketahui mempengaruhi hiperaktivasi spermatozoa, reaksi akrosom dan penempelan spermatozoa ke oosit, sehingga
berkontribusi untuk pembuahan oosit Aitken et al, 1998. Tiol adalah berfungsi memangsa ROS dan karena itu menjadi penting dalam fungsi sperma dan
pembuahan . DNA dalam kepala sperma sangat dipadatkan sebagai hasil dari jembatan disulfida antara residu Cys teroksidasi dalam molekul protamine yang
penting selama pematangan spermatozoa pada epididimis. Oksidasi dari tiol juga penting untuk stabilisasi struktur ekor, motilitas sperma dan perlindungan
kerusakan DNA sperma dari kerusakan fisik atau kimia Aitken dan Clarkson, 1987. Setelah pembuahan oosit, sperma inti yang dipadatkan mengalami
dekondensasi untuk membentuk pronuclear laki-laki PN. Dekondensasi tergantung pada kehadiran sejumlah kecil Cys bebas yang mampu memulai
proses pertukaran tiol-disulfida Rousseaux et al, 1995. Selain efek yang menguntungkan, ROS yang berlebihan berakibat buruk terhadap spermatozoa
dan menyebabkan kerusakan DNA dan membran plasma. Karena spermatozoa telah dibuang sebagian besar sitoplasma mereka selama tahap akhir
spermatogenesis, ketersediaan enzim sitoplasma defensif menadi sangat terbatas. Sel-sel ini secara khusus rentan terhadap kerusakan terutama untuk
ROS. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi sperma Agarwal et al, 1994. Peningkatan kadar homosistein dalam plasma semen dapat meningkatkan
konsentrasi ROS dan mengganggu metilasi DNA yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan DNA sperma.
Universitas Sumatera Utara
Kadar homosistein dalam cairan semen ditemukan sebesar 4,8 ± 0.52uMml pada kasus normozoospermia dan 6,18 ± 1.17uMml pada kasus
sperma abnormal Zarghami dan Khosrowbeygi, 2005.
2.7 Penanganan hiperhomosisteinemia