Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah

Sertipikat sebagai surat tanda bukti hak diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftarkan dalam buku tanah. Sertipikat memuat data pemegang hak, jenis hak, dilengkapi surat ukur yang memuat letak, luas dan batas-batas bidang tanah yang bersangkutan. Penerbitan sertipikat dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam sertipikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan karena data tersebut diambil dari buku tanah dan surat ukurnya. Penerbitan sertipikat dalam rangka pendaftaran hak atas tanah, pertama kali dilakukan terhadap hak-hak atas tanah yang sudah didaftarkan dalam buku tanah. Apa yang dicatat dalam buku tanah dicatat juga dalam sertipikatnya, sedangkan dokumen alat bukti hak lama yang menjadi dasar pembuktian dalam pembukuan tersebut dicoret silang dengan tinta dengan tidak menyebabkan tidak terbacanya tulisantanda yang ada atau diberi teraan berupa cap atau tulisan yang menyatakan bahwa dokumen itu sudah dipergunakan untuk pembukuan hak, sebelum disimpan sebagai warkah. Setelah sertipikat ditandatangani kemudian diserahkan kepada pemegang hak atas tanah. Semua bagian-bagian dari sertipikat hak atas tanah tersebut ada arsipnya dan salinannya serta dipelihara dengan baik di Kantor Pertanahan. Salinan buku tanah, surat ukur dan gambar denah serta uraian hak pemilik sertipikat hak atas tanahbagianbenda bersama tersebut kemudian dijilid menjadi satu dalam satu sampul dokumen. F. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Pasal 19 UUPA jo. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, telah memerintahkan baik kepada Kantor Pertanahan maupun kepada masyarakat untuk melakukan pendaftaran hak atas tanah guna kepastian dan perlindungan hukum, dengan mendapatkan sertipikat sebagai alat bukti kepemilikan hak atas tanah. Wewenang untuk menyelenggarakan pendaftaran hak atas tanah merupakan kewenangan Negara sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 jo. Pasal 2 UUPA jo. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 24 tahun 1997, yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional. 54 Sebagai pelaksana pendaftaran tanah adalah Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi KabupatenKota. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. 54 Sunaryo Basuki, Pendaftaran Tanah Berdasarkan Pasal 19 UUPA Jo. PP No. 24 Tahun 1997, Jakarta 1998, hlm. 7. Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses pendaftaran hak atas tanah, yaitu antara lain :

1. Pemegang Hak Atas Tanah

Sebagian besar pemegang hak atas tanah adalah pribadi manusia, baik perseorangan maupun kelompok, disamping itu ada pula badan hukum privat maupun publik. Sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan umum UUPA, bahwa keberhasilan pendaftaran hak atas tanah yang bertujuan memberikan kepastian hukum, dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada peranan masyarakat dan pemegang hak atas tanah, yang sebagian besar masih dipengaruhi oleh hukum adat setempat. Dalam hubungannya dengan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat dan pemegang hak atas tanah terhadap sertipikat hak atas tanah termasuk hak milik yang akan menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dan pemegang hak atas tanah. Kemampuan masyarakat untuk menilai manfaat dan memenuhi kewajiban di atas dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal anggota masyarakat dalam lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya. Selain itu, penilaian tentang sertipikat ditentukan pula oleh pengalaman yang dirasakan sendiri, apa yang dilihat maupun di dengar dari orang lain. Dengan demikian kultur hukum masyarakat, yang meliputi kesadaran hukum dan realitas sosial mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendaftaran hak atas tanah yang melahirkan sertipikat hak sebagai bukti pemilikan tanah.

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT

Keberadaan pejabat dalam suatu tatanan ketatanegaraan sangat dibutuhkan, karena pejabat merupakan pengejawantahan dari personifikasi Negara. Negara dalam suatu konsep ketatanegaraan dalam menjalankan fungsinya diwakili oleh Pemerintah. Pemerintah dalam menjalankan fungsinya dan tugasnya dalam merealisasikan tujuan Negara diwakili oleh pejabat. Oleh karena itu, sukses tidaknya sebuah lembaga negara ditentukan oleh kemampuan pejabatnya dalam menjalankan roda Pemerintahan. Salah satu tugas pejabat, khususnya PPAT, keberadaannya diakui oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah jo. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Hal ini merupakan konsekuensi ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, amandemen ke tiga 3, yang menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum menuntut bahwa