Agar terwujud keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan alam, maka teknologi yang mesti digunakan dalam pengelolaan Subak Jatiluwih adalah
teknologi pertanian dalam arti luas yang tetapt guna dan ramah lingkungan. Hal ini perlu dilakukan dalam bidang bercocok tanam di sawah dan diladang, bidang
peternakan, dan bidang perikanan. Dengan mengimplementasikan nulai-nilai Tri Hita Karana, usaha di bidang pertanian dalam arti luas ini dapat diharapkan dapat
berjalan secara lancar, tertib dan aman.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dan pembahasannya dapat disimpulkan sebagai berikut.
1 Sistem sosiokultural : infrastruktur material, struktur sosial, dan superstruktur ideologis yang berkaitan dengan Subak Jatiluwih terlihat
mempunyai potensi
yang memungkinkan
untuk mendukung
pengembangan manajemen berbasis masyarakat dan budaya setempat dalam pengelolaan subak tersebut.
2 Model manajemen berbasis masyarakat dan budaya lokal yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam pengelolaan Subak Jatiluwih
adalah yang manajemen yang berlandaskan para filsafat Tri Hita Karana serta konsep-konsep yang sejalan dengan filsafat tersebut dan merupakan
kearifan lokal masyarakat Bali. Pada intinya konsep-konsep tersebut menekankan betapa pentingnya keharmonisan dalam hubungan manusia –
Tuhan, manusia-manusia, dan manusia-lingkungan alam. Selain itu konsep-konsep tersebut menekankan pentingnya kebenaran dharma
untuk menuntun langkah mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan, namun tetap dengan sikap yang luwes sesuai dengan konteks waktu dan
ruang. Hal ini perlu dijadikan acuan utama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan pembangunan Subak Jatiluwih guna
mencapai tujuan penetapan subak tersebut sebagai warisan budaya dunia.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat diajukan dalam hal ini adalah sebagai berikut.
1 Agar kelestarian alam dan budaya lokal yang terkait dengan Subak Jatiluwih dapat dicapai, maka para pihak terkait petani subak, masyarakat
Desa Pakraman Jatiluwih, Masyarakat Desa Dinas Jatiluwih, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, dan Pemerintah Provinsi Bali, mesti benar-
benar menjadikan filsafat Tri Hita Karana sebagai pedoman dalam pengelolaan Subak Jatiluwih.
2 Untuk itu,
semua pihak
tersebut perlu
memahami dan
mengimplementasikan filsafat Tri Hita Karana secara sungguh-sungguh dan dinamis, yakni menyesuaikan pelaksanaannya dengan situasi yang
aktual dalam konteks waktu dan tempat pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, I. 1998. “Perspektif Pembangunan Jangka Panjang : Globalisasi, Demokrasi, dan Wawasan Nusantara”. Dalam Y.M.A. Aziz ed. Visi
Global Antisipasi Indonesia Memasuki Abad ke-21. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Halalam 44-52.
Basrowi dan Sukidin. 2003. Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif. Surabaya : Penerbit Insan Cendekia.
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies : Teori dan Praktik. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka.
Brian Fay. 2002. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogyakarta, Penerbit Jendela. Dhana, I Nyoman. 2010 Penguatan Strategi Pembangunan Ekonomi yang
Berwawasan Nusantara Guna Menjaga Ketahanan Nasional dalam Rangka
Memperkokoh NKRI : Perspektif Sosial Budaya. Makalah dalam Rangka FGD, diselenggarakan oleh MPR RI Bekerjasama dengan Universitas
Udayana, Denpasar, 27 Nopember 2010. Deperindag. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. Makalah dalam
Creative Converence, di Bali. Depbudpar. 2009. Kegiatan Tahun Indonesia Kreatif 2005. Makalah dalam
Seminar Indonesia Kreatif, di Bogor. Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif Pemikiran
Pierre Bordieu. Yogyakarta : Juxtapose. Geriya, I Wayan dkk.2009. Kebudayaan Unggul Inventori Unsur Unggulan
sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif. Denpasar Bappeda Kota denpasar. Geriya, I Wayan dkk. 2010. Inovasi Budaya Pengembangan Kewirausahaan dan
Partisipasi Masyarakat untuk Penguatan Industri dan Kota Kreatif Denpasar. Laporan Penelitian. Denpasar : Bappeda Kota Denpasar.
Geertz, C. 1971. The Interpretation of Cultures. New York : Basic Book. Geertz, C. 1984. ”Tihingan : Sebuah Desa di Bali”. Dalam Koentjaraningrat ed,
Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Halalam 246-277.
Geertz, C. 1989. Penjaja dan Raja. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Harris, Marvin. 1979 Cultural Materialism The Struggle for a Science of Culture.
New York : Random House. Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT Dian
Rakyat. Koentjaraningrat. 1989. “Metode Penggunaan Data Pengalaman Individu”,
dalam Metode-Metode Penelitianm Masyarakat Koentjaraningrat, red.. Jakarta, Penerbit PT Gramedia. Halaman 158-172.
Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT Dian Rakyat.
Koentjaraningrat. 1989. “Metode Wawancara”. Dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat Koentjaraningrat, red.. Jakarta, Penerbit PT Gramedia.
Halaman 129-157. Laeyendecker, Leonardus. 1983. Tata, Perubahan, dan Ketimpangan. Jakarta :
Penerbit PT Gramedia. Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru Tjetjep Rohindi, penerjemah. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Kualitatif : Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mustain. 2007. Petani VS Negara Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara. Yogyakarta : AR-Ruzz Media.
Nash, Dennison. 1987. “Tourism as a Form of Imperialism”. Dalam Valeme L. Smith ed Hosts and Guests The Anthropology of Tourism. Oxford : Basil
Blackwell. Halaman 33-47. Nugroho, H. 2006. “Kata Pengantar”. Dalam G. Ritzer, The Globalization of
Nothing Mengkonsumsi
Kehampaan di
Era Globalisasi
I. Lucianda,penerjemah. Yogyakarta : Universitas Atmadjaja. Halaman
xxiii-xxx. Piliang, Y.A. 2005. “Antara Minimalisme dan Pluralisme”. Dalam. A. Adlin ed..
Menggeledah Sebuah Hasrat Sebuah Pendekatan Pulti Perspektif. Yogyakarta : Jalasutra. Halaman 1-24.
Pronk. J.P. 1993. Sedunia Perbedaan Sebuah Acuan dalam Kerjasama Pembangunan Tahun 1990-an S. Maimoen, penerjemah. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia. Ramanthra, I Wayan, 2010. Alam dan Budaya Bali Sebagai Basis Pembangunan
Ekonomi Kreatif. Makalah dalam Seminar Nasional Kebudayaan Bali dalam Rangka Dies Natalis Ke-48 Universitas Udayana. Denpasar, 17
September 2010. Richard, G. 1997. Cultural Tourism in Europe. Wallingford: CAB International.
Ritzer, G. 2006. The Globalization of Nothing Mengkonsumsi Kehampaan di Era Globalisasi
I. Lucianda,penerjemah.
Yogyakarta :
Universitas Atmadjaja.
Ryan, Chris and Micelle Aiken eds. 2005. Indigenous Tourism: The Commodification and Management of Culture. Amsterdam: Elsevier.
Sanderson, Stephen K. 1993. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas SosialFarid Widjidi dan S.Menno, penerjemah. Jakarta :
Rajawali Press. Satori, Djaman dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta. Shiva, Vandana. 1993. “Kata pengantar”. Dalam Perspektif Sosial dan Ekologi
Keragaman Hayati Hira Jamtani, ed.. Jakarta : Kophalindo. Halalam 7- 13.
Sitorus, F.K. 2004. “Identitas Dekonstruksi Permanen”, dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto ed.. Hermeneutika Pascakolonial . Yogyakarta :
Kanisius. Halaman 155-171. Soemardjan, Selo. 1993 “Beberapa Pemikiran tentang Pembangunan”, dalam
Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan : Pokok-PokokPikiran Selo Soemardjan Desiree Zuraida dan Jufrina Rizal, penyunting. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. Halaman 25-230. Steger, Manfred B. Globalisme Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta :
Lafadl.Suparlan, Parsudi. 1986. “Masalah-Masalah Sosial dan IlmuSosial Dasar”. Dalam Manusia Indonesia Individu Keluarga dan Masyarakat
A.W. Widjaja, penyunting. Jakarta : Akademika Pressindo. Halaman 61- 74.
Taylor, Steven dan Bogdan Robet, 1984.Introduction to Qualitative Research Methods. New York, John Wiley Sons.
Yunita, T Winarto. 1986. “Perberdaan Antara Interpretasi Neofungsionalisme dan Tindakan Individu yang Rasional”, dalam Berita
Antropologi. Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Jakarta. Halaman 66-80
LAMPIRAN : DAFTAR INFORMAN
1 I Wayan Diasa, mantan Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan.
2 I Nengah Wirata, ST, mantan Kepala Desa Jatiluwih. 3 I Nengah Kartika, Kepala Desa Jatiluwih.
4 I Nyoman Sutama, B Sc. Pekaseh Subak Jatiluwih.