Bahan –bahan Penelitian Alat –alat Penelitian Pembahasan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan –bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Air Sungai Muara Asahan Tanjung Balai - Akuadest - HNO 3p 65 E.Merck - Larutan Induk Zn 1000 mgL E.Merck - Larutan Induk Cd 1000 mgL E.Merck

3.2. Alat –alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Gelas Beaker Pyrex - Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-6300 - Labu Takar Pyrex - pH meter WalkLab - Pipet volumetri Pyrex - Kertas Saring Whatman - Gelas Ukur Pyrex - Universitas Sumatera Utara 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Persiapan Sampel Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel air adalah “Purposive Random Sampling” pada 3 tiga stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan sampel pada kedalaman 9 meter. Sampel diambil dengan menggunakan alat khusus yaitu Lamnot. Alat tersebut diturunkan kedasar perairan kedalaman ± 9 m, dengan gigi-gigi katup yang dibiarkan terbuka. Setelah alat mencapai dasar, maka pemberat dilepaskan yang menyebabkan katup akan menutup rapat, sehingga sampel yang sudah terperangkap tidak akan terlepas lagi. Kemudian alat tersebut ditarik keatas permukaan. Sampel air yang diperoleh di tuang ke botol alcohol. Kemudian botol alcohol ditutup dan diberi label. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium USU, Medan.

3.3.2. Tahap Destruksi Sampel

Tahap destruksi sampel yang digunakan berupa destruksi basah. Sebanyak 100 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 5 ml HNO 3p kemudian dipanaskan hingga larutan hampir kering. Ditambahkan 50 ml akuades kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml melalui kertas saring, lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen. Kemudian ditentukan kadar unsur Zn, Cd dan Na dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada masing- masing λ spesifik 213,9 nm pada zinkum Zn 2+ , λ spesifik 228,8 nm pada kadmium Cd 2+ , dan λ spesifik 589 nm pada natrium Na + .

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Ion Zinkum Zn

2+

3.3.3.1. Larutan Standar Ion Zinkum Zn

2+ 100 mg L Sebanyak 10 ml larutan induk ion zinkum 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen. Universitas Sumatera Utara

3.3.3.2. Larutan Standar Ion Zinkum Zn

2+ 10 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion zinkum 100 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.3. Larutan Standar Ion Zinkum Zn

2+ 1 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion zinkum 10 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.4. Larutan Seri Standar Ion Zinkum Zn

2+ 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mgL Sebanyak 0,0; 25; 50; 75; 100; dan 125 ml larutan standar zinkum 1 mgL dimasukkan kedalam labu takar 50 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.5. Pembuatan Kurva Standar Ion Zinkum Zn

2+ Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 213,9 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar zinkum 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mgL.

3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium Cd

2+

3.3.4.1. Larutan Standar Ion Kadmium Cd

2+ 100 mg L Sebanyak 10 ml larutan induk ion kadmium 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.2. Larutan Standar Ion Kadmium Cd

2+ 10 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion kadmium 100 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen. Universitas Sumatera Utara

3.3.4.3. Larutan Standar Ion Kadmium Cd

2+ 1 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion kadmium 10 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.4. Larutan Seri Standar Ion Kadmium Cd

2+ 0,0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,1 mgL Sebanyak 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 ml larutan standar kadmium 1 mgL dimasukkan kedalam labu takar 50 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.5. Pembuatan Kurva Standar Kadmium Cd

2+ Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 228,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar kadmium 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mgL.

3.3.5. Pembuatan Larutan Standar Ion Natrium Na

+

3.3.5.1. Larutan Standar Ion Natrium Na

+ 100 mg L Sebanyak 10 ml larutan induk ion natrium 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.2. Larutan Standar Ion Natrium Na

+ 10 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion natrium 100 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen. Universitas Sumatera Utara

3.3.5.3. Larutan Standar Ion Natrium Na

+ 1 mgL Sebanyak 10 ml larutan standar ion natrium 10 mgL dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.4. Larutan Seri Standar Ion Natrium Na

+ 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mgL Sebanyak 0,0; 5; 10; 15; 20 dan 25 ml larutan standar natrium 1 mgL dimasukkan kedalam labu takar 50 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.5. Pembuatan Kurva Standar Natrium Na

+ Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 589 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5mgL. Universitas Sumatera Utara 3.4.Bagan Penelitian 3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Ion Zinkum Zn 2+ SNI 06-6989.7-2004 Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar zinkum Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar zinkum Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar zinkum Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 0,0; 25; 50; 75; 100; dan 125 mL larutan standar zinkum Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 213,9 nm Larutan Standar Zinkum Zn 1000 mgL Larutan Standar Zinkum Zn 100 mgL Larutan Standar ZinkumZn 10 mgL Hasil Larutan Standar Zinkum Zn 1 mgL Larutan Seri Standar Zinkum Zn 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mgL Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Ion Cd

2+ SNI 06-6989.16-2004 Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar kadmium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar kadmium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar kadmium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 ml larutan standar kadmium Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 228,8 Larutan Standar Kadmium Cd 1000 mgL Larutan Standar Kadmium Cd 100 mgL Larutan Standar Kadmium Cd 10 mgL Hasil Larutan Standar Kadmium Cd 1 mgL Larutan Seri Standar Kadmium Cd 0,0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Natrium Na

+ SNI 06-2412-1991 Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar natrium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar natrium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar natrium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 0,0; 5; 10; 15; 20; dan 25 mL larutan standar natrium Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ spesifik 589 nm Larutan Standar Natrium 1000 mgL Larutan Standar Natrium 100 mgL Larutan Standar Natrium 10 mgL Hasil Larutan Standar Natrium 1 mgL Larutan Seri Standar Natrium 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mgL Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Preparasi Larutan Sampel

SNI 06-6989.7-2004 pada Zinkum Zn 2+ , SNI 06-6989.16-2004 pada Kadmium Cd 2+ dan SNI 06-2412-1991 pada Natrium Na + Diambil 100 ml Ditambah 5 ml HNO 3p Dipanaskan hingga hampir kering Ditambahkan 50 ml akuades Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml melalui kertas saring Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Di aduk sampai homogen Ditentukan kadar ion Zn 2+ , Cd 2+ dan Na + dengan Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada masing-masing λ spesifik 213,9 nm pada Zn, λ spesifik 228,8nm pada Cd dan λ spesifik 589 pada Na Sampel Larutan Sampel Hasil Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ion Kadmium Cd 2+ Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Kadmium Cd 2+ dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel. 4.1 Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Kadmium Cd 2+ No. Parameter Logam Cd 1. Panjang Gelombang nm 228,8 2. Tipe Nyala Udara – C 2 H 2 3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar Lmin 2,2 4. Kecepatan Aliran Udara Lmin 15,0 5. Lebar Celah nm 0,2 6. Ketinggian Tungku nm 9

4.1.1.1 Penentuan Kurva Standar Ion Kadmium Cd

2+ Pembuatan kurva standar ion kadmium Cd 2+ dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,00; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mgL, kemudaian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 228,3 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Kadmium Cd dapat dilihat pada tabel di bawah ini Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium Cd No Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-rata 1. 0,0000 0,0003 2. 0,0200 0,0134 3. 0,0400 0,0324 4. 0,0600 0,0480 5. 0,0800 0,0650 6. 0,1000 0,0815 Kurva larutan standar Kadmium Cd dari pengukuran absorbansi larutan standar Kadmium Cd terhadap konsentrasi larutan standar Kadmium Cd, selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Ion Kadmium Cd 2+ No x y xi-x yi-y xi-x 2 yi-y 2 xi-xyi-y 1 0,0000 0,0003 -0,0500 -0,0398 0,0025 0,0016 0,0020 2 0,0200 0,0134 -0,0300 -0,0267 0,0009 0,0007 0,0008 3 0,0400 0,0324 -0,0100 -0,0077 0,0001 0,0000 0,0001 4 0,0600 0,0480 0,0100 0,0079 0,0001 0,0000 0,0001 5 0,0800 0,0650 0,0300 0,0249 0,0009 0,0006 0,0007 6 0,1000 0,0815 0,0500 0,0414 0,0025 0,0017 0,0020 ∑ 0,3000 0,2406 0,0000 0,0000 0,0070 0,0046 0,0057 X = 0,3000 = 0,0500 6 Y = 0,2406 = 0,0401 6 a = a = 0,0057 0,0070 Universitas Sumatera Utara a = 0,8143 b = Y – aX b = 0,0401 – 0,81430,0070 b = -0,0006 dimana, a = slope b = intersep maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,8143X - 0,0006 Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : r = r = r = 0,9898 Gambar 4.1 Kurva Standar Larutan Ion Kadmium Cd 2+ Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,8143X - 0,0006 dengan koefisien korelasi r 0,9898. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan dimana r ≥ 0,99. Miller J.C.N.1986 . Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. y = 0.8143x - 0.0006 R² = 0.9898 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 A b so rb a n si A Konsentrasi Larutan Standar Logam Kadmium mgL Universitas Sumatera Utara

4.1.1.2 Penentuan Kadar Ion Kadmium Cd

2+ dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai. Penentuan absorbansi ion Kadmium Cd 2+ pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom SSA pada panjang gelombang 228,8 nm dan penetapan kadar sampel dilakukan dengan metode adisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Ion Kadmium Cd 2+ dapat dilihat pada tabel 4.4 sedangkan hasil penetapan kadar Ion Kadmium Cd 2+ pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.4 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Ion Kadmium Cd 2+ pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai No Xi Xi-X Xi-X 2 1 0,0513 -0,0012 0,0000 2 0,0610 0,0085 0,0001 3 0,0451 0,0074 0,0001 n = 3 X = 0,0525 ∑ Xi-X = 0,0002 SD = SD = = 0,0100 Kadar logam Kadmium Cd dari statiun 1 = X ± SD = 0,0525 ± 0,0100 mgL Dengan cara yang sama, maka dapat dihitung kadar logam Kadmium Cd pada air muara sungai Asahan di Tanjung Balai Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kadar Ion Kadmium Cd 2+ pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai. No Station Perulangan Absorbansi Y Konsentrasi X Kadar Ion Kadmium Cd 2+ 1 ST1 U1 0,0412 0,0513 0,0525 ± 0,0100 mgL U2 0,0491 0,0610 U3 0,0361 0,0451 2 ST2 U1 0,0304 0,0381 0,0429 ± 0,0122 mgL U2 0,0340 0,0425 U3 0,0385 0,0480 3 ST3 U1 0,0471 0,0586 0,0582 ± 0,0122 mgL U2 0,0434 0,0540 U3 0,0500 0,0621

4.1.2 Ion Natrium Na

+ Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Natrium Na + dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Natrium Na + No. Parameter Ion Natrium Na + 1. Panjang Gelombang nm 589,0 2. Tipe Nyala Udara – C 2 H 2 3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar Lmin 1,6 4. Kecepatan Aliran Udara Lmin 15,0 5. Lebar Celah nm 0,2 6. Ketinggian Tungku nm 7

4.1.2.1 Penentuan Kurva Standar Ion Natrium Na

+ Pembuatan kurva standar Ion Natrium Na + dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi, larutan pengukuran yaitu 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; dan 0,4 mgL, kemudian diukur Universitas Sumatera Utara absorbansinya pada panjang gelombang 589,0 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Natrium Na dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Natrium Na No Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-rata 1. 0,0000 0.0002 2. 0,1000 0,1695 3. 0,2000 0,3517 4. 0,3000 0,5169 5. 0,4000 0,6732 Kurva standar larutan standar Natrium Na diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar Natrium Na terhadap konsentrasi larutan standar Natrium Na, selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square seperti data pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Ion Natrium Na + No x y xi-x yi-y xi-x 2 yi-y 2 xi-xyi-y 1 0,0000 0,0001 -0,2000 -0,3422 0,0400 0,1171 0,0684 2 0,1000 0,1696 -0,1000 -0,1727 0,0100 0,0298 0,0173 3 0,2000 0,3517 0,0000 0,0094 0,0000 0,0000 0,0000 4 0,3000 0,5169 0,1000 0,1746 0,0100 0,0305 0,0175 5 0,4000 0,6732 0,2000 0,3309 0,0400 0,1095 0,0661 ∑ 1,0000 1,7115 0,0000 0,0000 0,1000 0,2869 0,1693 X = = 0,2000 Y = = 0,3423 a = a = 0,1693 0,1000 Universitas Sumatera Utara a = 1,6930 b = Y – aX b = 0,3423 – 1,6940,2000 b = 0,0037 dimana, a = slope b = intersep maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 1,6930 X + 0,0037 Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : r = r = r = 0,9994 Gambar 4.4 Kurva Standar Larutan Ion Natrium Na + Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 1,6930 X + 0,0037, dengan koefisien korelasi r 0,9994. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan dimana r ≥ 0,99 . Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. y = 1.6930x + 0.0037 R² = 0.9994 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 A b so rb a n si A Konsentrasi Larutan Standar Lofgam natrium mgL Universitas Sumatera Utara

4.1.2.2 Penentuan Kadar Ion Natrium Na

+ dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai Penentuan absorbansi Ion Natrium Na + pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom SSA pada panjang gelombang 589,0 nm dan penetapan kadarnya dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Ion Natrium Na + dapat dilihat pada tabel 4.9 sedangkan hasil penetapan kadar Ion Natrium Na + pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.9 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Ion Natrium Na + pada Sampel Air No Xi Xi-X Xi-X 2 1 0,4819 0,0000 0,0000 2 0,4813 -0,0006 0,0001 3 0,4825 0,0006 0,0001 n = 3 X = 0,4819 ∑ Xi-X 2 = 0,0002 SD = = = 0,0100 Kadar logam Natrium Na dari statiun 1 = X ± SD = 0,4819 ± 0,0100 mgL Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Ion Natrium Na + Pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai No Station Perulangan Absorbansi Y Konsentrasi X Kadar Ion Natrium Na + 1 ST1 U1 0,6503 0,3819 0,4819 ± 0,0100 mgL U2 0,6492 0,3813 U3 0,6513 0,3825 2 ST2 U1 0,2817 0,1642 0,1626 ± 0,0122 mgL U2 0,2868 0,1672 U3 0,2683 0,1563 3 ST3 U1 0,3017 0,1757 0,1755 ± 0,0122 mgL U2 0,3114 0,1817 U3 0,2898 0,1690

4.1.3 Ion Zinkum Zn

2+ Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Zinkum Zn 2+ dapat dilihat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11. Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi Ion Zinkum Zn 2+ No. Parameter Ion Zinkum Zn 2+ 1. Panjang Gelombang nm 213,9 2. Tipe Nyala Udara – C 2 H 2 3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar Lmin 1,8 4. Kecepatan Aliran Udara Lmin 15,0 5. Lebar Celah nm 0,7 6. Ketinggian Tungku nm 7

4.1.3.1 Penentuan Kurva Standar Ion Zinkum Zn

2+ Pembuatan kurva standar Ion Zinkum Zn 2+ dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mgL, kemudaian Universitas Sumatera Utara diukur absorbansinya pada panjang gelombang 213,9 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Seng Zn dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar ZinkumZn No Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-rata 1. 0,0000 0,0002 2. 0,5000 0,3447 3. 1,0000 0,4649 4. 1,5000 0,6352 5. 2,0000 0,7883 6. 2,5000 0,8907 Kurva larutan standar Zinkum Zn dari pengukuran absorbansi larutan standar Zinkum Zn terhadap konsentrasi larutan standar Zinkum Zn, selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.13 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Ion Zinkum Zn 2+ No x y xi-x yi-y xi-x 2 yi-y 2 xi-xyi-y 1 0,0000 0,0002 -1,2500 -0,5205 1,5625 0,2709 0,6506 2 0,5000 0,3447 -0,7500 -0,1760 0,5625 0,0309 0,1319 3 1,0000 0,4649 -0,2500 -0,0558 0,0625 0,0031 0,0139 4 1,5000 0,6352 0,2500 0,1145 0,0625 0,0131 0,0286 5 2,0000 0,7883 0,7500 0,2676 0,5625 0,0716 0,2007 6 2,5000 0,8907 1,2500 0,3700 1,5625 0,1369 0,4625 ∑ 7,5000 3,1240 0,0000 0,0000 4,3750 0,5266 1,4884 X = = 1,2500 Y = = 0,5207 a = a = a = 0,3402 Universitas Sumatera Utara b = Y – aX b = 0,5207 – 0,34021,2500 b = 0,0955 dimana, a = slope b = intersep maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,3402 X + 0,0955 Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : r = r = r = 0,9806 Gambar 4.4 Kurva Standar Larutan Ion Zinkum Zn 2+ Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,3402 X + 0,0955, dengan koefisien korelasi r 0,9806. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan dimana r ≥ 0,99 . Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. y = 0.3402x + 0.0955 R² = 0.9806 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 A b so rb a n si A Konsentrasi Larutan Standar Logam Zinkum mgL Universitas Sumatera Utara

4.1.3.2 Penentuan Kadar Ion Zinkum Zn

2+ dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai. Penentuan absorbansi Ion Zinkum Zn 2+ pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom SSA pada panjang gelombang 213,9 nm dan penetapan kadar sampel dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Ion Zinkum Zn 2+ dapat dilihat pada tabel 4.14 sedangkan hasil penetapan kadar Ion Zinkum Zn 2+ pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.15 Tabel 4.14 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Ion Zinkum Zn 2+ pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai No Xi Xi-X Xi-X 2 1 0,6660 -0,0040 0,0001 2 0,6724 0,0024 0,0001 3 0,6717 0,0017 0,0001 n = 3 X = 0,6700 ∑ Xi-X = 0,0003 SD = SD = = 0,0122 Kadar logam Seng Zn dari statiun 1 = X ± SD = 0, 6700 ± 0,0122 mgL Dengan cara yang sama, maka dapat dihitung kadar Ion Zinkum Zn 2+ pada sampel air muara sungai Asahan di Tanjung Balai. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kadar Ion Zinkum Zn 2+ pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai. No Station Perulangan Absorbansi Y Konsentrasi X Kadar Ion Zinkum Zn 2+ 1 ST1 U1 0,3221 0,6660 0, 6700 ± 0,0122 mgL U2 0,3242 0,6724 U3 0,3240 0,6717 2 ST2 U1 0,3144 0,6434 0,6444 ± 0,0122 mgL U2 0,3148 0,6445 U3 0,3150 0,6452 3 ST3 U1 0,2413 0,4285 0,4271 ± 0,0122 mgL U2 0,2409 0,4273 U3 0,2402 0,4254 Universitas Sumatera Utara

4.2 Pembahasan

Dari semua hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kadar unsur zinkum Zn 2+ , kadmium Cd 2+ dan natrium Na + ditunjukkan seperti tabel di bawah ini : Tabel 4.16. Nilai rata-rata kadar Unsur Ion ZinkumZn 2+ , Kadmium Cd 2+ dan Natrium Na + No Station Kadar Zinkum Zn 2+ Kadar Kadmium Cd 2+ Kadar Natrium Na + 1 ST1 0,6700 ± 0,0122 mgL 0,0513 ± 0,0100 mgL 0,3819 ± 0,0100 mgL 2 ST2 0,6444 ± 0,0122 mgL 0,0610± 0,0122 mgL 0,1626 ± 0,0122 mgL 3 ST3 0,4271 ± 0,0122 mgL 0,0582 ± 0,0122 mgL 0,1755 ± 0,0122 mgL Pada tabel di atas dapat di lihat kadar Zn sebesar 0,4271 – 0,6700 mgL dan kadar Na sebesar 0,1626 - 0,3819 mgL, kadar Zn dan Na rata-rata tertinggi dijumpai pada stasiun I yaitu 0,6700 untuk Zn dan 0,4819 untuk Na. Tingginya kandungan logam berat pada Zn dan Na di stasiun I dibandingkan dengan stasiun II dan stasiun III kemungkinan besar dari letak lokasi stasiun yang lebih dekat dengan aktivitas manusia di sepanjang muara Sungai Asahan seperti pelabuhan kapal-kapal bongkar muat, kapal ikan, pabrik- pabrik serta pemukiman penduduk. Sedangkan pada unsur Cd diperoleh kadar 0,0429 – 0,0582 mgL, kadar Cd rata-rata tertinggi dijumpai pada stasiun III sebesar 0,0058, berbeda dengan kadar tertinggi pada Zn dan Na yang dijumpai pada stasiun I. Tingginya kadar Cd pada stasiun III diduga disebabkan pengaruh adanya pasang surut sehingga terjadi pengenceran cemaram logam di lokasi tersebut. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar Zn, Cd dan Na pada air muara Sungai Asahan belum melebihi NAB Nilai Ambang Batas baku mutu air laut Peraturan Menteri Kesehatan 492MenkesPerIV2010. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Cu Pada Makanan Cokelat Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 123 42

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

1 65 80

Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.)

25 151 105

Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6 87 62

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Analisa Kadar Ion Cu2+ Pada Glyserol Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

1 87 3

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 4 71