Pembahasan 1. Tingkat Pengetahuan HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. Kurang 2 4,5 22 50 20 45,5 44 Buruk 6 75 2 25 8 Total 5 6 48 57,1 31 36,9 84 Dari tabel di atas dapat dilihat banyaknya responden dengan pengetahuan baik yang mempunyai sikap baik sebanyak 1 orang 25, sikap cukup sebanyak 2 orang 50, dan sikap kurang sebanyak 1 orang 25. Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mempunyai sikap baik sebanyak 2 orang 7,1, sikap cukup sebanyak 18 orang 64,3, dan sikap kurang sebanyak 8 orang 28,6. Responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang mempunyai sikap baik sebanyak 2 orang 4,5, sikap cukup sebanyak 22 orang 50, dan sikap kurang sebanyak 20 orang 45,5. Responden dengan tingkat pengetahuan buruk yang mempunyai sikap cukup sebanyak 6 orang 75 dan sikap kurang sebanyak 2 orang 25. 5.2. Pembahasan 5.2.1. Tingkat Pengetahuan Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswai SMA Wiyata Dharma Medan mengenai infeksi menular seksual berada dalam kategori kurang baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan responden mengetahui jenis-jenis infeksi menular. Ini dikarenakan jenis-jenis infeksi menular seksual sudah terdapat dalam kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran biologi dalam topik sistem reproduksi manusia sejak SMP. Pada penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kebanyakan responden tidak mengerti secara konkrit pengertian dan cara penularan infeksi menular seksual. Para responden hanya mempunyai pengetahuan mengenai pengertian infeksi menular seksual secara etimologis, yaitu pengertian bahwa infeksi menular seksual adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual, padahal sebenarnya infeksi menular seksual bisa ditularkan melalui cara lain selain hubungan seksual. Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. Berdasarkan hasil penelitian Sarwanto dan Ajik 2004 dan data BKKBN 2009, pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual masih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di atas. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Notobroto 1999 yang mengemukakan bahwa pengetahuan siswa SMA mengenai infeksi menular seksual masih dikategorikan dalam tingkat pengetahuan yang cukup baik, meskipun masih ada yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia. Ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar pada usia 17 tahun, yaitu 8,3, dibandingkan dengan usia 16 tahun yaitu 5,3. Untuk pengetahuan cukup, paling banyak ditemukan pada usia 15 tahun yaitu sebesar 40,9. Pengetahuan kurang terbanyak ditemukan pada usia 17 tahun, yaitu 62,5, dan pengetahuan buruk pada usia 16 tahun yaitu sebesar 13,2. Hasil ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hadi, et al 2008, bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psiko seksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Hasil ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto 2008, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai infeksi menular seksual adalah usia, yaitu pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang muda. Menurut Hanifah 2007 di masyarakat, gender menentukan bagaimana dan apa yang harus diketahui oleh laki-laki dan perempuan mengenai masalah seksualitas, termasuk perilaku seksual, kehamilan dan penyakit menular seksual PMS. Konstruksi sosial mengenai atribut dan peran feminin ideal menekankan bahwa ketidaktahuan seksual, keperawanan, dan ketidaktahuan perempuan Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. mengenai masalah seksual merupakan tanda kesucian sehingga dikatakan bahwa laki-laki lebih mengetahui masalah seksualitas daripada perempuan, karena perempuan dianggap lebih pasif sedangkan laki-laki lebih aktif dalam mencari informasi mengenai seksualitas. Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. Pada responden dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan pengetahuan kurang sebanyak 56,8, dibandingkan dengan perempuan sebesar 47,5. Namun hal ini tidak bermakna karena memang pada penelitian ini proporsi responden laki-laki lebih besar 52,4, dibandingkan dengan responden perempuan 47,6. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Prihyugiarto 2008, bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai infeksi menular seksual. Menurut asumsi peneliti, usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan remaja karena saat ini, remaja mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses informasi mengenai infeksi menular seksual. 5.2.2. Sikap Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa sikap siswai SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual adalah cukup baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan remaja mempunyai sikap yang positif dalam menanggapi masalah seks bebas dan pencegahan infeksi menular seksual. Namun, kebanyakan remaja masih mempunyai sikap yang negatif dalam mengahadapi seseorang yang menderita infeksi menular seksual. Para remaja lebih cenderung untuk manjauhi penderita infeksi menular seksual oleh karena takut tertular. Hal ini sesuai dengan hasil analisis pengetahuan sebelumnya yang mendapatkan bahwa pengetahuan remaja SMA Wiyata Dharma Medan masih kurang baik, terutama dalam hal pengertian dan cara penularan infeksi menular seksual. Berdasarkan hasil penelitian Sarwanto dan Ajik 2004 dan data BKKBN Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. 2009, sikap remaja terhadap infeksi menular seksual masih rendah. Hasil penelitian mengenai sikap remaja ini juga sejalan dengan hasil penelitian peneliti. Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa seiring dengan pertambahan usia, sikap responden terhadap infeksi menular seksual tidak mengalami perubahan. Ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki sikap baik paling besar pada usia 16 tahun 7,9, dibandingkan dengan usia 17 tahun 4,2. Responden dengan sikap cukup paling banyak terdapat pada usia 16 tahun 60,5, dibandingkan dengan usia 17 tahun 50, dan responden dengan sikap kurang paling banyak pada usia 17 tahun 45,8, dibandingkan dengan usia 16 tahun 31,6. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Prihyugiarto 2008, bahwa usia tidak berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap infeksi menular seksual. Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sikap responden berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis kelamin laki-laki didapatkan sikap responden yang cukup sebanyak 65,9, lebih banyak dibanding perempuan 47,5 sedangkan sikap kurang pada perempuan 40 lebih banyak dibandingkan pada laki-laki 34,1. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan remaja yang seragam pada setiap umur dan jenis kelamin dapat menyebabkan sikap yang seragam juga terhadap infeksi menular seksual, tanpa memandang umur dan jenis kelamin. Dari data distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan tingkat pengetahuan, dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang, dan buruk cenderung mempunyai sikap yang cukup yaitu sebesar 50, 64,3, 50, dan 75. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo 2007, bahwa pengetahuan lebih banyak bergantung pada paparan informasi mengenai suatu hal. Dengan demikian, tingkat pengetahuan seseoarang tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi, seperti motivasi untuk mendapatkan informasi, serta akses terhadap Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009. berbagai sumber informasi yang ada. Sedangkan sikap adalah tanggapan berdasarkan hasil penalaran atau pengolahan terhadap informasi serta keyakinan yang ada. Jadi hubungan antara pengetahuan dan sikap ditentukan oleh seberapa baik penalaran responden untuk memilah informasi mana yang benar dan mana yang tidak. Pentingnya remaja mempuyai pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi bertujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya Muhammad, 2006. Pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang belum diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi BKKBN, 2005. Permasalahan utama kesehatan reproduksi di Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku remaja, pelayanan kesehatan yang buruk, dan perundang-undangan yang tidak mendukung. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tergantung pada informasi yang diterimanya melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan seseorang untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut Muhammad, 2006. Dalam upaya untuk menurunkan angka kejadian infeksi menular seksual, promosi kesehatan dengan metode peer education terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap infeksi menular seksual Mau, 2007. Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Tingkat pengetahuan siswai SMA Wiyata Dharma Medan mengenai infeksi menular seksual mayoritas berada dalam kategori kurang baik, yaitu sebesar 52,4. 2. Sikap siswai SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual mayoritas berada dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar 57,1.

6.2. Saran

1. Pengetahuan dan sikap siswai SMA Wiyata Dharma Medan terhadap infeksi menular seksual masih relatif rendah, untuk itu perlu dilakukan pemberian pegetahuan kepada remaja secara merata, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Melalui jalur sekolah, disarankan kepada pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reprosuksi pada siswai-nya. Sedangkan melalui jalur diluar sekolah disarankan kepada para orang tua dalam meningkatkan kepedulian mereka terhadap pendidikan seksual anak yang dimulai pada usia remaja.