Analisis Pola Komunikasi Guru Kepada Murid dalam Mengenalkan
pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan guru dalam kapasitasnya sebagai subjek pendidikan.
Metode bercerita cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, karena
memang cerita adalah kegiatan yang mengasyikan, menyenangkan dan menggembirakan bagi mereka. Dalam masa kanak-kanak seperti ini murid
sangat gampang meniru bahkan meneladani seorang yang dianggap cocok dengan mereka, hal tersebut mereka dapatkan dari cerita-cerita yang
mereka dengarkan, baik lewat media maupun langsung dari penyampaian guru.
Dengan bercerita, khususnya berkaitan dengan pengucapan, dalam kondisi ini murid cenderung memperhatikan nasehat dibandingkan dengan
nasehat yang disampaikan dengan cara biasa. Metode belajar dengan cara bercerita, memang memiliki daya efektifitas yang tinggi terutama pesan-
pesan moral yang disampaikan dengan menggunakan tokoh, figur atau teladan. Namun perlu diingat bahwa salah memberikan cerita berarti salah
dalam menyampaikan pesan dan dapat berakibat fatal terhadap perkembangan moral anak. Begitu pun dalam ucapan yang dipaparkan
oleh guru dalam bercerita. b.
Bernyanyi: dalam hal ini menyanyi adalah salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, mengenalkan ajaran
agama kepada meraka serta mengajarakan kata-kata yang baik. Melalui lagu, daya imajinasi anak ditimbulkan. Lagu memudahkan mereka
menerima pesan-pesan yang diberikan, membuat mereka senang dan tidak
jenuh. Memilih lagu yang tepat dan bermakna bagi anak sungguh sangat penting. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkan
lagu untuk anak. c.
Bermain: adalah menciptakan permainan dalam islam yaitu belajar sambil bermain. Dimana dalam bermain berusaha memberi muatan-muatan
pelajaran tentang islam ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umumnya, seperti mewarnai kata Alhamdulillah dengan cat warna,
bermain sentra imtaq yakni permainan tentang agama seperti praktek shalat,
6
mencari huruf dan lain-lain. Setiap permainan yang ada mempunyai tujuan masing-masing.
Menggunakan BCCT Beyond Centre and Circle Time, biasanya bermain peran antara guru dengan murid, contohnya bermain peran makro temanya
tentang anak sholeh, menonton videofilm tentang anak sholeh.
7
Dengan bermain melalui sistem BCCT Beyond Centre and Circle Time diharapakan anak dapat lebih mudah memahami peran yang dilakukannya dan
dapat mengambil kesimpulannya. Di sini guru berperan sebagai pengawas, motivator dan fasilitator.
Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau menggunakan bahasa yang ringansederhana, mudah dimengerti
oleh anak-anak, sehingga pesan yang disampaikan mendapat umpan balik yang positif yang diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
6
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul.
7
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul .
komunikasi verbal berperan penting dalam penyampaian pesan agama terhadap anak-anak.
Para guru PAUD dalam penyampaian materi atau pesan, menggunakan komunikasi verbal ataupun lisan. Guru menyampaikan materi tentang doa sehari-
hari, berkata baik secara bertahap dan berlang-ulang. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan atau murid maka komunikasi verbal
harus dilakukan secara berulang-ulang.
2. Komunikasi Non Verbal
Dalam berkomunikasi selain menggunakan komunikasi vebal juga memakai komunikasi non verbal yang biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa
diam. Karena sifat alamiah yang dimiliki anak-anak meniru apa yang didengar
dan dilihat pada saat itu seperti keadaan yang terjadi di lingkungan PAUD Amanah. Maka guru selaku komunikator disarankan sebaiknya menggunakan
verbal didukung dengan komunikasi non verbal. Komunikasi seperti ini perlu dilakukan agar penyampaian materi benar-benar dipahami oleh anak-anak.
Dari hasil pengamatan penulis, selama ini guru menggabungkan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dalam setiap penyampaian
pesannya berupa bercerita ataupun materi dan menegur muridnya yang sedang bercanda.
Dalam proses pembelajaran guru menggabungkan komunikasi verbal dan non verbal, diantaranya:
a. Guru sedang bercerita. Dengan merubah mimik mukanya sesuai dengan isi
cerita yang disampaikan. b.
Kegiatan bernyanyi, seperti guru menggerak-gerakkan kedua tangannya sesuai irama nyanyian.
c. Guru mendisiplinkan anak. Ketika ada seorang murid bercanda di tengah-
tengah guru menjelaskan materi yang disampaikan, guru langsung menegurnya dengan lembut dengan jari telunjuk diletakkan di depan mulut
dengan isyarat tidak boleh berisik.
3. Komunikasi Antar Pribadi
Kelebihan dari komunikasi antar pribadi ini yakni anak mendapat rangsangan stimuli dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan
feed back umpan balik pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah
menerimanya dan ada juga yang sulit. Dalam komunikasi pribadi, guru berupaya mempengaruhi dan
mengendalikan perilaku anak melalui pendekatan psikologis. Komunikasi antar pribadi digunakan untuk pembinaan akhlak anak atau memasukan nilai-nilai islam
ke dalam diri anak. Murid diajarkan untuk berkata baik dengan mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah teman, mengucapkan kata Alhamdulillah sehabis
melakukan suau pekerjaan. Hal ini efektif untuk membina ucapan anak sejak dini.
Pada diri manusia, khususnya anak-anak terdapat unsur psikologis seperti simpati, imitasi, emosi, sugesti dan lain-lain. Dengan adanya unsur psikologis
tersebut, komunikasi antara komunikator dengan komunikan akan mudah terjadi. Dengan demikian, untuk melakukan aktivitas pembelajaran atau
mengkomunikasikan pesan, baik itu pesan yang mengandung unsur agama atau umum, komunikator perlu memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar
dapat menyampaikan pesannya sesuai dengan harapan yang dicita-citakan dan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang
kondusif, seorang pendidik harus mampu berinteraksi dengan murid, bahkan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif setiap kali aktivitas dilakukan.
4. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi antara seorang dengan dua orang atau lebih secara bersama-sama yang membentuk suatu
kelompok. Proses pembelajaran yang terjadi di PAUD Amanah yakni pola komunikasi kelompok kecil. Karena dalam komunikasi kelompok kecil
memungkinkan terjadinya interaksi komunikasi secara pribadi. Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk
menjadikan anak murid saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya.
Sehingga diharapakan anak mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah dilakukannya. Dan juga bu guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam
pengucapan dan pemahaman terhadap kalimat thayyibah, hal ini dilakukan ketika
bu guru mengajukan pertanyaan yang memancing anak untuk merespon pertanyaan guru.
Dengan demikian, pola komunikasi yang digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengucapan terhadap kalimat thayyibah pada murid
berdasarkan pengamatan dan wawancara, bahwa lebih efektif menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas secara
tatap muka, hal ini membuat murid merasa lebih nyaman dan lebih konsentrasi dalam memahami materi yang disampaikan karena proses yang berlangsung
secara berkelanjutan. Dan juga dapat meningkatkan pengetahuan anak terhadap kalimat thayyibah. Terkadang bu guru menggunakan komunikasi antar pribadi
yang bersifat tatap muka. Komunikasi antar pribadi dilakukan ketika ada seorang murid tidak paham dengan materi yang disampaikan, atau ada saja murid yang
mencari perhatian dengan pura-pura tidak mengerti. Dalam situasi kelompok kecil, guru sebagai komunikator lebih dapat
memperhatikan umpan balik feed back murid, pada saat guru melihat bahwa umpan balik yang terjadi pada murid bersifat negatif, maka respon murid seperti
ini dapat segera diketahui oleh guru, karena prosesnya yang bersifat tatap muka. Umpan balik yang diperlukan oleh guru adalah bersifat verbal, karena
komunikasinya ditunjukkan kepada kognisi murid. Jadi permasalahan mengerti atau tidak semuanya harus dikatakan dengan kata-kata.
Namun pada akhirnya sejalan dengan komunikasi yang berlangsung, Proses komunikasi sekunder juga diperlukan untuk menerapkan kalimat thayyibah
pada anak, yakni dengan memadukan lambang bahasa dengan komunikasi
berlambang gambar dan warna. Akan tetapi, para komunikolog mengakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-
pesan yang bersifat informatif. Menurut mereka efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka
acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata komunikator
mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga. Untuk menciptakan proses komunikasi pendidikan yang baik harus
didukung oleh semua komponen pendidikan terutama guru dan murid, akan tetapi dalam hal ini guru atau pendidik memiliki tempat paling strategis dalam proses
komunikasi dua arah antara guru dan murid. Dengan demikian, menjadi seorang guru dibutuhkan kemampuan yang maksimal jika ingin menciptakan kondisi
pembelajaran yang baik sehingga outputnya pun terlahir dengan baik pula. Diantara kemahiran yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah
kemampuannya di bidang umum seperti: bercerita, menyanyi, menggambar, bermain dan lain-lain, dimana syarat-syarat tersebut merupakan syarat standar
yang harus dimiliki seorang pendidik. Adapun kemampuan-kemampuan yang lainnya hanya cukup sebagai pelengkap kesempurnaan mereka.
49