kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir. Perkolasi dihentikan setelah 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Selanjutnya ekstrak diuapkan
dengan menggunakan alat penguap vakum putar pada temperatur tidak lebih dari
50ÂșC dan dikeringkan dengan menggunakan alat freeze dryer sampai diperoleh ekstrak kental Ditjen POM, 1979. Prosedur kerja pembuatan ekstrak secara
perkolasi dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 65.
3.6 Penyiapan Hewan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150 - 210 g. Sebelum percobaan dimulai terlebih dahulu tikus dipelihara
selama 2 minggu dalam kandang yang terbuat dari besi ukuran diameter 1cm diberi sekam pada bagian alas bawah, dan dibersihkan setiap satu kali sehari. Ditjen POM,
1979.
3.7 Pembuatan Larutan dan Suspensi 3.7.1 Pembuatan suspensi CMC 0,5
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi 10 ml air suling panas. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, setelah
dikembangkan digerus lalu diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.
3.7.2 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,02 bv
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan,
dan digerus hingga terbentuk gel. Sebanyak 20 mg glibenkamid digerus dan ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus dan diencerkan dengan
Universitas Sumatera Utara
sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.
3.7.3 Pembuatan suspensi ekstrak bunga rosela 2 bv
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan,
dan digerus hingga terbentuk gel. Kemudian ekstrak etanol bunga rosela 2 g digerus, dan ditambahkan gel CMC 0,5 sedikit demi sedikit dan terus digerus
hingga terbentuk suspensi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml. Hasil Orientasi dapat dilihat
pada lampiran 11 halaman 70.
3.7.4 Pembuatan larutan glukosa 50
Sebanyak 50 g glukosa dimasukan ke dalam labu takar yang telah dikalibrasi 100 ml lalu diaduk hingga larut.
3.8 Prosedur uji efek penurunan kadar gula garah dari ekstrak etanol bunga rosela dengan toleransi glukosa pada tikus putih jantan
Hewan yang digunakan dalam pengujian adalah tikus yang dibagi atas 4 kelompok yaitu kontrol, bahan uji yang terdiri dari 2 dosis dan bahan pembanding,
masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Prosedur kerjanya yaitu: tikus dipuasakan tidak makan tapi tetap minum
selama 18 jam, kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar gula darah puasa selanjutnya berikan larutan glukosa 50 dosis 5 gkg bb secara oral. Lalu diukur
kadar gula darah tikus pada menit ke-30. Kemudian masing-masing diberi perlakuan:
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok A sebagai kontrol yaitu hanya diberikan Suspensi CMC
0,5 dengan dosis 1 bb peroral. b. Kelompok B diberikan suspensi ekstrak bunga rosela dengan dosis 50 mgkg
bb peroral.
c. Kelompok C diberikan suspensi ekstrak bunga rosela dengan dosis 100
mgkg bb peroral. d.
Kelompok D diberikan suspensi Glibenklamid dalam CMC 0,5 dengan dosis 1 bb peroral.
Lalu diukur kadar gula darah tikus pada menit ke-60, 90, 120, 150, 180 dengan menggunakan alat glukometer Glucotrend
..
Prosedur kerja penurunan kadar gula darah terhadap tikus dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 67.
3.9 Prosedur Penggunaan Glukometer Prosedur penggunaan Glukometer sebagai berikut: