Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Syariah yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH (SBIS), DAN JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) TERHADAP
INDEKS SYARIAH YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA (ISSI)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi

Oleh :
Dimas Prabowo
NIM. 109084000052

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama


: Dimas Prabowo

NIM

: 109084000052

Jurusan

: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi

: Ekonomi Islam

Saya menyatakan bahwa skripsi ini BENAR adanya merupakan hasil karya
tulisan saya sendiri, bukan hasil jiplakan, tiruan dan contekan hasil karya orang
lain, baik sebagian atau pun seluruhnya. Pendapat atau komentar dari orang lain
dalam skripsi ini dikutip atau dicantumkan sesuai dengan kode etik dalam
penulisan karya ilmiah.


Jakarta, 10 Agustus 2013

Dimas Prabowo

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH (SBIS), DAN JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) TERHADAP
INDEKS SYARIAH YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA (ISSI)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Dimas Prabowo
NIM: 109084000052

Dibawah Bimbingan,

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Dr. H. Roikhan Mochamad, MM

Utami Baroroh, M.Si

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2013 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

II.

IDENTITAS PRIBADI

1. NamaLengkap

: Dimas Prabowo

2. Tempat, TanggalLahir

: Jakarta, 7 September 1992

3. Alamat

: Jalan Cikini Kramat Rt.007/01 No.1

4. E-mail

: dimsprabowo@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Cikini 02 Pagi (1997-2003)
2. SMP Negeri 1 Jakarta (2003-2006)
3. SMA Negeri 4 Jakarta (2006-2009)

4. Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta (20092013)

III.

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Hermanto

2. Ibu

: Supriyanti

3. Alamat

: Jalan Cikini Kramat Rt.007/01 No.1

4. Telepon

: 021-30271607


5. Anak

: 1(satu) dari 2 (dua) bersaudara

i

ABSTRACT
This research aims to know the variables affect variables ISSI during
periods of May 2010 until April 2013. In this study using Vector analysis tool
Autoregresive (VAR) to analyze the relationship of causality between the
variables as a whole.
The variables tested in this study was inflation, SBIS, and JUB against
ISSI variable. The results of this research are the inflation does not have a
relationship of causality with the ISSI because the value of the variable
probability greater than 5%. SBIS have a relationship of causality with the ISSI.
JUB has the biggest causality relationship of variables ISSI. SBIS has a dynamic
pattern of ISSI varaibel compared to other variables. JUB has the greatest shocks
of variables other than variable i.e. ISSI amounted to 46.5%.
Keywords: ISSI, Inflation, SBIS, Money Circulation, Vector Autoregressive (VAR)


ii

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel – variabel yang
mempengaruhi variabel ISSI selama periode Mei 2010 sampai dengan April 2013.
Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Vector Autorgresive (VAR) untuk
menganalisis hubungan kausalitas antar variabel secara keseluruhan.
Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah inflasi, SBIS, dan JUB
terhadap variabel ISSI. Hasil dari penelitian ini adalah inflasi tidak memiliki
hubungan kausalitas dengan variabel ISSI karena nilai probabilitasnya lebih besar
dari 5%. SBIS memiliki hubungan kausalitas dengan ISSI. JUB memiliki
hubungan kausalitas yang paling besar terhadap variabel ISSI. SBIS memiliki
pola dinamis yang paling besar terhadap varaibel ISSI dibandingkan variabel
lainnya. JUB memiliki guncangan yang paling besar terhadap variabel ISSI
dibandingkan variabel lainnya yaitu sebesar 46,5%.
Kata Kunci : ISSI, Inflasi, SBIS, JUB, Vector Autorgressive (VAR)

iii


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayangNya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya
dihariakhi rzaman kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan
skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya,
disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih
baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Kedua orangtua saya, mamah dan bapak atas dukungan dan doanya selama ini
dari TK sampai sekarang di jenjang strata 1, besarnya kasih sayang dan
pengorbanannya yang selama ini yang tak mungkin dapat terbalaskan, semoga

Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan rahmat dan karunia
kepadanya sampai selamanya, Amin.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,.Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Dr. Lukman, M.Siselaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ir. Dr. H. Roikham Mochamad, MM selaku disen pembimbing pertama
yang telah memberikan sarannya terhadap terciptanya tulisan ini dan juga
sebagai penemu Teori SINLAMIM sebagai teori dalam ekonomi syariah yang
iv

semoga kedepannya teori ini dapat digunakan sebagai pondasi ilmu ekonomi
syariah.
5. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku sekertaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
sangat sabar dalam membimbing dan banyak membantu dalam terciptanya
skripsi ini dengan sangat baik, Terima Kasih ya bu.
6. Bapak Zuhairan Y. Yunnan, M.Sc selaku dosem pembimbing akademik yang
telah memberikan kelancaran kepada saya dalam hal perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan motivasi
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan
masa perkuliahan.
8. Sarwendah Kanti Rahayu yang sudah mau direpotkan dan sangat banyak
membantu dalam terciptanya skripsi ini
9. Ace, Ichsan, dan Gunawan sebagai teman yang paling dekat selama masa –
masa kuliah terimakasih untuk waktunya selama ini, semoga kalian semua
cepet nyusun skripsinya juga ya dan kita semua bisa sukses.
10. Anis, Ratna, dan Citra sebagai temen cewek yang paling deket selama masa –
masa kuliah hehe.
11. Sahabat waktu SMA dan sampai kapanpun Tya, Oka, Carlo, Edo, Funnur, dan
Isa yang udah sharing tentang kegiatan kuliah kalian semua diberbagai tempat,
tetep lucu ya kawan – kawan.
12. Teman – teman IESP angkatan 2009 Dimas gendut, Adit botak, Adit junior,
Rhomdhon, Lisa, Andre, Rifqi, dan masih banyak lagi yang gak bisa disebutin
satu – satu.
Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka
dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Jakarta,1 Agustus 2013


Dimas Prabowo

v

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .............................................................................. 1
B. PembatasanMasalah ..................................................................... 8
C. PerumusanMasalah ...................................................................... 9
D. TujuanPenelitian ........................................................................ 10
E. ManfaatPenelitian ...................................................................... 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Saham ....................................................................................... 12
1. PengertianSaham ............................................................... 12
2. Jenis – JenisSaham ............................................................ 12

vi

3. PengertianHargaSaham ..................................................... 13
4. Nilai – NilaiSaham ............................................................ 13
a. Analisis Fundamental ................................................. 13
b. AnalisisTeknikal .......................................................... 14
B. SahamSyariah .......................................................................... 14
C. TeoriInflasi .............................................................................. 17
1. PemgukuranInflasi ............................................................. 18
2. Macam – MacamInflasi ..................................................... 18
3. DampakdariInflasi ............................................................. 21
D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ........................................... 23
E. JumlahUangBeredar ................................................................ 28
F. PenelitianSebelumnya ............................................................. 31
G. KerangkaPenelitian .................................................................. 40
H. HipotesisPenelitian .................................................................. 43
BAB III

METODELOGI PENELITIAN
A. RuangLingkupPenelitian ....................................................... 44
B. TeknikPengumpulan Data ..................................................... 44
1. Sumber Data ................................................................... 44
2. MetodePengumpulan Data ............................................. 45
C. TeknikAnalisis ....................................................................... 45
1. Vector Autoregresive(VAR) ........................................... 45
2. UjiStasioneritasdanDerajatIntegrasi ................................ 47
3. UjiKausalitas ................................................................... 48

vii

4. Analisisdalam model VAR ............................................ 48
5. Peramalan VAR .............................................................. 49
6. Impulse Response ............................................................ 49
7. Variance Decomposition ................................................. 49
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. SekilasGambaranUmumPenelitian......................................... 51
1. PerkembanganIndeksSahamSyariah Indonesia (ISSI) ... 51
2. PerkembanganInflasi ....................................................... 53
3. Perkembangan SBIS ....................................................... 56
4. PerkembanganJumlahUangBeredar ................................ 58
B. AnalisisUjiEkonometrik ......................................................... 60
1. UjiStasioneritas Data ...................................................... 60
2. UjiDerajatIntegrasi .......................................................... 61
3. Penentuan Lag Length .................................................... 62
4. UjiKausalitas Granger .................................................... 63
5. Estimasi VAR ................................................................. 66
6. Impulse Response Function ............................................. 67
7. Variance Decompisition ................................................... 69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 77

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Keterangan

Halaman

1.1

Indeks Saham Syariah Indonesia, Inflasi, Sertifikat

5

Bank Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar
di Indonesia periode 2010 – 2013
2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

35

4.1

Uji Satasioneritas Data

60

4.2

Uji Derajat Integrasi First Different

61

4.3

Penentuan Lag Length

62

4.4

Uji Kausalitas Granger antara Variabel ISSI dan
Inflasi

63

4.5

Uji Kausalitas Granger antara variabel ISSI dan
SBIS

64

4.6

Uji Kausalitas Granger antara variabel ISSI dan
JUB

65

4.7

Estimasi VAR

66

4.8

Ringkasan Hasil ImpulseResponse Function\

69

4.9

Variance Decomposition

70

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Keterangan

Halaman

1.1

Perkembangan Jumlah Emiten Saham Syariah

4

2.1

Model Kerangka Penelitian

42

4.1

Perkembangan ISSI Mei 2010 s.d April 2013

52

4.2

Perkembangan Inflasi Mei 2010 s.d April 2013

55

4.3

Perkembangan SBIS Mei 2010 s.d April 2013

56

4.4

Perkembangan Jumlah Uang Beredar Mei 2010 s.d

58

April 2013
4.5

Impulse Response Function

x

68

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Keterangan

Halaman

1

Tabel Data Penelitian ISSI, Inflasi, SBIS, dan JUB

77

2

Tabel Data Penelitian ISSI, Inflasi, SBIS, dan JUB

78

dalam bentuk LN
3

Uji Stasioneritas Data ISSI

79

4

Uji Stasioneritas Data Inflasi

80

5

Uji Stasioneritas Data SBIS

81

6

Uji Stasioneritas Data JUB

82

7

Uji Derajat Integrasi First Different ISSI

83

8

Uji Derajat Integrasi First Different Inflasi

84

9

Uji Derajat Integrasi First Different SBIS

85

10

Uji Derajat Integrasi First Different JUB

86

11

Uji Kausalitas Granger

87

12

Estimasi VAR

88

13

Penentuan Lag Length

89

14

Impulse Response Function

90

15

Variance Decomposition

91

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari kondisi
internal di negara tersebut adalah situasi politik, keamanan negara tersebut,
dsb. Apabila kondisi internal disuatu negara stabil dan cenderung baik, maka
akan mengundang para investor baik lokal maupun asing untuk mau
berinvestasi di negara tersebut.
Di Indonesia sendiri, terutama di kota – kota besarnya sudah banyak
sekali investor baik lokal maupun asing yang menanamkan modalnya disini,
baik berupa uang ataupun aset. Ini terlihat dari gedung – gedung pencakar
langit yang mendominasi kota – kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta
yang merupakan ibukota dan sekaligus menjadi pusat perputaran uang dan
perekonomian Indonesia.
Krisis global yang menimpa dunia beberapa waktu lalu memberikan
kekhawatiran tersendiri kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan
ekonominya. Faktor tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
ekonomi syariah tumbuh berkembang begitu pesat di Indonesia. Ekonomi
berbasis syariah hadir memberikan pilihan kepada masyarakat untuk
melakukan kegiatan ekonominya atas dasar syariah.
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia diawali dengan
berdirinya beberapa bank – bank syariah, ada yang langsung berdiri menjadi
1

bank umum syariah ada juga yang berawal dari unit usaha syariah (UUS) bank
konvensional yang kemudian spin off menjadi bank umum syariah. Setelah
melihat kesuksesan bank – bank syariah yang tumbuh begitu pesat dengan
sistem syariahnya membuat beberapa sektor keuangan lainnya ikut
menerapkan sistem syariah pada sistem keuangannya. Seperti asuransi,
pegadaian, dan tidak terkecuali pasar modal.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring
dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index.
(JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara persentase indek pada
JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah
dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham
syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,
instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam (Nazwar,
2008:1)
Islamisasi Pasar modal yang telah diperjuangakan oleh beberapa
kalangan akhir akhir ini, telah memainkan beberapa peran penting yang
mengubah sistem dari sektor keuangan. Hal ini telah menjadi sumber utama
dari pertumbuhan pasar modal syariah, dimana produk produk dan pelayanan
pasar modal telah diperhatikan untuk diubah menjadi produk-produk dan
pelayanan pasar modal syariah. Indeks Islam atau Indeks syariah telah
mengambil tempat pada proses Islamisasi pasar modal dan menjadi awal dari
pengembangan pasar modal syariah. Beberepa Indeks besar Islam didunia

2

seperti Dow Jones Islamic Market Index (DJMI), RHB syariah Index, Kuala
Lumpur Syariah Index telah berkembang dan telah mulai popular diantara
komunitas muslim yang memiliki komitmen dengan prinsip prinsip Islam
dalam menjalankan dan memanajemen investasi mereka. Indeks indeks
tersebut diciptakan dengan beberapa batasan-batasan untuk produk produk
investasi sesuai dengan shariah. Bahkan non muslim juga ikut masuk
berinvestasi di Indeks Islam ini walaupun ada batasan batasannya (Nazwar,
2008:1).
Selain JII yang berkembang sebagai indeks saham syariah di
Indonesia. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham
syariah yang baru dibentuk pada pertengahan mei 2011. Berbeda dengan JII
yang dimana anggotanya hanya 30 saham syariah terlikuid, ISSI merupakan
indeks saham syariah yang beranggotakan seluruh saham syariah yang
dahulunya terdaftar di IHSG bergabung dengan saham non syariah lainnya.
Alasan yang melatarbelakangi dibentuknya ISSI adalah untuk
memisahkan antara saham syariah dengan saham non syariah yang dahulunya
disatukan didalam IHSG. Cara ini diharapkan agar masyarakat yang ingin
menginvestasikan modalnya pada saham syariah tidak salah tempat.
Walaupun baru dibentuk pada pertengahan mei 2011, namun
perkembangan saham syariah yang terdaftar di ISSI menampakan trend
positif. Pada setiap tahunnya pertumbuhan saham syariah selalu mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.

3

Gambar 1.1
Perkembangan Jumlah Emiten Saham Syariah (dalam jumlah)

Sumber: Bursa Efek Jakarta
Data statistik diatas merupakan data perkembangan saham syariah
mulai dari tahun 2007 sebelum ISSI dibentuk sampai dengan akhir tahun 2012
untuk membandingkan perkembangan saham syariah sebelum dan sesudah
ISSI dibentuk. Perkembangan indeks syariah ini dievaluasi dua kali dalam 1
tahun yaitu setiap 6 bulan sekali. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setiap
tahunnya

perkembangan

jumlah

indeks

syariah

selalu

mengalami

pertumbuhan yang konsisten setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010. Namum pertumbuhan saham syariah tercatat sangat signifikan
pada tahun 2011 ke tahun 2012, dimana telah kita ketahui bersama bahwa ISSI
dibentuk pada tahun 2011. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa
dibentuknya ISSI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan saham syariah di Indonesia.

4

Tabel 1.1
Indeks Saham Syariah Indonesia, Inflasi, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode 2010 2013
Tahun

ISSI

INFLASI

SBIS

JUB

(persen)

(milyar)

(milyar)

2010

1.463.811.596

6,96

2997

2.471.206

2011

1.968.091.370

3,79

3476

2.877.220

2012

2.451.344.379

4,30

3455

3.304.645

2013

2.763.653.980

5,57

4958

3.319.468

Sumber: Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Badan Pusat Statistik (diolah)
Pada tahun 2010 sebenarnya perhitungan ISSI belum dilakukan.
Perhitungan ini lantas didapatkan secara manual dengan cara mengurangkan
IHSG dengan JII. Selanjutnya didapatkan jumlah kapitalisasi ISSI pada tahun
2010 adalah sebesar Rp. 1.463.811.596. Pada pertengahan tahun 2011,
tepatnya pada bulan mei 2011 perhitungan ISSI resmi dilakukan dan tercatat
pada akhir tahun 2011 kapitalisasi ISSI sebesar Rp. 1.968.091.370.
Pertumbuhan yang positif ini terus berlanjut pada tahun 2012 sekaligus tercatat
sebagai pertumbuhan kapitaslisasi ISSI yang paling besar yaitu sebesar Rp.
2.451.344.379. Trend positif ini terus berlangsung pada tahun 2013 per bulan
maret yaitu sebesar Rp. 2.763.653.980.
Menurut Syahrir (1995:81) untuk dapat menjawab apakah pasar modal
akan terus berkembang secara berkesinambungan maka faktor – faktor

5

terpenting yang menentukannya tergantung pada dua hal, yaitu kondisi makro
ekonomi Indonesia dan stabilitas politik nasional. Jadi perkembangan indeks
syariah juga dipengaruhi oleh beberapa variabel makro ekonomi dan moneter
yang diantaranya adalah sertifikat bank indonesia syariah, inflasi, jumlah uang
beredar (JUB), dan faktor internal lainnya seperti, kondisi ekonomi nasional,
kondisi politik, keamanan, kebijakan pemerintah, dan lain-lainnya.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah
atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh
yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi
yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Tak hanya
orang miskin, orang kaya pun akan terkena dampak inflasi. Nilai uang yang
mereka miliki akan sama-sama tergerus. Tapi, tentu saja, daya tahan masingmasing orang untuk bisa memikul dampak inflasi berbeda-beda. Orang miskin
merasakan dampak paling pahit (Wikipedia, 19 Mei 2013 21:01)
Tingkat inflasi suatu negara sangat berpengaruh terhadap tingkat
investasi di negara tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut Syahrir
(1995:81) yang menyatakan bahwa adalah sulit atau tidak membayangkan
pasar modal berkembang dengan pesat apabila di dalam suatu negara
berlangsung perkembangan makro seperti diantaranya tingkat inflasi yang
double digit atau sampai hyperinflation. ISSI merupakan salah satu instrumen

6

alat investasi yang ada di dalam pasar modal di Indonesia. Tingkat inflasi yang
selalu berubah tiap bulannya sangat memungkinkan untuk mempengaruhi
tingkat investasi pada pasar modal di Indonesia khususnya pada ISSI.
Dari variabel ekonomi makro lainnya, hubungan antara JUB dan
investasi menarik untuk di kaji. Jumlah uang beredar yang di masyarakat akan
mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut, kondisi perekonomian
ini yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap tingkat investasi yang ada
pada negara tersebut, karena sebelum memutuskan untuk melakukan investasi
disuatu negara para investor tentunya akan melihat keadaan perekonomian di
negara tersebut terlebih dahulu. Analisa hubungan antara JUB dengan
investasi ini diukur dengan cara melihat seberapa banyak peredaran uang yang
ada ditengah – tengah masyarakat yang digunakan untuk berinvestasi, baik itu
di saham konvensional maupun di saham syariah.
Dari pengukuran tersebut kemudian di kerucutkan kembali antara
saham konvensional dengan saham syariah. Dengan melihat lebih mendalam
khususnya pada saham syariah, seberapa besar jumlah JUB yang ada ditengah
– tengah masyarakat yang di investasikan pada saham syariah yang khususnya
terdaftar pada ISSI.
Investasi dalam bidang syariah tidak selalu kepada saham syariah saja,
akan tetapi ada juga produk investasi syariah lainnya yang berkembang pesat
di Indonesia yaitu SBIS. Sama seperti halnya indeks syariah, SBIS juga
merupakan

salah satu instrumen dibidang investasi syariah yang juga

memberikan return dari hasil investasinya terhadap SBIS tersebut sama

7

seperti return yang akan kita dapatkan apabila kita berinvestasi pada indeks
syariah. Menarik untuk dilihat ketika masyarakat ingin menginvestasikan
uangnya pada sektor syariah, manakah yang banyak dipilih masyarakat antara
SBIS atau saham syariah.
Dari penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh antara inflasi dan investasi. Apabila kita melakukan investasi
dibidang saham, tingkat inflasi jelas juga akan berdampak pada harga saham
itu sendiri. Begitu juga hubungan antara JUB dengan kegiatan investasi
masyarakat yang khususnya berinvestasi pada sektor syariah seperti SBIS atau
saham syariah yang terdaftar pada ISSI.
Oleh karena penjelasan yang telah penulis jabarkan diatas, penulis
mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi ISSI, maka
penelitian ini penulis beri judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks
Syariah yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”
diharapkan penelitian ini menarik dan perlu untuk dilakukan.

B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ternyata ada beberapa
keterkaitan antara variabel – variabel yang penulis teliti seperti inflasi, SBIS,
dan jumlah uang beredar terhadap indeks syariah. Maka dari itu penulis
membatasi permasalahan dalam penelitian ini hanya untuk saham - saham
yang terdaftar didalam ISSI.

8

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah
diatas, ternyata perkembangan pasar modal dan khususnya pada pasar modal
syariah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro dan ekonomi
moneter suatu negara seperti inflasi dan jumlah uang beredar, sedangkan dari
sisi syariah pasar modal syariah juga dipengaruhi oleh sertifikat bank indonesia
syariah (SBIS).
Tingkat inflasi disuatu negara jelas menjadi masalah dalam setiap
periodenya di seluruh negara agar dapat mengendalikan atau menjaga
kestabilan tingkat inflasi di level terendah agar perekonomian dapat berjalan
dengan baik dan investasi di negara tersebut lancar. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang juga merupakan instrumen syariah dibidang investasi
menjadikan banyak pilihan untuk masyarakat selain pada indeks syariah, dan
yang terakhir pada jumlah uang beredar (JUB) dapat dilihat dan diketahui
untuk apa sajakah uang yang ada di masyarakat digunakan dan seberapa besar
dampaknya terhadap pertumbuhan pasar modal di Indonesia dan khususnya
terhadap pasar modal syariah di Indonesia.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat diajukan pertanyaan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan kausalitas antara inflasi, sertifikat bank
indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah
yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;
2. Bagaimana pola dinamis akibat pengaruh antara inflai, sertifikat bank
indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah
yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;
9

3. Seberapa besar guncangan (shock) yang ditimbulkan antara inflai,
sertifikat bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap
indeks syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi, sertifikat bank
indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah
yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;
2. Untuk menganalisis pola dinamis akibat pengaruh antara inflasi, sertifikat
bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks
syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;
3. Untuk menganalisis seberapa besar guncangan (shock) antara inflasi,
sertifikat bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap
indeks syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan rujukan atau informasi kepada masyarakat umum yang
ingin berinvestasi menanamkan modalnya di saham syariah, khususnya
untuk saham syariah yang masuk kedalam hitungan ISSI.
2. Bagi Pemerintah
Agar pemerintah dapat mebuat kebijakan lain terkait saham syariah dan
memberikan pilihan lain kepada para investor baik lokal maupun asing
untuk menanamkan modalnya kepada saham syariah.
10

3. Bagi Almamater
Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang pola hubungan
antara inflasi, suku bunga bank indonesia, dan jumlah uang beredar
terhadap saham syariah yang tertdaftar pada ISSI dan semoga menjadi
acuan bagi penelitian – penelitian sejenis berikutnya.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Saham
1. Pengertian Saham
Saham sering diartikan sebagai: Tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto,
2001: 6).
Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan
seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham
(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 5).
2. Jenis – Jenis Saham
Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis
(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 12), yaitu:
a. Saham Biasa (Common Stocks)
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior
dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan
perusaAnalisis

Fundamentaklhaan

apabila

perusahaantersebut

dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling
banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar.
b. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa
juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua
12

hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar
dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga
hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku
dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa.
3. Pengertian Harga Saham
Harga saham menurut (Hartono, 1998: 69) adalah harga yang
terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi
oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan.
Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah pengaruh dividen dengan
harga saham, dimana harga saham dianggapsebagai nilai sekarang dari
seluruh dividen yang diharapkan di masa mendatang.
4. Nilai – Nilai Saham
Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang
berkaitan dengan harga saham (Husnan, 1996: 315) yaitu:
a. Analisis Fundamental
Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk
rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara
harga saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai
kekayaan bersih perusahaan itu.

13

b. Analisis Teknikal
Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan
menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak
menggunakan informasi yang timbul dari luar perusahaan yang
memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada informasi intern
perusahaan.

B. Saham Syariah
Menurut Hamid (2009, 47) Produk investasi berupa saham pada
prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori pencampuran Islam
mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua
atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing – masing pihak
menyerahkan sejumlah dana barang atau jasa.
Menurut Fakhruddin (2001) Saham dapat didefinisikan tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.Syariah
dalam arti luas “al-syari‟ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa normanorma

ilahiyah,

baik

yang

mengatur

tingkah

laku

batin

(sistem

kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang
individual dan kolektif. Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang
berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam,
tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan seterusnya
14

Beberapa Definisi Saham Syariah:
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI) No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal,
mendefinisikan saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang memenuhi kriteria tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
Menurut Soemitra (2009), saham syariah merupakan surat berharga
yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.
Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham
syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah.
Menurut Kurniawan (2008), Saham Syariah adalah saham-saham
yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik sesuai
dengan syariah Islam.
Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK). Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu
saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:
1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah
asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa
dikategorikan sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil
(profit-loss sharing).

15

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan
pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang
halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan
bebas dari element-element yang haram yang secara explicit disebut di
dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi
dan semua turunan-turunannya.
3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh
dari bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa
saham perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba
disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan
harus terhindar dan bebas dari bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal
dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah
hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar
ratio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi
untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau
sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan
masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini.
Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai
perusahaan yang memiliki saham syariah.

16

C. Teori Inflasi
Menurut Ebert dan Griffin dalam Murhadi (2009:21) inflasi merupakan
kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah
permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang
meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan inflasi
yang signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan
kemampuan daya beli.
Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan bersifat
uncertainty (tidak menentu) maka resiko dari investasi dalam aset – aset
keuangan akan meningkat dan keredibilitas mata uang domestik akan
melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui
perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
Menurut

Amalia

(2010:105-112)

Inflasi

adalah

kecenderungan

meningkatnya harga – harga barang secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi.,
kecuali jika kenaikan harga barang itu mengakibatkan harga barang lain
menjadi ikut naik. Misalnya kenaikan harga telur, sedang barang lain konstan
tidak dapat disebut sebagai inflasi. Tetapi kenaikan harga minyak, atau lisrtrik
dapat mengakibatkan harga – harga barang lain menjadi naik. Kenaikan harga
minyak dan listrik ini dapat dimasukan sebagai pemicu inflasi.
Di dalam indikator ekonomi sering dituliskan angka inflasi. Misalnya
angka inflasi 10 persen. Ini menunjukan kenaikan harga barang – barang
secara umum adalah 10 persen. Hal ini bukan berarti bahwa semua barang

17

harganya naik 10 persen. Ada barang yang naiknya di atas 10 persen dan ada
pula yang turun lebih dari 10 persen. Namun secara rata – rata harga semua
barang – barang naik 10 persen.
1. Pengukuran Inflasi
Untuk menghitung inflasi dapat digunakan rumus:

Π = Pt – Pt-1 / Pt

=

∆Pt / Pt-1

Dimana:
π = Inflasi
Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun-t
Pt-1 = IHK tahun sebelumnya (t-1)
2. Macam – Macam Inflasi
Menurut

Judisseno

(2005:76)

Ada

berbagai

cara

untuk

menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama didasarkan atas parah
tidaknya inflasi tersebut. Berdasarkan ini inflasi dapat dibagi atas:
a. Inflasi ringan (dibawah 10 persen per tahun)
b. Inflasi sedang (10% - 30%)
c. Inflasi berat (30% - 100%)
d. Hiperinflasi (diatas 100%)
Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada tahun 1960-an yang
mencapai 650 persen. Indonesia pernah pula mengalami inflasi berat yaitu
mencapai 60 persen pada tahun 1998. Di tahun 1999 inflasi sedikit
melemah yaitu mencapai 20 persen.

18

Penggolongan kedua menurut Judiseno (2005:77) adalah atas dasar
sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini, inflasi dapat dibedakan atas:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Menurut Keynes demand pull inflation merupakan tekanan inflasi
akibat adanya excess demand terhadap barang dan jasa. Harga disini
maksudnya adalah harga – harga umum atau yang disebut sebagai
inflasi. Bertambahnya permintaan dapat disebabkan oleh naiknya
permintaan barang, pengeluaran pemerintah, dan permintaan suatu
barang oleh luar negeri.
Menurt klasik, demand pull inflation dijelaskan melalui Quantity
Theory of Money. Jika Supply uang lelebihi jumlah permintaannya,
maka individu ekonomi akan menggunakan kelebihan uangnya itu
untuk meningkatkan pengeluarannya. Kalau permintaan output
tumbuhnya lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi, maka akan
terjadi inflasi (too much money chasing few goods).
MV = PY
Bila dilihat perubahannya, maka
P=M+V–Y
Velositas uang itu stabil dalam jangka pendek, jadi V = 0. P
menunjukan perubahan harga (inflasi), M menunjukan perubahan
jumlah uang beredar, dan Y menunjukan pertumbuhan ekonomi.
Jika pertumbuhan ekonomi 2%, dan pertumbuhan jumlah uang
beredar 5% maka inflasi akan naik sebesar 3%.

19

Kaum monetaris mengatakan, jika ingin inflasi itu
(0%),

maka

perlu

kebijakan

dari

otoritas

nol persen

moneter

untuk

menyeimbangkan antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan
pertumbuhan ekonomi.
b. Inflasi Dorongan Harga (Cost Push Inflation)
Perbedaan dari demand pull inflation dengan cost push inflation,
pertama, pada demand pull inflation terjadi kenaikan output
sedangkan pada cost push inflation yang terjadi malah penurunan
output. Kedua, pada demand pull inflation, kenaikan harga barang
mendahului kenaikan harga bahan – bahan input (material) sedang
pada cost push inflation, kenaikan harga barang input yang
mendahului kenaikan harga barang output.
Penggolongan inflasi ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi.
Dari sini kita dapat membedakan:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang bertasal dari dalam negeri adalah inflasi yang berasal
dari dalam negeri itu sendiri seperti defisit keuangan negara yang
dibiayai (ditutupi) dengan pencetakan uang baru, atau pengenaan
pajak oleh pemerintah.
Sedangkan inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang
terjadi akibat pengaruh kenaikan harga barang – barang dari luar
negeri. Misalnya kenaikan harga barang – barang input dari luar

20

negeri, penurunan nilai tukar mata uang rupiah yang mengakibatkan
harga barang – barang dari luar negeri menjadi semakin mahal, dll.
Kenaikan harga dalam negeri akibat hubungan luar negeri bisa juga
terjadi akibat naiknya ekspor. Dengan naiknya ekspor akan
mengakibatkan barang didalam negeri menjadi langka, yang pada
akhinya mengakibatkan naiknya harga barang dalam negeri.
3. Dampak dari Inflasi
Menurut Sukirno (1997: 305) dampak yang akan ditimbulkan dari
inflasi adalah sebagai berikut:
a. Memburuknya distribusi pendapatan
Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik,. Namun bagi
produsen yang naiknya biaya produksi akan dibebankan kepada
konsumen, sehingga pendapatannya meningkat. Bagi pekerja,
walaupun gaji yang diterimanya naik, kenaikan harga – harga barang
konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.
b. Bunga yang semakin tinggi
Inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin
meningkat. Ada perbedaan pandangan antara Keynes dan Monetaris
tentang fenomena ini.
Menurut Keynes dalam (Amalia, 2010:110) naiknya tingkat harga
menyebabkan semakin tingginya pengeluaran nominal. Meningkatnya
pengeluaran nominal tersebut, mengakibatkan permintaan akan uang
untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah uang beredar tetap, maka
akan mengakibatkan suku bunga menjadi meningkat.

21

Sedangkan menurut

Monetaris, ekspektasi terhadap inflasi

menyebabkan suku bunga nominal meningkat. Irving Fisher
mengatakan bahwa ada hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga.
Menurut Fisher, seseorang akan memperoleh keuntungan secara
rill jika tingkat bunga nominal melebihi tingkat inflasi. Akan tetapi
jika tingkat bunga nominal berada dibawah tingkat inflasi maka secara
rill orang yang menabungkan uangnya di bank akan mengalami
kerugian.
c. Ketidakpastian dan spekulasi
Inflasi akan menciptakan ketidakpastian menjadi semakin besar,
mengingat profitability dari investasi menjadi semakin tidak jelas.
Ekspektasi dari keuntungan investasi menjadi lebih sulit, dan inflasi
dapat meningkatkan ketidakpastian untuk pembiayaan investasi.
Pengusaha akan emilih investasi dengan nilai pengembalian yang
tinggi, yang cepat (quick pay-off) dan tidak akan melakukan investasi
yang dibiayai pinjaman jangka pendek (karena suku bunga nominal
sangat tinggi).
d. Masalah pada Balance of Payment
Bila inflasi di dalam negeri lebih besar dibanding inflasi di negara
lain maka barang kita tidak akan kalah bersaing, ekspor menurun, dan
negara partner menjadi diuntungkan. Dengan kata lain, inflasi
menhyebabkan ekspor menajdi lesu, dan impor menjadi lebih
diminati. Akibatnya neraca transaksi berjalan semakin memburuk,
muncul spekulasi akan terjadinya devaluasi mata uang.

22

Apabila kurs mata uang menurun (depresiasi), maka harga barang
domestik yang berasal dari impor akan semakin mahal, dan dapat
menyebabkan ongkos produksi menjadi semakin, mahal sehingga
inflasi semakin besar.

D.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki tingkat
keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan sistem diskontonya
tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam upaya
pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank
Indonesia menyiapkan instrumen lain berupa Sertifikat Wadiah Bank Indnesia.
Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya kurang
efektif . Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas pengendalian moneter,
maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah instrumen yang bernama Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS).
SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS
tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad yang dapat digunakan
dalam SBIS adalah akad Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh, Musyarakah,
Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan Wakalah. Dari keenam akad di atas, yang saat ini
telah digunakan hanyalah SBIS berdasarkan akad Ju‟alah. Ju‟alah adalah janji
atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/‟iwadh//ju‟l)
tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

23

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret
2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
Menurut Bank Indonesia (2013) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
adalah adalah surat berharga sebagai pengakuan utang Bank Indonesia yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Karakteristik SBIS saat ini adalah:
1. Menggunakan akad ju‟alah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBI
Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,
musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).
2. Bersatuan unit sebesar Rp1 juta
3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan;
4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan
6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk
operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah.
Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat
diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang
yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS; dan
2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR)
yang ditetapkan Bank Indonesia.

24

Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan.
Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara
sebagai berikut:
1. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
2. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo SBIS, dan
setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening
giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia
tidak mencukupi.
Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad pada SBIS
yang digunakan saat ini adalah ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau
komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang
ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun rukun dan syarat syahnya
ju‟alah adalah sebagai berikut:
Rukun ju‟alah:
1. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan
bekerja juga tidak ditentukan waktunya.
2. Ja‟il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu dari
hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan sebelumnya.
3. Maj‟ulah adalah orang yang melaksanakan akad ju‟alah.
4. Maj‟ulaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.
5. Upah
Syarat syahnya akad ju‟alah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap untuk
melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan cerdas.

25

2. Objek ju‟alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah.
3. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga
atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.
4. Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah
walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan.
5. Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat
yang jelas dan boleh di manfaatkan menurut hukum syar‟i.
Dalam SBIS Ju‟alah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja‟il
(pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai maj‟ullah (penerima
pekerjaan) dan objek Ju‟alah (mahall al-„aqd) adalah partisipasi Bank Syariah
untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui
penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank
Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini
menjadi sah, rukun dan syarat Ju‟alah pun harus dipenuhi. Menurut Fatwa
DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 ketentuan akad SBIS Ju‟alah adalah
sebagai berikut:
1. SBIS ju‟alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk
pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah.
2. Dalam SBIS ju‟alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja‟il ( pemberi
pekerjaan ); Bank Syariah bertindak sebagai maj‟ul lah ( penerima
pekerjaan); dan objek Ju‟alah (mahall al-„aqd) adalah partisipasi bank
syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian
moneter

melalui

penyerapan

likuiditas

dari

masyarakat

dan

26

menepatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu
tertentu.
3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban SBIS
mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah
sebagai

upaya

pengendalian

moneter

dan

menjanjikan

im

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

4 85 159

Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Periode Mei 2011 – Mei 2016)

3 18 121

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

10 32 105

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (periode Juni 2012-Mei 2015).

0 4 17

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 1 12

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 2

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 11

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 31

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 3 3