Evaluasi dan Desarin Struktur Kelembagaan pada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

EVALUASI DAN DESAIN STRUKTUR KELEMBAGAAN
PADA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BIMO AULIA RASYID

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi dan Desain
Struktur Kelembagaan Pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Bimo Aulia Rasyid
NIM H24124043

ABSTRAK
BIMO AULIA RASYID. Evaluasi dan Desain Struktur Kelembagaan Pada
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Dibimbing oleh
LINDAWATI KARTIKA, SE, M.Si.
Pemerintah melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenekartrans) telah berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
membangun bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Tujuan penelitian ini
adalah melakukan evaluasi struktur kelembagaan, menganalisis tumpang tindih
tugas dan fungsi, serta memberikan rekomendasi rancangan alternatif struktur
Kemenakertrans 2015-2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan alat yakni Soft System Method (SSM). Penelitian ini juga menggunakan
analisis fishbone. Data primer diperoleh melalui Forum Group Discussion (FGD)
dan Indepth Interview. Data sekunder yakni dengan mempelajari dokumen seperti
hasil laporan penilaian, Indikator Kinerja Utama (IKU) dari berbagai sumber,

serta peraturan perundangan terkait. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat struktur yang multibasis. Tumpang tindih fungsi dan kesiapan Indonesia
menghadapi globalisasi menjadi penyebab langsung mengapa harus dilakukan
evaluasi dan desain struktur kelembagaan. Terdapat 2 fokus alternatif usulan
skenario yang diajukan pada Kementrian Tenaga Kerja yakni usulan soft 1(NK1
& SS1) dan soft 3 (NK3 & SS1).
Kata kunci: evaluasi, desain, kualitatif, struktur, ketenagakerjaan

ABSTRACT
BIMO AULIA RASYID. Evaluation and Design Institutionals Structure at
Ministry of Labour and Transmigration Republic of Indonesia. Supervised by;
LINDAWATI KARTIKA, SE, M.Si.
The government through Ministry of Labour and Transmigration
(Kemenekertrans) has seeked their duties and function to develop the Labour and
Transmigration. The main objective of this study was to evaluate the structure of
institutional, analyze duties and functions overlapping, and give an alternative
structure plans in Kemenekertrans for 2015-2019. It was used a descriptive
qualitative method with Soft System Method (SSM). It had been used fishbone
analysis also. Primary datas had been gained by Forum Group Discussion (FGD)
and Indepth Interview too. Secondary datas had been gotten by analyzing

document such as, appraisal advisory, key performance indicator from many
sources. The result of the research concluted about the multibasis structure.
Overlapping duties and fuction, preparation to face globalization be a direct cause.
There are two alternative scenarios which will be handed to Kemenakertrans,
scenario soft 1 (NK1 & SS1) and soft 3 (NK3 & SS1).
Keywords: evaluating, design, qualitative, structure, labour

EVALUASI DAN DESAIN STRUKTUR KELEMBAGAAN
PADA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BIMO AULIA RASYID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Judul Skripsi : Evaluasi dan Desain Struktur Kelembagaan pada Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nama
: Bimo Aulia Rasyid
NIM
: H24124043

Disetujui oleh

Lindawati Kartika, SE, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dipilih dalam penelitian yang diselesaikan sejak bulan Mei 2014
hingga bulan November 2014 ini adalah Evaluasi dan Desain Struktur
Kelembagaan pada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, MSi.
selaku dosen pembimbing dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
tim ahli IPB yang senantiasa menularkan semangat dan kerja kerasnya. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pejabat Kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Indonesia atas dinamika yang telah diberikan. Ungkapan terima
kasih yang sangat dalam untuk kedua orang tua, Triary Casuarina serta keluarga
penulis atas doa, dukungan dan kasih sayang yang senantiasa menyertai penulis.
Terakhir ucapan terima kasih diberikan untuk teman satu bimbingan, teman-teman
PSAJM IPB, serta sahabat-sahabat yang selalu menularkan semangat positif.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Bimo Aulia Rasyid

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian


5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Organisasi & Struktur Organisasi

5

Penelitian Terdahulu

6

METODE PENELITIAN

8

Kerangka Pemikiran


8

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Pengumpulan Data

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Visi, Misi dan Tujuan Kementrian Tenaga Kerja & Transmigrasi


11

Pembahasan Masalah

12

Implikasi Manajerial

45

KESIMPULAN DAN SARAN

45

DAFTAR PUSTAKA

46

RIWAYAT HIDUP


79

DAFTAR TABEL
1 Nilai Indikator Kinerja Kemenakertrans berbasis balanced score card
2 Hasil Laporan UKP4
3 Hasil Quick Assesment Basis Struktur Organisasi
4 Penelitian Terdahulu
5 Alat Bantu Analisis Tugas & Fungsi Struktur Organisasi
6 Indikator Kinerja Utama Hebat
7 Output RPJM 2015-2019 dan RPJP 2020-2025
8 Hasil Analisa CATWOE
9 Skenario Supporting Staff
10 Grand Design Arsitektur Ketenagakerjaan (soft, moderate, radical)
11 Grand Design Arsitektur Ketenagakerjaan (NK) Skenario SOFT
12 Rantai Nilai Efisiensi Usulan Soft 1 (NK1 & SS1)
13 Rantai Nilai Efisiensi Usulan Soft 3 (NK3 & SS1)
14 Benchmarking Ketenagakerjaan
15 Nawa Cita Presiden Indonesia
16 Prinsip Penataan dari Kemenpan & RB

2
3
4
7
16
27
28
30
32
33
35
40
41
42
43
44

DAFTAR GAMBAR
1 Penilaian PMPRB 2012
2 The five basic parts of Organization
3 Kerangka Pemikiran
4 Struktur Organisasi Kemenakertrans
5 Analisis Fishbone, Penyebab Perubahan Struktur Kelembagaan
6 Rich Picture Evaluasi dan Desain Struktur Kelembagaan
7 Makro Model Integratif Ketenagakerjaan & Ketransmigrasian
8 Kerangka Kelembagaan Ketenagakerjaan dan Supporting Staff
9 Usulan Strukrur Soft 1 Kemenaker 2015-2019
10 Usulan Struktur Soft 3 Kemenaker 2015-2019

2
5
9
13
19
21
23
25
30
41

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi FGD
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

RPJP dan RPJMN Bidang Ketenagakerjaan
Struktur Sekretariat Jenderal Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Inspektorat Jenderal Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Pusat Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Barenbang Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Diitjen Binalattas Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Ditjen Binapenta Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Ditjen PHI & Jamsos Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Ditjen Binwasnaker Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 1
Struktur Sekretariat Jenderal Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Pusat Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Inspektorat Jenderal Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Barenbang Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3

48
50
52
54
55
56
57
59
61
63
65
67
68
69

15
16
17
18
19

Struktur Ditjen Binalattas Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Ditjen Binapenta Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Ditjen PHI JAMSOS Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Struktur Ditjen Binwasnaker Eselon 3 dan 4 Pada Usulan Soft 3
Rancangan Visi, Misi dan Program Kementrian Tenaga Kerja Tahun
2015-2019

70
72
74
76
78

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui badan legislatif telah
menetapkan undang-undang sebagai landasan penyelenggaraan kepemerintahan.
Salah satu yang diatur oleh undang-undang yakni mengenai kesejahteraan
penduduknya. Pemerintah melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakartrans) telah berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
membangun bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Hal ini tergambar
dalam visinya yakni; Terwujudnya Tenaga Kerja dan Masyarakat Transmigrasi
yang Produktif, Kompetitif dan Sejahtera. Sebuah desain kelembagaan yang
disusun secara efektif dan efisien sangat diperlukan dalam upaya mencapai visi
yang optimal. Hal tersebut mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Peraturan ini
kemudian di dukung oleh Peraturan Presiden Nomer 24 tahun 2010 tentang
kedudukan, tugas dan fungsi kementrian negara serta susunan organisasi, tugas
dan fungsi eselon 1 kementrian negara.
Untuk dapat mencapai visi yang optimal, Kementrian/lembaga negara di
Indonesia perlu melakukan evaluasi terhadap organisasi. Dalam melakukan
evaluasi, Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi
mengeluarkan arahan dan kebijakan. Kebijakan terkait yang mengatur hal tersebut
adalah Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi
(Permenpan) Nomor PER./04/M.PAN/2009 tentang Pedoman Pengajuan
Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah. Selain itu Permenpan & RB no 1 tahun 2012 tentang
pedoman penilaian mandiri reformasi birokrasi juga menjadi dasar kegiatan
evaluasi. Kemenpan juga menyampaikan bahwa sebaiknya evaluasi ini dapat
menghasilkan usulan struktur yang rightsizing dan lebih ramping daripada
struktur sebelumnya. Peraturan dan perundangan yang telah disebutkan diatas
sedikitnya menjadi aspek yang menjadi dasar mengapa kementrian harus
melakukan evaluasi dan perubahan. Selain aspek diatas, terdapat pula aspek lain
yang mempengaruhi kegiatan evaluasi.
Aspek yang dimaksud ialah aspek normatif. Aspek ini melibatkan beberapa
laporan penilaian dari pihak eksternal. Penilaian ini merupakan hasil implementasi
dari upaya Kemenakertrans untuk mencapai visinya. Penilaian tersebut dilakukan
oleh beberapa pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian. Penilaian
kinerja Kemenakertrans salah satunya berbasis metode balanced score card
ditunjukan pada Tabel 1.

2
Tabel 1 Nilai Indikator Kinerja Kemenakertrans berbasis balanced score card, 2012
Perspektif

Keuangan
Pelanggan
Manajemen Internal
Pertumbuhan Pembelajaran
Total

Skor Terbobot
8,85 %
30,15 %
10, 22 %
9,53 %
58,73 %

Sumber : Laporan Balanced Scorecard Kemenakertrans, 2013
Berdasarkan Tabel 1, terdapat perspektif yang masih harus diperbaiki yakni
pada perspektif pelanggan. Penilaian juga muncul dari Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penilaian ini
menunjukan sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi secara
nasional, seperti ditunjukan pada Gambar 1 :

Gambar 1 Penilaian PMPRB 2012

Sumber : (Laporan Kinerja Akuntabilitas Pemerintah, 2012)
Berdasarkan Gambar 1, terdapat beberapa faktor yang memerlukan fokus
dalam melakukan perbaikan. Faktor yang perlu diperhatikan yang ditunjukan
dengan warna merah antara lain; penataan dan penguatan organisasi, penataan
sistem manajemen SDM, dan penguatan pengawasan.
Penilaian selanjutnya diberikan oleh Unit Kerja Presiden bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Komponen yang berwarna
merah harus mendapatkan perhatian khusus dan dasar untuk melakukan
perubahan. Terdapat beberapa komponen penilaian yang dapat dilihat lebih jelas
melalui Tabel 2.

3
Tabel 2 Hasil Laporan UKP4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

9

KOMPONEN
Pembangunan Sistem Pengelolaan Informasi Perizinan Terpadu
(SIP)
Penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja (JKK)
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari tua (JHT) (Prioritas
nasional 3 kesehatan)
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
Pengembangan dan peningkatan perluasan kesempatan kerja
(Prioritas 4 Penanggulangan kemiskinan)
Peningkatan perlindungan pekerja perempuan dan penghapusan
pekerja anak
Pengelolaan penerapan pengupahan dan jaminan sosial tenaga
kerja (Prioritas nasional 7 : iklim usaha dan iklim investasi )
Inpres no 1 Tahun 2014 : Peningkatan pembinaan pengawasan
Permenakertrans no 19 tentang syarat-syarat penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
Pelaksanaan Transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme
pengadaan barang dan jasa
Aksi Penuntasan KIB II : pelaporan satu aksi berkaitan dengan
rencana aksi penerapan pengupahan berdasarkan perundingan
dan atau penerapan struktur dan skala upah di perusahaanperusahaan yang paling rawan konflik pengupahan

KETERANGAN
Masih diverifikasi
UKP4
50% Tercapai
100% tercapai
154% tercapai
90% tercapai
292% tercapai
150% tercapai
100% Tercapai
Masih
UKP4

Diverivikasi

Sumber : Hasil Laporan UKP4 Triwulan II, Juni 2014
Berdasarkan Tabel 2 masih terdapat penilaian yang berwarna merah. Hal ini
berarti penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan
kematian, dan jaminan hari tua masih harus diperbaiki. Baik dari aspek yuridis
serta beberapa penilaian yang telah disebutkan menjadi pertimbangan pemegang
keputusan pada kementrian tenaga kerja dan transmigrasi untuk mengambil
langkah. Pilihan tujuan dan strategi yang dimiliki mempengaruhi bagaimana
organisasi seharusnya di desain (Daft, 2008). Kementrian memutuskan tujuan
utama organisasi dan berusaha untuk menentukan arah yang akan diambil untuk
memenuhi tujuan tersebut.
Untuk dapat memberikan usulan, maka informasi awal dapat diberikan
dengan melakukan evaluasi terhadap struktur organisasi 2009-2014. Mengacu
pada Peraturan Presiden nomor 91 tahun 2011, yang dengan jelas menyebutkan
komposisi struktur untuk masing-masing level. Peraturan Presiden Nomor 24
tahun 2010 juga menjelaskan tugas dan fungsi untuk kedudukan direktorat
jenderal. Namun berdasarkan hasil quick asessement menyebutkan, terdapat
ketidaksamaan basis. Rangkuman dari ketidaksamaan basis pada satuan kerja
dapat dilihat dari Tabel 3.

4
Tabel 3 Hasil Quick Assesment Basis Struktur Organisasi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SATUAN KERJA
Sekretariat Jenderal
Inspektorat Jenderal
Balitfo
Ditjen. Binalattas
Ditjen. Binapenta
Ditjen. PHI & Jamsos
Ditjen. Binwasnaker
Ditjen. P2KTRANS
Ditjen. P2MKT

BASIS
Proses & Fungsi
Geografis
Proses
Fungsi
Proses & Geografis
Produk & Fungsi
Produk & Fungsi
Proses
Proses

KETERANGAN
Multibasis
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Multibasis
Multibasis
Multibasis
Sesuai
Sesuai

Sumber: Laporan hasil quick assesment, (2014)
Berdasarkan Tabel 3 basis pengelompokan penataan struktur kelembagaan
ini masih terdapat struktur yang multibasis. Keuntungan utama dari cara
pengelompokan semacam ini adalah didapatnya efisiensi (Robbins and Judge,
2008). Penataan struktur kelembagaan sangat dipengaruhi oleh komitmen dan
keinginan pimpinan untuk melakukan perubahan. Keterlibatan stakeholders juga
berperan penting. Komunikasi yang harus terjalin secara reguler untuk
membangun partisipasi dari semua elemen, hal ini bertujuan untuk membangun
kesiapan untuk berubah ke arah yang diinginkan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian yakni; (1) Bagaimana
evaluasi struktur kelembagaan pada Kemenakertrans?, (2) Bagaimana analisis
tugas dan fungsi pada struktur organisasi Kemenakertrans?, (3) Bagaimana
rancangan alternatif struktur Kemenakertrans periode 2015-2019?
Tujuan Penelitian
Menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan
penelitian ini adalah; (1) Melakukan evaluasi struktur kelembagaan
Kemenakertrans, (2) Menganalisis tugas dan fungsi pada struktur organisasi
Kemenakertrans, (3) Memberikan rekomendasi rancangan alternatif struktur
Kemenakertrans 2015-2019.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada
beberapa pihak yang berkepentingan antara lain; (1) Kemenakertrans, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan referensi dasar pengambilan
kebijakan, (2) Pihak yang akan menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk
melanjutkan penelitian berikutnya.

5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada evaluasi dan desain struktur
kelembagaan bagian supporting staff dan ketenagakerjaan pada Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonsia, yang sekaligus menjadi objek
penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi & Struktur Organisasi
Pekerjaan dapat dikelompokan bersama, sehingga tugas yang sama dapat
dikoordinasi dalam satu basis. Adapun basis yang dimaksud yakni; (1) fungsi, (2)
proses, (3) produk, (4) konsumen, (5) geografis. Gabungan dari keseluruhan basis
tersebut membuat struktur organisasi matriks yang lebih kompleks (Robbins and
Judge , 2008). Sesuai dengan apa yang diterapkan oleh Kemenakertrans. Lebih
jauh lagi, matriks terletak pada kemampuannya untuk memfasilitasi koordinasi
manakala organisasi tersebut memiliki banyak aktivitas yang rumit dan saling
tergantung. Garis-garis yang ditujukan dalam sebuah struktur merupakan garis
rantai komando dan koordinasi. Rantai komando merupakan suatu garis
wewenang tanpa putus dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan
menjelaskan siapa bertanggung jawab pada siapa (Robbins and Judge, 2008;219).
Wewenang mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial
untuk memberikan perintah dan untuk berharap bahwa instruksi atau perintah itu
dapat dipenuhi.
Struktur organisasi merupakan sebuah susunan resmi, hubungan standar
kerja yang dibangun dalam sebuah sistem otoritas formal yang mengikat
(Mintzberg, 1979). Untuk dapat mengetahui bagaimana struktur organisasi itu
sendiri, maka kita harus mengetahui bagaimana fungsi pada masing-masing
bagian. Mintzberg menyebutkan terdapat 5 fungsi dan bagian dasar pada
organisasi. Bagian tersebut terdiri dari; (1) strategic apex, (2) technostructure, (3)
middle line, (4) supporting staf, dan (5) operating core. Bagian ini ditunjukan
oleh Gambar 2.

Gambar 2 The five basic parts of Organization

6
Berdasarkan Gambar 2 Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
khususnya bagian ketenagakerjaan masuk dalam ranah technostructure. Menurut
Mintzberg (1979), technostructure merupakan sekumpulan orang yang
memberikan pelayanan pada organisasi. Mereka dapat membuat desain,
perencanaan, kebijakan, merubah kebijakan tersebut, bahkan melatih orang yang
melakukan hal yang telah disebutkan. Untuk supporting staff mengacu pada
pernyataan Mintzberg (1979) supporting staff jelas sangat berbeda dari
technostructure, supporting staff tidak secara khusus menganani masalah
standarisasi dan supporting staff hanya dapat memberikan sebatas saran.
Penelitian Terdahulu
Murwani (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Terhadap
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Grobogan
mengacu pada Perdaturan Daerah Kabupaten Grobogan No. 2 Tahun 2001. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa penyusunan struktur organisasi dan tata
kerja kurang memperhatikan prinsip organisasi, serta adanya faktor kepentingan
untuk dapat mengakomodasi pejabat yang kepangkatannya sudah tinggi.
Dampaknya adalah tugas dan fungsi susunan organisasi menjadi overlap.
Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti yakni peninjauan kembali Perda No. 2
Tahun 2001.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rinawati (2013). Penelitian dengan
tema evaluasi struktur organisasi dan tata kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo. Maksud dan tujuan
dilakukannya penelitian ini untuk mengevaluasi urusan dan tugas pokok, serta
fungsi SKPD, sehingga memudahkan untuk membentuk struktur organisasi
perangkat daerah yang sesuai. Terdapat beberapa nomenklatur SKPD yang tidak
sesuai dengan fungsi dan peraturan perundangan yang berlaku. Penelitian yang
menggunakan metode kualitatif dan dianalisis secara deskriptif ini menghasilkan
sebuah rancangan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) dari SKPD yang di
evaluasi.
Selain penelitian diatas terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan
terhadap penelitian ini. Penelitian tersebut bersumber dari beberapa skripsi, tesis,
dan jurnal. Penelitian terdahulu yang dimaksud kemudian ditunjukan pada Tabel 4.

7
Tabel 4 Penelitian Terdahulu
NO. JUDUL & NAMA PENELITI ALAT ANALISIS
1 Strategi Peningkatan Daya Saing Soft System
Petani Komoditas Kentang Melalui Method (SSM)
Analisis Beban Kinerja. Uzman
Hilman Mahani. IPB. 2014

2

3

HASIL PENELITIAN
(1) Aktivitas Petani Kentang
memiliki beban kerja 49 kali lebih
besar pada aktivitas musim tanam
dibandingkan dengan aktivitas
musim panen, (2) Situasi problematis
petani kentang pada Kab. Karo
masih memerlukan program
pengembangan pertanian yang
mengacu pada stakeholders dalam
mendukung program petani
setempat, (3) analisis keterkaitan
elemen penciptaan daya saing petani
memberikan gambaran mengenai
peningkatan kualitas sumberdaya
petani menjadi peran dasar terhadap
transformasi peningkatan
kemampuan daya saing petani
secara berkelanjutan.
Penyusunan Struktur Organisasi, Wawancara,
Hasilnya berupa pembuatan desain
Analisis Jabatan, Pengkajian
Observasi, Diskusi, struktur organisasi, pembuatan
Uraian Jabatan, dan
Studi Dokumentasi uraian jabatan, identifikasi
Pengembangan Penilaian Kinerja Perusahaan dan
kompetensi, pengelompokan
Berbasis Kompetensi Pada
Studi Literatur
kompetensi, pemadatan jumlah
Departemen Produksi - PT, HJS
kompetensi, hingga penyusunan
Surabaya. Yovita Maria.
pengembangan desain sistem
Universitas Surabaya. 2013
penilaian kinerja berbasis
kompetensi .
Evaluasi Kesesuaian Struktur
COBIT (Control
Demi mendukung usaha pencapaian
Organisasi Pengelola Teknologi
Objectives for
sasaran dan tujuan bisnis instansi,
Informasi dengan Rencana Jangka Information and
dilakukanlah penyesuaian struktur
Panjang Instansi (Studi Kasus pada Related
organisasi,penambahan tupoksi baru,
Dinas XYZ). Arief Anwar Shodiq Technology )
dan penyesuaian nomenklatur
& Khakim Ghozali. ITS. 2012
tupoksi yang telah ada saat ini.
Struktur organisasi yang ideal sesuai
COBIT dikombinasikan dengan
struktur organisasi yang telah ada
saat ini dengan tidak meninggalkan
budaya kerja sebelumnya dari
instansi. Selanjutnya, dilakukanlah
penambahan sejumlah 21 tupoksi
baru, dan juga dilakukan
penyesuaian nomenklatur sebanyak
enam dari tupoksi yangtelah ada
saat ini, untuk menjawab kebutuhan
proses TI masa depan

8
Lanjutan Tabel 4
NO. JUDUL & NAMA PENELITI ALAT ANALISIS
4 Evaluasi Grand Strategy
Decision Making
Kepolisian Negara Republik
Model, AHP
Indonesia Tahap I "Trust
Building " Periode 2005-2010.
Intan Fitrian Meutia. Universitas
Indonesia. 2012

5

Pengaruh Restrukturisasi
Uji F, Uji T, dan
Organisasi Terhadap Efektivitas
Regresi Linear
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pertanian, Tanaman
Pangan dan Holtikultura,
Peternakan dan Perkebunan
Kabupaten Pesisir Selatan. Andin
Niantima Primasari. Universitas
Andalas. 2011

HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan grand strategy Polri
tahap I sudah berjalan dengan baik
dimana pelaksanaan potensi
pembangunan dan faktor strategis
telah dilaksanakan sebagai upaya
pencapaian target kepercayaan
publik. Grand Strategy Polri
menjadi refleksi atas upaya
reformasi birokrasi yang dilakukan
oleh Polri baik dari aspek kultural,
struktural dan instrumental.
Ada pengaruh restrukturisasi
terhadap efektivitas pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Dinas
Pertanian, Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Peternakan dan
Perkebunan sebasar 6,90 %,
sedangkan sisanya sebesar 93,10%
merupakan pengaruh variabelvariabel lain. Variabel lain yang
mempengaruhi itu adalah
kepemimpinan, motivasi dan
kemampuan personil.

Berdasarkan Tabel 4, terdapat beberapa poin yang menjadi referensi
penelitian. Diantaranya alat analisis Soft System Method (SSM), desain struktur
organisasi, penyesuaian nomenklatur dan efektivitas restrukturisasi organisasi.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan pendekatan Soft System Method (SSM). SSM
merupakan sistem pembelajaran situasi dunia nyata yang dianggap problematis
dengan berpikir serba sistem. Masalah tersebut akan dibuatkan model pemecahan
permasalahnanya. Model yang telah terbentuk akan dibandingkan dengan kondisi
nyata hingga dapat membangun perumusan aksi nyata untuk dinilai kelayakannya.
Aksi nyata ini diharapkan dapat di implementasikan untuk menghasilkan susunan
struktur kelembagaan yang berbasis kinerja, efektif dan efisien. Uraian tersebut
akan dipermudah melalui Gambar 3.

9

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia yang berlokasi di jalan Gatot Subroto Kav. 51
dan jalan TMP Kalibata no. 17 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan
Mei hingga Oktober 2014.

10
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pihak terkait.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara, diskusi kelompok kecil
dan Forum Group Discussion (FGD). Metode ini dilakukan dengan pihak yang
paham mengenai permasalahan yang tengah diteliti, dalam penelitian ini sumber
informasi berasal dari pejabat eselon 1 & 2 ataupun setingkatnya. Sumber data
bukan sebagai sampel (seperti kuantitatif), tetapi sebagai informan (Basrowi &
Suwandi, 2008). Terdapat 4 tahapan FGD yang telah di jadwalkan sebelumnya.
FGD 1, dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2014. FGD 2, dilaksanakan pada
16-17 September 2014. FGD 3, dilaksanakan pada 3 Oktober 2014. FGD 4
kemudian digantikan dengan beberapa indepth interview sebagaimana terlampir
dokumentasinya pada lampiran 1. Indepth Interview adalah bagian dari proses
triangulasi. Triangulasi (Basrowi & Suwandi, 2008) adalah proses memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi dari orang lain. Proses ini berguna untuk
memastikan data yang diperoleh adalah valid. Hasil pengumpulan data primer
ditunjukan dalam beberapa notulensi, catatan khusus dan rekaman. Data sekunder
yang digunakan yakni buku, jurnal, penelitian terdahulu, dan dokumen
kenegaraan yang relevan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam menyelesaikan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Metode kualitatif adalah penelitian
yang menghasilkan data deskriptif dari orang atau perilaku yang diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (Basrowi &
Suwandi, 2008). Metode ini memiliki dasar pendekatan yang fenomenologis serta
interaksi yang simbolik. Artinya, peneliti harus ikut langsung terlibat dalam
segenap aktivitas untuk dapat memperoleh informasi yang harus dipahami artinya.
Arti yang dimaksud yakni bagaimana sebuah keterkaitan antara sebuah peristiwa,
individu yang terlibat, fenomena yang terjadi serta teori yang menjadi dasar.
Data yang telah diperoleh baik primer maupun sekunder kemudian akan
diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel dan Microsoft Visio.
Metode pengolahannya menggunakan beberapa metode sesuai dengan
permasalahan yang akan diselesaikan. Data yang telah dikumpulkan kemudian di
generalisasi. Hal ini bertujuan untuk dapat menerapkan model konseptual dengan
data empiris yang telah diperoleh (Basrowi & Suwandi, 2008).
Permasalahan dalam penelitian ini diselesaikan menggunakan Soft System
Method (SSM). Siklus baku dalam proses berpikir ini terdiri dari 7 tahap yang
dikelompokan dalam dua ranah yakni, real world (dunia nyata) dan system
thinking (berpikir serba sistem). Tahapan pertama, problem situation considered
problematis. Tahap kedua, problem situation expressed. Tahap ketiga, root
definiton of relevan purposeful activity system. Tahap keempat, conceptuals model
of the system named in the root definition. Tahap kelima, comparison of model
and real world. Tahap keenam, change systemically, desireable culturally feasible.
Tahap ketujuh, action to improve the situation (Hardjosoekarto, 2012). Untuk
penjelasan masing-masing bagian terdapat pada pembahasan.

11
Analisis Fishbones akan menunjukan penyebab-penyebab dari sebuah
kejadian dengan spesifik (Ishikawa, 1984). Diagram ini akan membantu
mengidentifikasi alasan dasar mengapa kementrian tenaga kerja dan transmigrasi
perlu melakukan perubahan struktur kelembagaan.
.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Visi, Misi dan Tujuan Kementrian Tenaga Kerja & Transmigrasi
Memahami tujuan dan strategi sebuah organisasi dengan baik dapat
membantu merumuskan desain organisasi yang tepat untuk beragam kepentingan
(Daft, 2008). Hal tersebut merupakan langkah awal untuk memahami efektivitas
organisasi. Organisasi manapun hendaknya memiliki visi yang kuat dan jelas
untuk diraih bersama seluruh bagian organisasi. Termasuk Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dalam usahanya mencapai tujuan pembangunan di bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, maka dalam 5 tahun ke depan visi yang
ingin dicapai ialah “Mewujudkan Tenaga Kerja dan Masyarakat Transmigrasi
yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Mandiri dan Sejahtera Secara
Berkelanjutan”. Hal ini menjadi langkah awal untuk dapat memahami efektivitas
organisasi.
Sebagai upaya dalam pencapaian visi Kemenakertrans, maka dirumuskan
misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat
transmigrasi;
2) Meningkatkan pelayanan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan
kerja
3) Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja;
4) Meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan
5) Membangun kawasan transmigrasi yang didukung prasarana dan sarana dasar
dengan sebaran penduduk yang serasi dan seimbang sebagai prasarat bagi
tumbuh dan berkembang menjadi satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi
wilayah
6) Mengembangkan kawasan transmigrasi menjadi satu kesatuan sistem
pengembangan ekonomi wilayah yang berfungsi sebagai hinterland kota
kecil/menengah terdekat
7) Mengembangkan riset dan kebijakan berbasis pengetahuan
8) Menerapkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan terpadu
dengan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) dan
meningkatkan efektivitas pengawasan internal
Berdasarkan Permenakertrans Nomor Permen 02 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas lampiran peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.03/MEN/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi tahun 2010 – 2014, Kemenakertrans mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.

12
Dalam menjalankan tugasnya, Kemenakertrans melaksanakan fungsi:
1) Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian
2) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kemenakertrans;
3) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemenakertrans;
4) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kemenakertrans di daerah; dan
5) Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional
Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Kemenakertrans dibantu
oleh 9 unit kerja Eselon 1 dan turunannya yang di rangkum dalam sebuah struktur
organisasi. Struktur organisasi pemerintah bersifat sangat kompleks.
Kompleksitas ini diantaranya mengandung tugas, fungsi, kewenangan, eselonisasi,
koordinasi, aturan, kebijakan, sistem, prosedur dan sebagainya. Kemenpan juga
menyampaikan hal senada, bahwasanya dalam Permenpan telah disebutkan
organisasi pemerintah harus melakukan evaluasi setidaknya 1 (satu) kali dalam
setahun. Secara mikro (audit organisasi) kebijakan organisasi pemerintah untuk
melakukan rightsizing (tepat ukuran) struktur organisasi harus sesuai dengan
beberapa faktor diantaranya; visi misi dan strategi, urusan pemerintah,
karakteristik, potensi, kemampuan keuangan, ketersediaan SDM, dan pengelolaan
pola kerja sama. Hal tersebut akan menghasilkan sebuah strategi untuk melakukan
penataan organisasi.
Pembahasan Masalah
Soft System Method (SSM) sebagaimana telah disebutkan menjadi alat bantu
utama untuk menyelesaikan penelititan. Berikut ini adalah penjelasan masingmasing tahapan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan penelitian.
1. Penetapan Situasi Problematis
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam metode SSM. Tahapan ini
adalah sebuah proses penetepan situasi dunia nyata yang dianggap problematis
(Hardjosoekarto, 2012). Proses pada tahap ini sangat penting, karena terkait
dengan keputusan oleh siapapun, baik peneliti maupun pihak kementrian. Pada
penelitian ini, penetapan situasi problematis melalui identifikasi situasi yang
terjadi di dunia nyata. Identifikasi yang dimaksud, diperoleh dari berbagai laporan
penilaian dan hasil quick asessement.
Identifikasi selanjutnya dilakukan dengan 3 cara yakni; quick asessement,
analisa tugas dan fungsi serta analisa fishbones. Berikut ini masing-masing
penjelasan terhadap hasil identifikasi lengkap dengan tugas dan fungsi masingmasing unit kerja dalam rangka menetapkan situasi problematis di dunia nyata.
a. Hasil Quick Assesment Kelembagaan Kemenakertrans 2009-2014
Struktur yang kini di gunakan oleh Kemenakertrans yang telah ditetapkan
pada Peraturan menteri (Permen) nomor PER.12/MEN/VII/2010 tentang
organisasi dan Tata Kerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Kemenakertrans memiliki unit kerja eselon 1, yang ditunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur Organisasi Kemenakertrans, (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010)

14
Berdasarkan Gambar 4 melalui Quick asessement telah berhasil memetakan
matriks organisasi Kemenakertrans untuk mengetahui kesamaan basis pada level
eselon I dan II. Kesamaan ini juga sebagai salah satu cerminan dari pencapaian
tujuan organisasi. Kesamaan basis dapat menghadirkan peluang terbentuknya
organisasi yang lebih efektif dan efisien. Efektivitas secara tidak langsung
menjadi pertimbangan berbagai variabel, baik di tingkat organisasi secara umum
maupun tingkat departemen (Daft, 2008).
Struktur organisasi dari Kemenaketrans pada tingkat Eselon I telah
menunjukkan suatu struktur berbasis proses. Proses kerja di Kemenakertrans
khususnya di bidang Ketenagakerjaan diawali dengan mengadakan pelatihan dan
peningkatan produktivitas tenaga kerja oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan Produktivitas (Binalattas), ditempatkan oleh Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta), kemudian tenaga kerja
diharapkan dapat memiliki hubungan industrial yang baik dengan
perusahaan/lembaga/personal yang memperkerjakannya serta memiliki jaminan
sosial yang layak, kegiatan ini menjadi peran dari Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial & Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI & Jamsos TK). Setelah
itu, Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja (Binwasnaker) akan
mengawasi proses ketenagakerjaan tersebut. Sedangkan Sekretariat Jenderal
(Setjen), Inspektorat Jenderal (Itjen) dan Badan Penelitian Pengembangan dan
Informasi (Balitfo) adalah struktur general sebagai pendukung utama kelancaran
core bisnis dari Kemenakertrans.
Berikut ini adalah pemaparan analisis tugas dan fungsi, serta hasil quick
asessement dari struktur kelembagaan Kemenakertrans 2009-2014 ;
1) Sekretariat Jenderal;
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan
dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pada tingkat Eselon II Setjen, terdapat beberapa biro dan pusat dalam satu
garis komando, namun memiliki basis struktur yang berbeda. Biro perencanaan
merupakan struktur berbasis proses, namun biro lainnya seperti biro keuangan,
biro organisasi dan kepegawaian, biro hukum, dan biro umum merupakan struktur
berbasis fungsi. Adapun pusat administrasi kerjasama luar negeri, pusat hubungan
masyarakat, serta pusat pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis fungsi,
sedangkan pusat keselamatan dan kesehatan kerja berbasis fungsi, dan pusat
perencanaan tenaga kerja berbasis proses
2) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas;
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pembinaan pelatihan ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian, dan produktivitas. Ditjen Binalattas telah memiliki struktur
yang setara berbasis proses yaitu dimulai dari penetapan standarisasi kompetensi
dan program pelatihan, kemudian menyiapkan lembaga dan sarana pelatihan,
menyiapkan instruktur dan tenaga pelatihan, dan menyiapkan pemagangan bagi
tenaga kerja yang telah melalui proses pelatihan. Setelah itu, tenaga kerja akan
ditingkatkan produktivitasnya bahkan dikembangkan untuk berwirausaha.

15
3) Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja;
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja. Direktorat
Jenderal Binapenta telah memiliki struktur berbasis proses untuk Direktorat
pengembangan dan perluasan sempatan kerja, dan berbasis geografis untuk
direktorat penempatan tenaga kerja di dalam maupun di luar negeri, lalu berbasis
proses kembali pada Direktorat Pengendalian penggunaan tenaga kerja asing
yang masuk agar kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal tetap tersedia.
4) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja;
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial
tenaga kerja. Adapun Ditjen. PHI yang pada dasarnya memiliki struktur organisasi
berbasis produk dengan menghasilkan persyaratan kerja kesejahteraan dan analisis
diskriminasi, serta pengupahan dan jaminan sosial, juga memiliki struktur
berbasis fungsi dari perannya pada kelembagaan dan pemasyarakatan hubungan
industrial, serta pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
5) Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan. Direktorat
Jenderal Binwasnaker memiliki struktur organisasi berbasis fungsi dan Produk,
karena Direktorat pengawasan norma kerja dan jaminan sosial tenaga kerja,
pengawasan norma kerja perempuan dan anak, pengawasan norma keselamatan
dan kesehatan kerja adalah struktur dengan basis produk serta Direktorat
penegakan hukum adalah berbasis fungsi .
6) Inspektorat Jenderal;
Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Struktur organisasi pada Inspektorat
Jenderal (Itjen) telah berbasis Geografis seluruhnya, karena masing-masing unit
pada Eselon II, yaitu Itjen I, Itjen II, Itjen III, dan Itjen IV memiliki tugas yang
sama yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern,
pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya serta pelaksanaan
pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri dan penyusunan
laporan hasil pengawasan unit, serta secara fungsional kegiatan di bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Perbedaan antar Itjen terdapat pada
tanggungjawabnya terhadap wilayah unit dan daerah pengawasan.
7) Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi;
Mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan informasi
di bidang tenagakerja dan transmigrasi. Balitfo yang telah memiliki struktur
berbasis proses seutuhnya, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan, lalu
melakukan pengolahan data hingga menghasilkan informasi, kemudian
menyebarluaskan informasi tersebut namun ada basis geografisnya yakni area
tenaga kerja dan transmigrasi dipisahkan.
b. Analisis Tugas dan Fungsi
Setiap level struktur organisasi memiliki kedudukan, tugas dan fungsi
sebagaimana telah diatur pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

16
Republik Indonesia nomor PER. 12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Secara umum Kemenakertrans
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kemenakertrans
dipimpin oleh seorang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kemenakertrans
memiliki tugas menyelenggarakan urusan di bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga menyebutkan
dengan rinci kedudukan, tugas dan fungsi setiap susunan struktur
organisasi.Tugas dan fungsi untuk setiap bagian dari struktur organisasi ini
kemudian di analisis. Analisis ini digunakan untuk memetakan dugaan tumpang
tindih tugas dan fungsi antar bagian.. Tumpang tindih fungsi organisasi ini terjadi
karena gemuknya organisasi dan kurangnya koordinasi yang disebabkan oleh
ketidakjelasan peran dan fungsi. Hasil identifikasi tugas dan fungsi
Kemenakertrans menunjukkan diduga terdapat tumpang tindih antar bagian
internal kementrian. Tabel 5 berikut ini merupakan alat bantu dalam melakukan
analisa terhadap dugaan tumpang tindih tugas dan fungsi.
Tabel 5 Alat Bantu Analisis Tugas & Fungsi Struktur Organisasi
ESELON 1

SEKJEN (A)

BINALATTAS (B)

BINAPENTA (C)

PHI JAMSOS (D) BINWASNAKER (E)

BALITFO (F)

1 Biro Perencanaan

Sekretariat
Sekretariat
Sekretariat
Sekretariat Direktorat
Sekretariat Badan
Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Jenderal

2 Biro Keuangan

Direktorat
Standardisasi
Kompetensi dan
Program Pelatihan

7

Direktorat
Penempatan
Tenaga Kerja Luar
Negeri

Direktorat
Pengupahan Dan
Jaminan Sosial
Tenaga Kerja

Direktorat
Pengawasan Norma
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Pusat Data dan
Informasi
Ketenagakerjaan

Direktorat Bina
Pemagangan

Direktorat
Perluasan
Kesempatan Kerja
dan Pengembangan
Tenaga Kerja
Sektor Informal

Direktorat
Pencegahan dan
Penyelesaian
Perselisihan
Hubungan
Industrial

Direktorat Bina
Penegakan Hukum

Pusat Data dan
Informasi
Ketransmigrasian

Direktorat
Pengendalian
Penggunaan
Tenaga Kerja Asing

Pusat Hubungan
Masyarakat
Pusat Pendidikan

8 dan Pelatihan
Pegawai
Pusat Keselamatan

9 dan Kesehatan
Kerja

10

Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Ketenagakerjaan

Direktorat Bina
Instruktur dan
Tenaga Pelatihan

Pusat Administrasi Direktorat
Produktivitas dan
Negeri
Kewirausahaan

6 Kerja Sama Luar

Direktorat
Pengawasan Norma
Kerja dan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja

Direktorat
Pusat Penelitian dan
Pengawasan Norma
Pengembangan
Kerja Perempuan dan
Ketransmigrasian
Anak

ESELON 2
5 Biro Umum

Direktorat
Persyaratan Kerja,
Kesejahteraan dan
Analisis
Diskriminasi

Direktorat
Direktorat
Kelembagaan dan
Penempatan
Pemasyarakatan
Tenaga Kerja Dalam
Hubungan
Negeri
Industrial

Direktorat Bina
Biro Organisasi dan Lembaga dan
3
Sarana Pelatihan
Kepegawaian
Kerja

4 Biro Hukum

Direktorat
Pengembangan
Pasar Kerja

Pusat Perencanaan
Tenaga Kerja

Sumber : Peraturan Menteri No. 12, Tahun 2010

17
Berdasarkan Tabel 5, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (8A) pada
Setjen mempunyai tugas “mengkoordinasikan dan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan pegawai di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian” sangat terkait
erat dengan tugas Subdirektorat Pengembangan Program Pelatihan
Ketenagakerjaan (2B) dari Ditjen Binalattas, yaitu “melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
program, dan penyusunan materi pelatihan ketenagakerjaan”. Selain itu, antara
Sekretariat Jenderal dan Ditjen Binalattas memiliki kondisi tumpang tindih tugas
pada Pusat Perencanaan Tenaga Kerja (10A) dengan Direktorat Bina Instruktur
dan Tenaga Pelatihan (4B), Direktorat Bina Pemagangan (5B), serta Direktorat
Produktivitas dan Kewirausahaan (6B), dikarenakan unit kerja tersebut memiliki
tugas berupa perencanaan tenaga kerja melalui pemberian bimbingan teknis serta
pelatihan.
Terdapat pula kondisi tumpang tindih tugas pada Biro Hukum (4A) dengan
Direktorat Bina Penegakan Hukum (5E), dikarenakan unit kerja tersebut memiliki
tugas melakukan penelahaan dan pengawasan hukum ketenagakerjaan.
Selain itu, Biro Hukum (4A) memiliki tugas serupa dengan Direktorat
Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (4D) dari Ditjen PHI yang
mempunyai tugas “melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, standarisasi serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengupahan, jaminan sosial tenaga kerja dalam hubungan kerja, jaminan sosial
tenaga kerja luar hubungan kerja, serta analisis dan informasi jaminan sosial
tenaga kerja dan pengupahan” karena salah satu bagian dari jaminan sosial adalah
jaminan kesehatan dan keselamatan kerja dari tenaga kerja. Dan terdapat pula
kondisi tumpang tindih tugas pada Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (4A)
dengan Direktorat Persyaratan Kerja, Kesejahteraan dan Analisis Diskriminasi
(2D) karena untuk dapat mencapai keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan
peraturan perusahaan, syarat kerja dan perjanjian kerja yang mengutamakan
kesejahteraan pekerja.
Adapun Pusat Perencanaan Tenaga Kerja (10A) memiliki tugas
“melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
standarisasi, pemberian bimbingan teknis, penyusunan, pemantauan, evaluasi,
analisis, dan pelaporan di bidang perencanaan tenaga kerja makro dan mikro”
sama dengan Direktorat Pengembangan Pasar Kerja (2C) dari Ditjen Binapenta
yang mempunyai tugas “melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, standarisasi serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan
analisis jabatan”, karena untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja diperlukan
perencanaan tenaga kerja terlebih dahulu terutama terkait dengan analisis jabatan.
Selain itu, antara Sekretariat Jendral dan Ditjen Binapenta memiliki kondisi
tumpang tindih tugas pada Pusat Perencanaan Tenaga Kerja (10A) dengan
Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Tenaga Kerja Sektor
Informal (5C), dikarenakan unit kerja tersebut memiliki tugas berupa perencanaan
tenaga kerja melalui pemberian bimbingan teknis serta pelatihan. Dan terdapat
pula kondisi tumpang tindih tugas pada Pusat Administrasi Kerjasama Luar
Negeri (6A) dengan Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (4C) dan
Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing (6E), dikarenakan unit

18
kerja tersebut memiliki tugas yang berhubungan dengan kerjasama internasional
(TKI yang bekerja di luar negeri dan TKA yang bekerja di dalam negeri).
Adapun Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing (6C)
pada Ditjen Binapenta dengan Direktorat Kelembagaan dan Pemasyarakatan
Hubungan Industrial (3D) pada Ditjen PHI JamSos mengalami kondisi tumpang
tindih tugas, dikarenakan unit kerja tersebut memiliki tugas dalam melindungi
tenaga kerja di sektor industri.
Subdirektorat Jaminan Sosial Tenaga Kerja dalam Hubungan Kerja yang
memiliki tugas “melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaankebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
pemberianbimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengurusan, dan kepesertaan
jaminansosial tenaga kerja dalam hubungan kerja” tidak jauh berbeda dengan
Direktorat Pengawasan Norma Kerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (2E) yang
mempunyai tugas “melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, standarisasi serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengawasan norma kerja, pengawasan norma hubungan kerja dan perlindungan
berserikat, pengawasan norma penempaatan dan pelatihan tenaga kerja serta
pengawasan norma jaminan sosial tenaga kerja”. PHI melakukan evaluasi jaminan
sosial di perusahaan, begitu pun dengan Binwasnaker yang melakukan
pengawasan jaminan sosial di perusahaan. Selain itu, terdapat tumpang tindih
tugas unit kerja pada Direktorat Persyaratan Kerja, Kesejahteraan dan Analisis
Diskriminasi (2D) dengan Direktorat Pengawasan Norma Kerja dan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (2E), dikarenakan unit kerja tersebut memiliki kesamaan
tugas berupa pelaksanaan dan pengawasan akan jaminan sosial tenaga kerja.
Tugas dari pusdatin dan puslitbang Balitfo yakni melaksanakan penelitian,
pengembangan, dan informasi di bidang tenaga kerja dan transmigrasi turut
dilaksanakan oleh unit kerja di Ditjen masing-masing, sehingga sebagian hasil
dari Balitfo tidak digunakan sepenuhnya oleh Ditjen terkait. Ditjen tersebut telah
melaksanakan kegiatan yang sama. Bila hal ini terus berlanjut, maka tumpangtindih kebijakan, program, dan alokasi dana yang terjadi akan menyebabkan
kinerja organisasi tidak optimal.
c. Analisis sebab akibat (Fishbone)
Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang menjadi salah satu
alasan Kemenakertrans untuk melakukan perubahan struktur kelembagaan. Secara
umum faktor tersebut di bagi menjadi 2 yakni, faktor internal dan eksternal.
Faktor tersebut kemudian dibagi kembali hingga dapat digambarkan melalui
Gambar 5.

19

Ket :

: Penyebab Langsung

Gambar 5 Analisis Fishbone, Penyebab Perubahan Struktur Kelembagaan
Berdasarkan Gambar 5 faktor internal yang menjadi penyebab langsung
mengapa harus dilakukan perubahan terhadap struktur kelembagaan
Kemenakertran ialah struktur organisasi yang multibasis. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, struktur orga