ultra petitum, harus dinyatakan cacat invalid meskipun hal itu dilakukan hakim dengan iktikad baik good faith maupun sesuai dengan kepentingan umum public interest. Mengadili dengan
cara mengabulkan melebihi dari apa yang digugat, dapat dipersamakan dengan tindakan yang tidak sah ilegal meskipun dilakukan dengan iktikad baik.
Diucapkan di Muka Umum
Persidangan dan putusan diucapkan dalam sidang pengadilan yang terbuka untuk umum atau di muka umum, merupakan salah satu bagian yang tidak terpsahkan dari asas fair trial.
Menurut asas fair trial, pemeriksaan persidangan harus berdasarkan proses yang jujur sejak awal sampai akhir. Dengan demikian, prinsip peradilan terbuka untuk umum mulai dari awal
pemeriksaan sampai putusan dijatuhkan, merupakan bagian asas fair trial. Dalam literatur disebut the open justice principle. Tujuan utamanya, untuk menjamin proses peradilan terhindar dari
perbuatan tercela dari pejabat peradilan.
68
2. Susunan dan Isi Putusan Pengadilan
1 Kepala putusan Berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004. Kepala putusan memberikan kekuatan eksekutorial kepada putusan pengadilan. Apabila kepala
putusan pengadilan tidak mencantumkan bunyi tersebut, maka putusan pengadilan tidk dapat dilaksanakan.
2 Identitas pihak-pihak yang berperkara 3 Pertimbangan alasan-alasan. Terdiri atas 2 bagian, yaitu: pertimbangan tentang duduk
perkaranya, dan pertimbangan tentang hukumnya. 4 Amar putusan. Amar dictum merupakan jawaban terhadap petitum dalam gugatan
penggugat.
3. Macam-macam Putusan Pengadilan
69
Pasal 185 ayat 1 HIRPasal 1996 ayat 1 RBg membedakan putusan pengadilan menjadi 2, yaitu:
68 13 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, hlm. 803 69 Opcit,. hlm. 131
39
Putusan sela tussenvonnis, adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang
diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau memudahkan kelanjutan pemeriksaan perkara.
Putusan akhir eindvonnis, adalah putusan yang mengakhiri perkara perdata pada
tingkat pemeriksaan tertentu. Perkara perdata dapat diperiksa di tiga tingkat pemeriksaan, yaitu di Pengadilan Negeri, tingkat banding di Pengadilan Tinggi, dan
pemeriksaan tingkat kasasi di Mahkamah Agung.
4. Kekuatan Putusan Pengadilan
Kekuatan mengikat bagi pihak yang berperkara
Kekuatan pembuktian, karena menggunakan akta otentik yang dapat digunakan sebagai
alat bukti oleh pihak yang berperkara.
Kekuatan eksekutorial kekuatan memaksa.
5. Upaya Hukum Melawan Putusan
Yang dimaksud dengan upaya hukum ialah suatu usaha setiap pribadi atau badan hukum yang merasa dirugikan haknya atau atas kepentingannya untuk memperoleh keadilan dan
perlindungan atau kepastian hukum, menurut cara-cara yang ditetapkan dalam undang-undang. Dalam Hukum Acara Perdata diatur dua macam upaya hukum, yaitu upaya hukum biasa,
yang terdiri dari perlawanan verzet, banding dan kasasi, serta upaya hukum luar biasa yang terdiri dari peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan derden vervet.
70
1 Perlawanan Verzet
Pasal 129 ayat 1 HIRPasal 83 Rv menegaskan: “tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir verstek dan tidak menerima keputusan itu, dapat
mengajukkan perlawanan atas putusan itu” Perlawanan terhadap putusan verstek dapat diajukan dalam tenggang 14 hari sejak
pemberitahuan diterima tergugat pribadi. Namun apabila tidak diberitahukan maka masih dapat diajukan sampai hari ke-8 setelah teguran untuk melaksanakan putusan verstek itu. Perlawanan
terhadap putusan verstek diajukan seperti mengajukan gugatan biasa.
70 Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata...hlm. 140
40
Jika dalam acara perlawanan Penggugat tidak datang pada sidang yang ditentukan, hakim dapat memerintahkan kepada juri sita untuk memanggil Penggugat seperti dalam perkara yang telah
diputus verstek, dan dapat mengajukan banding. Berbeda dengan Tergugat, apabila ia tak dapat menghadiri persidangan pertamanya, maka berlaku verstek, dan hanya boleh mengajukan verzek,
bukan banding.
2 Banding
71
Apabila pihak-pihak yang berperkara perdata merasa tidak puas terhadap putusan Pengadilan Negeri, ia dapat mengajukan permohonan banding pada tingkat kedua yaitu di
Pengadilan Tinggi. Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan
putusan dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan dijatuhkan. Permohonan banding dapat diajukan secara tertulis maupun lisan, baik oleh orang yang berkepentingan sendiri maupun
orang yang telah mendapat kuasa khusus untuk itu. Permohonan banding dari salah satu pihak yang berperkara diberitahukan oleh panitera
kepada pihak lawan selambat-lambatnya 14 hari setelah permohonan banding diterima dan kedua belah pihak pembanding dan terbanding diberi kesempatan untuk melihat surat-surat serta
berkas perkaranya di kantor Pengadilan Negeri selama 14 hari. Putusan Pengadilan Tinggi yang memeriksa perkara perdata pada tingkat banding dapat
berupa menguatkan putusan PN, atau membatalnya atau memperbaiki putusan PN. Dan setiap putusan tersebut akan diberitahukan kepada para pihak melalui Pengadilan Negeri yang
memnutuskan perkara pada tingkat pertama.
72
3 Kasasi
Apabila pihak-pihak yang berperkara perdata merasa tidak puas terhadap putusan Pengadilan Tinggi tempat ia mengajukan banding, ia dapat mengajukan permohonan kasasi pada
tingkat ketiga yaitu kepada Mahkamah Agung.
71 Ibid,. hlm. 142 72Ibid,. hlm. 149
41
Putusan MA dalam pemeriksaan kasasi dapat berupa permohonan kasasi tidak dapat diterima karena diajukan setelah lewat waktu yang ditentukan, atau permohonan kasasi ditolak
jika alasan-alasan atau keberatan-keberatan yang dikemukakan dalam memori kasasi tidak ada sangkut pautnya dengan pokok perkara, atau permohonan kasasi dikabulkan jika alsan-alasan
yang dikemukakan oleh pemohon dalam memori kasasi dibenarkan oleh MA dan MA membatalkan putusan yang dimohonkan kasasi.
4 Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
Apabila keputusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut.
Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbbangkan
sebab-sebabnya.
5 Derdenverzet
Adalah perlawanan melawan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara yang bersangkutan oleh karena ia merasa dirugikan oleh suatu putusan pengadilan. Perlawanan ini
tidak dapat mencegah atau menanggguhkan pelaksanaan putusan eksekusi, kecuali Ketua Pengadila Negeri memerintahkan supaya pelaksanaan putusan ditunda dengan menantikan
putusan Pengadilan Negeri dalam perkara derdenverzet.
I. PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM
Pelaksanaan putusan eksekusi adalah putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan. Dan putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap in kracht van gewijsde. Putusan yang sudah berkekuatan tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding, dan kasasi.
42
Pengadilan Agama sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dapat melaksanakan segala putusan yang dijatuhkannya secara mandiri tanpa harus melalui bantuan
Pengadilan Negeri. Hal ini berlaku setelah ditetapkannya UU No. 71989. Dan sebagai akibat dari ketentuan UU Peradilan Agama diatas adalah:
a. Ketentuan tentang eksekutoir verklaring dan pengukuhan oleh Pengadilan Negeri dihapuskan
b. Pada setiap Pengadilan Agama diadakan Juru Sita untuk dapat melaksanakan putusan- putusannya
Pelaksanaan putusan hakim dapat secara sukarela, atau secara paksa dengan menggunakan alat negara, apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan secara sukarela. Semua keputusan
pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan secara paksa oleh alat-alat negara. Keputusan pengadilan bersifat eksekutorial adalah karena pada bagian
kepala keputusannya berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
73
Akan tetapi, tidak semua putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tettap memerlukan pelaksanaan secara paksa oleh alat-alat negara, tetapi hanyalah putusan
pengadiilan yang diktumnya bersifat condemnatoir. Sedangkan putusan yang bersifat declaratoir dan constitutief tidak diperlukan eksekusi. Karena kedua putusan tersebut tidak memuat adanya
hak atas suatu prestasi dan akibat hukumnya adalah berupa keadaan yang sah menurut hukum. Terdapat beberapa macam pelaksanaan putusan,yaitu:
1. Putusan yang menghukum salah satu untuk membayar sejumlah uang. Hal ini diatur dalam pasal 197 HIR, pasal 208 R.Bg
2. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melakukan suatu perbuatan. Hal ini diatur dalam pasal 225 HIR, pasal 259 R.Bg
3. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu benda tetap. Putusan ini disebut juga Eksekusi Riil. Hal ini diatur dalam pasal 1033 Rv.
Pasal 197 HIR208 R.Bg mengatur tentang pelaksanaan putusan yang diakibatkan dari tindakan tergugatenggan untuk secara suka rela melaksanakan isi putusan untuk membayar
sejumlah uang, sehingga pihak penggugat sebagai pihak yang dimenangkan mengajukan
73 Ibid,. hlm. 161
43
permohonan secara lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Agama agar putusan dapat dijalankan.
Pasal 225 HIR259 R.Bg berkaitan dengan pelaksanaan putusan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu yang tidak ditaati, sehingga dapat dimintakan pemenuhan tersebut dinilai
dalam bentuk uang. Maksud pelaksanaan putusan yang diatur dalam ketentuan ini adalah untuk menguangkan bagian tertentu dari harta kekayaan pihak tergugat sebagai pihak yang dikalahkan
dengan tujuan guna memenuhi isi putusan sebagai termuat dalam amarnya, yang telah memenangkan pihak penggugat sebagai pemohon eksekusi.
Yang dimaksudkan eksekusi riil dalam ketentuan pasal 1033 Rv. adalah dilaksanakan putusan yang memerintahkan pengosongan atas benda tidak bergerak. Dalam praktek di
pengadilan, tergugat yang dihukum untuk mengosongkan benda tidak bergerak tersebut setelah terlebih dahulu ditegur, untuk mengosongkan dan menyerahkan benda tidak bergerak tersebut
kepada penggugat selaku pihak yang dimenangkan.Apabila tidak bersedia melaksanakan perintah tersebut secara sukarela, maka Ketua Pengadilan dengan penetapan akan
memerintahkan Panitera atau juru sita, kalau perlu dengan bantuan alat negara PolisiABRI dengan paksa melakukan pengosongan terhadap tergugat dan keluarga serta segenap penghuni
yang ada, ataupun yang mendapat hak dari padanya, dengan menyerahkannya kepada Penggugat selaku pemohon eksekusi.
J. PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE
Di dalam proses pengadilan itu memakan waktu yang lama, karena prosedurnya dalam formalitas yang kaku. Dimulai dari sejak dimasukkan surat gugatan perkara dalam pengadilan
sampai kepada putusan yang memperoleh kekuatan hukum yang tetap memakan waktu yang lama.
Dalam dunia usaha memerlukan keahlian khusus untuk memutuskan sengketa-sengketa khusus bagi dunia usaha yang tidak selalu dihayati atau dikuasai oleh setiap hakim, seperti
misalnya dalam berbagai macam kontrak atau perjanjian, asuransi, pengangkutan baik dari laut, darat maupun udara, dunia makelar dan lain-lain.
74
Untuk menyelesaikan perselisihan yang
74 M. Rasaid Nur, Hukum Acara pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2003 hlm. 83
44
demikian ini, yaitu yang bersifat ekonomis, maka hakim pengadilan negeri merasa kaku menghadapinya.
Oleh karena itu hal-hal yang diuraikan diatas ini maka dibutuhkan cara penyelesaian sengketa itu di luar pengadilan berdasarkan perjanjian antara pihak yang bersangkutan untuk
menyerahkan penyelesaian sengketa mereka kepada suatu lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa diluar pengadilan.
1. Pengertian Arbitrase