Alat bukti Pengakuan HUKUM ACARA PERDATA 002

rutin. Anak yang lahir dalamakibat suatu perkawainan, disangkakan bahwa ayahnya adalah suami dari ibu si anak. 2. Persangkaan yang didasarkan pada kenyataanpersangkaan hakim feitelijke vermoedensrechtelijkevermoedens. Kekuatan pembuktiannya bersifat tidak memaksa, tetapi bersifat bebas, diserahkan pada kebijaksanaan Hakim. • Pasal 173 HIR: Satu-satunya pasal dalam HIR yang mengatur persangkaan, dimana hanya mengatur persangkaan berdasarkan kenyataan saja dan tidak memberikan pengertian. Persangkaan yang tidak didasarkan pada ketentuan undang-undang hanya boleh diperhatikan oleh Hakim pada waktu menjatuhkan putusannya apabila persangkaan itu penting, seksama, tertentu dan ada hubungan satu sama lain. • Hakim hanya boleh memperhatikan persangkaan apabila; persangkaan itu jamak, tidak berdiri sendiri, artinya bahwa Hakim tidak boleh menyandarkan putusannya hanya atas satu persangkaan saja.

4. Alat bukti Pengakuan

• Diatur dalam pasal 174 sd 176 HIR, 311 sd 313 R.Bg. pasal 1923 sd 1928 KUHPdt. • Pengakuan dapat dilakukan; - di luar persidangan ĺ lisan, - di muka persidangao ĺ tertulis • Pasal 174 HIR : Pengakuan di muka hakim mempunyai kekuatan pembuktian yang sempuma bagi yang mengakui. Kekuatan sempurna bukan saja berarti kekuatan yang memaksa, melainkan juga bersifat menentukan sehingga tidak ada kemungkinan bagi pihak lawan untuk pembuktian perlawanan. Pengakuan di muka hakim itu hanya mengenai hal yang dikuasai sepenuhnya oleh yang mengakui, misal; hak kebendaan. Pengakuan tergugat membebaskan penggugat untuk membuktikan lebih lanjut karena dengan pengakuan maka perkara selesai - tidak ada pembuktian lebih lanjut. Pengakuan dapat dikuasakan ĺ kuasa istimewa. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Perdata 29 Dalam Hukum adat, pengakuan merupakan bukti yang cukup membenarkan, contoh; adat lilikur di Minahasa, dsb. • Pasal l75 HIR : Mengenai pengakuan di luar sidang, kekuatan pembuktiannya ĺ vrijbewijst, karena dilakukan di luar sidang, kebenarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut di muka sidang ĺ umumnya dengan kesaksian. • Pasal l76 HlR : Dikenal dengan doktrin onsplitsbare bekentennis; bahwa pengakuan itu tidak boleh dipisah-pisahkan untuk kerugian yang mengakuinya. Hakim tidak boleh mengabulkan sebagian dari pengakuan tergugat sedangkan sebagian lainnya ditolak, misal; pengakuan murni tapi dengan tambahan. • Pengakuan terdiri dari: 1. Pengakuan murni, 2. Pengakuan tambahan; - Pengakuan dengan kualifikasi, ...betul saya mempunyai hutang tapi bukan Rp....- melainkan Rp........ ĺ melemahkan - Pengakuan dengan klausula, ... betul saya mempunyai hutang lapi hutang itu sudah lunas.... ĺ mematahkan. • Dalam hal pengakuan yang tidak boleh dipisahkan pengakuan dengan tambahan maka pembuktiannya dibebankan pada tergugat pasal 176 HIR merupakan pengecualian pasal 163 HIR ĺ beban pembuktian terbalik. • Hakim baru boleh memutuskan pengakuan dengan tambahan jika penggugat dapat membuktikan bahwa keterangan tambahan pada pengakuan tergugat adalah tidak benar, dalam hal ini maka pembuktian dibebankan kepada tergugat. • Bila tergugat mengajukan pengakuan dengan tambahan, penggugat dapat memilih tindakan : 1. Menolak sama sekali pengakuan dengan tambahan itu seluruhnya dan memberikan pembuktian tersendiri, 2. Penggugat dapat membuktikan bahwa keterangan tambahan pada pengakuan tergugat tidak benar, jika penggugat berhasil membuktikannya maka ia dapat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Perdata 30 meminta kepada hakim untuk memisahkan pengakuan tergugat dari keterangan tambahannya, hakim tidak boleh menolak permohonan penggugat. • Pasal 1923 KUHPdt : Pengakuan di muka Hakim tidak dapat dicabut kembali, kecuali jika ternyata ada bukti kekeliruan terhadap kenyataan peristiwa. 5. Alat Bukti Sumpah • Sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat, diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat sifat Maha Kuasa dari Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. • Sumpah dibagi menjadi 5 macam: 1. Promissoris, 2. Assertoir; a. Suppletoir pelengkap; Diperintahkan oleh Hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak guna melengkapi pembuktian permulaan karena ada pembuktian permulaan yang kurang lengkap. Berfungsi menyelesaikan perkara. Mempunyai kekuatan bukti sempurna yang masih memungkinkan adanya bukti-bukti lain. Pihak yang diperintahkan hakim untuk bersumpah tidak boleh mengembalikan pada pihak lawan, ia hanya boleh menolak atau menjalankannya b. Aestimotoir penaksir; Diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. Baru dapat dibebankan kepada penggugat bila penggugat telah dapat membuktikan haknya atas ganti kerugian, tetapi jumlahnya belum pasti dan tidak ada cara lain untuk menentukan jumlah ganti kerugian. Kekuatan pembuktiannya bersifat sempurna dan masih dimungkinkan pembuktian lawan. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Perdata 31 c. Decitoir pemutus; Dapat diperintahkan sekalipun tidak ada bukti sama sekali. Dibebankan atas permintaan salah satu pihak kepada lawan. Dapat dibebankan mengenai segala peristiwa yang menjadi sengketa, baik perbuatan yang dilakukan sendiri oleh pihak yang disuruh bersumpah maupun perbuatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Dengan diucapkannya sumpah pemutus, kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi pasti sehingga pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu palsu tanpa mengurangi. Seringkali terjadi dimana tidak ada pembuktian permulaan. • Wewenang Jaksa untuk menuntut berdasarkan sumpah palsu : - Bersifat tuntas dan menentukan menyelesaikan perkara litis decitoir. - Pihak yang menolak untuk bersumpah dan tidak mengembalikan kepada pihak lawan harus dikalahkan. • Sumpah pocong, sumpah kelenteng, sumpah mimbar bukan merupakan macam- macam sumpah tetapi lebih merupakan cara-cara pelaksanaan sumpah. • Pasal 381 HIR : Cara mengucapkan sumpah sebagai alat bukti ĺ sumpah di tempat-tempat keramat.

6. Pengetahuan Hakim