Pengujian Kerapatan Pengujian Keteguhan Tekan Nilai Kalor Aplikasi Contoh Uji

Kemudian ditimbang bobotnya. Kadar abu briket arang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Kadar Abu = 100 x Yc Ya Keterangan: Kb = Kadar abu Ya = Bobot abu gram Yc = Bobot contoh gram

3. Pengujian Kadar Zat Menguap

Cawan porselin yang berisi contoh uji yang sudah diketahui kadar airnya, dimasukan kedalam tanur listrik pada suhu 950 C selama 6 menit. Setelah penguapan selesai, cawan didinginkan di dalam desikator selama satu jam dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat mudah menguap dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Kadar Zat Mudah Menguap= 100 1 2 1 x Z Z Z − Keterangan: Z 1 = Bobot awal gram Z 2 = Bobot akhir gram

4. Pengujian Kadar Karbon Terikat

Pada dasarnya prinsip penentuan kadar karbon terikat adalah dengan menghitung fraksi karbon dalam briket arang, tidak termasuk zat menguap dan abu. Kadar karbon terikat briket dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Kadar karbon Terikat = 100 – Kadar abu + Kadar zat menguap

5. Pengujian Kerapatan

Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu dengan cara menimbang briket dan mengukur volumenya dalam keadaan kering udara. Kerapatan briket dapat dihitung dengan menggunakan rumus: K = V G Keterangan: K = Kerapatan gcm 3 G = Bobot briket gram V = Volume cm 3

6. Pengujian Keteguhan Tekan

Prinsip pengujian keteguhan tekan adalah mengukur kekuatan tekan briket dengan memberikan penekanan sampai briket pecah. Pengujian keteguhan tekan dilakukan dengan menggunkan alat Instron dimana beban yang diberikan maksimum adalah 10 ton. Penekanan yang diberikan secara perlahan-lahan sampai briket tersebut pecah.. Penentuan keteguhan tekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Kt = L P Keterangan: Kt = Beban keteguhan tekan kgcm 2 P = Beban penekanan kg L = Luas permukaan cm 2

7. Nilai Kalor

Prinsip penentuan nilai kalor adalah dengan mengukur energi yang ditimbulkan pada pembakaran satu gram contoh uji. Ditimbang satu gram contoh uji, lalu ditempatkan pada cawan silika, kemudian dimasukan ke dalam Calorimeter combustion bomb. Pembakaran dimulai pada saat suhu air sudah tetap. Pengukuran dilakukan sampai suhu mencapai maksimum. Pengukuran nilai kalor bakar dihitung berdasarkan banyaknya kalor yang dilepaskan sama banyaknya dengan kalor yang diserap. Penentuan nilai kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Nk = B A t t Wx − − 1 2 Keterangan: Nk = Nilai kalor kalgram W = Nilai kalor dari alat kalori meter kal 1 t = Suhu mula-mula C 2 t = Suhu setelah pembakaran C A = Berat contoh yang terbakar B = Koreksi panas pada kawat besi kalgram

8. Aplikasi Contoh Uji

Dalam perlakuan ini briket arang sebagai contoh uji digunakan dalam pengujian untuk memasak kebutuhan rumah tangga seperti memasak nasi, air, sayur dan lain-lain yang selanjutnya dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah.. Perubahan-perubahan yang diamati dalam perlakuan ini adalah jumlah bahan bakar, dan waktu atau lama penggunaan bahan bakar. Rancangan Percobaan Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan jenis perlakuan pada briket serbuk gergaji kayu, briket arang serbuk gergaji kayu, dan persentase arang serbuk gergaji kayu campuran dengan penambahan arang tempurung kelapa. Dalam pengujian ini dilakukan sembilan perlakuan, yaitu: 1. 100 serbuk gergajian kayu afrika 2. 100 serbuk gergajian kayu sengon 3. Campuran serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan kompososi masing-masing 50 4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika 5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon 6. Campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan kompososi masing-masing 50 7. 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa 8. 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa 9. 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa. Model rancangan percobaan yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Model matematikanya adalah sebagai berikut: Yij = ij i ∈ + + α μ i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 j = banyaknya ulangan 1, 2,3 Keterangan: Yij = Angka pengamatan percobaan μ = Rata-rata pengamatan α i = Efek perlakuan ke-i ∈ij = Efek kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j 1, 2,3 Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan. Pengaruh yang menunjukan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis dan Kimia Hasil pengujian terhadap sifat fisis dan kimia briket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan arang tempurung kelapa disajikan pada Tabel 5. Data hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan kualitas briket arang buatan Jepang, Inggris, Amerika, dan Indonesia. Selain itu data hasil penelitian juga dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu hasil penelitian Rustini 2004 yang berjudul pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan arang tempurung kelapa dan penelitian Hendra dan Darmawan 2000 yang berjudul pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu dengan penambahan tempurung kelapa. Tabel 5. Sifat fisis dan kimia briket arang dari serbuk gergaji kayu sengon, afrika dengan penambahan tempurung kelapa. No Sifat fisis dan kimia Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 Kadar air 16,777 14,680 15,518 3,378 2,670 2,424 3,663 4,422 2,111 2 Kadar abu 1,783 3,968 3,384 4,364 3,282 6,093 5,955 5,297 7,.908 3 Kadar zat menguap 75,982 73,853 79,584 23,431 13,889 23,830 24,542 14,692 25,527 4 Kadar karbon terikat 22,235 22,179 19,413 72,204 82,828 70,077 69,837 80,011 66,565 5 Kerapatan gcm 3 0,249 0,261 0,275 0,354 0,332 0,368 0,453 0,401 0,420 6 Keteguhan tekan kgcm 2 3,933 2,934 4,139 15,844 16,040 14,851 19,097 23,673 27,315 7 Nilai kalor kalg 4370 4674 4416 5557 5738 5714 5869 6011 5832 Keterangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. Campuran serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan kompososi masing-masing 50 P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. Campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan kompososi masing-masing 50 P7. 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa. Kadar Air Kadar air dalam pembuatan briket arang sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang. Semakin tinggi kadar air akan menyebebkan kualitas briket arang menurun, terutama akan berpengaruh terhadap nilai kalor briket arang dan briket arang akan lebih sulit untuk dinyalakan. Arang sangat mudah untuk menyerap air atau arang mempunyai sifat higroskopis yang tinggi, oleh karena itu penentuan mengenai kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis briket arang dari arang serbuk gergajian kayu afrika, arang serbuk gergajian kayu sengon dan campuran arang serbuk gergajian kayu dengan penambahan arang tempurung kelapa. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar air Lampiran 1b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6 serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar air briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai kadar air briket yang dihasilkan berfariasi dari 1,937 sampai 17,096 Lampiran 1a. 16.777 14.680 15.518 3.3782.670 2.424 3.6634.422 2.111 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Ka d a r Ai r P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 3. Grafik nilai kadar air rata-rata pada berbagai perlakuan Pada Gambar 3 terlihat bahwa kadar air rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 2,111 diperoleh pada campuran arang dengan komposisi 85 arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan 15 arang tempurung kelapa P9, sedangkan kadar air rata-rata tertingginya sebesar 4,422 dihasilkan pada komposisi 85 arang serbuk gergajian kayu sengon dengan penambahan 15 arang tempurung kelapa P8. Penambahan tempurung kelapa dengan komposisi 15 berhasil menurunkan kadar air rata-rata dari 2,424 menjadi 2,111 atau sebesar 12,913. Tingginya kadar air pada serbuk gergajian kayu disebabkan karena pada serbuk gergajian kayu memiliki ukuran partikel yang lebih besar dan jumlah pori- pori yang lebih banyak, selain itu serbuk gergajian kayu masih mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Sedangkan untuk arang serbuk gergajian kayu memiliki kadar air jauh lebih rendah dibandingkan dengan serbuk kayunya, hal tersebut diduga karena ukuran partikel pada serbuk arang lebih halus dan seragam sehingga ruang-ruang kosong atau pori-pori yang dimiliki oleh arang lebih sedikit. Pada serbuk arang komponen- komponen kimia seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa diduga sudah hilang dan yang tersisa dalam arang tinggal kandungan karbon yang berbentuk padat dan berpori. Menurut Sudrajat dan Sholeh 1994 dalam Gusmailina et al. 2003 Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa bahwa sebagian besar arang porinya masih tertutup oleh hidrogen, ter, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air, nitrogen, dan sulfur. Penurunan kadar air dari 2,424 menjadi 2,111 diduga terjadi karena pencampuran antara arang serbuk gergajian kayu afrika dengan arang serbuk gergajian kayu sengon yang ditambahkan arang tempurung kelapa menyebabkan ukuran partikelnya lebih halus dan seragam. Hal ini disebabkan karena pencampuran akan saling mengisi pori-pori sehingga air yang terikat didalam pori-pori arang lebih sedikit. Tetapi penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika dan arang serbuk gergajian kayu sengon justru meningkatkan kadar air. Peristiwa ini diduga karena arang tempurung kelapa mampu menyimpan air lebih banyak, hal ini karena ukuran partikel yang lebih besar dan jumlah pori-pori yang lebih banyak. Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel dan jumlah pori-pori, tinggi rendahnya kadar air diduga juga dipengaruhi oleh kadar abu yang mana semakin tinggi kadar abu arang maka semakin rendah kadar air. Abu disusun oleh silika yang kemampuan menyerap airnya kecil. Menurut Earl 1974 dalam Saktiawan 2000 menyatakan bahwa arang memiliki kemampuan menyerap air yang besar yang dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori arang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994 bahwa briket arang dengan ukuran serbuk yang lolos 20 mesh memiliki kadar air paling tinggi dibandingkan dengan arang serbuk yang lolos saringan 40 mesh dan 80 mesh. Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar air Lampiran 1c diketahui bahwa perlakuan pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3 menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada pencampuran arang serbuk afrika dengan sengon P6 dan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk afrika P7 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Besarnya perubahan kadar air dapat dianggap sama. Akan tetapi penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu sengon P8 dan campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon P9 memperlihatkan perbedaan yang nyata. Kadar air briket arang pada penelitian ini berkisar antara 2,111-4,422. Apa bila dibandingkan dengan kadar air buatan Jepang 6-8 Amerika 6,2, Inggris 3,6, dan Indonesia 8 maka kadar air briket arang hasil penelitian ini memiliki nilai lebih baik. Kadar air pada penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 2,132-2,699 memiliki nilai kadar air yang lebih tinggi akan tetapi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 3,51-4,75 memiliki nilai yang lebih rendah. Kadar air dalam pembuatan arang diharapkan serendah mungkin agar tidak menurunkan nilai kalor, tidak sulit dalam penyalaan, dan briket tidak banyak mengeluarkan asap pada saat penyalaan. Kadar Abu Kadar abu merupakan bahan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki nilai kalor atau tidak memiliki unsur karbon lagi. Salah satu unsur penyusun abu adalah silika. Pengaruh kadar abu terhadap kualitas briket arang kurang baik, terutama terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Kandungan kadar abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang, sehingga akan menurunkan kualitas briket arang. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada kadar abu Lampiran 2b bahwa pencampuran arang serbuk gergaji kayu afrika dengan sengon P6 dan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran arang serbuk diantara keduanya P9 menunjukan pengaruh yang sangat nyata dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 1. Nilai kadar abu briket yang dihasilkan berfariasi dari 1,456 sampai 8,005 Lampiran 2a. Hasil kadar abu rata-rata pada penelitian ini ditampilkan seperti pada Gambar 4 di bawah ini. 1.783 3.968 3.384 4.364 3.282 6.093 5.955 5.297 7.908 1 2 3 4 5 6 7 8 K ad a r A bu P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 4. Grafik kadar abu rata-rata pada berbagai perlakuan Kadar abu rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 3,282 dihasilkan pada arang serbuk gergaji kayu sengon dengan komposisi 100 P5 dan kadar abu tertinggi sebesar 7,908 dihasilkan pada campuran arang dengan komposisi 85 arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan 15 arang tempurung kelapa P9. Penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 ternyata cenderung meningkatkan kadar abu. Kenaikan kadar abu pada masing-masing perlakuan arang serbuk gergajian kayu dengan penambahan arang tempurung kelapa disebabkan karena kandungan silika tempurung kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan silika serbuk gergajian kayu. Hal ini sama dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 2000 yang menyatakan bahwa penambahan persentase arang tempurung kelapa dapat menyebabkan nilai kadar abu briket arang meningkat. Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar abu Lampiran 2c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3 tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang nyata. Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa Kadar abu briket arang pada penelitian ini berkisar antara 3,282-7,908. Apa bila dibandingkan dengan kadar abu buatan Amerika 8,3 dan Indonesia 8 maka kadar abu briket arang hasil penelitian ini lebih rendah. Namun jika dibandingkan dengan kadar abu butan Jepang 3-6 maka kadar abu briket arang pada penelitian ini lebih tinggi. Untuk jenis briket arang serbuk gergajian kayu afrika P4, arang serbuk sengon P5, dan campuran arang serbuk gergajian kayu sengon dengan tempurung kelapa P8 memiliki kadar abu yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar abu buatan Inggris 5,9. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 0,7863-0,9212 dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 3,56-4,23, menunjukan nilai kadar abu pada penelitian ini lebih tinggi. Kadar Zat Menguap Menurut Hendra dan Pari 2000 bahwa kadar zat menguap adalah zat volatile matter yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa- senyawa yang masih terdapat didalam arang selain air. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi didalam briket arang akan menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Kandungan asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida CO dengan turunan alkohol. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar zat menguap briket arang Lampiran 3b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6 serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar zat menguap briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai kadar zat menguap briket yang dihasilkan berfariasi dari 10,082 sampai 80,357 Lampiran 3a. Kadar zat menguap rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 13,889 diperoleh pada komposisi 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P5. Kadar zat menguap tertinggi sebesar 25,527 diperoleh pada komposisi 85 campuran arang serbuk gergajian kayu sengon dengan afrika yang selanjutnya ditambahkan 15 arang tempurung kelapa P9. Nilai kadar zat menguap untuk briket arang mengalami kenaikan dengan adanya penambahab 15 arang tempurung kelapa Gambar 5. 75.982 73.853 79.584 23.431 13.889 23.830 24.542 14.692 25.527 10 20 30 40 50 60 70 80 K ad a r Z at M e n gu a p P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 5. Grafik kadar zat menguap rata-rata pada berbagai perlakuan Tinggi rendahnya kadar zat menguap pada briket arang diduga disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi dan juga dipengaruhi oleh waktu dan suhu pada proses pengarangan. Semakin besar suhu dan waktu pengarangan maka semakin banyak zat mengup yang terbuang, sehingga pada saat pengujian kadar zat menguap akan diperoleh kadar zat menguap yang rendah. Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar zat menguap Lampiran 3c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3 menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Besarnya perubahan kadar abu dapat dianggap sama. Kadar zat menguap briket arang pada penelitian ini berkisar antara 13,889-25,527. Apa bila dibandingkan dengan kadar zat meguap buatan Jepang 15-30, Amerika 19-28, Inggris 16,4, dan Indonesia 15 maka kadar zat menguap briket arang hasil penelitian ini memenuhi standar karena nilai kadar zat menguapnya lebih rendah. Selain itu kadar zat menguap Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa hasil penelitian ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 2004 sebesar 33,476-36,952 dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 2000 yaitu sebesar 22,18-25,77. Kadar Karbon Terikat Menurut Abidin 1973 bahwa kadar karbon terikat merupakan fraksi karbon yang terikat didalam arang selain fraksi air, zat menguap, dan abu. Keberadaan karbon terikat didalam briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat menguap. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat menguap pada briket arang rendah. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Nilai kalor briket arang akan tinggi apa bila nilai kadar karbon terikat pada briket tinggi. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar karbon terikat Lampiran 4b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6 serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar karbon terikat briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai kadar karbon terikat briket yang dihasilkan berfariasi dari 18,390 sampai 86,142 Lampiran 4a. Kadar karbon terikat rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 66,565 diperoleh pada komposisi 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon yang diberi tambahan 15 arang tempurung kelapa P9. Kadar karbon terikat tertinggi sebesar 82,828 diperoleh pada briket arang serbuk gergajian kayu sengon dengan komposisi 100 P5. Pada Gambar 6 memperlihatkan secara jelas bahwa pencampuran serbuk atau arang dan penambahan arang tempurung kelapa pada masing-masing arang serbuk gergajian kayu mengalami penurunan yang sangat nyata. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa semakin rendahnya kadar abu dan kadar zat menguap akan dihasilkan kadar karbon terikat yang tinggi atau sebaliknya. 22.235 22.179 19.413 72.204 82.828 70.077 69.837 80.011 66.565 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K a d a r K a rbon Te ri k a t P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 6. Grafik kadar karbon terikat rata-rata pada berbagai perlakuan Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar karbon terikatLampiran 4c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3, campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon P6 dan arang serbuk gergajian kayu afrika yang ditambah dengan arang tempurung kelapa P7 tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 memperlihatkan perbedaan yang nyata. Kadar karbon terikat briket arang pada penelitian ini berkisar antara 66,565-82,828. Apa bila dibandingkan dengan kadar karbon terikat buatan Jepang 60-80, Amerika 60, Inggris 75,3, dan Indonesia 77. maka kadar karbon terikat briket arang hasil penelitian ini memenuhi standar untuk briket arang buatan Jepang, Inggris, dan Indonesia. Tetapi tidak memenuhi syarat briket arang buatan Amerika. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 62,262-65,674 dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 70,28- 73,82 menunjukkan bahwa nilai kadar karbon terikat pada penelitian lebih baik karena nilai kadar karbon terikatnya lebih tinggi. Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa Kerapatan Kerapatan merupakan hasil perbandingan antara berat dan volume briket arang. Tinggi rendahnya kerapatan briket arang sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang, terutama nilai kalor briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket tersebut. Menurut Nurhayati 1983 dinyatakan bahwa semakin tinggi atau semakin seragam ukuran serbuk arang gergajian kayu akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang semakin tinggi pula. Sedangkan menurut Hartoyo 1983 dinyatakan bahwa tinggi rendahnya kerapatan dan keteguhan tekan briket dipengaruhi oleh berat jenis kayu dan besarnya tekanan pengempaan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap nilai kerapatan Lampiran 5b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6, serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kerapatan briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai kerapatan briket yang dihasilkan berfariasi dari 0,245 gcm 3 sampai 0,462 gcm 3 Lampiran 5a. 0.249 0.261 0.275 0.354 0.332 0.368 0.453 0.401 0.420 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 K e ra qpa ta n gr c m 3 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 7. Grafik nilai kerapatan rata-rata pada berbagai perlakuan Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa Berdasarkan hasil pengujian, nilai kerapatan rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 0,332 gcm 3 diperoleh pada komposisi 100 briket arang serbuk gergajian kayu sengon P5. Nilai kerapatan tertinggi untuk briket arang sebesar 0,453 gcm 3 diperoleh pada campuran briket arang serbuk gergajian kayu afrika yang diberi tambahan 15 arang tempurung kelapa P7. Pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan arang serbuk gergaji kayu sengon P6 dan penambahan arang tempurung kelapa 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 mampu meningkatkan nilai kerapatan briket arang Gambar 7. Berdasarkan hasil uji lanjutan nilai kerapatan Lampiran 5c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3, campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon P6 tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 memperlihatkan perbedaan yang nyata. Menurut Hendra dan Darmawan 2000, bahwa kerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan briket. Semakin besar kerapatan maka volume atau ruang yang diperlukan akan lebih kecil untuk berat briket yang sama. Nilai kerapatan briket arang pada penelitian ini berkisar antara 0,332 gcm 3 -0,453 gcm 3 . Apa bila dibandingkan dengan nilai kerapatan briket arang buatan Jepang 1,0 gcm 3 -1,2gcm 3 , Amerika 1 gcm 3 , dan Inggris 0,48 gcm 3 maka nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan tidak memenuhi standar, karena nilai kerapatannya jauh lebih rendah. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 0,542 gcm 3 -0,599 gcm 3 dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 0,45 gcm 3 -0,59 gcm 3 menunjukkan bahwa nilai kerapatan briket pada penelitian ini lebih rendah. Keteguhan Tekan Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika diberikan beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai keteguhan tekan briket arang berarti daya tahan terhadap pecah semakin baik. Hal tersebut akan menguntungkan didalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengemasan maupun distribusi dan memudahkan pengangkutan briket arang. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap keteguhan tekan Lampiran 6b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6 serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai keteguhan tekan briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai keteguhan tekan briket yang dihasilkan berfariasi dari 2,858 kgcm 2 sampai 28,632 kgcm 2 Lampiran 6a. 3.933 2.934 4.139 15.844 16.040 14.851 19.097 23.673 27.315 5 10 15 20 25 30 K et eg u h a n te k a n k g c m2 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 8. Grafik nilai keteguhan tekan rata-rata pada berbagai perlakuan Berdasarkan hasil pengujian, nilai keteguhan tekan rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 14,851 kgcm 2 diperoleh pada campuran briket arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa komposisi masing-masing 50 P6. Nilai keteguhan tekan tertingginya sebesar 27,315 kgcm 2 diperoleh pada komposisi 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon yang diberi tambahan 15 arang tempurung kelapa P9. Pencampuran serbuk gergajian kayu afrika dengan serbuk gergajian kayu sengon P3 dan penambahan arang tempurung kelapa 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 mampu meningkatkan nilai keteguhan tekan briket arang. Berdasarkan hasil uji lanjutan nilai keteguhan tekan Lampiran 6c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3, campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon P6 tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 memperlihatkan perbedaan yang nyata. Meningkatnya nilai keteguhan tekan pada briket arang seiring dengan penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15. Hal tersebut diduga karena ukuran serbuk arang menjadi lebih seragam. Menurut Nurhayati 1983 dinyatakan bahwa permukaan yang seragam akan memudahkan arang untuk menempel dan berikatan satu sama lainnya. Ditambah dengan tekanan pengempaan yang membantu proses pengikatan dan pengisian ruang-ruang yang kosong. Sedangkan ukuran partikel yang tidak seragam akan menyebabkan ikatan antar partikel serbuk arang kurang sempurna. Keteguhan tekan meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan. Nilai keteguhan tekan briket arang pada penelitian ini berkisar antara 14,851 kgcm 2 -27,315 kgcm 2 . Apa bila dibandingkan dengan nilai keteguhan tekan briket arang buatan Jepang 60 kgcm 2 -65 kgcm 2 , Amerika 62 kgcm 2 , dan Inggris 12,7 kgcm 2 maka nilai keteguhan tekan briket arang serbuk gergajian kayu tidak memenuhi syarat untuk briker arang buatan Jepang dan Amerika.. Akan tetapi nilai keteguhan tekan briket arang pada penelitian ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang buatan Inggris. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 12,484 kgcm 2 -32,666 kgcm 2 maka nilai keteguhan tekan pada penelitian ini jauh lebih rendah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan 4,67 kgcm 2 -6,72 kgcm 2 maka nilai keteguhan tekan pada penelitian ini lebih tinggi. Nilai Kalor Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket arang. Nilai kalor diperoleh berdasarkan pengukuran pada volume tetap, dimana arang yang dibakar akan menaikan suhu air sehingga nilai kalor arang dapat diukur berdasarkan perbedaan suhu air. Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai kalor briket arang semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan. Menurut Jatmika 1980 dinyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai kalor dipengaruhi oleh berat jenis bahan baku. Sedangkan menurut Nurhayati 1974 dinyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu briket arang. Semakin tinggi kadar air dan kadar abu briket arang akan menurunkan nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap nilai kalor Lampiran 7b, diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50 P6 serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8 dan campuran diantara keduanya P9 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1. Nilai kalor briket yang dihasilkan berfariasi dari 4345 kalg sampai 6052 kalg Lampiran 7a. 4371 4674 4416 5558 5738 5714 5869 6011 5832 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 N ila i K a lo r kal g r P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan Gambar 9. Grafik nilai kalor rata-rata pada berbagai perlakuan Nilai kalor rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 5558 kalg diperoleh pada komposisi 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P4. Nilai kalor rata-rata tertinggi sebesar 6011 kalg diperoleh pada campuran briket arang serbuk gergajian kayu sengon yang diberi tambahan 15 arang tempurung kelapa P8. Pencampuran serbuk gergajian kayu afrika dengan serbuk gergajian kayu sengon tidak mengalami kenaikan nilai kalor yang begitu nyata. Akan tetapi penambahan arang tempurung kelapa 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 mampu meningkatkan nilai kalor briket arang Gambar 9. Berdasarkan hasil uji lanjutan nilai kalor Lampiran 7c diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon P3 dan campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon P6, tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 memperlihatkan perbedaan yang nyata. Tinggi rendahnya nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu briket arang. Semakin rendah nilai kadar air dan kadar abu briket arang maka akan meningkatkan nilai kalor bakar briket arang. Hasil penelitian membuktikan jika kadar abu rendah maka akan dihasilkan nilai kalor yang tinggi atau sebaliknya. Namun jika dibandingkan dengan hasil kadar air, dimana kadar air yang tinggi justru menghasilkan nilai Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. kelapa kalor yang tinggi. Persentase nilai kadar air dalam penelitian ini tidak dapat membuktikan pernyataan diatas, walaupun pada hasil yang diperoleh menunjukan kadar air yang tinggi dengan kadar air yang rendah menghasilkan nilai kalor yang relatif tidak berbeda jauh. Selain itu nilai kalor juga dipengaruhi oleh nilai kadar karbon terikat yang terkandung didalam briket arang. Semakin tinggi nilai kadar karbon terikat dalam briket arang maka semakin tinggi pula nilai kalor briket arang. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kadar karbon terikat tertinggi dihasilkan pada briket arang serbuk gergajian kayu sengon dengan komposisi 100 maupun yang ditambah dengan arang tempurung kelapa yaitu sebesar 82,828 dan 80,011. Hasil tersebut juga menunjukan nilai kalor yang tertinggi yaitu sebesar 5738 kalg dan 6011 kalg. Nilai kalor briket arang pada penelitian ini berkisar antara 5558 kalg-6011 kalg. Apa bila dibandingkan dengan nilai kalor briket buatan Jepang 6000 kalg- 7000 kalg, Amerika 6230 kalg, Inggris 7289 kalg, dan Indonesia 5000 kalg maka nilai kalor briket arang serbuk gergajian kayu tidak memenuhi syarat untuk briket arang buatan Amerika, Inggris, dan Jepang. Akan tetapi memenuhi syarat untuk briket arang buatan Indonesia sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini 6112 kalg-6588,5 kalg dan hasail penelitian Hendra dan Darmawan 6198,99 kalg-6522,84 kalg maka nilai kalor pada penelitian ini lebih rendah. Aplikasi Contoh Uji Aplikasi contoh uji merupakan kegiatan pembuktian mengenai pemanfaatan briket arang yang bertujuan sebagai bahan subtitusi minyak tanah. Aplikasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan pemanfaatan briket arang yang digunakan untuk memasak air, nasi, tempe goreng, telor dadar, sayur kangkung, dan lauk pauk dalam keluarga. Aplikasi juga untuk melihat berapa besar pengaruh nilai kalor dan faktor-faktor yang lain yang telah diuji dalam skala lab kemudian dibuktikan melalui aplikasi dilapangan seperti untuk memasak. 699 758 612 626 540 564 467 487 480 270 100 200 300 400 500 600 700 800 Be ra t Br ik e t g r P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Perlakuan Gambar 10. Grafik hubungan antara jumlah briket arang dan minyak tanah yang digunakan untuk sekali memasak air, nasi, tempe goreng, telor dadar, dan sayur dengan jenis briket. Berdasarkan hasil pengujian aplikasi contoh uji Lampiran 8 terlihat bahwa jumlah penggunaan briket arang untuk memasak air, nasi, tempe goring, telor dadar, sayur kangkung, dan lauk pauk menunjukan hasil yang bervariasi. Jumlah briket terpakai paling banyak untuk keperluan memasak sebesar 758 gr diperoleh pada jenis briket serbuk gergajian kayu sengon P2. Sedangkan jumlah briket terpakai paling sedikit sebesar 467 gr diperoleh pada jenis briket campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan komposisi 85 yang ditambahkan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15 P7. Pencampuran serbuk gergajian kayu afrika dengan serbuk gergajian kayu sengon P3 dan penambahan arang tempurung kelapa 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika P7, arang serbuk sengon P8, dan campuran diantara keduanya P9 mampu menurunkan jumlah briket yang terpakai pada penggunaan untuk memasak Gambar 10. Semakin sedikit briket arang yang digunakan menunjukkan semakin hemat dalam penggunaan energi. Hal ini diduga juga dipengaruhi oleh faktor kerapatan, keteguhan tekan, dan nilai kalor briket arang. Semakin tingginya nilai kerapatan, keteguhan tekan, dan nilai kalor menunjukan kemampuan nyala briket semakin tinggi dan tahan lama. Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak maka jumlah bahan bakar briket arang yang digunakan menunjukan jumlah yang lebih tinggi dari pada penggunaan bahan bakar minyak tanah. Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. Kelapa P10 = Minyak tanah 93 89 88 120 111 109 93 87 90 78 20 40 60 80 100 120 Wa k tu me n it P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Perlakuan Gambar 11. Grafik hubungan antara waktu yang dibutuhkan untuk sekali memasak Air, Nasi, Tempe goreng, Telor dadar, dan sayur pada bahan bakar briket dan minyak tanah. Gambar 11 memperlihatkan pengaruh briket terhadap waktu yang digunakan untuk keperluan memasak air, nasi, tempe goreng, telor dadar, sayur kangkung, dan lauk pauk menunjukan hasil yang bervariasi. Jumlah waktu yang terpakai paling banyak untuk keperluan memasak per sekali masak adalah 120 menit diperoleh pada jenis briket arang serbuk gergajian kayu afrika P4. Sedangkan jumlah waktu yang terpakai paling sedikit untuk memasak per sekali masak adalah 87 menit diperoleh pada jenis campuran briket arang serbuk gergajian kayu sengon dengan komposisi 85 yang ditambahkan arang tempurung kelapa sebesar15 P8. Cepat dan lamanya waktu yang terpakai untuk keperluan memasak pada pengujian ini diduga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sifat fisis dan kimia briket arang dimana nilai kalor yang tinggi pada briket seharusnya membutuhkan waktu yang sedikit. Hal ini ditunjukan pada hasil banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keperluan memasak air, nasi, tempe goreng, telor dadar, sayur kangkung, dan lauk pauk. Bahan bakar briket serbuk menunjukan waktu yang relatif lebih rendah jika dibandingkan bahan bakar briket arang. Rendahnya waktu yang diperoleh pada jenis briket serbuk dikarenakan pada saat penyalaan sampai briket habis, briket selalu menyala sehingga api langsung menyentuh pada alat yang digunakan dan efeknya proses pemasakan Keterangan: P1 = 100 Serbuk Afrika Af P2 = 100 Serbuk Sengon Sn P3 = 50 Serbuk Af+50 Sn P4 = 100 Arang Afrika Af P5 = 100 Arang Sengon Sn P6 = 50 Arang Af+50 Sn P7 = 85 Arang Af+15 T. kelapa P8 = 85 Arang Sn+15 T. kelapa P9 = 85 camp arang Af dan Sn+15 T. Kelapa P10 = Minyak tanah lebih cepat. Hanya saja kelemahan pada briket serbuk adalah asap yang ditimbulkan sangat banyak dan jumlah briket yang digunakan cukup banyak atau cepat habis jika dibandingkan dengan jumlah briket arang yang terpakai. Akan tetapi untuk jenis briket arang sendiri menunjukan bahwa, penambahan arang tempurung kelapa yang mampu untuk meningkatkan nilai kalor ternyata berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memasak, hal tersebut ditunjukan pada Gambar 11 dimana pada grafik tersebut mengalami penurunan waktu pada perlakuan briket arang yang ditambahkan arang tempurung kelapa. Namun jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak maka jumlah waktu yang digunakan untuk memasak dengan bahan bakar briket menunjukan jumlah waktu yang lebih banyak dari pada waktu yang digunakan untuk memasak dengan menggunakan bahan bakar minyak. Sedikitnya waktu dan jumlah minyak tanah yang diguanakan disebabkan karena tingginya nilai kalor pada minyak tanah dan nyala yang selalu kontinyu. Analisis Usaha Briket Arang Skala Rumah Tangga A. Investasi 1. Cerobong pengarangan 6 kghari = Rp 500.000, - 2. Mesin kempa = Rp 3.000.000, - B. Biaya produksi 1. Limbah kayu atau serbuk gergajian kayu 360 kg, Rp 170, - = Rp 61.200 2. Tenaga kerja 1 orang = Rp 200.000, - 3. Biaya transport = Rp. 10.000, - 4. Biaya kemasan = Rp. 28.000, - 5. Biaya perekat = Rp. 31.500, - C. Biaya penyusutan 1. Cerobong pengarangan pemakaian 20 th 20 000 . 500 . Rp = Rp. 25.000th = Rp. 2.100, - bln 2. Biaya kempa untuk 10 th 10 000 . 000 . 3 . Rp = Rp 300.000, - th = Rp 25.000, - bln + Total = Rp. 357.800, - bln D. Pendapatan 1. Produksi arang perbulan 180 kg 2. Harga jual minimal = Rp. 1.988, - kg 3. Rencana harga jual Rp. 2.300, - x 180 kg = Rp. 414.000, - Untung = Rp. 414.000, - - Rp. 357.800, - = Rp. 56.200, - Persen keuntungan 100 000 . 414 . 200 . 56 . x Rp Rp = 13,6 Berdasarkan hasil analisis usaha briket arang diperkirakan bahwa harga jual briket arang per kilogram seharga Rp 2.300, - . Harga jual briket arang ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak tanah per liter seharga Rp 2.600, - . Jika dilihat dari segi harga maka briket arang tersebut bisa menjadi subtitusi minyak tanah. Namun jika dilihat dari segi jumlah arang yang digunakan dan waktu memasak yang diperlukan terlihat bahwa pemakaian arang belum bisa untuk mensubtitusi minyak tanah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengujian mengenai sifat fisis dan kimia briket arang dari campuran serbuk gergajian kayu afrika dan serbuk gergajian kayu sengon dengan penambahan arang tempurung kelapa dapat disimpulan hal-hal sebagai berikut: 1. Pencampuran serbuk gergajian kayu afrika dengan kayu sengon dan pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon serta penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon ternyata memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata untuk kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan nilai kalor. 2. Penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika, arang serbuk gergajian kayu sengon, dan campuran diantara keduanya mampu meningkatkan nilai kalor, keteguhan tekan, dan kerapatan. Namun tidak mampu untuk menurunkan nilai kadar abu. 3. Nilai rata-rata kadar air briket pada penelitian ini 2,111-16,777, kadar abu 1,783-7,908, kadar zat menguap 13,889-79,584, kadar karbon terikat 19,413-82,828,kerapatan 0,249 grcm 3 -0,453 grcm 3 , keteguhan tekan 2,934 kgcm 2 -27,315 kgcm 2 , dan nilai kalor 4371 kalg-6011 kalg. 4. Pencampuran serbuk gergajian kayu dengan komposisi masing-masing 50 tidak mampu untuk menurunkan kadar air, akan tetapi pencampuran arang serbuk gergajian kayu dengan komposisi masing-masing 50 dan pencampuran arang serbuk gergajian kayu 85 yang ditambahkan arang tempurung kelapa 15 ternyata mampu menurunkan nilai kadar air. 5. Penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15 pada arang serbuk gergajian kayu afrika, arang serbuk gergajian kayu sengon, dan campuran diantara keduanya mampu menurunkan lamanya waktu yang terpakai dan jumlah briket atau banyaknya briket yang terpakai untuk memasak. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan bahan yang memudahkan pada proses penyalaan sehingga tidak lagi memberikan umpan untuk menyalakan briket dengan minyak tanah. 2. Untuk mendapatkan kualitas briket yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi campuran briket dengan bahan lain. 3. Untuk mendapatkan rendemen pengarangan yang lebih tinggi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan tungku pengarangan. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh desain tungku briket terhadap lamanya waktu dan jumlah briket yang digunakan untuk memasak. DAFTAR PUSTAKA Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan. Bogor. BSN. 2000. SNI 01-6235-2000 Briket Arang Kayu. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Djatmiko B, Ketaren S, Styahartini. 1976. Pengolahan Arang dan Kegunaannya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 1985. Pengolahan Arang dan Kegunaannya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gusmailina, Pari G, Komarayati S. 2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Bogor. Gusmailina, Pari G, Komarayati S. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang Untuk Rehabilitasi Lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Vol. 4. No. 1 2003 pp. 21-30. Bogor. Gusmailina, Ali M, Saepulloh, Mahpudin. 2003. Pemanfaatan Serbuk Gergaji untuk Arang dan Arang Kompos. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Penelitian Bidang Kimia Kayu dan Energi Biomas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Hartoyo J, Roliadi H. 1978. Pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis Kayu Indonesia. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Report No 103. Bogor. Hendra D.1999. Teknologi Pembuatan Arang dan Tungku yang Digunakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Hendra D, Darmawan S. 2000. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 18 No. 1 2000 pp. 1-9. Bogor. Hendra D, Pari G. 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang. Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Joseph GH., Kindangen JG. 1993. Potensi Pengembangan Tempurung, Sabut, dan Batang Kelapa Untuk Bahan Baku. Balai Peneliti Kelapa. Masturin A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang Limbah Gergajian Kayu Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Mustofa HK. 2001. Determinasi Suhu Kempa Panas dan Ketebalan Vinir Optimum Terhadap Kualitas Comply dari Limbah Kayu dan Plastik Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Nurhayati T, Hartoyo. 1976. Rendemen dan Sifat Arang Beberapa Jenis Kayu Indonesia. Laporan No. 62. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Nurhayati T. 1983. Sifat Arang, Briket Arang dan Alkohol yang Dibuat dari Limbah Industri Kayu. Laporan PPPHH FPRDC Report No 165 pp. 27-33. Bogor. Pari G, Hendra D, Hartoyo. 1990. Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 7 No 2 1990 pp. 61-67. Rustini. 2004. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus Pinus merkusii dengan Penambahan Tempurung Kelapa Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Saktiawan I. 2000. Identifikasi Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Sabut Kelapa Cocos nufifera L Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sudrajat R. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang. Laporan No. 165. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Sudrajat R, Soleh S. 1994. Petunjuk Teknis Pembutan Arang Aktif. Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Suryani A. 1986. Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat dalam Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa Sawit Elaeis quinensis jacq. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yulistina ND. 2001. Analisis Energi dan Biomassa dalam Proses Pembuatan Briket Arang Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 46 Lampiran 1. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan kadar air beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 1a. Data hasil pengujian nilai kadar air Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 16,550 14,811 15,741 3,093 2,669 2,459 3,413 4,493 2,354 2 17,096 14,943 15,341 3,627 2,881 2,459 3,734 3,950 2,041 3 16,689 14,286 15,473 3,413 2,459 2,354 3,842 4,822 1,937 Xr 16,777 14,680 15,518 3,378 2,670 2,424 3,663 4,422 2,111 Keterangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 47 Lampiran 1b. Analisis sidik ragam terhadap kadar air Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 962,6001 120,325 1654,970 2,51 3,71 Galat 18 1,309 0,073 Umum 26 963,909 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata pada tingkat α = 0,01 atau 1 Koefisien keragaman = 3,697 Lampiran 1c. Analisis uji Duncan terhadap kadar air Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 16,777 A P2 14,680 C P3 15,518 B P4 3,378 E P5 2,670 F P6 2,424 FG P7 3,663 E P8 4,4217 D P9 2,111 G Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 48 Lampiran 2. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan kadar abu beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 2a. Data hasil pengujian nilai kadar abu Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 1,456 5,000 2,941 4,059 3,593 6,199 6,456 5,203 8,005 2 1,904 2,991 4,103 4,336 3,776 5,897 5,753 5,805 7,725 3 1,990 3,913 3,108 4,698 2,478 6,183 5,655 4,884 7,995 Xr 1,783 3,968 3,384 4,364 3,282 6,093 5,955 5,297 7,908 Keterangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 49 Lampiran 2b. Analisis sidik ragam terhadap kadar abu Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 81,162 10,145 35,83 2,51 3,71 Galat 18 5,096 0,283 Umum 26 86,259 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata pada tingkat α = 0,01 atau 1 Koefisien keragaman = 11,393 Lampiran 2c. Analisis uji Duncan terhadap kadar abu Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 1,783 E P2 3,968 CD P3 3,384 D P4 4,364 C P5 3,282 D P6 6,093 B P7 5,955 B P8 5,297 B P9 2,111 A Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 50 Lampiran 3. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan kadar zat menguap beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 3a. Data hasil pengujian nilai kadar zat menguap Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 75,991 74,742 79,353 23,814 14,271 23,975 24,638 17,659 24,565 2 75,409 73,103 79,041 23,523 10,082 23,668 24,274 12,266 27,347 3 76,546 73,714 80,357 22,957 17,315 23,848 24,714 14,151 24,669 Xr 75,982 73,853 79,584 23,431 13,889 23,830 24,542 14,692 25,527 Ke terangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 51 Lampiran 3b. Analisis sidik ragam terhadap kadar zat menguap Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 18935,497 2366,937 854,93 2,51 3,71 Galat 18 49,834 2,769 Umum 26 18985,331 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata α = 0,01 Koefisien keragaman = 4,214 Lampiran 3c. Analisis uji Duncan terhadap kadar zat menguap Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 75,982 B P2 73,853 B P3 79,584 A P4 23,431 C P5 13,889 D P6 23,830 C P7 24,542 C P8 14,692 D P9 25,527 C Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 52 Lampiran 4. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan kadar karbon terikat beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 4a. Data hasil pengujian nilai kadar karbon terikat Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 22,553 20,258 20,671 72,127 82,136 69,826 69,906 77,138 67,430 2 22,687 23,906 18,390 72,141 86,142 70,435 69,973 81,929 64,928 3 21,464 22,373 19,179 72,345 80,207 69,969 69,631 80,965 67,336 Xr 22,235 22,179 19,413 72,204 82,828 70,077 69,837 80,011 66,565 Ke terangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 53 Lampiran 4b. Analisis sidik ragam terhadap kadar karbon terikat Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 17407,230 2130,904 837,68 2,51 3,71 Galat 18 45,789 2,544 Umum 26 17093,019 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata α = 0,01 Koefisien keragaman = 2,841 Lampiran 4c. Analisis uji Duncan terhadap kadar karbon terikat Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 22,235 E P2 22,179 E P3 19,413 E P4 72,204 C P5 82,828 A P6 70,077 C P7 69,837 C P8 80,011 B P9 66,565 D Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 54 Lampiran 5. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan kerapatan beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 5a. Data hasil pengujian nilai kerapatan grcm 3 Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 0,245 0,259 0,278 0,350 0,321 0,364 0,442 0,393 0,413 2 0,246 0,259 0,265 0,348 0,333 0,362 0,456 0,413 0,419 3 0,256 0,264 0,281 0,363 0,343 0,377 0,462 0,396 0,429 Xr 0,249 0,261 0,275 0,354 0,332 0,368 0,453 0,401 0,420 Ke terangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 55 Lampiran 5b. Analisis sidik ragam terhadap kerapatan Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 0,128 0,0159481 217,910 2,51 3,71 Galat 18 0,001 0,0000732 Umum 26 0,129 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata α = 0,01 Koefisien keragaman = 2,474 Lampiran 5c. Analisis uji Duncan terhadap kerapatan Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 0,249 G P2 0,261 FG P3 0,275 F P4 0,354 D P5 0,332 E P6 0,368 D P7 0,453 A P8 0,401 C P9 0,420 B Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 56 Lampiran 6. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan tekan beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 6a. Data hasil pengujian nilai keteguhan tekan kgcm 2 Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 3,408 2,935 4,046 14,849 18,447 18,288 18,232 22,651 26,377 2 4,729 2,907 2,858 14,713 13,471 12,436 18,869 23,479 26,935 3 3,662 2,959 5,512 17,969 16,202 13,829 20,191 24,889 28,632 Xr 3,933 2,934 4,139 15,844 16,040 14,851 19,097 23,673 27,315 Ke terangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 57 Lampiran 6b. Analisis sidik ragam terhadap keteguhan tekan Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 1877,397 234,675 84,940 2,51 3,71 Galat 18 49,729 2,763 Umum 26 1927,127 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata α = 0,01 Koefisien keragaman = 11,703 Lampiran 6c. Analisis uji Duncan terhadap keteguhan tekan Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 3,933 E P2 2,934 E P3 4,139 E P4 15,844 D P5 16,040 D P6 14,851 D P7 19,097 C P8 23,673 B P9 27,315 A Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 58 Lampiran 7. Data hasil pengujian, analisis keragaman dan uji Duncan nilai kalor beriket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan tempurung kelapa. Lampiran 7a. Data hasil pengujian nilai kalor kalgr Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 4345 4670 4408 5472 5749 5693 5916 5977 5814 2 4382 4667 4411 5547 5738 5734 5837 6052 5801 3 4385 4686 4429 5654 5727 5715 5855 6004 5882 Xr 4371 4674 4416 5557 5738 5714 5869 6011 5832 Ke terangan: P1. 100 serbuk gergajian kayu afrika P2. 100 serbuk gergajian kayu sengon P3. 50+50 50 serbuk gergajian kayu afrika + 50 serbuk gergajian kayu sengon P4. 100 arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100 arang serbuk gergajian kayu sengon P6. 50+50 50 arang serbuk gergajian kayu afrika + 50 arang serbuk gergajian kayu sengon P7. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu afrika + 15 arang tempurung kelapa P8. 85+15 85 arang serbuk gergajian kayu sengon + 15 arang tempurung kelapa P9. 85+15 85 campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15 arang tempurung kelapa Xr = Rata-rata 59 Lampiran 7b. Analisis sidik ragam terhadap nilai kalor Sumber keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5 1 Perlakuan 8 10659872,296 1332484,037 816,49 2,51 3,71 Galat 18 29375,333 1631,963 Umum 26 10689247,629 Keterangan: Taraf berbeda sangat nyata α = 0,01 Koefisien keragaman = 0,755 Lampiran 7c. Analisis uji Duncan terhadap nilai kalor Perlakuan Rata-rata Duncan groufing P1 6370,67 F P2 4674,33 E P3 4416,00 F P4 5557,67 D P5 5738,00 C P6 5714,00 C P7 5869,33 B P8 6011,00 A P9 5832,33 B Keterangan: Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepecayaan 95 60 Lampiran 8. Data hasil pengujian aplikasi briket yang digunakan untuk memasak per sekali masak. Perlakuan Bahan Berat bahan gr Berat briket gr Waktu menit 1 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 115,7 180 366 1600 3982,7 149,2 130,3 86,7 58,8 274 699 11 17 2 11 13 39 93 2 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 116,2 180 366 1600 3983,2 191,1 112,2 164,4 290,6 758,3 13 14 3 10 11 38 89 3 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 114,7 180 366 1600 3981,7 126,3 71,7 31,9 81 54,8 245,8 611,5 11 14 2 11 12 38 88 4 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 115,2 180 366 1600 3982,2 224,4 91,2 71 43,9 195,7 626,2 15 23 3 20 14 45 120 5 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 119,4 180 366 1600 3986,4 164,6 101,9 35,1 46 60 132 539,6 14 19 4 19 15 40 111 6 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 118,9 180 366 1600 3985,9 204,4 65,58 76 40,6 177,52 564,1 12 18 8 16 12 43 109 61 7 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 113,2 180 366 1600 3980,2 198,4 28,2 26,8 29 45 139,5 466,9 13 12 3 16 12 37 93 8 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 128,1 180 366 1600 3995,1 156,9 45,3 54,6 35 195 486,8 14 9 2 15 11 36 87 9 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 114,3 180 366 1600 3991,3 197,6 91,6 30,5 37,9 122,1 479,7 17 11 5 12 10 35 90 10 Air Tempe Telor Teri Kangkung Nasi Total 1500 221 116,2 180 366 1600 3983,2 270 15 11 2 11 7 32 78 62 Lampiran 9. Aliran Proses Pembuatan Briket Arang KA 15 Serbuk Gergaji Pengeringan Pengarangan Serbuk Arang Tempurung Kelapa Pengeringan Pengarangan Penggilingan Penyaringan Serbuk Arang Penggilingan Penyaringan Pencampuran Serbuk arang Perekat Pengadukan Pencetakan Pengeringan Briket Arang