Pertumbuhan Ekonomi Pemeratan Ekonomi

Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab IV_ Halaman 88 . i. Peningkatan daya saing industri manufaktur j. Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur k. Pemeliharaan kaulitas dan fungsi lingkungan hidup serta perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang l. Percepatan pelaksanaan reformasi administrasi dan peningkatan pelayanan publik. m. Peningkatan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial n. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan di semua bidang dan terjaminnya kesetaraan gender. o. Peningkatan peran pemuda dan pengembangan olah raga p. Penghormatan, pengakuan dan penegakan hukum dan HAM q. Peningkatan keamanan dan ketertiban dan penanggulangan kriminalitas r. Percepatan penanganan rehabilitasi dan rekontruksi sosial ekonomi dampak lumpur panas lapindo. Mengacu pada agenda dan prioritas pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tahun 2013 baik secara nasional dan maupun Propinsi Jawa Timur maka tema pembangunan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dalam rangka menjawab permasalahan mendesak yang dihadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan tahun 2013 dengan memperhatikan capaian pembangunan tahun 2010 dan 2011 serta perkiraan pencapaian pembangunan tahun 2012 maka tema yang diambil dalam RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 adalah “Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ponorogo yang lebih baik, Menuju Rahayuning Bumi Reyog” yang dirumuskan kedalam 3 strategi Pembangunan Ekonomi yaitu:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting untuk ikut mengendalikan dan mengarahkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat. Pola Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab IV_ Halaman 89 . pertumbuhan cenderung terjadi apabila perkembangannya diserahkan sepenuhnya kepada kekuatan pasar dikhawatirkan akan berdampak semakin jauhnya dari tujuan utama pembangunan. Pola pembangunan ekonomi akan mengahsilkan perubahan atau perkembangan dalam struktur ekonomi dan akan menghasilkan transformasi struktural. Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mendorong proses pertumbuhan yang menghasilkan perkembangan industri sesuai corak dan karakteristik daerah dan diharapakan akan mampu mendorong terbentuknya struktur perekonomian yang berimbang. Pembangunan ekonomi diarahakan kepada pembangunan industri pertanian berbasis pertanian. Keterkaitan sektor agroindustri dan sektor pertanian akan menciptakan permintaan investasi pada sektor pertanian primer sebagai penyedia bahan baku dan menciptakan konsumsi dari produksi industri yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi bertumpu pada momentum pertumbuhan yang meliputi: a. Pertumbuhan pendapatan b. Pertumbuhan investasi c. Pertumbuhan kesempatan kerja

2. Pemeratan Ekonomi

Pemerataan ekonomi sangat terkait dengan upaya distribusi pendapatan, pemeraan akses modal dan sarana prasarana. Dalam hal pemerataan mempunyai dua dimensi yakni dimensi spacial dan dimensi horisontal. Pemertaan spacial yakni pemerataan yang bersifat kewilayahan, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi problem ketimpangan perekonomian antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Banyak kasus ketimpangan terjadi antara daerah perkotaan dengan perdesaan yang terpencil. Sementara pemerataan horisontal merupakan pemerataan berdimensi kelas sosial ekonomi masyarakat. Dalam dimensi ini pemertaan dimaksudkan untuk Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab IV_ Halaman 90 . mengatasi kesenjangan perekonomian antara kalangan masyarakat borjuis dengan kelompok termarginalkan. Isu distribusi pendapatan merujuk pada persoalan seberapa jauh pendapatan terdistribusikan secara merata diantara kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini menyangkut didalamnya kebijakan penataan penciptaan kesempatan yang sama bagi usaha sektor formal maupun sektor non-formal. Dalam kacamata ini, usaha non-formal selayaknya tidak dipandang sebagai sumber problem, justru sebaliknya menjadi sektor riil yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian lokal. Isu pemerataan akses modal menyangkut seberapa jauh masyarakat dari kelas sosial yang berbeda mendapatkan kemudahan akses bagi permodalan. Penguatan akses modal ini berangkat dari persoalan mekanisme dan persyaratan akses modal konvensional seperti bank pada umumnya yang tidak bisa dirasakan seluruh pelaku usaha terutama masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki jaminan. Dengan demikian kebijakan penguatan akses modal diarahkan pada proteksi usaha menengah kecil dan mikro UMKM melalui pinjaman lunak maupun kemitraan. Disebut pinjaman lunak karena bunga pinjaman jauh dibawah bunga bank sekitar 7-10, masa pengembalian grace period cukup panjang antara satu hingga 3 tahun dan tanpa agunan. Pinjaman kredit lunak sendiri pada pendistribusiannya bisa melalui jalur perbankan maupun jalur alternatif lainnya. Sumber pembiayaan bagi penciptaan pemerataan akses modal bisa diupayakan pemerintah daerah berasal dari dana APBD maupun dana yang terhimpun dari pihak lain atas jaminan dan perlindungan pemerintah daerah. Tentu saja pemerataan distribusi akses modal disertai strategi program pendampingan optimalisasi pemanfaatan bantuan modal tersebut. Isu pemerataan sarana dan prasarana penunjang perekonomian merujuk pada persoalan seberapa jauh upaya pemerintah kabupaten kota mengatasi kesenjangan kemampuan usaha masyarakat akibat perbedaan ketersediaan sarana prasarana penunjang perekonomian. Di banyak tempat, problem kesenjangan ini lebih bersifat spasial, akibat hambatan georgrafis dan faktor alam lainnya. Disamping perhitungan ekonomis yang dipakai oleh penyedia Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab IV_ Halaman 91 . jasa fasilitasi sarana prasarana penunjang tersebut. Sarana Prasarana penunjang ini setidaknya meliputi ketersediaan energi, listrik, komunikasi, transportasi, dan air bersih. Tanpa dorongan kuat dari pemerintah daerah, bila secara ekonomis tidak menguntungkan, penyedia jasa-jasa tersebut enggan berinvestasi terutama bagi daerah pedalaman. Dalam kaitannya dengan penilaian pemerataan ekonomi sebagaimana di atas, rasio prosentase penduduk miskin ataupun angka tingkat kemiskinan menjadi existing condition atas program pemerataan ekonomi yang dilakukan pemerintah secara keseluruhan. Disamping itu rasio besaran anggaran yang disalurkan langsung untuk menunjang program-program pemerataan di atas diapresiasi sebagai bukti komitmen anggaran dari pemerintah kabupaten kota. Masih terkait lingkup pemerataan ekonomi, juga diapresiasi model penganggaran pembangunan yang sejak awal dikonsep sebagai upaya pemerataan. Di banyak tempat model penganggaran bersifat block grand yang tersalur ke seluruh wilayah menjadi contoh model ini. Model penganggaran block grand pada pemanfaatannya, biasanya memberikan kebebasan bagi partisipasi warga untuk mengalokasikan pendanaan apakah diperuntukan bagi ekonomi produktif atau pembangunan fisik atau kebutuhan lain sesuai aspirasi lokal di wilayah tempat tinggal. Prinsip utama model penganggaran pembangunan ini mengutamakan pemerataan spasial selanjutnya baru diikuti pemerataan sektoral.

3. Pemberdayaan Ekonomi