sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ”Purposive Sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2005: 54.
Informasi awal dalam pemilihan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika sebelumnya.
Setiap anggota populasi diberi nomor, kemudian diundi untuk mendapatkan anggota sampel yang diharapkan. Hasil pengundian terambil siswa kelas VII A dan
VII C yang selanjutnya kelas-kelas ini sebagai sampel pada penelitian. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak juga, yang terpilih kelas
VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas VII A sebanyak 30 siswa dan kelas VII C sebanyak 30 siswa.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dan variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran dan kemampuan aplikasi konsep matematis
3.4 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah instrumen kemampuan penalaran matematis dan
kemampuan aplikasi konsep matematis. Instrumen jenis non tes adalah skala sikap siswa. Jenis-jenis instrumen tersebut diatas dapat dilihat pada lampiran. Masing-
masing jenis instrumen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut :
3.4.1 Instrumen Penelitian
3.4.1.1 Tes kemampuan penalaran dan aplikasi konsep matematis
Tes kemampuan penalaran dan aplikasi konsep matematis terdiri dari 10 item soal bentuk uraian. Instrumen tes diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu 6 item
soal untuk mengukur kemampuan penalaran matematis dan 4 item soal untuk mengukur kemampuan aplikasi konsep matematis. Alokasi waktu untuk
menyelesaikan tes ini ialah 120 menit. Perangkat soal dapat dilihat pada Lampiran C halaman 149, dan 159. Tes ini diberikan sebelum dan sesuda perlakuan terhadap
kelas kontrol dan kelas eksprerimen. Pemilihan bentuk tes uraian ini bertujuan untuk dapat mengungkapkan kemampuan siswa pada kedua kelompok.
Dalam tes kemampuan penalaran dan aplikasi konsep matematis, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci
jawaban. Kemudian menyusun pedoman pemberian skor tiap item soal tes penaaran dan apliksi konsep matematis, dimana setiap item mempunyai bobot nilai maksimal
4empat dan inimum 0nol.
3.4.1.2 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Penalaran dan Aplikasi
Konsep Matematis
Pedoman pensekoran tes kemampuan penalaran dan aplikasi konsep matematis disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari panduan
pemberian skor menggunakan Holistic Scoring Rubrics Sudrajat: 2001: 101 data
hasil tes berupa jawaban-jawaban siswa terhadap tipe soal uraian berjenis open-ended Erman H.S: 2006: 16 Dalam melaksanakan evaluasi mengembangkan rencana
pembelajaran dengan pendekatan open ended perlu memperhatikan aspek fluenci banyak solusi, flexibility variasi ide siswa, dan originality kemurnian solusi dan
temuan siswa. Teks dianalisis setiap jawaban secara cermat dengan berpatokan pada
system Holistic Scoring Rubrics. Adapun skoring yang digunakan adalah 0, 1, 2, 3, dan 4 dengan kriteria seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran dan Aplikasi Konsep Matematis
Level 0 Level 1
Level 2 Level 3
Level 4 Jawaban salah,
tanpa alasan. Tidak ada
jawaban Jawaban salah
tapi ada alasan Jawaban hampir
benar: •
Kesimpulan tidak ada
• Rumus benar tapi
kesimpulan salah •
Jawaban benar tapi alasan salah
Jawaban benar tapi alasan
tidak lengkap. Jawaban
minimal. Jawaban benar
dan alasan benar
Sebelum digunakan dalam penelitian, semua perangkat tes diestimasi oleh pembimbing, untuk mengetahui validitas isinya. Validitas isi ini ditetapkan
berdasarkan kesesuaian antara kisi-kisi soal dengan butir soal. Untuk instrumen yang validitas isinya memadai diuji cobakan kepada siswa yang berada di luar subyek
sampel. Dalam hal ini ujicoba instrumen kemampuan penalaran dan aplikasi konsep matematis diujicobakan terhadap 34 orang siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Serui
dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VII telah memperoleh materi yang akan disampaikan. Ujicoba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir soal,
reliablitas tes, daya pembeda butir soal, dan tingkat kesukaran butir soal. Data hasil uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft
Office Excel 2003.
3.4.1.3 Validitas Instrumen
Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah tes mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan dari tes itu sendiri. Menurut Arikunto
2005: 65 sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Karena ujicoba dilaksanakan satu kali single test maka validasi instrumen
tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson:
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Arikunto, 2005: 72
Keterangan: r
xy
= koefisien validitas N = banyaknya peserta tes
X = Skor iem soal Y= Skor total
N = banyaknya peserta tes Interprestasi besarnya koevisien korelasi berdasarkan patokan menurut
Arikunto, 2005: 75 adalah sebagai berikut:
Kalsifikasi Koefisien Validitas
Nilai r
x y
Interpretasi
0,80 r
x y
≤
1,00 Sangat tinggi sangat baik
0,60 r
xy
≤
0 , 8 0 tinggi baik
0,40 r
xy
≤
0 , 6 0 sedangcukup
0,20 r
xy
≤
0,40 rendah
0,00 r
≤
0,20 sangat rendah
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan SPSS Perhitungan Output SPSS pada lampiran D halaman 160 maka diperoleh koefisien validitas untuk setiap
butir soal tes kemampuan penalaran matematis seperti tampak pada tabel:
Tabel 3.2
Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No. Soal
N Korelasi Pearson
Item Terhadap Skor Total Uji-t
r
xy
Sig. 2-t Interpretasi t
Sig. 2-t Validitas 1
34 0,711
0,000 Tinggi
5,651 0,000
valid 2
34 0,675
0,000 Sedang
3,400 0,003
valid 3
34 0,720
0,000 Tinggi
4,867 0,000
valid 4
34 0,768
0,000 Tinggi
8,148 0,000
valid 5
34 0,818
0,000 Tinggi
12,279 0,000
valid 6
34 0,830
0,000 Tinggi
8,083 0,000
valid
Berdasarkan data tes kemampuan penalaran matematis yang terkumpul dari 34 responden yang ditunjukkan dalam tabel 3.2, maka terdapat 6 koefisien korelasi
pearson jumlah butir soal 6. Dari tabel 3.2 dapat dibaca bahwa, korelasi antar skor
butir 1 sampai 6 dengan skor total r
xy
nya diantara 0,675 – 0,830, dan Uji-t nya diantara 3,400 – 12,279, ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor totalnya
berada pada interprestasi tinggi, sehingga semua butir istrumen kemampuan penalaran matematis dinyatakan valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi
adalah butir enam dengan koefisien korelasi 0,830 dan paling renda adalah butir nomor dua dengan koefisien korelasi 0,675.
Hasil perhitungan untuk butir soal tes kemampuan aplikasi konsep matematis terlihat pada tabel:
Tabel 3.3
Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Aplikasi Konsep
Item N
Korelasi Pearson Item Terhadap Skor Total
Uji-t r
Sig. 2-t Interpretasi t
Sig. 2-t Validitas
1 34
0,851 0,000
Tinggi 11,389
0,000 valid
2 34
0,880 0,000
Tinggi 11,000
0,000 valid
3 34
0,887 0,000
Tinggi 15,274
0,000 valid
4 34
0,721 0,000
Tinggi 4,271
0,000 valid
Dari data tes kemampuan aplikasi konsep matematis yang terkumpul dari 34 responden yang ditunjukkan dalam tabel 3.3, maka terdapat 4 koefisien korelasi
pearson jumlah butir soal 4. Dari tabel 3.3 dapat dibaca bahwa, korelasi antar skor butir 1 sampai 4 dengan skor total r
xy
nya diantara 0,851 – 0,721, dan Uji-t nya diantara 11,389 – 4,271, ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor totalnya
berada pada interprestasi tinggi, sehingga semua butir istrumen kemampuan aplikasi
konsep matematis dinyatakan valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah butir tiga dengan koefisien korelasi 0,887 dan paling renda adalah butir nomor empat
dengan koefisien korelasi 0,721
3.4.1.4 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu instrumen evaluasi adalah keajegankekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama, untuk penelitian ini kerena soal bentuk uraian maka digunakan rumus
alpha, sebagai berikut:
−
−
=
∑
σ σ
2 2
11
1 1
i
n n
r
Arikunto, 2005: 109
Keterangan: r
11
= reliabilitas yang dicari =
∑
σ
2
jumlah varians skor tiap-iap item
σ
2 i
= variansi total
Selanjutnya untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut digunakan katagori Guilford dalam Ruseffendi 1991, h. 197, dengan kriteria
sebagai berikut.
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Reliabilitas
Interpretasi Antara 0,00 ≤ r ≤ 0,20
reliabilitas sangat rendah Ant ara0,20≤ r ≤ 0 ,40
rel iabilit as rendah Ant ara0,40 ≤ r ≤ 0 ,70
rel iabilit as sedan g Ant ara 0,70 ≤ r ≤ 0,9 0
rel iabilit as tin ggi Antara 0,90 ≤ r ≤ 1,00
reliabilitas sangat tinggi
Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan penalaran dan kemampuan aplikasi konsep matematis siswa dapat disajikan masing-
masing pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Perhitungan Varians Instrumen Penalaran Matematis
No.
∑ ∑
2
∑
2
∑
∑
2
∑
2
∑
2
2
1 54
2.916 186
34 85,76
100,235 2,9481
2 87
7.569 279
34 222,62
56,382 1,6583
3 95
9.025 331
34 265,44
65,559 1,9282
4 72
5.184 230
34 152,47
77,529 2,2803
5 64
4.096 208
34 120,47
87,529 2,5744
6 72
5.184 236
34 152,47
83,529 2,4567
∑
2
13,8460
Varians skor total dengan 34 ; ∑
444 ; ∑ 7400 dan
∑ 197.136 adalah
47.114. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 6 item didapat
0,8473.
Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka reliabilitas instrumen penalaran dikategorikan tinggi.
Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan aplikasi konsep matematis disajikan pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Perhitungan Varians Instrumen Aplikasi konsep Matematis
No.
∑ ∑
2
∑
2
∑
∑
2
∑
2
∑
2
2
1 48
2.304 164
34 67,76
96,235 2,8304
2 63
3.969 189
34 116,74
72,265 2,1254
3 82
6.724 276
34 197,76
78,235 2,3010
4 58
3.364 168
34 98,94
69,059 2,0311
∑ 9,2881
Varians skor total tes untuk 34; ∑
251 ; ∑ 2.733 dan
∑ 63.001
adalah 25.883. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k =
4 item didapat 0,8549.
Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka instrumen aplikasi konsep matematis memiliki derajat reliabilitas tinggi. Jadi reliabilitas instrumen kemampuan
penalaran matematis = 0,8473., dan kemampuan aplikasi konsep matematis = 0,8549. Karena berdasarkan uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya,
maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.
3.4.1.4 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tes dihitung dengan rumus:
+,-.-+ 0 . +,-.-+ 123 0+-4 .+0 .5. 0-,
Depdiknas, 2006:45
Klasifikasi daya pembeda DP soal adalah sebagai berikut:
Kriteria daya pembeda Klasifikasi daya pembeda
6 0,40 0,30 7 8 0,40
0,20 7 8 0,30 8 0,20
Daya Pembeda soal sangat baik Daya Pembeda soal baik
Daya Pembeda soal kurang baik Daya Pembeda soal tidak baik
Untuk data dalam jumlah yang banyak kelas besar dengan n 30, maka sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam
kelompok atas higher group dan sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor terendah dikategorikan kelompok bawah lower group.
Karena jumlah siswa yang mengikuti tes ujicoba adalah 30 orang, maka 11 orang yang memperoleh skor tertinggi dinyatakan sebagai kelompok atas higher
group dan 11 orang yang memperoleh skor terendah dinyatakan sebagai kelompok bawah lower group. Perhitungan koefisien daya pembeda tiap item instrumen tes
disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Perhitungan Daya Pembeda Tes Penalaran Matematis
No. Item
9
:;
9
:
9
:;
9
:;
Skor maksimun
DP Keterangan
1 3,20
0,30 2,90
4 0,73
Amat Baik 2
3,40 1,70
1,70 4
0,43 Amat Baik
3 4,00
1,70 2,30
4 0,58
Amat Baik 4
3,70 0,70
3,00 4
0,75 Amat Baik
5 3,70
0,40 3,30
4 0,83
Amat Baik 6
3,40 0,60
2,80 4
0,70 Amat Baik
Tabel 3.7 Perhitungan Daya Pembeda Tes Aplikasi konsep Matematis
No. Item
9
:;
9
:
9
:;
9
:;
Skor maksimun
DP Keterangan
1 3,50
0,00 3,50
4 0,88
Amat Baik
2 3,50
0,20 3,30
4 0,83
Amat Baik
3 3,90
0,30 3,60
4 0,90
Amat Baik
4 2,80
0,50 2,30
4 0,58
Amat Baik
3.4.1.6 Analisis Tingkat Kesukaran
Untuk menganalisis tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung berdasarkan proporsi skor yang dicapai siswa kelompok atas dan kelompok bawah terhadap skor idealnya,
kemudian dinyatakan dengan kriteria mudah, sedang, dan sukar. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:
= ?AB
CDEFAG HIJ EAIH EDE KAF LE ?AB
M5.,3 0+-4 0 02 N 0 5 0-, M5.,3 0 02 O .O +5 0
Depdiknas, 2006:45
TK= Tingkat kesukaran dengan kategori: Kriteria kesukaran
Kategori = P 0,70
0,30 7 = 7 0,70 = 8 0,30
Soal Mudah Soal Sedang
Soal Sukar
Berdasarkan skor tes ujicoba perhitungan tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Penalaran Matematis
No. Item
∑ Mean
Skor maksimum
Tingkat Kesukaran
Interpretasi 1
54 1,588
4 0,40
Sedang 2
87 2,559
4 0,64
Sedang 3
95 2,794
4 0,70
Sedang 4
72 2,118
4 0,53
Sedang 5
64 1,882
4 0,47
Sedang 6
72 2,118
4 0,53
Sedang
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh TK soal tes kemampuan penalaran berada pada kisaran 0,40 – 0,70 dengan makna mudah dan sedang dan TK soal tes
kemampuan aplikasi konsep berada pada kisaran 0,353 – 0,603 dengan makna sedang
.
Hasil analisis tingkat kesukaran tes kemampuan penalaran dan tes kemampuan aplikasi konsep tapak pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
Tabel 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Aplikasi konsep Matematis
No. Item
∑ Mean
Skor maksimum
Tingkat Kesukaran
Interpretasi 1
48 1,412
4 0,353
Sedang 2
63 1,853
4 0,463
Sedang 3
82 2,412
4 0,603
Sedang 4
58 1,706
4 0,426
Sedang
Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan penalaran matematis.
Varians skor total dengan 34 ; ∑
444 ; ∑ 7400 dan
∑ 197.136 adalah
47.114. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 6 item didapat
0,8473. Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan
aplikasi konsep matematis.
Varians skor total tes untuk 34; ∑
251 ; ∑ 2.733 dan ∑
63.001 adalah
25.883. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 4 item didapat 0,8549.
Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka reliabilitas instrumen penalaran dan aplikasi konsep matematis siswa dikategorikan tinggi.
Pengajaran biasanya muncul melalui pertanyaan dan fenomena yang rnenarik dan familiar di lingkungan siswa. Dari analisa tes NAEP 1 9 9 6 data dari dua
sampel negara yang melibatkan 15000 siswa tingkat 8 Wenglinsky, dalam Crawford,
2001: 6; disebutkan bahwa siswa yang gurunya aktif memberikan pengajaran melalui proses kerja dalam aktivitas pembelajarannya menghasilkan tingkat
pencapaian matematika lebih dari 70 dan 40 untuk tingkat pencapaian sain. Becker dan Selter Suherman, dkk, 2003: 143; menyatakan bahwa dari
suatu penelitian kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan RME mempunyai skor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam
aplikasi.
3.4.2 Pengembangan Bahan Ajar
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajara
konvensional pada kelas kontrol. Pendekatan pembelajaran kontekstual diberikan melalui lembar kerja siswa
LKS. Penugasan yang diberikan dalam LKS menfasilitasi siswa untuk dapat melakukan proses penemuan, mengkontruksi sendiri pengetahuan siswa, melakukan
kegiatan bertanya sehingga dapat menciptakan suasana masyarakat belajar didalam kelas, dan melakuan kegiatan pemodelan. Untuk melakukan kegiatan refleksi melalui
lembar kerja siswa yang telah disiapkan. Pembelajaran secara konvensional diberikan meelalui proses pembelajaran
eksposiori. Diawali dengan pemberian informasi cerama. Guru memulai dengan
menerangkan suatu konsep, mendemostrasikan ketrampilannya mengenai pola aturan sifat-sifat rumus tentang materi, melalui tanya jawab guru memeriksa
mengecek apakah siswa suda mengerti atau belum. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberi contoh-contoh soal aplikasi konsep tersebut, selanjutnya meminta siswa
untuk mengerjakanya di papan tulis atau mejanya. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah pada pokok bahasan tentang
bangun datar yang terbagi secara spesifik pada sub pokok bahasan sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi sifat-sifat
persegi panjang,
persegi, jajargenjang,
belahketupat, dan layang-layang. Dengan lingkup pembelajaran meliputi; 1 pengertian persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-
layang menurut sifatnya, 2 sifat segi empat ditijau dari panjang sisi, sudut, dan diagonalnya.
2. Menghitung keliling dan luas bangun segi tiga dan segi empat serta
mengunakannya dalam pemecahan masalah. Dengan lingkup pembelajaran meliputi; 1 Menjelaskan keliling dan garis tinggi bangun segi tiga dan segi
empat, 2 Menurungkan Rumus bangun segi tiga dan segi empat, 3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perhitungan keliling dan luas
bangun segi tiga dan segi empat. Pada setiap sub kompetensi disediakan tugas berupa soal-soal latihan yang
bersifat prosedural untuk mengukur kemampuan penalaran siswa dan soal-soal latihan yang berbentuk penerapan untuk mengungkap kemampuan siswa
mengaplikasikan konsep matematika.
3.5 Prosedur Penelitian
Langka awal dari prosedur penelitian ini adalah oservasi dilapangan guna melihat karakteristik dari sampel yang akan diteliti, pemilihan materi pembelajaran,
pembuatan instrument, perumusan silabus dan bahan ajar. Setelah sampel diperoleh dan instrument telah diujicobakan dan dianalisis baik
validitas, reabilitas, daya pembeda dan derajat kesukarannya baik dan soal dapat digunakan maka dilakukan pretes pada kedua kelompok. Selanjutnya kedua
kelompok diberi perlakuan, kelompok pertama diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dikelas eksperimen, dan kelompok kedua diberi
perlakuan berupa pembelajaran biasa dikelas kontrol. Kemudian setelah pembelajaran selesai diberikan, dilakukan postes pada kedua kelompok tersebut. Data yang
diperoleh. dianalisis dan dari analisis data tersebut diitarik kesimpulan. 3.5.1
Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian dimulai dari sejak pembuatan proposal, kemudian melaksanakan seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan
dari tim pembimbing tesis, menyusun instrumen dan rancangan pembelajaran. Setelah melalui tahapan-tahapan bimbingan dan perbaikan, selanjutnya instrumen
diujicobakan. Hasil ujicoba dianalisis untuk memeriksa validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran serta daya pembeda instrumen.
Prosedur penelitian tersebut penuis dapat menggambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian.
Penarikan Kesimpulan Pemilihan Materi Pembelajaran
Pembuatan Instrumen Perumusan Siabus dan Bahan
Observasi Lapangan
E: Kelas Eksperimen Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual
K: Kelas Kontrol Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Konvensional
Tugas
Populasi
Sampel E dan K
Instrumen Pembuatan
Ujicoba dan Revisi Instrumen
Postes
Analisis
Pretes
3.5.2
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester akhirgenap kelas VII di SMP Negeri 2 Serui yang implementasinya dilakukan melalui tiga tahapan yaitu diawali dengan
pretes, pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan diakhiri dengan postes. a.
Melaksanakan pretes dimaksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum perlakuan dalam menyelesaikan soal penalaran dan aplikasi konsep
matematis, tes diberikan baik kepada siswa kelompok eksperimen maupun siswa kelompok kontrol.
b. Melaksanakan
pembelajaran matemtika
menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual pada kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelompok kontrol.
c. Memberikan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
maksud untuk mengetahui kemampuan penalaran dan kemampuan aplikasi konsep matematis setelah mengakiri pemberian perlakuan
.
1.5.2.1 Pembelajaran Kontekstual pada Kelas Eksperimen
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasilnya diperiksa untuk mengetahui kemampuan awal mereka
dalam meningkatkan kemampuan penalara dan aplikasi konsep matematis. Selanjutnya kepada siswa kelas eksperimen diberitahukan, bahwa pada pertemuan
berikutnya mereka akan mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Sebanyak 30 siswa-siswi dalam kelas eksperimen dikelompokkan menjadi enam kelompok belajar; masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa.
Pengelompokan siswa dilakukan dengan mempedomani hasil ulangan harian sebelumnya dan hasil pretes yang baru dilaksanakan. Pengelompokan diupayakan
memenuhi syarat heterogen baik kemampuan maupun jenis kelamin. Sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran nama-nama anggota kelompok disampaikan agar ada
kesiapan mereka. Dalam penilitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang menyajikan
pembelajaran kontekstual di kelas eksperimen. Selama pembelajaran di kelas peneliti didampingi oleh guru lain yang bertindak sebagai pengamat yang melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pada setiap pertemuan dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
i. Tahap Pendahuluan Apersepsi
Tahap apersepsi dilakukan selama 10 menit. Pada tahap apersepsi, guru memberikan pengarahan dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan siswa
berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menyangkut fase-fase kegiatan dan langkah-langkahnya, termasuk menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Guru memotivasi siswa dalam
menggali pengetahuan prasyarat melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang berkenan dengan indikator yang ingin dicaainya.
ii. Tahap Eksplorasi Kegiatan inti:
Pada tahap ini siswa melakukan eksplorasi materi melalui membaca dan mengerjakan LKS kemudian melakukan diskusi kelompok belajar.
iii. Tahap pengembangan, pengujian, penugasan dan penutup
Tahap pengembangan dan pengujian dilaksanakan selama 30 menit. tahap ini terdiri dari dua fase yaitu fase pengembangan selama 10 menit dan fase
pengujian 20 menit. Fase pengembangan diisi dengan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang telah dibahas. Pada fase pengujian setiap siswa secara
individu mengerjakan soal yang telah dipersiapkan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam pertemuan yang sudah dilaksanakan.
1.5.2.2 Pembelajaran pada Kelas Kontrol
Pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sebagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan selama ini bersama guru. Proses pembelajaran pada kelas
konvensional biasa dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran yang sudah berjaan disekolah tersebut, dan peneiti berperang sebagai guru menyajikan pembelajaran
biasa pada kelas kontrol. Dalam kelas kontrol, siswa belajar dan guru mengajar seperti biasanya, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajara dan materi yang akan
dipelajarinya. Pada proses pembelajaran guru mendemostrasi beberapa buah contoh
soal, kemudian guru memberikan tugas kepada kelompok, kepada kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu. Dan kegiatan terahkir ialah
siswa mencatat materi yang telah dijelasin dan tugas yang akan dikerjakan dirumah. Pada kelas kontrol mempelajari materi yang sama yaitu pengertian bangun
segi empat; sifat-sifat bangun segi empat; menentukan garis tinggi sebuah segi tiga. serta menghitung keliling, luas segi tiga, dan segi empat. Setelah semua kegiatan
penelitian dilaksanakan maka kegiatan selanjutnya ialah pengolahan data dan penulisan laporan.
3.6 Jadual Pelaksanaan Penelitian di Kelas