Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda

KOMPOSISI KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND
WHITE YANG DIBERI PAKAN DENGAN
TINGKAT PROTEIN BERBEDA

MOHAMAD WILDAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Karkas
Kelinci Peranakan New Zealand White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein
Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir di skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Mohamad Wildan
NIM D14080266

ABSTRAK
MOHAMAD WILDAN. Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand
White yang Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda. Dibimbing oleh
MUHAMMAD BAIHAQI dan NAHROWI
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas
kelinci peranakan New Zealand White. Sebanyak 15 ekor kelinci persilangan
NZW masa pertumbuhan dengan bobot awal kelinci berkisar antara 982.83
±303.53 g. Pakan penelitian yang digunakan yaitu P1: level protein pakan 12%;
P2: level protein pakan 14%; dan P3: level protein pakan 16%. Desain percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data pertumbuhan
bobot badan harian (PBBH), karakteristik karkas, komposisi karkas, bobot,
persentase, dan distribusi komposisi potongan komersial dianalisis dengan
Analysis of Covariance (ANCOVA). Perlakuan pemberian tingkat protein nayata

mempengaruhi PBBH dimana P2 dan P3 lebih baik dibandingkan P1 namun,
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik karkas, komposisi
karkas, dan distribusi komposisi karkas (otot, lemak, serta tulang). Bobot dan
persentase potongan komersial kelinci tidak berbeda nyata pada potongan (foreleg,
rack, dan hindleg), sedangkan distribusi komposisi karkas pada bagian loin
terdapat pada lemak subkutan. Disimpulkan bahwa penggunaan PK 14% sudah
cukup untuk kelinci peranakan NZW.
Kata kunci: kelinci, komposisi karkas, level protein

ABSTRACT
MOHAMAD WILDAN. Carcass Composition of New Zealand White Rabbit Fed
Diet Certainly Different Level of Crude Protein. Supervised by MUHAMMAD
BAIHAQI and NAHROWI
The Study aimed to evaluate carcass composition of New Zealand White
rabbits fed diet certainly different level og crude protein crosbred. Fifhteen New
Zealand cross rabbit on growth period Average of body weight 982.83±303.53 g
were given three diet treatments i.e. P1: diet containing 12% crude protein; P2:
diet containing 14% crude protein; P3: diet containing 16% crude protein in
randomly. Data of carcass characteristic, carcass composition, weight of carcass,
percentage and distribution of commercial carcass part were analysed with

analysis of covariance (ANCOVA). Different level of crude protein treatments
affected daily gain. However, the treatments did not influence carcass
characteristic, carcass composition, and distribute of carcass composition (muscle,
fat and bone). The weight and of commercial rabbit carcass percentage (foreleg,
rack, and hindleg) were not different. It is concluded that level 14% crude protein
was enough for cross rabbit NZW.
Key words: carcass composition, protein level, rabbit

KOMPOSISI KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND
WHITE YANG DIBERI PAKAN DENGAN
TINGKAT PROTEIN BERBEDA

MOHAMAD WILDAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang
Diberi Pakan dengan Tingkat Protein Berbeda
Nama
: Mohamad Wildan
NIM
: D14080266

Disetujui oleh

M Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
berkat izin-Nyalah sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam
semoga Allah SWT curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga,
para sahabatnya, dan umatnya yang istiqomah terhadap ajaran-Nya. Tema yang
dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 adalah
Komposisi Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White yang diberi Pakan
dengan Tingkat Protein Berbeda.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak M Baihaqi, SPt MSc dan
Bapak Prof Dr Ir Nahrowi, MSc yang telah membantu penyusunan proposal
hingga tahap akhir skripsi ini. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih
juga kepada Bapak Idris Siregar dari PT Indofeed yang telah membantu selama

proses pembuatan pakan berlangsung. Penulis ucapkan terima kasih kepada Toni
P.K, Hendro Siswoyo, Yopy P.G, Fery K.S, Maghfirah Rizki, dan Yoga S yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Mohamad Wildan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu
Bahan
Alat

Prosedur
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2

2
3
4
5
5
6
6
6
12
12
14
15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6


Susunan dan kandungan nutrisi pakan penelitian
Kondisi lingkungan kandang penelitian
Rataan pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan kelinci NZW
Karakteristik karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan
Komposisi karkas kelinci peranakan NZW pada setiap perlakuan
Bobot dan persentase potongan komersial kelinci peranakan NZW pada
setiap perlakuan
7 Persentase distribusi komposisi karkas pada potongan komersial (%)

3
6
7
7
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4

Kelinci peranakan New Zealand White
Pakan penelitian
Kandang pemeliharaan
Kandang individu

2
3
6
6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang sangat cocok
dikembangkan di berbagai negara berkembang. Kelinci mempunyai potensi yang
dapat digunakan sebagai bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan protein
hewani untuk masyarakat, dalam hal ini kelinci dapat dikembangkan sebagai

ternak penghasil daging. Selain itu daging kelinci mempunyai keunggulan
dibandingkan daging asal ternak lainnya yaitu rendahnya kadar kolesterol, tinggi
protein, seratnya pendek dan halus sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh anakanak hingga orang dewasa. Indonesia memiliki kelinci peranakan New Zealand
White yang sudah aditif dan memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan
dengan kelinci impor, oleh sebab itu kelinci peranakan New Zealand White lebih
optimal untuk dikembangkan di Indonesia.
Upaya untuk mengembangkan kelinci peranakan New Zealand White yang
optimal adalah dengan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan nutrient kelinci hendaknya mengikuti pola adaptasi lingkungan
hidupnya. Salah satu nutrient esensial terutama yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan adalah protein. Protein sering dijadikan sebagai faktor acuan dalam
penyusunan ransum (McNamara 2006). Kebutuhan nutrient protein untuk kelinci
peranakan New Zealand White pada fase pertumbuhan belum banyak diketahui
secara pasti karena kelinci peranakan New Zealand White memiliki tingkat
keragaman genetik dan sifat yang sudah adaptif dengan lingkungan tempat
tumbuhnya.
Kebutuhan zat nutrient seperti protein untuk kelinci peranakan New
Zealand White yang sudah beradaptasi di lingkungan tropis pada fase
pertumbuhan masih belum diketahui secara pasti. Informasi kandungan protein
kasar pakan yang sesuai dengan kebutuhan kelinci peranakan New Zealand White
akan sangat bermanfaat bagi peternak untuk lebih secara intensif memberikan
pakan sesuai dengan kebutuhan nutrient sehingga tercapai tingkat produksi yang
efisien dan efektif. Berkenaan hal tersebut maka diperlukan adanya pengkajian
terhadap nilai standar kebutuhan protein kasar pakan yang dilakukan melalui
pendekatan penelitian yang sesuai dengan lingkungan lokal bagi pemenuhan
kebutuhan nutrient kelinci khususnya pada masa pertumbuhan.
Tingkat protein kasar yang tepat dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan
organ dan karkas kelinci (Gidenne et al. 2004). Pemberian level protein yang
tepat dapat mempengaruhi karkas yang dihasilkan. Penelitian ini melihat
komposisi karkas dari kelinci peranakan New Zealand White jantan dengan
pemberian tingkat protein yang berbeda. Hasil dari penelitin ini diharapkan dapat
memberikan manfaat terhadap standar baru bagi kebutuhan level protein bagi
kelinci peranakan New Zealand White Indonesia, dan diharapkan dapat menjadi
solusi untuk mengoptimalkan budidaya kelinci peranakan New Zealand White
Indonesia yang lebih efesien dan efektif.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas kelinci
peranakan New Zealand White jantan dengan pemberian tingkat protein yang
berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dimulai dari pembuatan pakan komplit yang dilakukan di PT.
Indofeed Bogor. Ukuran lubang die yang digunakan untuk mencetak pellet adalah
4 mm. Kelinci yang digunakan pada penilitian ini berupa kelinci peranakan New
Zealand White. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat karkas dari kelinci
peranakan New Zealand White dengan pemberian tingkat protein yang berbeda.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Agustus 2012.
Pemeliharaan dilaksanakan selama 3 bulan dengan masa adaptasi 2 minggu yang
berlokasi di peternakan kelinci Asy-Syabab-Unifarm Komplek Laladon Indah
jalan Bukit Asam Ujung no 31 Bogor. Pembuatan pakan pellet dilakukan di PT.
Indofeed Bogor, Jawa Barat. Pengukuran sifat-sifat karkas dilakukan di
Laboratorium Ruminansia Besar Fakultas Peternakan IPB.
Bahan
Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelinci peranakan New Zealand White
(NZW), masa pertumbuhan dengan rataan bobot awal 982.83 ±303.53 g (gambar
1). Ternak kelinci diperoleh dari para peternak yang berada di daerah Cibanteng,
Desa Purwasari, Desa Tenjolaya, Cibatok, Cipanas, Ciherang, dan Kebun Raya
Bogor. Komposisi pakan penelitian yang digunakan terdiri dari: jagung, onggok,
pollard, CGF, bungkil inti sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, kulit kopi, DCP,
CaCO3, dan premix. Susunan bahan baku dan kandungan nutrisi pakan disajikan
pada Tabel 1.

Gambar 1 Kelinci persilangan NZW

3
Tabel 1 Susunan dan kandungan nutrisi pakan penelitian
P1(PK 12%)
Bahan Baku
Jagung
Onggok
Pollard
Corn Gluten Feed
Bungkil inti sawit
Bungkil kelapa
Bungkil kedele
Kulit Kopi
DCP
CaCO3
Premix
Nutrisi*
Bahan Kering
Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
BETN
NDF**
DE (MJ/kg BK)***

27.10
25.10
7.80
10.10
9.10
8.10
3.75
8.10
0.40
0.35
0.20

P2 (PK 14%)
%
23.08
21.05
9.68
10.05
9.05
10.55
7.79
8.05
0.25
0.42
0.20

92.21
7.29
11.89
16.02
4.79
52.21
37.12
2.87

91.81
6.77
13.81
17.73
5.23
48.25
37.71
2.85

P3 (PK 16%)
19.00
17.00
11.56
10.00
9.00
13.00
11.84
8.00
0.10
0.50
0.20
92.08
6.36
15.85
16.53
5.02
48.31
38.31
2.82

*) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2012). Kandungan pakan berdasarkan as
fed. **) Kandungan pakan dalam 1 kg bahan kering, ***) dihitung berdasarkan rumus Ibrahim et
al. (2011) DE (MJ/kg BK) = 4.36-0.04 x NDF%, P1: pakan dengan kandungan PK 12%, P2:
pakandengan kandungan PK 14%, P3: pakan dengan kandungan PK 16%.

Pakan perlakuan penelitian ini meliputi (Gambar 2) :
P1: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 12%
P2: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 14%
P3: Pakan komplit dengan kandungan protein kasar 16%

(a) P1

(b) P2
Gambar 2 Pakan penelitian

(c) P3

Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 15 unit kandang
individu dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm, tinggi 75 cm, 15 unit tempat
pakan dengan ukuran diameter 12 cm tinggi 5 cm dan tempat minum, gelas takar,

4
timbangan, kertas pencatatan, alat tulis, satu set pisau karkas, cutter, gunting,
nampan, timbangan digital, serta plastik.
Prosedur
Pembuatan Pakan Ternak
Ransum perlakuan pertama-tama diformulasikan dengan menggunakan
software Winfeed 2.8. Ransum dibuat di pabrik pakan PT Indofeed Bogor Jawa
Barat dalam bentuk pellet berdiamter 4 mm. Ransum kemudian dianalisis di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Persiapan Kandang
Kandang terbuat dari balok, kayu, dan kawat. Kandang individu dengan
ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 60 x 60 x 75 cm, 15 unit tempat pakan
dengan ukuran diameter 12 cm tinggi 5 cm, dan tempat minum.
Persiapan Ternak
Proses seleksi ternak sejak pembelian ternak berlangsung dengan memilih
kriteria kelinci yang memiliki warna fur putih dengan bobot badan yang relatif
seragam dari jenis kelinci NZW. Setelah itu di lakukan adaptasi pakan dan
adaptasi lingkungan. Selama adaptasi ternak dimasukan ke dalam kandang
individu. Adaptasi ransum perlakuan mulai diberikan sedikit demi sedikit kepada
ternak selama 2 minggu.
Pemeliharaan Ternak
Selama penelitian, pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul
07.00-09.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.30 WIB. Sebelum pakan diberikan
kepada kelinci, pakan terlebih dahulu ditimbang dan dimasukkan ke mangkok
keramik putih. Pakan yang diberikan pada awal penelitian yaitu sebanyak 120 g
hari -1. Pemberian pakan berubah disesuaikan dengan perbedaan sifat konsumsi
dari masing-masing kelinci. Pemberian air minum ad libitum pada tempat minum
dengan volume 500 mL. Sisa pakan ditimbang setiap pagi hari. Air minum yang
diberikan ditakar dan dihitung sisanya setiap pagi hari.
Penimbangan bobot badan dilakukan 1 kali dalam seminggu pada pagi hari.
Pembersihan kotoran dilakukan setiap sore hari. Pemeriksaan kesehatan ternak
dilakukan setiap pagi hari. Pengukuran suhu lingkungan dilakukan setiap hari
agar mengetahui keadaan lingkungan ternak. Perhitungan suhu dan kelembaban
udara kandang dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB, 17.00 WIB, dan
20.00 WIB.
Cara Pemotongan Kelinci dan Indentifikasi Kualitas Karkas
Kelenci peranakan NZW dilakukan pemuasaan terlebih dahulu selama 24
jam sembelum penyembelihan. Penyembelihan kelinci dilakukan dengan cara
memotong leher tepat pada trachea, vena jugularis, arteri carotis, dan esophagus.
Darah hasil pemotongan ditampung kedalam plastik untuk mengetahui persentase
darahnya.
Karkas diperoleh dengan cara melepaskan kulit, kaki, kepala, dan organorgan tubuh lainnya. Karkas segera ditimbang bobotnya dengan kantung plastik

5
dan disimpan di dalam alat pendingin. Karkas dipotong-potong menjadi potongan
komersial kaki belakang, pinggang, dada-leher, dan kaki depan. Semua potongan
diuraikan menjadi otot, lemak, dan tulang (Herman 1989).
Analisis Data
Desain percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak kelompok (RAK), perlakuan pada penelitian ini ialah jumlah pemberian
protein yang berbeda (P1, P2 dan P3). Masing-masing taraf perlakuan terdiri atas
5 kali ulangan.). Adapun model matematika yang digunakan adalah sebagai
berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Yijk = µ + Ai + Bk +ijk
Keterangan :
Yijk
= Pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan kelompok
ke-k

= Nilai rataan umum
Ai
= Pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bk
= Pengaruhkelompok ke-k
ijk
= Pengaruh galat pada faktor A taraf ke-i, dan kelompok ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan ANCOVA, jika terdapat perbedaan yang
nyata, maka dilakukan dengan uji Duncan.
Peubah yang Diamati
1.

Bobot potong : Bobot potong kelinci ditimbang sesaat sebelum kelinci
dipotong (g).
2. Bobot karkas : Bobot karkas ditimbang setelah kelinci dipotong, dikuliti lalu
dikurangi darah, kepala, kaki bagian bawah, hati, ekor, saluran pencernaan,
dan isi rongga dada kecuali ginjal (g).
3. Bobot potong komersial : Bobot potongan komersial didapat dengan cara
memotong karkas kelinci menjadi potongan komersialnya lalu ditimbang
dengan alat timbangan. Potongan komersial terdiri dari foreleg, rack, loin,
dan hindleg.
4. Bobot komponen karkas, meliputi bobot daging, lemak, dan tulang (g) :
Bobot komponen karkas ditimbang dengan cara memisahkan masing-masing
komponen karkas terlebih terdiri dari daging, lemak, dan tulang selanjutnya
bobotnya ditimbang dengan alat timbangan.
5. Rasio daging dan tulang, yaitu perbandingan bobot daging dengan tulang (g) :
Rasio daging dan tulang dihitung dengan cara membandingkan antara bobot
tulang yang dihasilkan dengan daging yang dihasilkan.
6. Proporsi karkas dan potongan komersial (%)
Proporsi karkas
= (Bobot karkas/ Bobot potong) x 100%
Proporsi Potongan Komersial
= (Bobot komersial/ Bobot karkas) x 100%

7
Tabel 3 Rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan konversi pakan
kelinci peranakan NZW
Perlakuan
PBBH g ekor-1 hari -1
Konversi Pakan
P1
9.53±1.96a
7.37±1.96
P2
12.89±3.46b
6.63±3.46
P3
12.97±2.20b
6.11±2.20
Rataan
11.80±2.54
7.37±2.24
Keterangan : P1 = protein 12 % ; P2 = protein 14 % ; P3 = Protein 14 %

Angka yang di sertai huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukan berberda nyata (P0.05). Bobot karkas dingin
mempengaruhi nilai lebih rendah dibandingkan bobot karkas panas karena
adanya penyusutan saat pendinginan dalam cooler. Muryanto dan Prawirodigdo
(1993) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi
persentase bobot karkasnya.
Pengaruh yang tidak nyata pada penelitian ini disebabkan karena rataan
bobot potong yang juga tidak bebeda nyata sehingga bobot karkas yang dihasilkan
tidak berbeda nyata pula. Produksi karkas berhubungan dengan bobot badan
karena peningkatan bobot badan akan diikuti dengan peningkatan bobot potong
dan bobot karkas. Penelitian ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Hutajulu dan Yunilas (2007) yang menghasilkan rataan bobot karkas
panas sebesar 935.32 g.
Persentase Karkas
Persentase karkas merupakan indikator nilai karkas yang biasanya
digunakan sebagai indikator komersil paling awal setelah penyembelihan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kelinci peranakan NZW yang dipelihara
menggunakan pakan tingkat protein berbeda (P1, P2, dan P3) memberikan respon
yang tidak berbeda nyata pada persentase karkas (P>0.05). Data rataan persentase
karkas panas dan dingin terhadap bobot potong yang didapatkan dalam penelitian
ini adalah sebesar 49.25% dan 48.95 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan
laporan Farell dan Rahardjo (1984) yang menyatakan bahwa rataan persentase
bobot karkas yang diperoleh berkisar antara 43%-52%. Persentase karkas yang
dinyatakan oleh Gillespie (2004) bahwa dengan bobot hidup sekitar 1.8-2.1 kg
menghasilkan produksi karkas yang berkualitas baik, dengan persentase karkas
sebesar 50 % - 59%.

9
Persentase karkas yang tidak berbeda nyata ini dapat disebabkan oleh
bobot karkas dan juga bobot potong pada tiap-tiap perlakuan yang juga tidak
berbeda nyata, sehingga didapatkan persentase karkas yang tidak berbeda nyata
pula. Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot potong, sesuai dengan pendapat
Eviaty (1982) yang menyatakan bahwa persentase karkas kelinci lokal akan
bertambah seiring dengan peningkatan bobot potong. Hasil Penelitiaan
menunjukan karakteristik karkas peranakan NZW secara statistik bahwa
penggunaan PK 14% sudah cukup untuk kelinci peranakan NZW karena
menghasilkan karakteristik karkas yang sama seperti PK 16%.
Komposisi Karkas

Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi
komposisi jaringan daging, lemak, tulang dan jaringan ikat. Hasil penelitian
menunjukan rataan komposisi karkas yang terbesar otot, lemak, dan tulang di
tampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi karkas kelinci peranakan NZWpada setiap perlakuan
Variabel
Perlakuan
Rataan
P1
P2
P3
g
Otot
531.96±194.19 595.40±255.53 607.10±163.91 578.15±204.54
Lemak
45.44±30.25
69.26±58.09
87.22±41.55
67.31±43.30
Tulang
141.54±26.78
141.56±16.70
154.50±23.17 145.87±22.22
%
Otot
67.91±6.28
66.97±6.46
68.61±3.01
67.83±5.25
Lemak
5.51±2.69
6.87±3.96
9.44±2.97
7.27±3.21
Tulang
19.20±3.70
18.12±6.28
18.98±8.05
18.7±6.01
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelinci lokal yang dipelihara dengan
pemberian pakan yang berbeda (P1, P2, dan P3) memberikan respon yang tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap komposisi karkas. Data pada Tabel 5
menunjukkan bahwa komposisi karkas terbesar terdapat pada otot kemudian
tulang dan diikuti oleh lemak. Hasil yang tidak berbeda nyata ini dikarenakan
bobot potong, bobot tubuh kosong dan bobot karkas yang juga tidak berbeda
nyata pada setiap perlakuan tingkat pemberian tingkat protein berbeda. Oleh
karena itu bobot daging, lemak dan tulang tidak berbeda nyata. Nilai rata-rata
komposisi penyusun karkas terbesar adalah otot (67.83%), kemudian tulang
(18.7%) dan lemak (7.27%). Secara statistik menyatakan tidak berbeda nyata,
namun kelinci yang diberi pakan protein yang lebih tinggi 16% menghasilkan
komposisi karkas yang cenderung lebih tinggi yaitu otot (68.61%), tulang
(18.98%), dan lemak (9.44%). Komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot,
tulang dan lemak (Berg et al. 1978). Kualitas karkas sangat ditentukan oleh
imbangan ketiga komponen tersebut. Tulang sebagai kerangka tubuh, merupakan
komponen karkas yang tumbuh dan berkembang paling dini, kemudian disusul
oleh otot dan yang paling terakhir adalah jaringan lemak (Soeparno 1992).

10
Potongan komersial
Pemotongan bagian karkas kelinci berdasarkan pada irisan komersial.
Irisan komersial karkas kelinci terdiri atas 4 potongan irisan. Irisan tersebut adalah
potongan irisan paha depan (foreleg), potongan irisan dada (rack), potongan irisan
pinggang (loin), dan potongan irisan paha belakang (hindleg). Data hasil bobot
pemotongan dan persentase potongan komersil peranakan NZW dapat di lihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Bobot dan persentase potongan komersial kelinci peranakan NZW pada
setiap perlakuan
Variabel
Perlakuan
Rataan
P1
P2
P3
g
Foreleg
119.08±35.69
139.28±64.28 132.96±33.33 130.44±44.43
Rack
165.60±66.04
182.78±64.07 203.02±33.29 183.80±54.47
Loin
196.46±77.13 235.54±111.82 236.52±66.27 222.84±85.07
Hindleg
274.68±80.13
314.48±84.95 313.26±66.79 300.81±77.29
%
Foreleg
15.55±1.78
15.83±1.90
15.17±1.03
15.52±1.57
Rack
21.00±2.62
21.39±2.47
23.55±2.63
21.99±2.57
Loin
25.02±3.20
26.40±3.26
26.69±2.57
26.04±3.01
Hindleg
35.89±2.34
37.83±5.78
35.95±2.30
36.56±3.47
Hasil analisa secara statistik terhadap bobot potongan komersial dengan
pemberian tingkat protein yang berbeda pada kelinci persilangan NZW pada
penelitian ini menunjukkan respon yang tidak berpengaruh nyata (P>0.05). Hasil
tersebut dapat disebabkan karena bobot potong, bobot tubuh kosong, dan bobot
karkas yang juga tidak berbeda nyata sehingga menghasilkan respon yang tidak
berbeda nyata pula terhadap bobot potong dan persentase potongan komersil
kelinci persilngan peranakan NZW. Data rata-rata hasil penelitian menunjukan
nilai sebagai berikut foreleg (15.52%), rack (21.99%), loin (26.04%) dan hindleg
(36.56%). Hasil persentase potongan komersial yang didapatkan penelitian ini
berbeda dengan yang di dapatkan oleh Herman (1989) yaitu hindleg sebesar 40%,
loin sebesar 22.10%, rack sebesar 11.68% dan foreleg sebesar 29%, penelitian
ini juga mendapatkan proporsi hasil yang sama yaitu potongan komersial terbesar
adalah bagian hindleg, sedangkan pesentase yang terendah terdapat pada bagian
foreleg. Hal ini karena bagian paha belakang merupakan bagian penghasil daging
yang terbesar pada ternak kelinci. Penelitian Metzger et al (2005) menyatakan
bahwa perbedaan pada bagian foreleg disebabkan bagian tersebut paling banyak
memiliki tulang namun sedikit otot. Potongan komersial seperti loin dan hindleg
merupakan potongan bernilai ekonomis tertinggi dibandingkan potongan foreleg
dan rack. Evaluasi karkas berdasarkan proporsi potongan komersialnya dapat
memberikan gambaran hasil akhir secara ekonomis.

11
Distribusi Komposisi Karkas pada Potongan Komersial
Komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot, tulang dan lemak.
Kualitas karkas sangat ditentukan oleh imbangan ketiga komponen tersebut. Hasil
distribusi karkas pada potongan komersial dapat lihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 Persentase distribusi komposisi karkas pada potongan komersial (%)
Variabel
Perlakuan
Rataan
P1
P2
P3
Foreleg

Rack

Loin

Hindleg

Otot
Tulang
Lemak S
Lemak I
Otot
Tulang
Lemak S
Lemak I
Otot
Tulang
Lemak S
Lemak I
Otot
Tulang
Lemak S
Lemak I

Keterangan :

10.55±3.68
2.86±0.50
1.03±0.64
0.56±0.47
12.45±2.59
6.05±0.89
0.29±0.23
0.62±0.48
17.76±2.20
3.84±0.82
0.19±0.32A
2.28±1.45
27.45±2.20
6.45±1.60
0.35±0.31
0.20±0.12

12.06±5.77
2.65±0.86
1.26±0.75
0.63±0.81
12.88±1.40
5.58±2.04
0.50±0.47
0.81±0.47
18.59±1.64
3.02±0.80
0.84±1.21B
2.32±2.28
29.24±1.64
6.87±2.76
0.20±0.19
0.31±0.18

8.26±1.06
2.53±0.66
2.07±1.17
0.47±0.14
12.58±2.10
7.51±4.97
1.24±0.74
0.85±0.55
18.80±1.24
3.07±0.86
0.22±0.17A
3.62±1.52
27.83±1.24
5.99±1.89
0.13±0.16
0.85±0.56

10.29±3.50
2.68±0.67
1.45±0.86
0.55±0.47
12.64±2.03
6.38±2.63
0.68±0.48
0.76±0.50
18.39±1.69
3.31±0.83
0.42±0.57
2.74±1.75
28.17±1.93
6.44±2.08
0.23±0.22
0.45±0.29

Angka distribusi yang berbeda nyata pada loin yang sama menunjukan berbeda
sangat nyata (P0.05) terhadap distribusi jaringan karkas pada
potongan komersial bagian foreleg, rack, dan hindleg. Akan tetapi pada bagian
potongan komersil Loin pada jaringan lemak subkutan memberikan respon
berpengaruh nyata (P