Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Jember

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECUKUPAN KALSIUM PADA IBU HAMIL
DI KABUPATEN JEMBER

GALIH PURNASARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil di Kabupaten Jember
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016

Galih Purnasari
I151140071

RINGKASAN
GALIH PURNASARI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan
Kalsium pada Ibu Hamil di Kabupaten Jember. Dibimbing oleh DODIK
BRIAWAN dan CESILIA METI DWIRIANI.
Kebutuhan kalsium meningkat selama hamil. Selain penting bagi
kesehatan tulang ibu dan janin, asupan kalsium yang cukup dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi selama kehamilan termasuk preeklampsia. Hipertensi
dalam kehamilan (HDK) merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian
ibu di Indonesia. World Health Organization (WHO) merekomendasikan
suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari bagi ibu hamil sebagai bagian dari
antenatal care (ANC) untuk pencegahan preeklampsia. Meskipun demikian,
rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kementrian Kesehatan RI.
Beberapa daerah di Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu
hamil, salah satunya adalah Kabupaten Jember. Belum banyak data mengenai

pelaksanaan suplementasi kalsium. Selama ini informasi mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi suplemen kalsium dan informasi
mengenai tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia masih terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan
dengan kecukupan kalsium pada ibu hamil. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1)
menganalisis kepatuhan dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu
hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium, 2) menganalisis asupan kalsium
dari pangan dan faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium dari pangan
pada ibu hamil, 3) menganalisis tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil, 4)
menganalisis kontribusi suplemen kalsium dan asupan kalsium pangan terhadap
tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil, 5) menganalisis karakteristik petugas
kesehatan, pengetahuan dan praktik petugas kesehatan dalam suplementasi
kalsium pada ibu hamil.
Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Januari minggu kedua sampai Februari minggu kedua
tahun 2016 di Puskesmas Sumbersari dan Puskesmas Ambulu, Kabupaten Jember.
Subjek penelitian ini adalah ibu hamil dan petugas kesehatan. Sebanyak 96 ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan ANC dan 19 petugas kesehatan di kedua
puskesmas tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Kriteria inklusi yang
ditetapkan untuk ibu hamil adalah pernah mendapatkan suplemen kalsium dari

puskesmas. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner baik
pada ibu hamil dan petugas kesehatan. Analisis statistik yang digunakan adalah
analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square dan multivariat
menggunakan Regresi Logistik.
Seluruh subjek ibu hamil (100%) mengonsumsi suplemen kalsium, namun
ibu hamil yang patuh mengonsumsi suplemen kalsium kurang dari setengahnya
(47.9%). Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan ibu
hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium adalah usia ibu (p=0.039), tingkat
pendidikan (p=0.045), adanya dukungan keluarga dalam mengonsumsi suplemen
kalsium (p=0.004), jumlah tablet kalsium yang diterima (p=0.018), dan manfaat
suplemen kalsium yang dirasakan (p=0.041). Hasil analisis multivariat

menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil
dalam mengonsumsi suplemen kalsium adalah adanya dukungan keluarga dalam
mengonsumsi suplemen kalsium (OR= 3.953, 95% CI: 1.522-10.265) dan manfaat
suplemen kalsium yang dirasakan (OR= 3.020, 95% CI: 1.219-7.481).
Median asupan kalsium dari pangan yang dikonsumsi subjek dalam
penelitian ini adalah 649.9 mg/hari. Median asupan kalsium suplemen sebesar
25.7 mg/hari. Suplemen kalsium yang dikonsumsi subjek berasal dari suplemen
dari puskesmas dan suplemen yang dibeli secara mandiri. Asupan kalsium pangan

memenuhi 67.6% estimated average requirement (EAR) kalsium dan tingkat
kecukupan kalsium sebagian besar subjek (81.2%) tergolong defisit. Suplemen
kalsium dari puskesmas hanya memenuhi 2.6% EAR kalsium. Median asupan
kalsium total (yang berasal dari pangan dan suplemen) sebesar 711.2 mg/hari.
Setelah total asupan kalsium dibandingkan dengan EAR, tingkat kecukupan
kalsium sebagian besar subjek (76.1%) masih tergolong rendah (70.6% EAR). Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil dalam penelitian ini memiliki
tingkat kecukupan kalsium yang berada dalam kategori defisit dan kontribusi
suplemen kalsium program tidak besar. Suplementasi kalsium merupakan hal
yang penting untuk mencukupi kebutuhan kalsium.
Lebih dari setengah subjek petugas kesehatan (57.9%) memiliki
pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dalam
kategori kurang. Beberapa petugas (10.5%) tidak memberikan suplemen kalsium
pada ibu hamil. Tablet kalsium yang diberikan kepada ibu hamil jumlahnya dapat
berbeda-beda, minimal 6 tablet dan maksimal 30 tablet. Tablet kalsium dari
puskesmas adalah kalsium laktat 500 mg yang hanya mengandung 77 mg kalsium
elemental, jumlah ini masih jauh dari anjuran suplementasi kalsium WHO.
Sementara itu sebagian besar subjek (80.2%) mengonsumsi suplemen kalsium
program sebagai satu-satunya suplemen kalsium selama kehamilan. Hal ini
menunjukkan bahwa suplemen kalsium program memegang peranan penting

dalam memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil dan dalam upaya pencegahan
HDK.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dapat
meningkatkan kepatuhan ibu hamil sehingga perlu untuk melibatkan keluarga
dalam kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil. Perlu adanya panduan
suplementasi kalsium dari pemerintah dan upaya meningkatkan pangan sumber
kalsium pada ibu hamil. Optimalisasi program suplementasi kalsium perlu
dilakukan melalui dukungan berbagai pihak yaitu pemerintah, fasilitas kesehatan,
komunitas, keluarga, dan ibu hamil sendiri agar program ini dapat berjalan efektif.
Kata kunci: ibu hamil, kepatuhan, suplemen kalsium

SUMMARY
GALIH PURNASARI. Factors Related to Calcium Adequacy among Pregnant
Women in Jember Regency. Supervised by DODIK BRIAWAN and CESILIA
METI DWIRIANI.
Calcium requirement increases during pregnancy. Besides it is important
for the bone health of mother and her baby, adequate calcium intake can decrease
the risk of hypertensive disorder in pregnancy including preeclampsia.
Hypertensive disorder in pregnancy is one of the three main causes of maternal
mortality in Indonesia. World Health Organization (WHO) recommended

integrating 1500-2000 mg calcium supplements a day as a part of antenatal
micronutrient supplementation program to prevent preeclampsia. Though, this
recommendation hasn‟t been become mandatory program of Ministry of Health,
Indonesia. Some areas in Indonesia have calcium supplementation program for
pregnant woman, one of them is Jember Regency. Information about calcium
supplementation implementation was still limited. There was not only limited
information also about factors related to calcium supplements compliance, but
also calcium adequacy in pregnant women in Indonesia.
The objective of this study was to analyze factors related to calcium
adequacy level of pregnant women.The specific objectives of this study were: 1)
to analyze calcium supplement compliance of pregnant women and factors
related to calcium supplement compliance of pregnant women, 2) to analyze
calcium intake and factors related to calcium intake of pregnant women, 3) to
analyze calcium adequacy level of pregnant women, 4) to analyze the contribution
of calcium intake and calcium supplements to calcium adequacy level of pregnant
women, 5) to analyze health worker‟s characteristics, knowledge, and practices on
calcium supplementation program.
The cross sectional study was conducted in Sumbersari and Ambulu
Community Health Centre, Jember Regency, within the second week of January
until the second week of February 2016. The subjects of the research were

pregnant women and health workers. There were 96 purposively selected pregnant
women who took antenatal care (ANC) at that two community health centre and
19 health workers of that two community health centre. Inclusive criteria for the
pregnant women were those who had received calcium supplements from the
community health centre. Data was collected by interviewing and using structured
questionnaire. Data was analyzed by using univariate analysis, bivariate analysis
(Chi Square test) and multivariate analysis (Logistic Regression).
All of the pregnant women (100%) consumed the calcium supplements,
but only less than a half of the pregnant women was comply consume the
supplements (47.9%). Age (p=0.039), education level (p=0.045), family support
in consuming calcium supplements (p=0.004), the number of calcium
supplements received (p=0.0018), and perceived calcium benefits(p=0.041) were
significantly correlated to pregnant women‟s compliance in consuming the
supplements. Influential factors to calcium supplements compliance were family
support (OR= 3.404; 95% CI: 1.286–9.010) and perceived calcium benefits (OR=
3.020; 95% CI: 1.219-7.481).

The median of calcium intake from food was 649.9 mg/day. The median
of calcium intake from supplements was 25.7 mg/day. Calcium supplements
consumed by subjects consist of supplement from community health centre and

self-bought supplements. Calcium intake from foods fulfilled 67.7% EAR, and
most of the subjects (81.2%) have a low calcium adequacy level. The contribution
of calcium intake from calcium supplements from community health centre was
only 2.6% EAR. The median of total calcium intake from foods and supplements
was 711.2 mg/day. After comparing total calcium intake with estimated average
requirement (EAR), most of the subjects‟ calcium adequacy level (76.1%) was
low (70.6% EAR). These results showed that most of the pregnant women in this
research have low calcium adequacy level and the contribution calcium
supplement in fulfilling the calcium requirement was low.
More than half health workers (57.9%) have low knowledge about calcium
adequacy and calcium supplementation. Some of the health workers (10.5%) did
not give calcium supplement to the pregnant women. The number of the given
calcium supplements could be different from one to another, minimum 6 tablets
and maximum 30 tablets. Calcium supplements from community health centre
was 500 mg calcium lactate which has only 77 mg elemental calcium, this amount
was still less than the amount of recommended calcium supplementation from
WHO. On the other hand, most of the pregnant women (80.2%) consumed the
government calcium supplements as the only calcium supplement during their
pregnancy. These results indicated that government calcium supplements hold an
important role to meet the requirement of calcium and calcium supplements were

needed to prevent pregnant women from low calcium intake consequences such as
hypertensive disorder of pregnancy.
This study implies that family support can improve compliance among the
pregnant women, then it is necessary to bring their relative in ANC visit. There
should be a calcium supplementation guidance from government and interventions
to increase calcium intake to promote optimal nutrition in pregnant women. It is
important to optimize calcium supplementation program in Indonesia through
supports from government, health facilities, community, family, and pregnant
women also.
Keywords: calcium adequacy, calcium supplement, compliance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECUKUPAN KALSIUM PADA IBU HAMIL
DI KABUPATEN JEMBER

GALIH PURNASARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada UjianTesis :
Dr Rr Dhian Probhoyekti Dipo, SKM MA


Judul Tesis
Nama
NIM

: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecukupan kalsium
pada ibu hamil di Kabupaten Jember
: Galih Purnasari
: I151140071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN
Ketua

Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Gizi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Agustus 2016

Tanggal Lulus:

ii

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas izin-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku ketua komisi pembimbing sekaligus
ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Gizi.
2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing.
3. Dr. Rr. Dhian Probhoyekti Dipo, SKM, MA selaku penguji tesis.
4. Kemdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan melalui Beasiswa
Pendidikan Indonesia Dalam Negeri (BPI-DN) Calon Dosen 2014.
5. Orang tua, Bapak H.M. Zamzami Rowi, Ibu Luh Putu Eka Martiningsih, dan
Ibu Siti Mukarromatin, serta kakak dan adik-adik, Galuh Wijayanti, Gilang
Febriani, dan Ghufroni Amali yang selalu memberikan doa dan dukungan.
6. Suami, Andhy Kusuma Wijaya yang telah memperkenankan penulis untuk
melanjutkan studi, senantiasa memberikan semangat, doa, serta dukungan
selama studi dan penyelesaian tesis ini.
7. Teman–teman Pascasarjana Ilmu Gizi angkatan 2014 dan Kos Pondok Cemara
atas persahabatan dan semangatnya.
8. Pihak–pihak lain yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam
penelitian ini
Diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2016

Galih Purnasari

iii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Asupan Kalsium dan Tekanan Darah Ibu Hamil
Program Suplementasi Kalsium untuk Ibu hamil
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium
3 KERANGKA PEMIKIRAN
4 METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Jumlah dan Teknik Penarikan Subjek
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Jember
Karakteristik Ibu Hamil
Pengetahuan Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi Kalsium
Konsumsi, Efek Samping dan Manfaat Suplemen Kalsium
Dukungan Keluarga dalam Mengonsumsi Tablet Kalsium
Kualitas Konseling Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi
Kalsium
Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Suplemen Kalsium
Tingkat Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil
Asupan Kalsium dari Pangan
Asupan Kalsium dari Suplemen
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengonsumsi Suplemen Kalsium
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Kalsium dari Pangan
Kontribusi Asupan Kalsium Pangan dan Suplemen terhadap Tingkat
Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil
Petugas Kesehatan dalam Program Suplementasi Kalsium Ibu Hamil

iii
iv
v
v
1
1
3
3
4

4
4
7
7

11
13
13
13
14
14
18

21
21
22
24
26
28
29
32
33
34
36
36
41
42
44

iv

Pelaksanaan Program Suplementasi Kalsium pada Ibu Hamil di
Puskesmas Ambulu dan Sumbersari serta Kabupaten Jember
Keterbatasan Penelitian
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

50
51

52
52
52

54
59
62

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

AKG 2013 dan EAR kalsium pada ibu hamil berdasarkan kelompok usia
Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data
Sebaran subjek berdasarkan karakteristik
Persentase subjek menjawab tepat pernyataan pengetahuan mengenai
kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium pada ibu hamil
5 Rata-rata suplemen kalsium (butir) yang diterima dan dikonsumsi subjek
6 Sebaran subjek berdasarkan efek samping yang dirasakan
7 Sebaran subjek berdasarka manfaat yang dirasakan
8 Sebarab subjek berdasarkan dukungan keluarga
9 Sebaran subjek berdasarkan nasihat mengenai kecukupan kalsium dan
suplementasi kalsium yang diterima dari petugas kesehatan
10 Sebaran subjek berdasarkan jumlah dari jenis nasihat yang diterima dari
petugas kesehatan
11 Isi nasihat mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dari
petugas kesehatan
12 Sebaran subjek berdasarkan kategori kualitas konseling
13 Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen kasium yang dikonsumsi
selama kehamilan
14 Sebaran subjek berdasarkan alasan tidak patuh
15 Frekuensi dan berat pangan sumber kalsium yang dikonsumsi >50% subjek
per minggu
16 Hubungan antar variabel dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi
suplemen kalsium
17 Hubungan antar variabel dengan asupan kalsium dari pangan
18 Sebaran petugas kesehatan berdasarkan karakteristik
19 Jawaban petugas kesehatan atas pertanyaan pengetahuan gizi mengenai
kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium
20 Sebaran praktik petugas kesehatan dalam suplementasi kalsium

6
14
24
24
26
27
28
29
29
30
30
31
32
33
34
40
41
44
46
49

v

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Sebaran subjek berdasarkan kategori pengetahuan mengenai kecukupan
kalsium dan suplementasi kalsium
3 Sebaran subjek berdasarkan dukungan keluarga yang didapat
4 Sebaran kepatuhan subjek dalam mengonsumsi suplemen kalsium
5 Kontribusi tiap kelompok pangan terhadap EAR kalsium
6 Sebaran subjek berdasarkan kategori asupan kalsium dari pangan
7 Kontribusi (%) kalsium pangan dan suplemen terhadap pemenuhan EAR
kalsium
8 Sebaran tingkat pengetahuan subjek petugas kesehatan mengenai
kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium

12
26
28
33
35
42
43
48

DAFTAR LAMPIRAN
1 Ethical clearance
2 Hasil regresi logistik
3 Riwayat hidup

60
61
62

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah
meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan menurunkan angka kematian ibu
(AKI) hamil hingga tiga per empat di tahun 2015 dan tercapainya akses akan
kesehatan reproduksi. Di seluruh dunia, sekitar 300 000 ibu meninggal di tahun
2013 sebagai akibat dari komplikasi kehamilan dan saat melahirkan (United
Nations 2014). Hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk di dalamnya
preeklampsia merupakan penyebab utama nomor dua kematian ibu di seluruh
dunia (Say et al. 2014).
Salah satu kegagalan pencapaian MDGs Indonesia adalah masih tingginya
AKI. Pada tahun 2015 target MDGs untuk indikator AKI adalah 102 per 100 000
kelahiran, namun data terakhir di tahun 2012 AKI masih 359 (BKKBN 2013;
Kemenkes RI 2014). Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh tiga penyebab
utama yaitu HDK, perdarahan dan infeksi. Hipertensi dalam kehamilan
proporsinya semakin meningkat, dari 20% di tahun 2007 menjadi hampir 30% di
tahun 2011 (Kemeskes RI 2010 dan Direktorat Bina Gizi dan KIA 2013).
Hipertensi dalam kehamilan mengacu pada hipertensi (tekanan darah ≥140/90
mmHg) pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi kronis atau
penyakit ginjal dan tidak mengalami hipertensi maupun proteinuria sebelum
kehamilan 20 minggu (American College of Obstetricians and Gynecologists
1990).
Kebutuhan kalsium meningkat selama kehamilan. Selain penting bagi
kesehatan tulang ibu dan janin, diketahui pula asupan kalsium yang cukup dapat
mengurangi kejadian HDK, suplementasi kalsium dapat mengurangi risiko
preeklampsia dan mencegah kelahiran prematur (Camargo et al. 2013). Penelitian
Belizan dan Villar (1980) menunjukkan bahwa rata–rata asupan kalsium ibu hamil
di Kolombia tergolong rendah, yaitu sebesar 240 mg/hari dan kejadian
preeklampsia tergolong tinggi yaitu sebanyak 1.59 dari 1000 kelahiran. Berbeda
halnya dengan yang terjadi di Guatemala, dimana wanita hamil di pedesaan
memiliki asupan energi, protein, dan vitamin yang rendah namun tinggi kalsium
(1100 mg/hari) sehingga kejadian preeklampsia tergolong rendah (0.4 dari 1000
kelahiran).
Wanita hamil di negara berkembang umumnya memiliki asupan kalsium
yang rendah. Penelitian di Kamerun menunjukkan sebanyak 94.6% ibu hamil
memiliki asupan kalsium yang inadekuat, median asupan ibu hamil hanya
memenuhi 62.3% angka kecukupan gizi (AKG) kalsium yang dianjurkan (Agueh
et al. 2015). Berdasarkan penelitian di daerah selatan Thailand, tampak bahwa
sebanyak 55% ibu hamil memiliki asupan kalsium inadekuat dengan rata–rata
asupan kalsium sebesar 493.2 mg/hari yang setara dengan 61.7% AKG kalsium
masyarakat Thailand (Sukchan et al. 2010). Penelitian Sacco et al. (2003) di Peru
menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil yang memiliki asupan kalsium
inadekuat sebesar 86%. Sebuah studi yang dilakukan sehabis krisis moneter di
Indonesia menunjukkan rata–rata asupan kalsium ibu hamil sebesar 360±140
mg/hari dan 96% ibu hamil memiliki asupan kalsium inadekuat (Hartini et al.
2003).

2

Cochrane Database of Systematic Reviews tahun 2014 mengenai
suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi pada ibu hamil menunjukkan
bahwa ibu hamil yang menerima suplementasi kalsium mengalami risiko lebih
rendah terhadap hipertensi (RR=0.65, 95% CI, 0.53-0.81) dan preeklampsia
(RR=0.45, 95% CI, 0.31-0.65) dibandingkan dengan yang mendapat placebo.
Efek positif ini terutama pada ibu hamil dengan asupan kalsium baseline yang
rendah (RR=0.36, 95% CI, 0.20-0.65) (Hofmeyr et al. 2014). World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan suplementasi kalsium 1500-2000
mg/hari pada populasi dengan asupan kalsium rendah sebagai bagian dari
antenatal care (ANC) sebagai pencegahan preeklampsia pada ibu hamil, terutama
pada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi hipertensi (WHO 2013). Sesuai
dengan rekomendasi WHO, di Indonesia telah ada anjuran suplementasi kalsium
sebesar 1500-2000 mg/hari pada area dengan asupan kalsium rendah sebagai
pencegahan preeklampsia sebagaimana tertuang dalam Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO,
POGI, IBI 2013). Meskipun demikian, anjuran ini belum menjadi program wajib
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI. Beberapa daerah di Indonesia memiliki
program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya adalah Kabupaten
Jember. Pelaksanaan suplementasi kalsium di puskesmas tidak selalu sama dalam
hal waktu dan jumlah pemberian suplemen kalsium.
Kepatuhan ibu hamil mengonsumsi suplemen selama kehamilan menjadi
salah satu tantangan yang paling sering ditemui dalam mencapai pelaksanaan
program suplementasi mikronutrien yang efektif (Yip 2002; Sanghvi et al. 2010;
Martin et al. 2016). Pendikan gizi dan konseling selama kehamilan digunakan
secara luas untuk memperbaiki status gizi ibu hamil. Systematic review dan metaanalysis mengenai pengaruh pendidikan gizi dan konseling selama kehamilan
menunjukkan adanya peningkatan outcome kesehatan ibu dan bayi, termasuk
meningkatnya kepatuhan mengonsumsi suplemen yang dianjurkan dan
peningkatan asupan gizi ibu hamil (Girard dan Olude 2012). Petugas kesehatan
berperan dalam pendidikan gizi dan konseling ibu hamil kaitannya dalam
meningkatkan pengetahuan ibu (Camargo et al. 2013, Agueh et al. 2015).
Konseling mengenai suplementasi kalsium dan HDK yang dilakukan dengan baik
oleh petugas diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam
mengonsumsi suplemen kalsium. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan kalsium
ibu hamil dan dapat mengurangi risiko terjadinya HDK.
Suplementasi kalsium pada ibu hamil merupakan cara yang tepat dalam
memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil di negara berkembang dan menurunkan
risiko HDK. Beberapa daerah di Indonesia memberikan suplemen kalsium pada
ibu hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan ke puskesmas. Suplemen
kalsium dibagikan bersama suplemen besi dan vitamin C di puskesmas di
Kabupaten Jember. Belum banyak data mengenai pelaksanaan suplementasi
kalsium. Selama ini informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi suplemen kalsium masih terbatas dan belum banyak
informasi mengenai tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia.
Diketahui Kabupaten Jember memiliki AKI tertinggi ke-2 di Provinsi Jawa
Timur. Cakupan pemeriksaan kehamilan keempat (K4) di Jember tergolong
rendah 69.8% (Dinkes Kabupaten Jember 2014). Preeklampsia dan eklampsia
menjadi faktor dominan (34.9%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Dinkes

3

Provinsi Jawa Timur 2013). Keberadaan data ini penting terutama sebagai bahan
masukan bagi perencanaan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan gizi ibu
hamil di Kabupaten Jember, mengingat gizi pada ibu hamil sangat menentukan
kualitas generasi berikutnya.
Perumusan Masalah
Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyebab kematian ibu proporsinya
semakin meningkat, dari 20% di tahun 2007 menjadi hampir 30% di tahun 2011
(Kemeskes RI 2010 dan Direktorat Bina Gizi dan KIA 2013). Preeklampsia dan
eklampsia adalah faktor dominan (34.9%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur
(Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013).
Kebutuhan kalsium meningkat selama kehamilan. Selain penting bagi
kesehatan tulang ibu dan janin, diketahui pula asupan kalsium yang cukup dapat
menurunkan risiko HDK. Suplementasi kalsium dapat mengurangi risiko
preeklampsia dan mencegah kelahiran prematur (Camargo et al. 2013).
Rekomendasi suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari dari WHO telah
tertuang di dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO, POGI, IBI 2013). Meskipun demikian,
rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kemenkes RI. Beberapa daerah di
Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya
adalah Kabupaten Jember. Pelaksanaan suplementasi kalsium di puskesmas di
Jember tidak selalu sama dalam hal waktu dan jumlah pemberian suplemen
kalsium. Selama ini belum ada data mengenai pelaksanaan suplementasi kalsium.
Suplemen kalsium dibagikan bersama suplemen besi dan vitamin C di
puskesmas di Kabupaten Jember. Suplemen ini diberikan ketika ibu hamil
melakukan ANC di puskesmas atau posyandu. Kabupaten Jember diketahui
memiliki cakupan pemeriksaan kehamilan keempat (K4) tergolong rendah yaitu
69.9% dan AKI tertinggi ke-2 di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kabupaten Jember
2014; Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, peneliti
merasa penting untuk melakukan studi mengenai mengenai faktor–faktor yang
berhubungan dengan kecukupan kalsium ibu hamil baik dari pangan maupun
suplemen kalsium. Keberadaan data ini dapat menjadi informasi mengenai
kecukupan kalsium pada ibu hamil dan pelaksanaan suplementasi kalsium pada
ibu hamil di Kabupaten Jember.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor–faktor yang
berhubungan dengan kecukupan kalsium pada ibu hamil di Kabupaten Jember.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kepatuhan dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu
hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium.

4

2. Menganalisis asupan kalsium dari pangan dan faktor yang berhubungan
dengan asupan kalsium dari pangan pada ibu hamil
3. Menganalisis tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil
4. Menganalisis kontribusi suplemen kalsium dan asupan kalsium pangan
terhadap tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil
5. Menganalisis karakteristik petugas kesehatan, pengetahuan dan praktik
petugas kesehatan dalam suplementasi kalsium pada ibu hamil.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data mengenai faktor–faktor
yang yang berhubungan dengan kecukupan kalsium ibu hamil baik dari pangan
maupun suplemen dan data mengenai pelaksanaan suplementasi kalsium di
Kabupaten Jember. Data ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah
Kabupaten Jember dan bagi Kementrian Kesehatan untuk mendukung kebijakan
dan pelaksanaan program gizi maupun kesehatan ibu dan anak di wilayah lain.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lebih
lanjut.
Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara karakterisitik ibu hamil; pengetahuan ibu hamil
mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling
petugas kesehatan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium;
dukungan keluarga; manfaat suplemen kalsium yang dirasakan, dengan
kepatuhan konsumsi suplemen kalsium.
2. Terdapat hubungan antara karakterisitik ibu hamil; pengetahuan ibu hamil
mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling
petugas kesehatan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium,
dengan asupan kalsium dari pangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Asupan Kalsium dan Tekanan Darah Ibu Hamil
Metabolisme kalsium dan hipertensi dalam kehamilan
Faktor yang terlibat dalam HDK belum diketahui secara pasti, namun
beberapa perubahan terkait metabolisme kalsium telah teridentifikasi. Adanya
abnormalitas metabolik termasuk penurunan konsentrasi serum 1,25dihidroksivitamin, penurunan konsentrasi serum kalsium terionisasi, dan
penurunan ekskresi kalsium urin (Frolich et al. 2002; Varner et al. 1983; Taufield
et al. 1987). Abnormalitas biokimia ini belum dapat dipastikan sebagai
konsekuensi HDK atau akibat gangguan absorpsi kalsium, atau asupan kalsium
harian yang inadekuat. Absorpsi kalsium belum pernah diukur pada ibu hamil
yang mengalami hipertensi. Meskipun demikian, studi epidemiologis dan klinis
pada kehamilan telah menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara
asupan kalsium dan perkembangan HDK meskipun dampakanya bervariasi

5

bergantung dari asupan kalsium baseline dan faktor risiko yang ada (Ritchie dan
King 2000; Imdad et al. 2011). Wanita yang mengalami hipertensi pertama
kalinya saat hamil diduga sangat berkaitan dengan asupan kalsium (Ritchie dan
King 2000).
Asupan kalsium yang rendah dihipotesiskan akan meningkatkan sekresi
hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid menyebabkan peningkatan
intracellular free calcium / free intracellular (cytosolic) ionized calcium.
Peningkatan intracellular free calcium memicu kontraksi otot halus vaskular.
Kontraksi muskular ini menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah (Belizan et al. 1988). Ibu hamil dengan preeklampsia mengalami
peningkatan konsentrasi intracellular free calcium di dalam eritrosit dan platelet
jika dibandingkan dengan ibu hamil bertekanan darah normal, (Sowers et al.
1989; Haller et al. 1989). Suplementasi kalsium berperan mengurangi pelepasan
hormon paratiroid dan konsentrasi intracellular free calcium, kemudian
mengurangi kontraktilitas otot halus dan menghasilkan vasodilatasi. Selain itu,
suplementasi kalsium dapat pula meringankan kontraktilitas otot halus rahim dan
mencegah kelahiran prematur (Villar et al. 1990).
Hipertensi dalam kehamilan mengacu pada hipertensi pada ibu hamil yang
tidak memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal dan tidak mengalami
hipertensi maupun proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu. Hipertensi (baik
atau tanpa disertai proteinuria) dalam kehamilan terjadi setelah usia kehamilan 20
minggu, selama melahirkan, selama puerperium (masa nifas), dan setelah
melahirkan. Secara spesifik, HDK meliputi hipertensi gestasional (hipertensi
tanpa proteinuria), preeklampsia (hipertensi dengan proteinuria) dan eklampsia
(preeklampsia dan kejang) (American College of Obstetricians and Gynecologists
1990).
Prevalensi ibu hamil dengan asupan kalsium defisit
Asupan kalsium pada wanita hamil di negara berkembang umumnya
sangat rendah dikarenakan pola makan yang berbasis grains dan legumes (Cheng
et al. 2009). Berbeda halnya dengan ibu hamil di negara maju yang umumnya
memiliki asupan kalsium yang tinggi karena produksi dan konsumsi produk susu
yang tinggi (Harville et al. 2004). Studi yang dilakukan oleh Hartini et al. (2003)
di Indonesia menunjukkan rata–rata asupan kalsium ibu hamil sebesar 360±140
mg/hari dan 96% ibu hamil memiliki asupan kalsium inadekuat. Penelitian yang
dilakukan oleh Cheng et al. 2009 di Cina menunjukkan bahwa asupan kalsium ibu
hamil sekitar 453.7 mg/hari. Penelitian pada 176 ibu hamil di Benin, Kamerun,
menunjukkan sebanyak 94.6% ibu hamil memiliki asupan kalsium yang inadekuat
(Agueh et al. 2015). Penelitian di Iran menunjukkan rata-rata asupan kalsium
harian ibu hamil sebesar 968.51±363.05 mg/hari dan hanya 46.4% ibu hamil
mencapai asupan kalsium yang direkomendasikan yaitu 1000 mg/hari (Ebrahimi
et al. 2013). Senada dengan beberapa hasil penelitian tadi, penelitian Sacco et al.
(2003) menunjukkan bahwa prevalensi wanita hamil yang memiliki asupan
kalsium inadekuat sebesar 86% pada usia kehamilan 10–24 minggu dan 82% pada
kehamilan 28–30 minggu.
Studi epidemiologis dan klinis pada kehamilan telah menunjukkan adanya
hubungan yang berlawanan antara asupan kalsium dan perkembangan HDK
meskipun dampakanya bervariasi bergantung dari asupan kalsium baseline dan

6

faktor risiko yang ada (Ritchie dan King 2000; Imdad et al. 2011). Penelitian
mengenai hubungan kalsium dan kejadian hipertensi telah dilakukan sejak lebih
dari tiga dekade yang lalu. Penelitian oleh Bellizan dan Villar et al. (1980)
menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium ibu hamil di Colombia tergolong
rendah, yaitu sebesar 240 mg/hari dan kejadian preeklampsia tergolong tinggi
(1.59 dari 1000 kelahiran). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Guatemala,
wanita hamil pedesaan di Guatemala memiliki asupan energi, protein, dan vitamin
yang rendah namun tinggi kalsium (1100 mg/hari) sehingga kejadian
preeklampsia tergolong rendah (0.4 dari 1000 kelahiran).
Asupan kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil
Kalsium ditransfer dari ibu ke janin sebanyak 30 g selama kehamilan.
Turnover tulang dan absorpsi kalsium meningkat untuk mencukupi kebutuhan
kalsium janin serta terjadi beberapa perubahan hormonal untuk menjaga
homeostasis kalsium selama kehamilan (Kovacs CS 2011). Kebutuhan kalsium
meningkat pada ibu hamil. Kebutuhan kalsium janin sekitar 240 mg/hari. Ekskresi
kalsium ibu hamil melalui kencing dan insensible loss sekitar 180 mg. Absorpsi
kalsium sebesar 420 mg diharapkan tersedia melalui asupan sebesar 940 mg
(absorpsi kalsium meningkat terutama ketika hamil, melalui level calcitriol yang
lebih tinggi) sehingga rekomendasi asupan kalsium pada ibu hamil adalah 1200
mg/hari (Heaney et al. 1971). Kebutuhan kalsium wanita dewasa di Indonesia
sebelum hamil sesuai dengan kelompok umur adalah sebesar 1000–1200 mg/hari.
Kemudian diperlukan tambahan asupan kalsium sebesar 200 mg/hari pada
trimester I, II, dan III (Kemenkes RI 2014).
Murphy dan Poos (2002) menyebutkan penggunaan AKG untuk
mengkalkulasi proporsi individu dalam populasi dengan asupan inadekuat akan
mengakibatkan overestimasi proporsi yang berisiko. Engevaluasi asupan zat gizi
suatu populasi lebih baik menggunakan Estimated Average Requirement (EAR).
Nilai EAR belum tersedia di Indonesia, namun dapat diestimasikan dari
rekomendasi gizi dengan beberapa cara. US Institute of Medicine (IOM)
mengeluarkan faktor konversi untuk mengkalkulasikan EAR dari rekomendasi
gizi (dalam hal ini AKG Indonesia). Angka kecukupan gizi adalah 2 SD (standard
deviations) di atas EAR, sementara SD diestimasikan dengan mengasumsikan CV
(coefficient of variation) tertentu. Institute of Medicine mengasumsikan CV
sebesar 10%. Berdasarkan pertimbangan tersebut, RDA setara dengan 120 persen
dari EAR atau 1.2 kali dari EAR (Institute of Medicine 2003). Berdasarkan hasil
konversi, diketahui EAR kalsium untuk ibu hamil berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat pada Tabel 1.
Diketahui
Sehingga

RDA = EAR + (2SD)
CV
= 10% dimana CV = SD/EAR
RDA = 1.2 x EAR atau EAR = RDA / 1.2

Tabel 1 AKG 2013 dan EAR kalsium pada ibu hamil berdasarkan kelompok usia
Kelompok usia ibu hamil
16 – 18 tahun
19 – 29 tahun
30 – 49 tahun

AKG (mg)
1400
1300
1200

EAR (mg)
1166.67
1083.3
1000

7

Program Suplementasi Kalsium untuk Ibu hamil
Rekomendasi suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari dari WHO telah
tertuang di dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO, POGI, IBI 2013). Meskipun demikian,
rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kemenkes RI. Beberapa daerah di
Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya
adalah Kabupaten Jember. Tablet kalsium yang digunakan pada program
suplementasi kalsium di Kabupaten Jember adalah Calcium lactate 500 mg.
Ibu hamil menerima suplemen kalsium, suplemen besi, dan vitamin C
secara gratis saat melakukan ANC di puskesmas. Suplemen ini dianjurkan
diminum 1 kali per hari untuk masing-masing tablet minimal sebanyak 90 tablet
selama kehamilan. Aturan tertulis mengenai penjabaran atau prosedur program
suplementasi kalsium belum tersedia sehingga jumlah tablet kalsium yang
diberikan selama hamil mengikuti jumlah tablet besi. Pengamatan di beberapa
puskesmas menunjukkan bahwa pemberian suplemen kalsium kepada ibu hamil
tidak selalu sama dalam hal waktu pemberian dan jumlah yang diberikan si setiap
ANC.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium
Karakteristik ibu hamil
Usia ibu Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah
satu faktor risiko dalam kehamilan (Depkes RI 2005). Kehamilan pada usia
remaja memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena beberapa komplikasi dan
outcome yang tidak diharapkan, dibandingkan dengan di kehamilan usia dewasa.
Risiko ini di antaranya melahirkan bayi dengan BBLR, kematian anak, persalinan
caesar, preeklampsia dan anemia defisiensi besi. Kemungkinan ini berhubungan
dengan belum matangnya kondisi biologis ibu tau dengan faktor gaya hidup
seperti kurangnya asupan makan yang akan mempengaruhi status kesehatan
(Brown 2011).
Ketika seseorang telah dewasa, orang tersebut akan bertanggung jawab
terhadap hidupnya sendiri. Semakin matang seseorang, maka konsep dirinya akan
berpindah dari tergantun pada orang lain ke arah pengendalian diri, dimana
seseorang akan mengikuti alur pembelajaran yang menarik baginya. Pengalaman
hidup yang bertambah merupakan sumber pembelajaran, sehingga seesorang akan
menjadi siap untuk belajar ketika mereka membutuhkan solusi atas permasalahan
yang benar–benar mereka hadapi (Talbot dan Verrinder 2005).
Penelitian Dairo dan Lawoyin (2006) menunjukkan bahwa usia ibu hamil
berhubungan dengan kepatuhan dalam mengonsumsi suplemen besi, dimana ibu
hamil yang berusia remaja (kurang dari 20 tahun) dan lebih dari 35 tahun
memiliki tingkat kepatuhan konsumsi suplemen besi yang lebih rendah. Tingkat
kepatuhan tertinggi berada pada kelompok ibu hamil dengan usia 20–29 tahun.
Frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC) Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan diharapkan bertambah pula frekuensi kontak dengan fasilitas pelayanan
kesehatan, ibu hamil sudah lebih mengenal suplemen kalsium dan memiliki

8

pengetahuan yang lebih baik mengenai suplemen tersebut. Pemberian suplemen
kalsium bisa berbeda tiap masing-masing ibu hamil terutama dalam hal waktu
pemberian dan jumlah suplemen kalsium yang diberikan. Ketika usia kehamilan
ibu sudah memasuki trimester II dan III, ibu hamil diharapkan sudah melakukan
pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan suplemen kalsium dari fasilitas
pelayanan kesehatan. Jumlah ANC yang lebih banyak memungkinkan ibu
mendapatkan suplemen kalsium dan penjelasan dari petugas kesehatan (Fitri
2015).
Jumlah kehamilan Penelitian mengenai suplemen besi yang dilakukan oleh
Lutsey et al. (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak berhubungan negatif
dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi (p