Hubungan Antara Komunitas Gastropoda Dan Alga Epilitik Di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KOMUNITAS GASTROPODA DAN
ALGA EPILITIK DI PANTAI KRAKAL, KABUPATEN
GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

ARDIYANTO

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara
Komunitas Gastropoda dan Alga Epilitik di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan bahwa hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Ardiyanto
NIM C54110042

ABSTRAK
ARDIYANTO. Hubungan antara Komunitas Gastropoda dan Alga Epilitik di
Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Dibimbing oleh
DIETRIECH GEOFFREY BENGEN dan ADRIANI SUNUDDIN.
Gastropoda merupakan hewan dari Filum Moluska yang memiliki jumlah jenis
terbanyak, karena dapat beradaptasi dengan berbagai tipe habitat. Alga epilitik
merupakan tumbuhan tingkat rendah yang hidup menempel pada substrat dasar
perairan. Pantai Krakal di Yogyakarta memiliki tipe pantai berbatu dan pasir yang
merupakan habitat bagi gastropoda dan alga epilitik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui keterkaitan fungsional antara gastropoda
dengan alga epilitik di Pantai Krakal. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
Mei 2015. Metode yang digunakan yaitu transek kuadrat ukuran 1x1 m².
Perhitungan struktur komunitas gastropoda menggunakan indeks ekologi dan
analisis koresponden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alga epilitik yang

ditemukan di Pantai Krakal berjumlah 7 famili, sedangkan gastropoda berjumlah
13 genera. Nilai keanekaragaman gastropoda tergolong sedang, sedangkan nilai
keseragaman gastropoda relatif baik sehingga tidak terdapat jenis gastropoda
tertentu yang mendominasi. Hasil analisis koresponden menunjukkan adanya
hubungan antara gastropoda jenis Cypraea dengan alga epilitik Oscillatoriaceae.
Kata kunci: gastropoda, alga epilitik, struktur komunitas, Pantai Krakal

ABSTRACT
ARDIYANTO. Relations of Community Gastropod and Epilithic Algae in Krakal
Beach, District of GunungKidul, Yogyakarta. Supervised by DIETRIECH
GEOFFREY BENGEN and ADRIANI SUNUDDIN.
Gastropod is the most diverse group originated in the Phylum Mollusca, due to its
ability living in different types of habitat. Epilithic algae is a low level plant that
lives attached to the substrate. Krakal beach in Yogyakarta features rocky beaches
and sand dunes, which are typical is habitats for gastropods and epilithic algae.
Thus, a basic information on the structure of the gastropods community in the area
is required to find out a functional linkages between gastropod and epilithic algae
in Krakal Beach. Sampling was conducted in May 2015. Systematic sampling was
applied using the quadratic plot of 1x1 m². Gastropods community structure was
analyzed using ecological index and correspondent analysis. The results showed

that the epilithic algae were consisted of 7 families, while gastropods were 13
genera. Diversity index of gastropod was considered intermediate, with high
Eveness index and low Dominance index. Correspondent analysis showed a
relationship between Cypraea with Oscillatoriaceae.
Keywords: gastropod, epilithic algae, Krakal Beach,community structure

HUBUNGAN ANTARA KOMUNITAS GASTROPODA DAN
ALGA EPILITIK DI PANTAI KRAKAL, KABUPATEN
GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

ARDIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan
judul ”Hubungan antara Komunitas Gastropoda dan Alga Epilitik di Pantai
Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta”. Skripsi disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen,
DEA selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Adriani Sunuddin, S.Pi., M.Si selaku
Pembimbing II. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua
orang tua dan keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Terima kasih kepada seluruh staf Departermen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB.
Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala
Laboratorium Biologi Mikro MSP yang telah menyediakan tempat dan peralatan
selama penelitian berjalan. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Mas Sigit yang

telah menyediakan tempat selama berada di lapang. Penghargaan juga diberikan
kepada Fiqreno Gagas Wicaksono yang telah menemani dan membantu penelitian
selama di lapang. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman
seperjuangan seluruh ITK 48 dan Kendalious 48.
Bogor, Maret 2016
Ardiyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Tahapan Penelitian

3

Penentuan Stasiun

3


Pengamatan Gastropoda

3

Pengambilan Contoh Alga Epilitik

4

Parameter Lingkungan

5

Fraksi Substrat

5

Analisis Data

5


Kepadatan Gastropoda

5

Indeks Keanekaragaman (H’)

5

Indeks Keseragaman (E)

6

Indeks Dominasi (D)

6

Kelimpahan Alga Epilitik

6


Analisis Korespondensi
HASIL DAN PEMBAHASAN

7
7

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

7

Kualitas Perairan

8

Karakteristik Substrat Dasar

9

Komposisi Alga Epilitik


9

Kelimpahan Alga Epilitik

10

Struktur Komunitas Gastropoda di Pantai Krakal

11

Kepadatan Gastropoda

11

Indeks Ekologi Komunitas Gastropoda

12

Hubungan Jenis Gastropoda dengan Alga Epilitik di Pantai Krakal

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Peta lokasi penelitian
Skema penempatan transek kuadrat (plot) pada salah satu stasiun
Skema transek kuadrat (plot) pengambilan contoh alga epilitik
Kondisi wilayah Pantai Krakal
Kelimpahan alga epilitik (sel/cm²) di Pantai Krakal
Kepadatan gastropoda (ind/10m²) di Pantai Krakal
Indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks
dominasi (D) komunitas gastropoda di Pantai Krakal
Korespondensi antara gastropoda dengan sub-stasiun di Pantai Krakal
Korespondensi antara alga epilitik dengan sub-stasiun di Pantai Krakal

2
4
4
8
10
11
12
13
14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Parameter kualitas air yang diukur serta alat dan metode pengukurannya
Parameter kualitas air di Pantai Krakal
Fraksi substrat pasir di Pantai Krakal
Komposisi kelas alga epilitik di Pantai Krakal

5
8
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Dokumentasi jenis gastropoda di lokasi penelitian
Dokumentasi alga epilitik di lokasi penelitian
Pengolahan data komunitas gastropoda
Pengolahan data kelimpahan alga epilitik
Nilai kosinus kuadrat hasil analisis koresponden alga epilitik
Nilai kosinus kuadrat hasil analisis koresponden gastropoda

18
19
20
22
22
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gastropoda merupakan hewan dari filum moluska yang dikenal dengan
sebutan siput atau keong. Hewan ini bergerak dengan kaki perut (gaster = perut
dan podos = kaki). Gastropoda memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi,
karena gastropoda adalah kelompok organisme yang jenisnya terbanyak dalam
kelompok moluska. Menurut Nontji (2005) kelas gastropoda di perairan laut
Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1.500 jenis. Banyaknya jumlah jenis dari
kelas gastropoda dikarenakan kemampuannya dalam beradaptasi dengan berbagai
tipe habitat perairan laut dan tawar hingga lingkungan daratan (Roring et al.
2013). Menurut Kadi (2006) faktor utama yang menentukan penyebaran
gastropoda adalah substrat perairan yaitu pasir, lumpur, tanah liat berpasir, kerikil,
dan batu. Masing-masing tipe substrat menentukan jenis gastropoda yang terdapat
di dalamnya.
Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah atau bertalus yang hidup di air
tawar maupun air laut yang menempati daerah yang basah atau lembab
(Tjitrosoepomo 2009). Alga dapat hidup mengapung di kolom perairan, tetapi ada
sebagian yang hidup melekat atau menempel pada substrat dasar perairan
(Widiana et al. 2011). Alga epilitik merupakan bagian dari kelompok mikroalga
perifitik yang hidupnya melekat pada berbagai substrat seperti batu, karang,
kerikil dan benda keras lainnya (Putra et al. 2012). Keberadaan alga epilitik di
daerah intertidal memegang peranan penting bagi organisme laut, yaitu sebagai
sumber makanan, karena alga epilitik merupakan fitoplankton yang menjadi
tingkat trofik pertama atau produsen dalam jejaring rantai makanan. Salah satu
organisme laut yang memanfaatkan alga epilitik adalah gastropoda.
Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah karst yang terkenal di
Indonesia. Daerah ini berada di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
juga berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Wilayah karst di daerah
Gunung Kidul memiliki banyak potensi baik dari pariwisata maupun
pemanfaatannya dalam bidang perikanan. Sepanjang pesisir Kabupaten Gunung
Kidul yang dikenal memiliki beberapa pantai dan juga menjadi tempat wisata
salah satunya adalah Pantai Krakal (Winarno et al. 2003). Pantai Krakal yang
berlokasi di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari merupakan pantai dengan
hamparan pasir putih dan memiliki garis pantai yang paling panjang di antara
pantai-pantai lainnya yang berada di kompleks wisata Baron-Kemadang. Selain
itu Pantai Krakal memiliki karakteristik pantai berbatu yang merupakan habitat
bagi organisme laut salah satunya adalah gastropoda. Ekosistem pantai berbatu
juga merupakan habitat bagi alga epilitik karena sifatnya yang perifitik atau
menempel, sehingga antara gastropoda dengan alga epilitik dapat memiliki suatu
hubungan.
Penelitian tentang hubungan antara komunitas gastropoda dan alga epilitikdi
Pantai Krakal diperlukan untuk mengetahui keterkaitan fungsional antara
gastropoda dengan alga epilitik.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara komunitas
gastropoda dan alga epilitik di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul,
Yogyakarta.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dari
hubungan antara komunitas gastropoda dan alga epilitik di Pantai Krakal,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta sebagai acuan pengelolaan sumberdaya
hayati kekerangan khususnya gastropoda secara berkelanjutan.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 17 - 21 Mei 2015 di zona intertidal Pantai
Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Lokasi penelitian dibagi menjadi
tiga stasiun, yaitu di bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur Pantai Krakal.
(Gambar 1). Penentuan stasiun ini didasarkan pada karakteristik yang sangat khas
dan berbeda dengan daerah lainnya.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Pelaksanaan penelitian dibagi kedalam dua tahap, yaitu pengambilan sampel
(gastropoda dan alga epilitik) dan analisis sampel. Pengamatan gastropoda

3

menggunakan metode transek kuadrat sedangkan pengambilan contoh sampel alga
epilitik dengan cara dikerik dengan luasan 5x5 cm². Contoh sampel disimpan di
Laboratorium Hidrobiologi Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Contoh
sampel alga epilitik yang diperoleh, di analisis di Laboratorium Biologi Mikro 1
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, sedangkan sampel substrat
dianalisis di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gastropoda, sampel alga
epilitik, data sheet untuk pencatatan data gastropoda, aquades, larutan lugol untuk
pengawet alga epilitk, alkohol 70%, dan sampel sedimen.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah transek kuadrat 1 m x 1 m,
transek luasan 5x5 cm², roll meter (50 m), tali rafia, alat tulis (newtop/sabak,
pensil), botol sampel, sikat, plastik sampel, kertas label, Global Positioning
System (GPS), termometer, refraktometer, cool box, mikroskop binokuler model
Olympus, preparat Sedgwick-Rafter Cell (SRC) ukuran 50×20×1 mm³,
underwater camera.
Prosedur Tahapan Penelitian
Penentuan Stasiun
Penentuan stasiun penelitian dilakukan melalui survei pendahuluan untuk
menentukan lokasi yang sesuai dengan habitat gastropoda dan alga epilitik.
Pengamatan Gastropoda
Pengamatan komunitas gastropoda dilakukan dengan menggunakan metode
transek kuadrat di tiga stasiun, dimana masing-masing stasiun dibagi menjadi tiga
sub-stasiun. Untuk setiap sub-stasiun yang telah ditentukan, dibentangkan transek
garis tegak lurus garis pantai menuju tubir atau sepanjang 40 m. Setiap transek
garis ditempatkan transek kuadrat (plot) dengan ukuran 1x1 m² (Gambar 2)
dengan jarak masing masing plot 10 meter (Islami 2015). Pengamatan gastropoda
dilakukan secara langsung yang berada dalam transek ukuran 1x1 m². Pengamatan
gastropoda meliputi jumlah individu untuk masing-masing jenis yang diperoleh.
Gastropoda yang diamati adalah individu yang hidup dipermukaan substrat atau
menempel pada batu. Identifikasi jenis gastropoda berpedoman pada buku IndoPacific Mollusca (Abbot 1969) dan website yaitu www.gastropods.com

4

10 meter

Transek garis

40 m

Plot
10 meter

PANTAI

Gambar 2 Skema penempatan transek kuadrat (plot) pada salah satu stasiun
Pengambilan Contoh Alga Epilitik
Alga epilitik yang diambil merupakan alga yang bersifat perifitik
(menempel pada bebatuan). Pengambilan contoh alga epilitik pada habitat
gastropoda dilakukan pada setiap transek kuadrat (plot) dengan cara mengerik
permukaan substrat dengan kuas maupun sikat dengan luasan 5x5 cm² (Siregar
2010). Pengambilan sampel alga epilitik dilakukan di setiap plot yang ditemukan
gastropoda pada setiap transek (plot). Sampel alga epilitik disimpan dalam botol
sampel yang telah diberi aquades dan lugol untuk dilakukan identifikasi lebih
lanjut. Identifikasi jenis alga epilitik berpedoman pada buku Illustration of Marine
Plankton of Japan (Yamaji 1970).

5 cm

5 cm
Gambar 3 Skema transek kuadrat (plot) pengambilan contoh alga epilitik

5

Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan, dalam hal ini suhu dan salinitas
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan di masing-masing sub-stasiun yang diukur,
yaitu pada plot ke-0 m, 20 m, dan 40 m. Variabel yang diukur, metode
pengambilan, serta alat yang digunakandapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur serta alat dan metode pengukurannya.
Parameter
Kualitas air :
- Suhu
- Salinitas

Unit
ºC


Alat dan Metode

Keterangan
In situ
In situ

Termometer Hg
Hand Refractometer
Fraksi Substrat

Pengambilan contoh substrat pada habitat gastropoda dilakukan pada
beberapa transek (plot) dengan cara mengambil langsung substrat yang mewakili
lokasi pengamatan dan disimpan dalam plastik sampel untuk di analisis lebih
lanjut. Analisis ukuran butir sedimen sesuai ayakan American Society for Testing
and Materials (ASTM) menggunakan metode ayak sieve set untuk ukuran
sedimen pasir (Faturahman dan Wahyu 1992).
Analisis Data
Kepadatan Gastropoda
Kepadatan gastopoda didefinisikan dengan jumlah individu persatuan luas
(m²) (Brower dan Zar 1990) :
K
Keterangan:
K = Kepadatan gastropoda (ind/m²)
ni = Jumlah gastropoda spesies ke-i
A = Luas area pengambilan contoh (m²).
Indeks Keanekaragaman (H’)
Analisis keanekaragaman jenis gastropoda
Keanekaragaman Shannon-Wiener (Odum 1993):


menggunakan

Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannom-Wiener
Pi = Jumlah individu spesies ke-i per jumlah individu total (ni/N).

Indeks

6

Kriteria hasil Indeks Keanekaragaman menurut Silulu et al. (2013), yaitu:
0 < H’ 1
= Keanekaragaman jenis rendah (tidak stabil)
1< H’ 3
= Keanekaragaman jenis sedang
H’ > 3
= Keanekaragaman jenis tinggi (stabil)
Indeks Keseragaman (E)
Analisis keseragaman jenis dapat dihitung dengan menggunakan Indeks
Keseragaman (eveness) (Odum 1993):

Keterangan:
E
= Indeks keseragaman
H’
= Indeks Keanekaragaman jenis Shannom-Wiener
H max = Keanekaragaman jenis maksimum
S
= Jumlah jenis.
Nilai Indeks Keseragaman ini berkisar antara 0 sampai 1. Indeks
Keseragaman mendekati 0, maka terdapat kecenderungan spesies tertentu
mendominasi pada suatu komunitas. Jika indeks keseragaman mendekati nilai 1,
maka dalam suatu komunitas terdapat kecenderungan kondisi yang relatif baik,
yaitu jumlah individu tiap spesies relatif sama (Brower dan Zar 1990).
Indeks Dominasi (D)
Analisis dominasi jenis dapat dihitung dengan menggunakan Indeks
Dominansi Simpson (Odum 1993):


Keterangan:
D = Indeks Dominasi
Pi = Jumlah individu spesies ke-i per jumlah individu total (ni/N).
Menurut Odum (1993) nilai Indeks Dominasi (D) berkisar antara 0 sampai
1, dengan kriteria sebagai berikut:
0 < D < 0.5 = Tidak ada jenis yang mendominasi
0.5 < D < 1 = Ada jenis yang mendominasi.
Kelimpahan Alga Epilitik
Alga epilitik di analisis untuk mendapatkan data jenis dan kelimpahan alga
epilitik. Perhitungan kelimpahan alga epilitik di hitung dengan menggunakan
rumus APHA (2005) sebagai berikut:

7

Keterangan:
K = Kelimpahan alga epilitik (ind/cm²)
N = Jumlah alga epilitik yang diamati
AS = Luas substrat yang dikerik untuk perhitungan alga epilitik
At = Luas penampang permukaan cover glass (mm²)
AC = Luas lapang pandang (mm²)
Vt = Volume botol sampel (100 ml)
VS =Volume sampel (ml)
Fp = Faktor pengencer
Analisis Korespondensi
Adanya interaksi suatu organisme dengan organisme lain dapat digunakan
sebagai indikasi adanya hubungan antara kepadatan organisme dengan organisme
lain. Hubungan antara jenis gastropoda dengan jenis alga epilitik ditentukan
dengan Analisis Koresponden (Bengen 2000). Analisis koresponden
menghasilkan suatu grafik dari baris dan kolom yang tergabung pada satu grafik
yang sama. Pengerjaan analisis koresponden menggunakan XL-Stat (Nenadic dan
Michael 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Pantai di Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah yang memiliki
karakteristik yang sangat khas dan berbeda dengan daerah lainnya. Wilayah karst
yang terkenal tandus memiliki pantai dan juga memiliki sifat karst yang
menyimpan banyak potensi. Karakteristik lingkungan pantai karst Kabupaten
Gunung Kidul dari barat ke timur memiliki karakteristik lingkungan pantai yang
berbeda-beda salah satunya pantai Krakal. Pantai Krakal terletak di desa
Ngestirejo, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta
(Gambar 4).
Pantai ini merupakan salah satu kawasan wisata pantai karst di Kabupaten
Gunung Kidul. Pantai Krakal memiliki panjang pantai 400 m dan merupakan
pantai terpanjang yang berada di kawasan pantai karst Gunung Kidul. Pantai ini
memiliki bentuk menjorok seperti teluk, dengan karakter fisik pantai berstruktur
batu dan pasir. Pantai Krakal memiliki topografi yang tergolong berombak
(undulating) dengan kemiringan lereng pantai atau gisik sebesar 10.25º atau
18.08% termasuk ke dalam kondisi lereng pantai yang bergelombang (Damayanti
dan Ayuningtyas 2008). Pantai Krakal menjadi sumber penghasilan bagi warga
sekitar khususnya di bidang pariwisata dan perikanan. Pemanfaatan di bidang
pariwisata yaitu dengan menyediakan penginapan maupun rumah makan,
sedangkan untuk bidang perikanan, warga sekitar memanfaatkan saat air laut surut
untuk mengambil kekayaan lautnya seperti gastropoda, gurita, dan rumput laut.

8

Gambar 4 Kondisi wilayah Pantai Krakal
Kualitas Perairan
Parameter kualitas air yang diukur di masing-masing stasiun, yang
merupakan habitat Pantai Berbatu, adalah suhu dan salinitas. Hasil pengukuran
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Parameter kualitas air di Pantai Krakal
Parameter Kualitas Air
Suhu (ºC)
Salinitas (‰)

1
28.56 ± 0.11
34.22 ± 0.11

Stasiun
2
29.11 ± 0.44
33.56 ± 0.11

3
26.89 ± 0.56
31.44 ± 1.13

Pengambilan data parameter kualitas air dilakukan secara in situ.
Pengambilan data parameter tersebut dilakukan saat laut dalam kondisi surut pada
waktu siang sampai sore. Menurut Nybakken dan Bertness (2004) suhu air laut di
perairan tropis pada umumnya berkisar antara 20-30 ºC. Kisaran rata-rata nilai
suhu perairan dari ketiga lokasi di pantai Krakal yaitu 26.89-29.11 ºC, sehingga
nilai suhu di Pantai Krakal masih dalam kategori normal untuk menunjang
kehidupan biota laut. Suhu tertinggi dari ketiga lokasi berada di Stasiun 2 (29.11
ºC) sedangkan suhu terendah di Stasiun 3 (26.89 ºC). Suhu air di Stasiun 3
tergolong rendah, dipengaruhi oleh waktu sampling yang dimulai pukul 15.17
WIB sehingga sinar matahari tidak terlalu terik.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai salinitas di Pantai Krakal berkisar antara
31.44-34.22 ‰. Nilai salinitas tertinggi berada pada Stasiun 1 (34.22 ‰) dan
salinitas terendah di Stasiun 3 (31.44 ‰). Salinitas di Stasiun 1 dan Stasiun 2
yang tinggi tersebut diduga disebabkan oleh adanya penguapan air laut pada saat
surut dan tidak adanya masukan air tawar dari darat. Salinitas di Stasiun 3
memiliki nilai yang rendah, karena terdapat masukan air tawar yang keluar

9

melalui pasir di pinggir pantai. Nilai salinitas secara keseluruhan masih
dikategorikan stabil untuk menunjang kehidupan biota laut yang berkisar antara
31-35 ‰ (Tarigan dan Edward 2003).
Karakteristik Substrat Dasar
Substrat dasar perairan merupakan salah satu faktor penentu keberadaan
suatu organisme khususnya gastropoda. Hasil analisis sampel sedimen di Pantai
Krakal menunjukkan 5 fraksi sedimen yang ada di lokasi penelitian (Tabel 3).
Tabel 3 Fraksi substrat pasir di Pantai Krakal
Stasiun
1
2
3

Pasir Sangat
Kasar
5.92
1.63
5.21

Pasir
Kasar
18.90
4.48
35.67

Fraksi (%)
Pasir
Pasir
Sedang
Halus
73.14
2.05
85.91
7.09
57.27
1.80

Pasir Sangat
Halus
0.00
0.88
0.05

Zona intertidal Pantai Krakal memiliki struktur pantai berbatu dan terdapat
pasir. Pantai Krakal merupakan salah satu pantai berbatu yang ada di Indonesia.
Pantai Krakal memiliki karakteristik berbatu dan terdapat pasir. Fraksinasi
substrat dibagi menjadi 5, yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir
halus, dan pasir sangat halus (Blott dan Pye 2001). Secara umum jenis sedimen
yang dominan di setiap stasiun pengamatan yaitu pasir sedang (57.27-85.91%).
Substrat jenis pasir dapat mempengaruhi keberadaan gastropoda karena kondisi
substrat tidak stabil dan terus menerus bergerak (Rahmasari 2015). Menurut
Purnawan et al. (2012) perairan yang berarus kuat umumnya memiliki tekstur
sedimen berpasir. Selain itu, substrat pasir di Pantai Krakal diduga menjadi
habitat bagi biota infauna yang merupakan sumber makanan bagi gastropoda.
Karakteristik substrat pasir memungkinkan ditemukannya hewan yang bersifat
infauna maupun semi-infauna (Islami 2015).
Komposisi Alga Epilitik
Komposisi jenis alga epilitik yang ditemukan pada masing-masing stasiun di
Pantai Krakal terdiri dari 2 kelas yaitu Kelas Bacillariophyceae dan Kelas
Cyanophyceae (Tabel 4).
Tabel 4 Komposisi kelas alga epilitik di Pantai Krakal
Kelas

Komposisi (%)
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Bacillariophyceae

98.17

97.27

94.48

Cyanophyceae

1.83

2.73

5.52

10

Komposisi berdasarkan kelas alga epilitik yang ditemukan pada masingmasing stasiun di Pantai Krakal didominasi oleh Kelas Bacillariophyceae (Tabel
4). Kondisi ini merupakan hal yang umum terjadi di perairan laut seperti yang
dikemukakan oleh Nybakken dan Bertness (2004) bahwa komposisi fitoplankton
di laut didominasi oleh kelompok Bacillariophyceae. Menurut Retnani (2001)
Bacillariophyceae merupakan jenis alga yang bersifat kosmopolitan, memiliki
kemampuan reproduksi dan perkembangbiakan yang besar, serta mampu
beradaptasi terhadap beragam tipe/kondisi lingkungan. Menurut Effendi (2003)
Kelas Cyanophyceae membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari kisaran suhu 3035 ºC untuk dapat hidup dengan baik, sedangkan kisaran rata-rata nilai suhu
perairan dari ketiga lokasi di Pantai Krakal yaitu 26.89-29.11 ºC, sehingga Kelas
Cyanophyceae yang ditemukan tidak dapat hidup secara optimal. Hal ini
menyebabkan nilai komposisi (%) Kelas Cyanophyceae lebih rendah
dibandingkan dengan kelas Bacillariophyceae
Kelimpahan Alga Epilitik
Alga epilitik yang ditemukan di Pantai Krakal terdiri dari 7 famili yang
tergolong kedalam Kelas Bacillariophyceae dan Kelas Cyanophyceae. Dari Kelas
Bacillariophyceae ditemukan 6 famili, yaitu Naviculaceae, Nitzchiaceae,
Tabellariaceae, Rhizosoleniaceae, Cymbellaceae, dan Pinnulariaceae, sedangkan
dari Kelas Cyanophyceae hanya ditemukan 1 famili yaitu Oscillatoriaceae
(Gambar 5).
8000
7000
Stasiun 1

sel/cm²

6000
5000

Stasiun 2

4000

Stasiun 3

3000
2000
1000
0

Famili

Gambar 5 Kelimpahan alga epilitik (sel/cm²) di Pantai Krakal
Berdasarkan Gambar 5 terdapat perbedaan kelimpahan alga epilitik pada
setiap stasiun di Pantai Krakal. Kelimpahan total alga epilitik di Stasiun 1 yaitu
8.013 sel/cm². Kelimpahan total alga epilitik di Stasiun 2 yaitu 19.560 sel/cm²,
sedangkan kelimpahan total di Stasiun 3 adalah 15.707 sel/cm². Famili
Naviculaceae dari Kelas Bacillariophyceae di Pantai Krakal memiliki kelimpahan
paling tinggi bila dibandingkan dengan alga epititik lainnya dengan kelimpahan
rata-rata 16.467 sel/cm². Banyaknya Famili Naviculaceae yang dijumpai karena

11

umumnya memiliki kemampuan adaptasi tinggi serta bersifat kosmopolit (Siregar
2010). Kelimpahan Naviculaceae di Stasiun 1 adalah 3.427 sel/cm², di Stasiun 2
dan Stasiun 3 adalah 7.213 sel/cm² dan 5.827 sel/cm² (Gambar 4). Kelimpahan
terendah di Pantai Krakal adalah Famili Cymbellaceae dengan kelimpahan ratarata 307 sel/cm². Menurut Siregar (2010) keberadaan suatu mikroalga di daerah
intertidal dipengaruhi oleh daya lekat yang berbeda-beda untuk menempel di
substrat. Selain Kelas Bacillariophyceae/diatom, terdapat Famili Oscillatoriacea
yang termasuk ke dalam Kelas Cyanophyceae (Gambar 5). Famili
Oscillatoriaceae memiliki kelimpahan rata-rata 516 sel/cm². Nilai kelimpahan
Oscillatoriaceae yang rendah menunjukkan perairan tersebut relatif baik. Menurut
Handayani (2009) Oscillatoriceae merupakan famili plankton yang umum
digunakan sebagai indikator pencemaran perairan, sehingga kelimpahan alga
Oscillatoriaceae yang berlebihan dalam suatu perairan dapat membahayakan biota
akuatik lain karena sifatnya yang dapat menghasilkan zat toksik.
Struktur Komunitas Gastropoda di Pantai Krakal
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di Pantai Krakal terdapat 13 genera
Gastropoda. Hasil identifikasi tersebut merupakan total keseluruhan genus
Gastropoda yang masuk ke dalam 9 famili yaitu, Famili Muricidae (4 genera),
Famili Conidae (2 genera), sedangkan Famili Cypraedae, Famili Columbellidae,
Famili Mitridae, Famili Buccinidae, Famili Planaxidae, Famili Bursidae, dan
Famili Turbinidae masing-masing 1 genus.
Kepadatan Gastropoda
Kepadatan gastropoda didefinisikan dengan jumlah individu persatuan luas
(m²). Hasil identifikasi kelas Gastropoda di Pantai Krakal terdapat 13 genera
dengan total kepadatan gastropoda sebanyak 85 ind/10m².
12
10
Stasiun 1

ind/10 m²

8

Stasiun 2
6

Stasiun 3

4
2
0

Genus

Gambar 6 Kepadatan gastropoda (ind/10m²) di Pantai Krakal

12

Kepadatan jenis gastropoda di setiap stasiun bervarisai (Gambar 6). Nilai
kepadatan tertinggi terdapat pada Stasiun 2 (32 ind/10m²), kemudian Stasiun 1 (29
ind/10m²), dan kepadatan terendah terdapat pada Stasiun 3 (24 ind/10m²).
Kepadatan gastropoda yang ditemukan di Pantai Krakal pada masing-masing
stasiun berjumlah sedikit, diduga akibat pengaruh faktor pembatas yakni
pergerakan ombak. Menurut Nybakken dan Bertness (2004) pergerakan ombak
dapat mempengaruhi organisme yang tidak dapat menahan terpaan ombak, tetapi
ada sebagian organisme tidak dapat hidup selain di daerah ombak yang kuat.
Selain itu pergerakan ombak yang kuat di daerah intertidal dapat menurunkan
jumlah atau ukuran jenis gastropoda (Krebs 1972).
Gambar 6 terlihat bahwa genus Morula ditemukan di semua stasiun dan
memiliki nilai kepadatan tinggi dibandingkan dengan gastropoda lainnya. Hal ini
diduga banyaknya sumber makanan bagi Morula. Morula merupakan predator
bagi biota lainnya yang lebih kecil. Kebanyakan Morula dari famili Muricidae
merupakan karnivora yang memakan gastropoda, bivalvia, teritip, dan crustacea
kecil (Modica dan Holford 2010, Tan 2000). Selain itu, terdapat genus Conus
yang memiliki kepadatan paling tinggi di Stasiun 2, jika dibandingkan dengan
stasiun lainnya. Hal ini dikarenakan melimpahnya sumber makanan seperti
gastropoda yang ditemukan di Stasiun 2. Famili Conidae mengkonsumsi hewan
lain sebagai makanannya seperti cacing, ikan-ikan kecil, dan moluska (Mudjiono
1989).
Indeks Ekologi Komunitas Gastropoda
Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi dapat digunakan
untuk mendeskripsikan komunitas gastropoda di Pantai Krakal, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta. Indeks ekologi komunitas gastropoda disajikan pada
Gambar 7.
3,00
2,50
Stasiun 1
2,00

Stasiun 2
Stasiun 3

1,50
1,00
0,50
0,00
H'

E

D

Indeks Ekologi

Gambar 7 Indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks
dominasi (D) komunitas gastropoda di Pantai Krakal

13

Gambar 7 memperlihatkan bahwa Indeks Keanekaragaman (H’) gastropoda
memiliki kisaran nilai 2.19-2.64. Nilai keanekaragaman ini tergolong sedang
karena penyebaran jumlah individu tiap genus dan kestabilan komunitas sedang.
Nilai Indeks Keanekaragaman terendah terdapat pada Stasiun 3 karena genus yang
ditemukan tidak terlalu beraneka ragam. Nilai Indeks Keanekaragaman tertinggi
berada pada Stasiun 2, yaitu 2.64 karena genus yang ditemukan di stasiun tersebut
beranekaragam atau bervariasi. Menurut Arbi (2011), tinggi-rendahnya
keragaman gastropoda dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jumlah jenis
ditemukan dan komposisi individu dalam tiap jenis gastropoda yang diperoleh.
Nilai Indeks Keseragaman (E) dari tiga stasiun pengamatan memiliki nilai
mendekati 1 (0.78-0.82). Stasiun 1 memiliki nilai Indeks Keseragaman yang
tertinggi sebesar 0.82, sedangkan yang terendah berada di Stasiun 3 sebesar 0.78
(Gambar 7). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi komunitas gastropoda
relatif baik, karena jumlah individu dari tiap jenis yang ditemukan relatif sama
dan seragam. Gambar 7 menjelaskan bahwa Indeks Dominasi (D) yang diperoleh
untuk tiap stasiun pengamatan berkisar antara 0.18-0.25. Hal ini menunjukkan
bahwa di Pantai Krakal tidak terdapat jenis gastropoda tertentu yang mendominasi.
Hubungan Jenis Gastropoda dengan Alga Epilitik di Pantai Krakal
Hubungan jenis gastropoda dengan alga epilitik di Pantai Krakal yang di
analisis dengan Analisis Koresponden (Correspondence Analysis). Hasil analisis
koresponden dibagi menjadi dua grafik (Gambar 8 dan Gambar 9).
2
Drupella
Thais

1,5

Bursa

1.2

1
F2 (28,28 %)

Engina
Austrotoma
Mitra
0,5

Coralliophila
Planaxis

1.3

2.2

3.3
0
2.1
Morula

Conus
1.1
Pyrene

3.2

-0,5
Turbo

3.1
Cypraea

2.3
-1
-2

-1,5

-1

-0,5

0

0,5
1
F1 (36,77 %)

Gastropoda

1,5

2

2,5

3

Sub-Stasiun

Gambar 8 Korespondensi antara gastropoda dengan sub-stasiun di Pantai Krakal

14

0,4

1.2

0,3
1.3

F2 (21,19 %)

0,2
Nitzschiaceae
1.1

0,1

3.1

Naviculaceae
0
Cymbellaceae

3.2

2.3

3.3
Oscillatoriaceae

2.2

-0,1

2.1
Tabellariaceae

Pinnulariaceae

Rhizosoleniaceae
-0,2
-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1
0,2
F1 (68,49 %)

Alga Epilitik

0,3

0,4

0,5

0,6

Sub-Stasiun

Gambar 9 Korespondensi antara alga epilitik dengan sub-stasiun di Pantai Krakal
Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan hasil analisis korespondensi antara
gastropoda dan alga epilitik, yang ditelaah berdasarkan plot sub-stasiun. Ada dua
kelompok gastropoda yang memiliki korespondensi erat dengan sub-stasiun
tertentu, yaitu Cypraea dan Turbo (sub 3.1 dan 2.3), serta Engina, Mitra,
Austrotoma (sub 1.2 dan 1.3), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar
9 menunjukkan jenis alga epilitik yang berasosiasi erat dengan plot sub-stasiun,
yaitu Oscillatoriaceae (sub 3.1, 3.2, dan 3.3) serta Nitzschiaceae (sub 1.2 dan 1.3).
Dengan demikian analisis korespondensi memperlihatkan adanya hubungan
antara gastropoda dan alga epilitik di Pantai Krakal. Gastropoda jenis Cypraea
ditemukan di Sub-Stasiun 3.1 (Gambar 8), demikian juga alga epilitik
Oscillatoriaceae (Gambar 9), sehingga ada indikasi Cypraea berasosiasi dengan
Oscillatoriaceae dan menjadi sumber makanannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Hayes (1983) serta Carpenter dan Niem (1998), bahwa gastropoda jenis
Cypraea bersifat grazer dan termasuk kelompok pemakan alga menempel serta
cenderung melakukan aktivitas pada malam hari (nokturnal). Dari segi
pemanfaatan, gastropoda jenis Cypraea memiliki nilai ekonomis tinggi, karena
cangkangnya digunakan untuk hiasan dan dapat dijual dengan harga mahal.
(Bugaleng et al. 2015).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komunitas gastropoda di Pantai Krakal terdiri atas 13 genera (Morula,
Coralliophila, Drupella, Thais, Conus, Austrotoma, Mitra, Engina, Cypraea,
Planaxis, Pyrene, Bursa, Turbo) dan 7 famili alga epilitik (Naviculaceae,
Nitzchiaceae, Tabellariaceae, Rhizosoleniaceae, Cymbellaceae, Pinnulariaceae,
Oscillatoriaceae). Gastropoda yang memiliki asosiasi erat dengan alga epilitik
adalah Cypraea (Famili Cypraeidae) dengan Famili Oscillatoriaceae.
Saran
Korespondensi antara gastropoda dan alga epilitik yang diperoleh dalam
penelitian ini bersifat tidak langsung, tetapi melalui pendekatan sub-stasiun,
sehingga untuk penelitian sejenis perlu stasiun pengamatan yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Abbot RT. 1969. Indo - Pacific Mollusca.Academy of Natural Sciences of
Philadelphia. Philadelphia, Pennsylvania, USA. 1: 147-174 pp.
APHA, AWWA, WEF. 2005. Standard Methods for Examination of Water and
Wastewater. 22nd ed. Washington. American Public Health Association.
1360 pp.
Arbi, C.Y. 2011. Struktur Komunitas Moluska di Padang Lamun Perairan Pulau
Talise, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 37(1): 7189.
Bengen DG. 2000. Sinopsis Tehnik Pengambilan Contoh dan Analisis Data
Biofisik Sumberdaya Pesisir. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Blott SJ, Pye K. 2001. Gradistat: A Grain Size Distribution and Statistic Package
for the Analysis of Unconsolidated Sediments. Earth Surface Process and
Landforms, 26: 1237-1248.
Brower JE, Zar JH. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology.
WMC Brown Company Publisher. Dubuque, Iowa. hal 237.
Bugaleng CD, Fransine BM, Alex DK. 2015. Komunitas Gastropoda di Intertidal
Pantai Malalayang Manado Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 3(1): 3640
Carpenter KE, Niem VH, (ed). 1998. The Living Marine Resources of The
Western Central Pacific. Roma (RM): FAO
Damayanti A, Ayuningtyas R. 2008. Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Pantai
Karst Kabupaten Gunung Kidul. Makara Teknologi, 12(2): 91-98
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. 258 hal.
Faturahman A, Wahyu M. 1992. Prosedur Pengerjaan Preparasi Contoh untuk
Berbagai Analisis. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan. Bandung.

16

Handayani D. 2009. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan
Pasang Surut Tambak Blanakan, Subang. [Skripsi]. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Hayes T. 1983. The Influence of Diet on Local Distributions of Cypraea. Pacific
Science, 37(1): 27-36
Islami MM. 2015. Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan
Karakteristik Lingkungan di Pesisir Pulau Nusalaut, Maluku Tengah. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1): 365-378
Kadi A. 2006. Struktur Komunitas Makro Algae di Pulau Pengelap, Dedap,
Abang Besar dan Abang Kecil & Kepulauan Riau. Ilmu Kelautan, 11(4):
234-240
Krebs CJ. 1972. ECOLOGY: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York: Harper & Row Publisher inc. hlm 36-37.
Modica M-V, Holford M. 2010. The Neogastropoda: evolutionary innovations of
predatory marine with remarkable in pharmacological potential. In:
Pontarotti P (ed). Berlin: Springer-Verlag, 249-270 pp.
Mudjiono. 1989. Jenis-Jenis Keong Laut Berbisa dari Suku Conidae (Mollusca:
Gastropoda) dan Beberapa Aspek Biologinya. Jurnal Oseana, 14(3):73-78
Nenadic O, Michael G. 2007. Correspondence Analysis in R, with Two- and
Three-dimensional Graphics: The CA Package. Journal of Statistical
Software, 20(3)
Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. 356 hal.
Nybakken JW and Bertness MD. 2004. Marine Biology; an ecological approach.
6th ed. San Francisco: Pearson Education, Inc. 579 hal.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi 3rd. Diterjemahkan dari Fundamental of
Ecology oleh T. Samingan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Purnawan S, Ichsan M, Marwantim. 2012. Studi Sebaran Sedimen Berdasarkan
Ukuran Butir di Perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh. Depik, 1(1): 31-36
Putra DF, Tri RS, Erry W. 2012. Komunitas Diatom Epilitik pada Aliran Air
Sekitar Sumber Air Panas dan Sumber Gas Belerang Kawasan
Gedongsongo, Kabupaten Semarang. Bioma, 14(1): 33-36
Rahmasari T, Tarzan P, Reni A. 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Gastropoda di Pantai Selatan Kabupaten Pamekasan, Madura. Biosaintifika,
7(1): 48-54
Retnani AD. 2001. Struktur komunitas plankton di perairan mangrove Angke
Kapuk, Jakarta Utara. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Roring IRJC, Fransine BM, Boyke HT. 2013. Keberadaan Gastropoda Intertidal
di Pantai Malalayang, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3)
Saripantung GL, Jan FWST, Gaspar M. 2013. Struktur Komunitas Gastropoda di
Hamparan Lamun Daerah Intertidal Kelurahan Tongkeina Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Platax, 1(3)
Silulu PF, Farnis BB, Gustaf FM. 2013. Biodiversitas Kerang Oyster (Mollusca,
Bivalvia) di Daerah Intertidal Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal
Ilmiah Platax, Vol 1-2.

17

Siregar SH. 2010. Variasi Diatom Epifitik (Bacillariophyceae) pada Batang dan
Pneumatophore Bakau Avicennia sp. di Kawasan Pelabuhan Tanjung Buton,
Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan, 1(4).
Tan KS. 2000. Species Checklist of Muricidae (Mollusca: Gastropoda) in The
South China Sea. The Raffles Bulletin of Zoology, 8: 495-512
Tarigan MS, Edward. 2003. Kondisi Hidrologi Perairan Teluk Kao, Pulau
Halmahera Maluku Utara. Pesisir dan Pantai Indonesia, 8: 19-23.
Tjitrosoepomo G. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Widiana R, Abizar, Sri W. 2011. Jenis-jenis Alga Epilitik pada Sumber Panas dan
Alirannya di Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman.
Jurnal Sainstek, 3(2): 155-164
Winarno K, Moeso S, Djalal ST. 2003. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya
Hayati Pantai Selatan Yogyakarta, Studi Kasus Pantai Baron, Kukup, dan
Krakal. Biodiversitas, 4(2): 124-132
Yamaji, I. 1970. Illustration of Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publishing
Co. Ltd. Japan. 371 p.

18

LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi jenis gastropoda di lokasi penelitian

Bursa

Coralliphila

Conus

Turbo

Thais

Mitra

Cypraea

Pyrene

Morula

Engina

19

Planaxis

Drupella

Austrotoma

Lampiran 2 Dokumentasi alga epilitik di lokasi penelitian

Naviculaceae

Nitzschiaceae

Tabellariaceae

Oscillatoriaceae

Cymbellaceae

Rhizosoleniaceae

20

Lampiran 3 Pengolahan data komunitas gastropoda
Stasiun
1

Stasiun
2

jumlah
individu

Ni

Morula

0,9

9

0,2989

-1,7425

-0,5207

0,0893

Coralliophila

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Drupella

0,1

1

0,0230

-5,4429

-0,1251

0,0005

1

Thais

0,1

1

0,0230

-5,4429

-0,1251

0,0005

1

Mitridae

Mitra

0,6

6

0,2069

-2,2730

-0,4703

0,0428

6

Buccinidae

Engina

0,1

1

0,0460

-4,4429

-0,2043

0,0021

1

Cypraeidae

Cypraea

0,1

1

0,0230

-5,4429

-0,1251

0,0005

1

Conidae

Conus

0,5

5

0,1609

-2,6356

-0,4241

0,0259

5

Austrotoma

0,4

4

0,1379

-2,8580

-0,3942

0,0190

4

Planaxidae

Planaxis

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Columbellidae

Pyrene

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Bursidae

Bursa

0,1

1

0,0460

-4,4429

-0,2043

0,0021

1

Turbinidae

Turbo

0,0
jumlah
individu

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0
Kepadatan
(ind/10m²)

Famili
Muricidae

Famili

Genus

Genus

ni

pi

pi

N

Log2 pi

pi Log2 pi

pi Log2 pi

pi²

pi²

H'
2,5933

H'

E
0,8181

E

D

Hmaks

0,1829

3,169925

D

Hmaks

0,2040

3,321928

Kepadatan
(ind/10m²)
9

Morula

0,8

8

0,2500

-2,0000

-0,5000

0,0625

Coralliophila

0,1

1

0,0208

-5,5850

-0,1164

0,0004

1

Drupella

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Thais

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Mitridae

Mitra

0,1

1

0,0417

-4,5850

-0,1910

0,0017

1

Buccinidae

Engina

0,1

1

0,0208

-5,5850

-0,1164

0,0004

1

Cypraeidae

Cypraea

0,5

5

0,1667

-2,5850

-0,4308

0,0278

5

Muricidae

2,6426

0,7955

8

Lanjutan lampiran 3
2

Stasiun
3

Conidae

Conus

1,0

10

0,3125

-1,6781

-0,5244

0,0977

10

Austrotoma

0,1

1

0,0417

-4,5850

-0,1910

0,0017

1

Planaxidae

Planaxis

0,3

3

0,1042

-3,2630

-0,3399

0,0109

3

Columbellidae

Pyrene

0,1

1

0,0208

-5,5850

-0,1164

0,0004

1

Bursidae

Bursa

0,1

1

0,0208

-5,5850

-0,1164

0,0004

1

Turbinidae

Turbo

0,0
jumlah
individu

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0
Kepadatan
(ind/10m²)

Famili

Genus

ni

pi

Log2 pi

pi Log2 pi

pi²

H'

E

D

Hmaks

0,2508

2,807355

Morula

0,9

9

0,3889

-1,3626

-0,5299

0,1512

Coralliophila

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Drupella

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Thais

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Mitridae

Mitra

0,2

2

0,0833

-3,5850

-0,2987

0,0069

2

Buccinidae

Engina

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Cypraeidae

Cypraea

0,4

4

0,1667

-2,5850

-0,4308

0,0278

4

Conidae

Conus

0,6

6

0,2500

-2,0000

-0,5000

0,0625

6

Austrotoma

0,1

1

0,0278

-5,1699

-0,1436

0,0008

1

Planaxidae

Planaxis

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Columbellidae

Pyrene

0,1

1

0,0278

-5,1699

-0,1436

0,0008

1

Bursidae

Bursa

0,0

0

0,0000

0,0000

0,0000

0,0000

0

Turbinidae

Turbo

0,1

1

0,0278

-5,1699

-0,1436

0,0008

1

Muricidae

2,1903

0,7802

9

21

22

Lampiran 4 Pengolahan data kelimpahan alga epilitik
Famili
Nitzschiaceae

Naviculaceae
Tabellariaceae
Rhizosoleniaceae
Cymbellaceae
Pinnulariaceae
Oscillatoriaceae

ST 1

Jumlah (sel)
ST 2
ST 3

201
257
10
114

368
541
109
382

311
437
174
172

5
3
11

12
15
40

6
13
65

Kelimpahan (sel/cm²)
ST 1
ST 2
ST 3
2680
3427
133
1520
67
40
147

4907
7213
1453
5093
160
200
533

Lampiran 5 Nilai kosinus kuadrat hasil analisis koresponden alga epilitik
Famili
Nitzschiaceae
Naviculaceae
Tabellariaceae
Rhizosoleniaceae
Cymbellaceae
Pinnulariaceae
Oscillatoriaceae

F1
0,080
0,006
0,934
0,637
0,349
0,158
0,654

F2
0,749
0,736
0,057
0,361
0,001
0,063
0,053

Sumbu
F3
F4
0,036
0,074
0,051
0,139
0,003
0,004
0,001
0,001
0,151
0,112
0,394
0,338
0,204
0,065

F5
0,014
0,007
0,000
0,000
0,358
0,025
0,006

F6
0,047
0,061
0,002
0,000
0,029
0,022
0,018

4147
5827
2320
2293
80
173
867

Lampiran 6Nilai kosinus kuadrat hasil analisis koresponden gastropoda
Genus
Morula
Coralliophila
Drupella
Thais
Mitra
Engina
Cypraea
Conus
Austrotoma
Planaxis
Pyrene
Bursa
Turbo

Sumbu
F1
0,344
0,935
0,084
0,084
0,314
0,221
0,002
0,026
0,038
0,935
0,472
0,102
0,008

F2
0,311
0,056
0,308
0,308
0,472
0,448
0,558
0,129
0,593
0,056
0,049
0,347
0,060

F3
0,255
0,001
0,031
0,031
0,044
0,000
0,424
0,653
0,170
0,001
0,081
0,006
0,612

F4
0,041
0,002
0,566
0,566
0,057
0,023
0,003
0,109
0,065
0,002
0,011
0,419
0,013

F5
0,007
0,002
0,009
0,009
0,046
0,044
0,003
0,017
0,117
0,002
0,004
0,071
0,253

F6
0,041
0,003
0,001
0,001
0,002
0,051
0,009
0,043
0,014
0,003
0,358
0,016
0,002

F7
0,001
0,000
0,000
0,000
0,064
0,163
0,000
0,013
0,001
0,000
0,025
0,034
0,038

F8
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,049
0,001
0,010
0,000
0,000
0,000
0,006
0,015

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal, 20 Desember 1992 dari
pasangan Bapak Sarmadi dan Ibu Tukiyah. Penulis adalah
anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2010-2011, penulis
menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Weleri. Pada
tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur
SNMPTN Undangan.
Selama masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor,
penulis memperoleh beasiswa Bidik Misi. Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa
Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) sebagai anggota divisi
Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) (2012-2013) dan Ketua divisi
Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) (2013-2014). Penulis juga aktif
sebagai asisten praktikum Selam Ilmiah (2013-2014), Ekologi Laut Tropis (20142015 dan 2015-2016). Penulis mempunyai pengalaman PKL (Praktek Kerja
Lapang) di PT. Niagara Lautindo Jakarta selama 1 bulan, tim penyelam ekspedisi
HIMITEKA Teluk Banten (2014).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Komunitas
Gastropoda dan Alga Epilitik di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul,
Yogyakarta” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dietriech Geoffrey Bengen, DEA
dan Adriani Sunuddin, S.Pi., M.Si.